Kamis, 02 Oktober 2025

RTMEML - Chapter 57

 Chapter 57 : Perwira Mo Qing


Rebirth of the MaliciousEmpress of Military Lineage: Chapter 57


Setelah kelas, Shen Yue berjalan ke arah Shen Miao dan tersenyum selagi ia berkata, “Hari ini Nona Yi sudah mengundang Kakak Pertama dan aku ke kediamannya, jadi kami tidak akan kembali bersamamu. Adik Kelima, kau pulang saja duluan.”

Yi Pei Lan dan Shen Yue alaminya dekat satu sama lain dan akan kerap mengirimkan undangan kepada mereka, tetapi mengecualikan Shen Miao. Saking biasanya, hingga tidak ada anehnya. Mendengar itu, Shen Miao tidak bereaksi dan hanya mengiyakan.

Belakangan ini, sikap keluarga Shen terhadap Shen Miao sangat hangat dan ceria, kemungkinan karena mereka sudah punya rencana dalam pikirannya. Shen Miao juga terlalu malas untuk mempedulikan tentang mereka sekarang, karena ada hal-hal yang sangat penting dan tentu saja bukan hal sepele macam ini.

***

Sekembalinya dengan kereta kuda, harus melewati jalan paling makmur ibu kota Ding.

Gu Yu berkata, “Gui Hua Fang ada di depan. Bukankah Nona paling menyukai kue dari sana? Hamba akan pergi dan membeli beberapa kuenya.”

“Pergilah,” kata Shen Miao sambil tersenyum.

Setelah Gu Yu turun dari kereta, Jing Zhe membuka tirai kereta untuk melihat keluar dan terkejut setelah melihat ke area tertentu. Shen Miao melihat ke arah pandangannya dan melihat bahwa kereta kudanya berhenti di samping Gui Hua Fang, di depan sebuah toko pegadaian. Pada saat itu, ada kerumunan orang yang sepertinya memperdebatkan sesuatu.

Pekerja dari toko pegadaian itu memperlihatkan tanda ketidaksabaran, bahkan suaranya dapat didengar dengan jelas oleh Shen Miao, “Aku sudah bilang kalau harganya dua belas Liang, kau mau jual atau tidak! Itu hanya sebilah pedang, tuan ini sebaiknya tidak menyusahkan kami.”

“Sepertinya, Penjaga Toko Yu tidak bisa berbisnis,” kata Jing Zhe.

Shen Miao sudah melihatnya. Toko pegadaian adalah bisnis, dan tentu saja akan mendorong harganya lebih murah dan tentu saja ini akan membuat orang yang datang untuk menggadaikan barang mereka, tak bisa menerima harganya, tetapi masih tidak mau pergi. Sehingga situasinya jadi buntu.

“Tidak ada yang layak untuk dilihat.”

Melihat tatapan Shen Miao berpindah, Jing Zhe menurunkan tirainya. Tak lama kemudian, Gu Yu membawa satu kantong kertas besar kembali dan Jing Zhe menyibakkan tirainya untuk membiarkannya masuk.

Selama waktu singkat pembukaan tirai itu, tatapan Shen Miao tertuju ke luar kereta dan melihat bahwa orang yang tengah berdebat dengan si pekerja toko pegadaian, berbalik dan berjalan keluar menerobos kerumunan dan ia memeluk sebilah pedang. Kemungkinan besar, ia tidak bertransaksi dan kecewa.

Ketika Gu Yu naik ke kereta, ia hendak menutup tirai kereta, tetapi dihentikan oleh Shen Miao sementara ia menatap lekat pada orang yang sedang membawa pedang itu. Itu adalah seorang pemuda dan pakaiannya juga biasa, seperti tampangnya. Melihat Nona mereka memandangi pria asing ini, Gu Yu dan Jing Zhe sama sekali tidak mengerti.

Shen Miao mengerutkan dahi. Kenapa orang ini begitu familier?

Pemuda itu menggelengkan kepalanya dan menghela napas sebelum menatap pedang di pelukannya dalam-dalam. Ia menggertakkan giginya dan berbalik menuju toko pegadaian tersebut, sepertinya, akhirnya ia memutuskan untuk melakukan transaksi yang tidak memuaskan ini.

“Gu Yu!”

Tepat ketika pemuda itu berbalik, Shen Miao mendadak berteriak, “Turun dan hentikan dia. Katakan padanya bahwa aku menginginkan pedangnya!”

“Nona ...”

Jing Zhe dan Gu Yu menatapnya kaget. Mereka sungguh tidak tahu kenapa Shen Miao melakukan ini.

“Cepat!” kata Shen Miao dingin.

Melihat tampang seriusnya, Gu Yu tak berani bertanya lebih dan segera melompat turun dari kereta dan menuju ke pemuda itu.

Saat pemuda itu mengambil selangkah, ia bisa mendengar seseorang di belakangnya berkata, “Tuan, tunggu sebentar.”

Ia berbalik dan melihat seorang wanita berpakaian seragam pelayan bergegas ke arahnya, sebelum tersenyum, “Apa Tuan akan ke toko pegadaian untuk menggadaikan pedang yang Anda pegang?”

Pemuda itu terkejut sejenak tetapi tidak menyembunyikannya dan berkata, “Iya.”

Wanita itu terus berbicara, “Ternyata, Nona-ku menginginkan pedang yang Anda pegang. Apakah Tuan bersedia untuk melanjutkan transaksi ini?”

Pemuda itu melihat orang lainnya dan meskipun ia melihat bahwa ekspresi wanita itu tidak palsu, ia tetap menggelengkan kepalanya, “Pedangku ini bukan tipe yang halus, dan lebih ke sisi praktisnya. Kalau nonamu mau, lebih baik pergi ke toko persenjataan untuk menempa pedangnya.”

Dalam hatinya, ia benar-benar kagum, karena bagaimana mungkin wanita biasa berminat dengan pedang. Itu tak lebih dari memandangnya sebagai mainan untuk dimainkan. Sayangnya, pedangnya terlalu tajam, dan tidak akan baik apabila tanpa sengaja melukai diri sendiri.

Ekspresi Gu Yu jadi sedikit rileks, dan hatinya menghela napas lega. Orang di depan ini, jelas sekali sedang membutuhkan uang, tetapi bahkan lebih dulu memikirkan demi orang lain, tampaknya, ia juga adalah orang yang sangat jujur. Sebelumnya, ketika Shen Miao dengan anehnya ingin membeli pedang orang ini, ia agak cemas, tetapi kini, tampaknya orang lain itu bukanlah seseorang yang jahat.

Memikirkan ini, ekspresi Gu Yu jauh lebih lembut sewaktu ia berkata, “Nona-ku dengan tulus ingin bertransaksi dengan Tuan. Tuan silakan ke samping untuk berbicara.”

Orang lainnya kemungkinan besar tidak mengira bahwa Gu Yu segigih ini.

Melirik ke toko pegadaiannya, kemudian ia mengangguk tak berdaya, “Baiklah kalau begitu.”

***

Hingga mereka sampai di gang yang tidak ada siapa-siapa, terlihatlah sebuah kereta berhenti di tengah-tengahnya.

Gu Yu maju ke depan kereta dan berujar pelan, “Nona, ia di sini.”

Pemuda itu berjalan ke depan kereta dan ragu-ragu sebelum akhirnya menangkupkan tangannya, “Nona ini, pedang orang ini tidak cocok untuk digunakan perempuan, dan terlalu tajam, sehingga gampang untuk melukai diri sendiri. Itu ...”

“Siapa namamu?”

Kata-katanya belum juga selesai, ketika suara seorang wanita terdengar dari kereta. Suara ini kedengaran sepertinya umur orang itu tidak tua, tetapi ada perasaan yang tak terucap, seolah-olah itu adalah bangsawan yang telah mengalami banyak sekali pasang surut kehidupan, membuat orang tidak bisa menebak usia orang itu dalam waktu singkat.

“Nama orang ini Mo Qing.”

Setelah ragu-ragu sejenak, pemuda itu menangkupkan satu tinjunya ke tangan lainnya.

Setelah kalimat ini, tidak ada respon lain setelah sekian lama.

Tepat saat pemuda itu, Mo Qing, dan Gu Yu agak kebingungan, suara wanita dari dalam mengatakan, “Aku tidak berminat dengan pedangmu. Itu hanya besi rusak bagiku dan tidak ada artinya.”

Mendengarkan ucapan itu, jejak amarah muncul di wajah Mo Qing dan ia berkata, “Mungkinkah Nona sedang mempermainkan Mo Qing. Meskipun pedang ini biasa saja, tetapi pedang ini ditempa oleh seorang pendekar pedang terkenal dan telah menemaniku selama bertahun-tahun. Apabila Nona memanggil orang ini kemari untuk menghina, maka maafkan orang ini karena tidak ikut bermain.”

Setelah menyelesaikan perkataannya, ia ingin berbalik dan pergi, tetapi ketika ia mengangkat kakinya, ia mendengar helaan napas yang keluar dari kereta kuda itu. Helaan napas itu melayang ringan, tetapi sepertinya mengandung emosi yang tak bisa dijelaskan, menarik hati seseorang.

“Mo Qing, kau benar-benar kekurangan uang,” kata orang di dalam kereta kuda.

Mo Qing terkejut sesaat. Ia tidak tahu mengapa, tetapi ketika orang lainnya menyebut namanya, ada perasaan aneh yang timbul di hatinya. Perasaan ini sepertinya merasa sangat familier, tetapi ada beberapa misteri yang tak terduga di dalamnya. Tetapi, pada saat ketika ia mendengar orang lainnya berbicara, langkah kakinya mau tak mau secara otomatis berhenti, seolah tiap patah kata yang diucapkan orang itu adalah sesuatu yang tak bisa dibantahnya.

“Pedangmu, bagiku, tidak layak untuk disebutkan, akan tetapi, keahlian berpedangmu bernilai ratusan, ribuan emas.”

Mo Qing kebingungan tak bisa berkata-kata selagi ia menggelengkan kepalanya, “Nona terlalu memuji. Orang ini hanyalah orang biasa.”

Namun, hatinya kaget. Bagaimana orang ini mengetahui keahlian berpedangnya luar biasa.

“Seorang pahlawan tanpa uang, sama sekali bukanlah pahlawan, bahkan sampai menjual pedang berharga yang telah menemaninya selama bertahun-tahun. Hari-hari semacam ini akan benar-benar tidak pantas bagi keahlian berpedangmu.”

Tirai kereta kudanya tiba-tiba tersibak dan keluarlah seorang gadis berpakaian ungu.

Penampilannya lembut dan halus, tetapi ada sejenis keagungan dan wibawa yang langka tampak di alisnya.

“Mo Qing, apa kau bersedia menjual seluruh tubuhmu yang dipenuhi dengan keahlian seni bela diri kepada keluarga Shen dari garis keturunan militer kami?”

Shen Miao bertanya sambil tersenyum, tetapi matanya mengandung sentuhan kegembiraan seolah bertemu dengan seorang teman lama.

Komandan para pengawal, Mo Qing dari kehidupan yang sebelumnya ...

Yakin bahwa kau baik-baik saja semenjak terakhir kali kita berjumpa.

0 comments:

Posting Komentar