Chapter 57 : Perwira Mo Qing
Rebirth of the MaliciousEmpress of Military Lineage: Chapter 57
Setelah kelas, Shen
Yue berjalan ke arah Shen Miao dan tersenyum selagi ia berkata, “Hari ini Nona
Yi sudah mengundang Kakak Pertama dan aku ke kediamannya, jadi kami tidak akan
kembali bersamamu. Adik Kelima, kau pulang saja duluan.”
Yi Pei Lan dan Shen
Yue alaminya dekat satu sama lain dan akan kerap mengirimkan undangan kepada mereka,
tetapi mengecualikan Shen Miao. Saking biasanya, hingga tidak ada anehnya.
Mendengar itu, Shen Miao tidak bereaksi dan hanya mengiyakan.
Belakangan ini, sikap
keluarga Shen terhadap Shen Miao sangat hangat dan ceria, kemungkinan karena
mereka sudah punya rencana dalam pikirannya. Shen Miao juga terlalu malas untuk
mempedulikan tentang mereka sekarang, karena ada hal-hal yang sangat penting
dan tentu saja bukan hal sepele macam ini.
***
Sekembalinya dengan
kereta kuda, harus melewati jalan paling makmur ibu kota Ding.
Gu Yu berkata, “Gui
Hua Fang ada di depan. Bukankah Nona paling menyukai kue dari sana? Hamba akan
pergi dan membeli beberapa kuenya.”
“Pergilah,” kata Shen
Miao sambil tersenyum.
Setelah Gu Yu turun
dari kereta, Jing Zhe membuka tirai kereta untuk melihat keluar dan terkejut
setelah melihat ke area tertentu. Shen Miao melihat ke arah pandangannya dan
melihat bahwa kereta kudanya berhenti di samping Gui Hua Fang, di depan sebuah
toko pegadaian. Pada saat itu, ada kerumunan orang yang sepertinya
memperdebatkan sesuatu.
Pekerja dari toko
pegadaian itu memperlihatkan tanda ketidaksabaran, bahkan suaranya dapat
didengar dengan jelas oleh Shen Miao, “Aku sudah bilang kalau harganya dua
belas Liang, kau mau jual atau tidak! Itu hanya sebilah pedang, tuan ini
sebaiknya tidak menyusahkan kami.”
“Sepertinya, Penjaga
Toko Yu tidak bisa berbisnis,” kata Jing Zhe.
Shen Miao sudah
melihatnya. Toko pegadaian adalah bisnis, dan tentu saja akan mendorong
harganya lebih murah dan tentu saja ini akan membuat orang yang datang untuk
menggadaikan barang mereka, tak bisa menerima harganya, tetapi masih tidak mau
pergi. Sehingga situasinya jadi buntu.
“Tidak ada yang layak
untuk dilihat.”
Melihat tatapan Shen
Miao berpindah, Jing Zhe menurunkan tirainya. Tak lama kemudian, Gu Yu membawa
satu kantong kertas besar kembali dan Jing Zhe menyibakkan tirainya untuk
membiarkannya masuk.
Selama waktu singkat
pembukaan tirai itu, tatapan Shen Miao tertuju ke luar kereta dan melihat bahwa
orang yang tengah berdebat dengan si pekerja toko pegadaian, berbalik dan
berjalan keluar menerobos kerumunan dan ia memeluk sebilah pedang. Kemungkinan
besar, ia tidak bertransaksi dan kecewa.
Ketika Gu Yu naik ke
kereta, ia hendak menutup tirai kereta, tetapi dihentikan oleh Shen Miao
sementara ia menatap lekat pada orang yang sedang membawa pedang itu. Itu
adalah seorang pemuda dan pakaiannya juga biasa, seperti tampangnya. Melihat
Nona mereka memandangi pria asing ini, Gu Yu dan Jing Zhe sama sekali tidak
mengerti.
Shen Miao mengerutkan
dahi. Kenapa orang ini begitu familier?
Pemuda itu
menggelengkan kepalanya dan menghela napas sebelum menatap pedang di pelukannya
dalam-dalam. Ia menggertakkan giginya dan berbalik menuju toko pegadaian
tersebut, sepertinya, akhirnya ia memutuskan untuk melakukan transaksi yang
tidak memuaskan ini.
“Gu Yu!”
Tepat ketika pemuda
itu berbalik, Shen Miao mendadak berteriak, “Turun dan hentikan dia. Katakan
padanya bahwa aku menginginkan pedangnya!”
“Nona ...”
Jing Zhe dan Gu Yu
menatapnya kaget. Mereka sungguh tidak tahu kenapa Shen Miao melakukan ini.
“Cepat!” kata Shen
Miao dingin.
Melihat tampang
seriusnya, Gu Yu tak berani bertanya lebih dan segera melompat turun dari
kereta dan menuju ke pemuda itu.
Saat pemuda itu
mengambil selangkah, ia bisa mendengar seseorang di belakangnya berkata, “Tuan,
tunggu sebentar.”
Ia berbalik dan
melihat seorang wanita berpakaian seragam pelayan bergegas ke arahnya, sebelum
tersenyum, “Apa Tuan akan ke toko pegadaian untuk menggadaikan pedang yang Anda
pegang?”
Pemuda itu terkejut
sejenak tetapi tidak menyembunyikannya dan berkata, “Iya.”
Wanita itu terus
berbicara, “Ternyata, Nona-ku menginginkan pedang yang Anda pegang. Apakah Tuan
bersedia untuk melanjutkan transaksi ini?”
Pemuda itu melihat orang
lainnya dan meskipun ia melihat bahwa ekspresi wanita itu tidak palsu, ia tetap
menggelengkan kepalanya, “Pedangku ini bukan tipe yang halus, dan lebih ke sisi
praktisnya. Kalau nonamu mau, lebih baik pergi ke toko persenjataan untuk
menempa pedangnya.”
Dalam hatinya, ia
benar-benar kagum, karena bagaimana mungkin wanita biasa berminat dengan
pedang. Itu tak lebih dari memandangnya sebagai mainan untuk dimainkan.
Sayangnya, pedangnya terlalu tajam, dan tidak akan baik apabila tanpa sengaja
melukai diri sendiri.
Ekspresi Gu Yu jadi
sedikit rileks, dan hatinya menghela napas lega. Orang di depan ini, jelas
sekali sedang membutuhkan uang, tetapi bahkan lebih dulu memikirkan demi orang
lain, tampaknya, ia juga adalah orang yang sangat jujur. Sebelumnya, ketika
Shen Miao dengan anehnya ingin membeli pedang orang ini, ia agak cemas, tetapi
kini, tampaknya orang lain itu bukanlah seseorang yang jahat.
Memikirkan ini,
ekspresi Gu Yu jauh lebih lembut sewaktu ia berkata, “Nona-ku dengan tulus
ingin bertransaksi dengan Tuan. Tuan silakan ke samping untuk berbicara.”
Orang lainnya
kemungkinan besar tidak mengira bahwa Gu Yu segigih ini.
Melirik ke toko
pegadaiannya, kemudian ia mengangguk tak berdaya, “Baiklah kalau begitu.”
***
Hingga mereka sampai
di gang yang tidak ada siapa-siapa, terlihatlah sebuah kereta berhenti di
tengah-tengahnya.
Gu Yu maju ke depan
kereta dan berujar pelan, “Nona, ia di sini.”
Pemuda itu berjalan
ke depan kereta dan ragu-ragu sebelum akhirnya menangkupkan tangannya, “Nona
ini, pedang orang ini tidak cocok untuk digunakan perempuan, dan terlalu tajam,
sehingga gampang untuk melukai diri sendiri. Itu ...”
“Siapa namamu?”
Kata-katanya belum
juga selesai, ketika suara seorang wanita terdengar dari kereta. Suara ini
kedengaran sepertinya umur orang itu tidak tua, tetapi ada perasaan yang tak
terucap, seolah-olah itu adalah bangsawan yang telah mengalami banyak sekali
pasang surut kehidupan, membuat orang tidak bisa menebak usia orang itu dalam
waktu singkat.
“Nama orang ini Mo
Qing.”
Setelah ragu-ragu
sejenak, pemuda itu menangkupkan satu tinjunya ke tangan lainnya.
Setelah kalimat ini,
tidak ada respon lain setelah sekian lama.
Tepat saat pemuda
itu, Mo Qing, dan Gu Yu agak kebingungan, suara wanita dari dalam mengatakan,
“Aku tidak berminat dengan pedangmu. Itu hanya besi rusak bagiku dan tidak ada
artinya.”
Mendengarkan ucapan
itu, jejak amarah muncul di wajah Mo Qing dan ia berkata, “Mungkinkah Nona
sedang mempermainkan Mo Qing. Meskipun pedang ini biasa saja, tetapi pedang ini
ditempa oleh seorang pendekar pedang terkenal dan telah menemaniku selama
bertahun-tahun. Apabila Nona memanggil orang ini kemari untuk menghina, maka
maafkan orang ini karena tidak ikut bermain.”
Setelah menyelesaikan
perkataannya, ia ingin berbalik dan pergi, tetapi ketika ia mengangkat kakinya,
ia mendengar helaan napas yang keluar dari kereta kuda itu. Helaan napas itu
melayang ringan, tetapi sepertinya mengandung emosi yang tak bisa dijelaskan,
menarik hati seseorang.
“Mo Qing, kau
benar-benar kekurangan uang,” kata orang di dalam kereta kuda.
Mo Qing terkejut
sesaat. Ia tidak tahu mengapa, tetapi ketika orang lainnya menyebut namanya,
ada perasaan aneh yang timbul di hatinya. Perasaan ini sepertinya merasa sangat
familier, tetapi ada beberapa misteri yang tak terduga di dalamnya. Tetapi,
pada saat ketika ia mendengar orang lainnya berbicara, langkah kakinya mau tak
mau secara otomatis berhenti, seolah tiap patah kata yang diucapkan orang itu
adalah sesuatu yang tak bisa dibantahnya.
“Pedangmu, bagiku,
tidak layak untuk disebutkan, akan tetapi, keahlian berpedangmu bernilai
ratusan, ribuan emas.”
Mo Qing kebingungan
tak bisa berkata-kata selagi ia menggelengkan kepalanya, “Nona terlalu memuji.
Orang ini hanyalah orang biasa.”
Namun, hatinya kaget.
Bagaimana orang ini mengetahui keahlian berpedangnya luar biasa.
“Seorang pahlawan
tanpa uang, sama sekali bukanlah pahlawan, bahkan sampai menjual pedang
berharga yang telah menemaninya selama bertahun-tahun. Hari-hari semacam ini
akan benar-benar tidak pantas bagi keahlian berpedangmu.”
Tirai kereta kudanya
tiba-tiba tersibak dan keluarlah seorang gadis berpakaian ungu.
Penampilannya lembut
dan halus, tetapi ada sejenis keagungan dan wibawa yang langka tampak di
alisnya.
“Mo Qing, apa kau
bersedia menjual seluruh tubuhmu yang dipenuhi dengan keahlian seni bela diri
kepada keluarga Shen dari garis keturunan militer kami?”
Shen Miao bertanya
sambil tersenyum, tetapi matanya mengandung sentuhan kegembiraan seolah bertemu
dengan seorang teman lama.
Komandan para
pengawal, Mo Qing dari kehidupan yang sebelumnya ...
Yakin bahwa kau
baik-baik saja semenjak terakhir kali kita berjumpa.
0 comments:
Posting Komentar