Minggu, 08 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 21 Part 1


Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 21 Part 1


Tidak pernah Ye Qingti bayangkan kalau suatu hari ia akan mengejar keabadian. Terlebih lagi, yang perlu dilakukannya adalah menunggu untuk berpartisipasi dalam ritual pembersihan di Kolam Giok hari ini dan setelahnya datang ke Aula Qing Yun di Great Overarching Heaven untuk memberi penghormatan pada Dijun sebelum ia akan menjadi makhluk abadi.

Dalam ingatan Ye Qingti, sudah hampir empat ratus tahun semenjak ia terakhir hidup sebagai seorang manusia. Ia terlahir di keluarga Ye selama dinasti Jin sebagai putra sulung dari Yongning Houjue.

Memiliki akar di kemiliteran, keluarga Yongning selalu kehilangan tuannya di pertempuran dan peperangan. Ayahnya juga terbunuh dalam peperangan di tahun ketika ia berusia tiga puluh lima tahun. Saat ia mewarisi gelarnya, Ye Qingti baru berusia tujuh belas tahun.

Pada saat itu, dinasti Jin sudah memasuki masa senjanya. Para bangsawan hanya sibuk dengan memanjakan diri mereka sendiri. Dibandingkan dengan sekumpulan kaum urakan ini, sebaliknya, keturunan Ye adalah penggawa yang luar biasa. Diantara mereka, Ye Qingti yang paling menonjol.

Masuk akal kalau dengan penampilan tampannya, karakter teladannya, dan latar belakangnya yang terkenal, Ye Qingti akan menjadi menantu lelaki yang dicari oleh keluarga bangsawan lainnya di ibu kota.

Sangat disayangkan, semenjak dinasti Jin didirikan, Keluarga Yongning sudah terkenal meninggalkan janda. Kasih sayang dan rasa kasihan pada anak gadis mereka menghalangi para bangsawan itu menikahkan para gadis ke keluarga Ye.

Untuk alasan itulah, tiap generasi dari Houjue selalu kesulitan mencari pasangan bagi diri mereka. Harapannya hanya tersisa pada titah resmi kekaisaran.

Ye Qingti mewarisi gelarnya tepat saat kerusuhan muncul di garis perbatasan. Sebelum si Houjue muda dapat menunggu sang Kaisar menganugerahkannya seorang istri, ia sudah bergegas menuju medan tempur untuk mempertahankan perbatasan. Dalam waktu lima tahun, ia sudah sepenuhnya mengusir para Tartar pengacau itu.

Kaisar sangat puas dalam pandangannya atas jasa besar Ye Qingti.

Setelah ia kembali ke ibu kota, bukan hanya Kaisar menghadiahkan Keluarga Yongning dengan royal, Beliau bahkan menganugerahkannya dengan sebuah pernikahan dengan putri tertua dari Gongjue Qi juga seorang wanita cantik sebagai selirnya.

Ada beberapa kaisar terdahulu yang suka menghadiahkan wanita kepada para penggawa mereka. Akan tetapi, kaisar yang berkuasa saat ini hidup selama lebih dari empat puluh tahun dan baru menduduki takhta selama lebih dari dua puluh tahun, namun belum pernah sekali pun memberikan wanita kepada penggawanya sebagai hadiah.

Meskipun menjadi seorang jenderal militer yang tidak memiliki pikiran berbelit dari para sarjana birokrat, ia dapat mengetahui ada sesuatu yang aneh dalam urusan ini.

Setelah secara pribadi melakukan investigasi, ia mengetahui kalau si cantik yang dianugerahkan padanya oleh sang kaisar adalah Selir Chen dari istana. Sejak awal, ia memang tidak begitu disayangi.

Lalu datang satu hari, empat tahun yang lalu di sebuah festival Skanda Bodhisattva saat ia menyelamatkan kaisar dari peristiwa tenggelam dan mendapatkan perhatian Yang Mulia Kaisar.

Dikatakan bahwa Selir Chen sangat amat mencintai Yang Mulia Kaisar sebelum ia disayangi. Namun, untuk beberapa alasan yang tak dapat dijelaskan, di saat ia mendapatkan kasih sayang Kaisar, ia terus saja menyinggung Kaisar dengan sikap dingin serta acuh tak acuhnya.

Masih ada rahasia lainnya. Meskipun diacuhkan olehnya, Kaisar tetap saja amat menyayanginya selama empat tahun. Namun, dalam masa empat tahun itu, tidak ada satu malam pun ketika ia membiarkan Kaisar mendekati tubuhnya.

Pada saat itu, Ye Qingi sedang duduk di atas tembok untuk menikmati sinar rembulan dan anggur. Setelah mendengarkan ini dari mata-matanya, tempat minum berbentuk labunya jatuh ke tanah, hancur berkeping-keping.

Setelah cukup lama tercengang kehabisan kata-kata, ia akhirnya berhasil mengutarakan: “Aneh sekali wanita itu. Namun, jika Yang Mulia Kaisar dapat menoleransinya bahkan ketika ia bertingkah seperti itu, kejahatan apa yang mungkin dilakukannya sampai Kaisar memberikannya sebagai selirku?”

Mata-mata itu mempertimbangkan sesaat sebelum berkata: “Ia ... menuliskan sepucuk surat cinta kepada Yang Mulia Permaisuri.”

Mengambil seorang selir berbeda dengan menikahi seorang istri. Dimulai dari usulan pernikahan kepada pendamping pengantin wanita, dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk melakukan keenam ritual secara berurutan untuk menyambut seorang pengantin wanita ke dalam suatu keluarga. 

(T/N : Ke-enam ritual tradisional dalam sebuah pernikahan adat Tiongkok adalah lamaran, menentukan kecocokan tanggal lahir pengantin wanita dan pria, bertukar tanggal lahir/pertunangan secara formal, bertukar mahar, memilih tanggal yang baik, dan prosesi/upacara pernikahan.)

Di lain pihak, untuk menikahi seorang selir, hanya perlu memilih tanggal acak dan mengantarkannya masuk melalui pintu belakang. Sejak usia muda, Ye Qingti sudah memfokuskan diri di medan perang dan tidak terlalu tertarik dalam urusan percintaan.

Tiba-tiba saja, ia jadi cukup penasaran tentang si Selir Chen ini.

Di hari Selir Chen masuk ke dalam rumahnya, meskipun sudah larut malam, ia meninggalkan ruang bacanya, Ye Qingti masih terpikir untuk mampir ke Kediaman Biyun untuk bertemu dengan wanita menarik ini.

Karena ia tidak ingin mengganggu pelayannya untuk membukakan pintu, si Houjue melompat melewati tembok untuk memasuki Kediaman Biyun.

Sebelum kakinya dapat menyentuh tanah, ia mendengarkan tawa jelas yang mirip dengan lonceng perak. Ia melirik ke arah datangnya suara ini. Terpampang di depan matanya adalah  kolam teratai berwarna terang dengan dedaunan hijau yang lebat.

Beberapa meter jauhnya, seorang wanita berjubah putih tengah menginjak permukaan air untuk mengejar kunang-kunang. Dalam sinar rembulan, terkadang, ia berputar.

Tato bunga mekar di antara alis seperti kayu hitamnya, mata terangnya tampak mengaburkan cahaya bintang di angkasa, dan senyumannya menjadikan wajah cantiknya jauh lebih memesona. 

Si Houjue terhenti di jalannya.

Dua baris puisi yang dipelajarinya semasa kecil mendadak datang kembali ke pikirannya: 

Ia seredup sinar bulan yang tertutup awan, dan sesejuk kepingan salju yang berterbangan.

(T/N: Baris ini dikutip dari “Rhapsody on the Luo Goddess” (洛神賦) milik Cao Zhi dimana ia mendeskripsikan seorang wanita cantik misterius yang muncul di hadapannya di Sungai Luo, yang ia maksud seperti seorang dewi, dan seseorang yang ternyata adalah Lady Zhen, saudara iparnya.)

Di saat ia melompati dinding, ia mendarat di balik sebatang pohon pir tua dan tanpa sengaja menginjak ranting kering yang sudah jatuh. Bunyi patahan kering itu jelas terdengar di malam yang tenang.

Sudah pasti, kewaspadaan timbul dalam roman wajah wanita itu. Cahaya putih hangat langsung terbentuk dan terbang menuju paviliun di atas permukaan air itu. Di balik cahaya itu, wanita tersebut sudah tak tampak dimana pun.

Ia terburu-buru menuju paviliun air itu. Di dalamnya, seorang wanita berpakaian biru sedang mengusap mata mengantuknya selagi ia bangkit dari bangku batu. Wanita berpakaian biru itu berwajah bulat dan hanya bisa dikatakan elegan.

Bengong, ia menatap Ye Qingti beberapa saat, lalu berkata, “Ye Houjue?”

Ye Qingti mengingat tato bunga di keningnya. Bukan, bukan tato; kelihatannya seperti tanda lahir—setangkai bunga yang sangat indah, mirip seperti bulu phoenix yang terbuka, sama persis dengan bunga yang terdapat di kening si wanita dari beberapa waktu yang lalu.

Telah menjaga perbatasan selama bertahun-tahun, ia sudah melihat segala macam hal aneh. 

Selagi Ye Qingti memerhatikan kepura-puraannya yang menggemaskan dan lucu, ia bertanya terus terang padanya, “Apakah kau seorang iblis wanita?”

Ye Qingti pikir, ia akan membantahnya seperti waktu ia menyaksikan seorang iblis ular menikahi seorang pemburu di desa kecil dekat perbatasan di tahun ia menginjak usia ke dua puluh.

Bahkan meskipun ekornya sudah ketahuan, ia masih mati-matian membela dirinya sendiri.

Akan tetapi, Selir Chen membeku selama beberapa detik sebelum ia memberengut dengan sedih pada Ye Qingti: “Apakah aku terlihat seperti seorang iblis wanita?”

Tanpa menunggu balasannya, ia mendesah lagi. 

“Makin lama makin parah. Dulu, aku dituduh sebagai seorang iblis bunga hanya karena bunga yang ada di keningku. Bahkan saat aku berada dalam wujud asliku, aku masih juga disangka sebagai seorang iblis wanita? Bagaimana? Pernahkah kau bertemu iblis wanita secantik diriku?”

Tepat karena kecantikannya yang begitu tidak masuk akal itulah, maka Ye Qingti begitu yakin kalau ia adalah iblis wanita. Namun, karena wanita ini menanyakan padanya apakah ia pernah bertemu seorang iblis wanita secantik dirinya, ia mendadak terpikirkan hipotesis lainnya.

Sejauh apa pun itu terdengar, Ye Qingti masih bertanya padanya dengan seulas senyum dalam matanya, “Lalu, apakah kau ingin mengatakan kau adalah dewi dari Langit?”

Ia mengerucutkan bibirnya. 

“Kalian para manusia mengira kalau dewa-dewi hanya ada di Langit? Aku bukan dewi dari Langit, melainkan seorang dewi dari Kerajaan Qingqiu. Pernahkah kau mendengar tentang Wilayah Timur? Aku adalah dewi Fengjiu dari Wilayah Timur.”

Saat ia mengucapkan perkataan ini, mata jernihnya menunjukkan sejejak kilap menggoda. Meskipun itu adalah wajah Selir Chen, sulit melupakan wajah itu hanya dengan memerhatikan mata briliannya.

Jantung Ye Qingti berdebar tak menentu di dalam dadanya.

Selama dua puluh tiga tahun di dunia, Ye Qingti tidak pernah tahu apa itu cinta. Meski begitu, ketika akhirnya ia mengalami itu untuk pertama kalinya, ia jatuh cinta pada seorang dewi. 

Dewi ini sangat cantik, ceria dan baik, jago memasak, dan fasih berbicara mengenai ilmu bela diri. Ia pun akrab dengannya. Menurut perkataannya, ia sengaja datang ke dunia bawah kali ini untuk merancang sebuah ujian percintaan untuk Kaisar mereka.

“Hei, apa kau memahami apa artinya menciptakan sebuah ujian?” ia bertanya pada Ye Qingti.

“Sebenarnya aku bukanlah orang yang bertanggung jawab dalam menciptakan ujian. Aku hanya sedang sial. Seharusnya aku datang kemari untuk membalas budi, tapi aku malah berakhir bertemu dengan bibiku yang sedang mengubah takdir seseorang dan sementara ini jadi terlibat.”

Fengjiu mengeluhkan tentang Kaisar padanya: “Siming memaksaku menciptakan sebuah ujian percintaan untuknya. Apa kau tahu seberapa banyaknya aku telah menderita? Siming memberikanku  skenario sebagai referensinya. Aku telah melakukan apa pun yang akan dilakukan oleh seorang gadis yang tidak tahu terima kasih untuk melukai seorang pria, tetapi ia masih juga mencintaiku tanpa putus asa.”

Ia pun menggigil dalam udara dingin. 

“Aku tidak punya pilihan lain selain memilih usaha terakhir dengan menuliskan sepucuk surat cinta untuk Permaisurinya.”

Ia mendesah: “Aku telah membungkuk begitu rendah, jadi, beritahu aku sesuatu, bukankah seharusnya ia memberikanku sehelai kain sutra putih atau secangkir anggur beracun? Apa yang dipikirkannya ketika ia memberikanku padamu sebagai seorang selir? Sekarang aku bahkan tidak akan berani pergi supaya aku jangan sampai melibatkanmu.”

Fengjiu memperlakukannya seperti seorang teman, selalu berbagi rahasia dengannya mengenai apa pun yang ada dalam pikirannya.

Ye Qingti memegangi sekendi anggur dan meneguknya sembari tersenyum. Ia tidak ingat dimana ia pernah mendengar pepatah mengatakan kalau dewa-dewi tidak memiliki perasaan.

Para makhluk abadi tidak memiliki tujuh emosi dan enam keinginan.

Karena ia jatuh cinta pada seorang dewi, cintanya tidak akan pernah berujung kemana pun. Terkadang, ia membenci malam ketika ia mengizinkan hatinya merasa tergerak. Lalu, terkadang ia membenci saat-saat rentannya yang bertahan selama lima tahun, terpancang dalam di lubuk hatinya tanpa ada cara untuk menyingkirkannya.

Ia ragu-ragu, ia bergumul, ia pergi mendengarkan ceramah Pendeta Kekaisaran, ia bermeditasi bersama dengan para biksu terkenal, tetapi pada akhirnya, ia masih ingin kembali ke sisinya.

Bahkan kalaupun ia hanya bisa memerhatikan Fengjiu dari kejauhan, itu sudah cukup. Fengjiu bilang bahwa ia datang untuk menciptakan sebuah ujian percintaan untuk sang Kaisar. Fengjiu mungkin juga datang untuk menciptakan ujian percintaan untuknya.

Ye Qingti tidak pernah berpikir untuk memberinya beban apa pun. Ia berniat untuk membawa perasaannya sampai ke kubur. Tetapi, menjelang kematiannya, ia gagal mengendalikan dirinya sendiri.

Semenjak Selir Chen melukai hati Yang Mulia Kaisar, sang Kaisar mulai membenamkan dirinya dalam pembelajaran keagamaan. Ia jadi sangat memercayai seorang pendeta Dao, sangat memercayainya sampai-sampai ia bahkan ingin menunjuknya sebagai seorang Pendeta Kekaisaran dan membangun sebuah kuil Kekaisaran agar mereka dapat mendiskusikan jalan Dao pada tanggal 15 tiap bulannya.

Malam itu, Ye Qingti mengetahui bahwa pendeta itu sebenarnya adalah seorang iblis jahat. Mengincar jiwa sang Kaisar untuk dibuat menjadi eliksir, ia telah berusah payah merencanakannya selama lima tahun.

Ia berniat mengambil keuntungan dari aura yin ekstrim di malam itu untuk merenggut nyawa sang Kaisar. Oleh karena itulah, saat Kaisar mendatangi kuil seperti biasa, tentu saja si iblis sudah siap mencelakainya dengan pedang Lanyu.

Ye Qingti tidak menyangka kalau lonceng perak yang dikenakan Fengjiu adalah sebuah benda magis yang digunakan untuk mendeteksi bahaya yang ada di sekitar Kaisar. Ia juga tidak menyangka bahwa seorang dewi dapat memiliki perasaan.

Pada saat itu, pedang Lanyu langsung mengarah kepada Kaisar, wajah Fengjiu pucat pasi. Ketika ia menerjang ke depan untuk menghalangi Kaisar terkena pedang itu, ia meneriakkan dua kata, ‘Donghua’, menyayat hati. 

Nama Kaisar bukanlah Donghua. Itu adalah pertama kalinya Ye Qingti mendengar nama itu.

Fengjiu tidak ragu melompat ke depan Kaisar, dan Ye Qingti, dirinya pun tak ragu melompat ke depan Fengjiu.

Ujung pedang Lanyu menancap masuk ke dalam jantungnya, namun pedangnya dipegangi dengan kuat dalam genggamannya.

Ye Qingti takut ujung pedangnya akan menembus dadanya dan melukai wanita yang tengah berdiri di belakangnya. Iblis itu mati terbunuh oleh serangan pedang Fengjiu. Para penjaga yang berdiri di luar terlambat mengelilingi Kaisar untuk membentuk sebuah pelindung.

Ye Qingti akhirnya tidak mampu bertahan lagi dan tergeletak di dalam pelukan Fengjiu. Ia selalu tersenyum kapan saja Fengjiu mengomelinya. Di saat-saat terakhirnya, seulas senyuman masih bisa ditemukan di atas wajah tak berwarnanya.

“Mereka bilang ... para dewa-dewi tidak memiliki perasaan, jadi aku ... memercayainya. Tetapi sesungguhnya ... dewa-dewi pun bisa jatuh cinta, kan?”

Ye Qingti melihatnya menangis dan mengangguk. Harapan menyala dalam hatinya. 

“Kita tidak ditakdirkan bersama di dalam kehidupan ini. Jika mungkin ... bisakah kita membuat sebuah janji ... di kehidupan kita selanjutnya?”

Ia masih menangis. Air mata berjatuhan mengenai wajah Ye Qingti, tetapi Fengjiu tidak memberikan jawaban yang diharapkan olehnya.

Fengjiu tersedu-sedu, “Qingti, aku berutang padamu di kehidupan ini. Aku pasti akan membalas budimu.”

“Qingti, aku akan berkabung untukmu selama tiga masa kehidupan.”

“Qingti, beristirahatlah dalam damai.”

Ye Qingti begitu mencintainya. Ia mempertaruhkan nyawanya demi Fengjiu. Namun, tidak ada namanya menukarkan nyawa demi cinta di dunia ini.

Fengjiu jelas-jelas memberitahunya, makhluk abadi dapat jatuh cinta, tetapi dewi itu tidak bersedia memberikan cintanya untuk Ye Qingti.

Fengjiu menangis, mengatakan padanya, ia akan membalas budinya.

Kehidupan dapat dikembalikan, tetapi apakah cinta adalah sesuatu yang dapat dikembalikan?

0 comments:

Posting Komentar