Selasa, 03 Juni 2025

TPB : Back to Chaos in a Dream - Chapter 2

  Three Lives Three Worlds, The Pillow Book

Pillow Book of Samsara

Back to Chaos in a Dream : Chapter 2



Laut Giok Surgawi adalah suatu tempat suci yang penuh dengan kebajikan spiritual terdalam di Empat Lautan dan Delapan Dataran. Terletak di ujung Langit, dan pemiliknya adalah Dong Hua Di Jun.

Dewa Agung Zhe Yan duduk di bawah kanopi pohon bunga lonceng Buddha di dalam istana batu di Laut Giok Surgawi, memerhatikan si pemuda berambut perak, yang sudah pergi tiga tahun yang lalu, berkonsetrasi pada bidak catur batu putih. Ia punya banyak pertanyaan untuk ditanyakan, tetapi saat ini, ia tidak dapat menemukan cara untuk mendekatinya.

(T/N : 铃花 Fo Ling Hua, bunga lonceng Buddha; 碧海苍灵 Bi Hai Cang Ling—diperpendek jadi Laut Giok Surgawi.)

Pada Penobatan Dewa-Dewa Era Baru, pemuda itu dianugerahi gelar, Makhluk Suci Agung Kerajaan Giok dari Delapan Dataran, Penolong Dunia, Juru Selamat dari Penderitaan, Dong Hua dari Istana Ungu, Kaisar Penguasa Matahari Muda. Sebuah istana yang sesuai dengan gelarnya dibangun untuknya di langit ke-13 Jiu Chong Tian.

Oleh karena itu, Di Jun adalah penguasa Delapan Dataran. Jabatan ilahi ini mengendalikan setiap dewa surgawi di seluruh Langit dan Bumi, jadi itu adalah jabatan resmi yang sangat penting dan substansial. Semua orang mengetahui bahwa Dong Hua memang hidup di Istana Tai Chen di langit ke-13 Jiu Chong Tian selama tiga bulan, mengurusi masalah di sana selama beberapa waktu. Namun, di hari setelah Mo Yuan menghilang, Di Jun meninggalkan Jiu Chong Tian dan kembali ke rumahnya di Laut Giok Surgawi, untuk selanjutnya mengasingkan diri dari dunia.

Waktu keberangkatan Di Jun begitu dekat dengan Mo Yuan, hingga banyak makhluk abadi yang berspekulasi bahwa Di Jun mungkin mengetahui alasan di balik kepergian Mo Yuan. Para Dewa berpikiran untuk bertanya ke Laut Giok Surgawi, tetapi Laut Giok Surgawi ditutup bagi orang luar selama tiga tahun berikutnya. Di Jun telah menyegel Laut Giok Surgawi dengan bangsal pembatas yang begitu kuat, hingga bahkan seekor nyamuk pun tidak bisa terbang melewatinya, jadi semua orang memutuskan untuk menghentikan niat itu.

Pada hari ini, Dewa Agung Zhe Yan beruntung untuk duduk di bawah kanopi pohon bunga lonceng Buddha, bermain catur bersama Di Jun, tetapi ini juga sepenuhnya mengandalkan kegigihannya untuk sesekali berjaga-jaga di dekat pintu belakang Laut Giok Surgawi selama tiga tahun terakhir. Itu bukan prestasi yang mudah, tetapi ia terus mengamati hingga si pengurus, Fei Wei shen xian, pergi untuk mengurusi beberapa hal, sebelum akhirnya ia dibawa masuk.

Batu putih itu mendarat di papan catur sementara Di Jun melihat ke arah Dewa Agung Zhe Yan yang mengerutkan alisnya dengan erat, dan bertanya, “Kau sudah berpergian jauh untuk datang kemari, aku yakin kau tidak hanya datang kemari untuk bermain catur denganku?”

Zhe Yan terkejut sesaat, lalu ia tersenyum, “Kau benar-benar terus-terang seperti biasanya, aku memang datang untuk menanyakan beberapa hal.”

Ia menjeda sejenak, “Apa kau memiliki informasi orang dalam, mengenai menghilangnya Mo Yuan? Apakah ia pergi karena Shao Wan? Apakah kau tahu dimana ia berada sekarang?”

Di Jun tidak menjawab tiga pertanyaan tegangnya sekaligus.

Mengangkat cangkir tehnya dan menyesapnya, ia menjawab dengan gaya yang enteng dan acuh tak acuh, “Kau dan Mo Yuan sekelompok di sekolah, jadi kalian berdua jauh lebih dekat daripada aku. Apabila kau tidak mengetahui kemana perginya dia, mana mungkin aku bisa mengetahui keberadaannya?”

Dewa Agung Zhe Yan tersedak mendengar ucapannya, tetapi ia menghibur dirinya sendiri. Di Jun selalu berbicara pada orang lain dengan cara mencekiknya yang sama, jadi tidak perlu memasukkannya ke dalam hati. Selain itu, jika orang menggunakan pemikiran Di Jun, apa yang dikatakannya cukup masuk akal. Ketika tentang seberapa dekat atau seberapa jauhnya hubungan mereka, memang benar bahwa ia dan Mo Yuan jauh lebih dekat.

Zhe Yan pun jatuh dalam kenangannya.

Peristiwa itu terjadi hanya beberapa puluh ribu tahun yang lalu.

Di antara murid-murid Sekolah Rawa Air, pernah ada delapan kepribadian yang sangat kuat, dihormati oleh kebanyakan murid sebagai Delapan Makhluk Suci Liar Luar Biasa yang Dihormati. Meskipun hanya ada delapan anggota, mereka terbagi menjadi dua kelompok berbeda. Satu kelompok terdiri dari empat anggota dari ras Dewa, termasuk dirinya, Mo Yuan, Iblis Rubah Ekor Sembilan Qing Qiu, Bai Zi dan Xi Luo, yang sekarang menjadi bagian dari Alam Brahma Barat: putra Ayah Dewa, Mo Yuan, adalah ketua mereka.

(T/N : Sekolah Rawa Air : 水沼 Shui Zhao Ze; 寿华野八圣 Shou Hua Ye Ba Sheng.)

Kelompok lainnya terdiri dari tiga anggota yang dikelompokkan sebagai ras iblis. Terdiri dari Shao Wan, adik lelaki Xi Luo, Se Jia dan Xie Ming, yang telah mengubah tubuhnya ke Dunia Bawah; Leluhur Pendiri ras Iblis, Shao Wan, adalah ketua dari kelompok kecil ini.

(T/N : Shao Wan, Xie Ming, dan Se Jia adalah ras Dewa. Karena Shao Wan adalah Leluhur Dewi dari ras Iblis, ia adalah pemimpin terpadu dari berbagai klan iblis. Inilah alasan mengapa ia mengklasifikasikan kelompok kecilnya di sekolah di bawah panji iblis. Tetapi teknisnya, ia adalah dewi, bukan iblis berdasarkan ras.)

Jelas terlihat bahwa, selain dari kelompok empat dewa dan tiga iblis, ada satu makhluk suci yang ternyata tidak bergabung ataupun masuk ke kelompok mana pun. Orang ini tak lain adalah Dong Hua.

Pada waktu itu, ras Dewa dan Iblis memiliki perbedaan yang tak bisa didamaikan, jadi Delapan Makhluk Suci Liar Luar Biasa yang Dihormati adalah kelompok yang bergejolak, kerap kali saling berkelahi sendiri, hari demi hari.

Sebagai ketua dari dua kelompok yang bersaingan, Mo Yuan dan Shao Wan tentunya menjadi tokoh utama yang menghiasi tabloid sekolah, oleh sebab itu, nama Shao Wan lebih terang ketimbang Dong Hua pada masa itu. Namun, ketika itu tentang kekuatan seni bela diri, orang yang dapat bertarung dengan Mo Yuan bukanlah Shao Wan, tetapi orang yang tidak membuat cukup masalah untuk menjamin penampilannya di tabloid sekolah, Dong Hua Di Jun.

Tak diragukan lagi ia mengandalkan kekuatan dan tinjunya sendiri untuk mendominasi ujung Surga, dengan kejam membuat iblis dan monster di wilayah itu meringkuk di bawah perintahnya, tetapi Dong Hua Di Jun tidak membuat banyak masalah di sekolah.

Zhe Yan merasa bahwa, mungkin alasan utama untuk ini adalah kehadirannya yang sporadis di sekolah sejak awal. Apabila Dong Hua Di Jun melakukan kehormatan, kadang-kadang muncul di kelas, yang dilakukannya adalah tidur tepat di depan mata Guru. Berbeda dengannya, Shao Wan adalah seorang tiran sekolah yang kerap membuat masalah, tetapi yang mengejutkannya, ia tidak membolos sehari pun dari sekolah.

Dong Hua dan Shao Wan berteman semenjak mereka bertemu semasa anak kecil. Zhe Yan ingat masa itu ketika Dong Hua sering membolos, ia akan meminjam catatan dari Shao Wan untuk menangani ujian berkala. Tetapi, siapa yang menyangka, seorang tiran sekolah akan membuat catatan dengan bersungguh-sungguh.

Akibatnya, selama beberapa tahun pertama sekolah, Dong Hua dan Shao Wan berada di perahu yang sama; apa pun yang mengandalkan keterampilan mencatat yang baik untuk berhasil, seperti sastra suci, aritmatika, historiografi, semuanya gagal.

Satu-satunya alasan mereka tidak mengulangi peringkat tahun mereka dikarenakan nilai yang bagus dalam panahan, seni bela diri, dan seni sihir yang menarik nilai rata-rata mereka. Jelas terlihat bahwa mereka berdua adalah teladan dalam pertempuran.

Setelah itu, tabloid sekolah menampilkan perseteruan antara dua faksi dari Mahluk Suci Liar Luar Biasa yang Dihormati pun mulai meningkat. Si Guru, yang suka membaca tabloid sekolah ketika ia tidak ada kerjaan yang lebih baik untuk dilakukan, menjadi semakin khawatir tentang itu.

Walaupun Mo Yuan selalu terkenal sebagai pria berbudi luhur, si Guru benar-benar tercuci otaknya dengan apa yang dibacanya pada periode waktu itu, sampai-sampai ia membiarkannya memengaruhi bagaimana ia memandang Mo Yuan dan Shao Wan. Itulah mengapa ia mulai mencemaskan kalau perkelahian akan pecah, kapan saja mereka saling berbeda pendapat.

Guru pun panik sembari memikirkan solusinya. Meyakini bahwa idenya untuk memindahkan Shao Wan dari meja bersamanya dengan Mo Yuan adalah hal yang brilian untuk dilakukan, Guru mengatur ulang Xie Ming sebagai teman semeja baru Shao Wan; sementara Dong Hua, yang tidak pernah benar-benar berinteraksi sosial dengan Mo Yuan, menjadi teman semejanya yang baru.

Seperti yang diingat Zhe Yan, sepertinya hanya kedekatan posisi duduknya yang memungkinkan Dong Hua menyalin catatan Mo Yuan dari jarak dekat sebanyak dua kali. Tanpa diduga, Dong Hua imbang untuk tempat pertama dengan Mo Yuan dalam ujian berkala bulan itu juga.

Meskipun tidak ada yang mengungkapkan pemikiran mereka secara terbuka, sebagian besar teman sekelas merasa bahwa penghargaan semestinya diberikan untuk catatan Mo Yuan. Oleh sebab itu, selama jangka waktu tertentu, catatan Mo Yuan menjadi komoditas berharga di sekolah.

Tetapi, bulan berikutnya, tanpa diduga, Mo Yuan jatuh sakit dan tidak bisa bersekolah, jadi tidak ada seorang pun, termasuk Dong Hua, yang bisa meminjam catatannya. Tanpa catatan Mo Yuan, semua orang lainnya masih punya catatan mereka sendiri, dan setidaknya dapat mempersiapkan ujian mereka dengan beberapa tantangan. Namun, Dong Hua bukanlah orang semacam itu yang mencatat catatannya sendiri, dan akan selalu mencari catatan orang lain untuk disalin.

Kebetulan, Shao Wan, yang biasanya meminjamkannya catatannya di masa lalu, juga jatuh sakit dan tidak ada di sekolah. Sebagai gantinya, Dong Hua menyalin catatan Bai Zhi, dan sekali lagi menduduki peringkat teratas dalam penilaian bulan itu.

Semua orang, termasuk Dong Hua sendiri, menyadari bahwa, selama ia selalu memikirkan semuanya dan menahan diri untuk meminjam catatan Shao Wan, ia hampir selalu menjadi yang pertama dalam ujiannya.

Zhe Yan ingat bahwa Dong Hua hanya akan menyalin catatan dari tiga orang yang sama setelah itu—Mo Yuan, Bai Zhi, dan Xie Ming. Karena ia duduk paling dekat dengan Mo Yuan, Dong Hua tentunya menyalin paling banyak catatan darinya. Tetapi, selain dari menyalin catatan, hubungan Dong Hua dengan mereka sepertinya tetap biasa-biasa saja. Selain dari bertukar beberapa patah kata sewaktu meminjam dan mengembalikan catatan, biasanya tidak ada banyak hal yang ia katakan pada mereka.

Ketika perang antara lima ras pecah kemudian, Zhe Yan tidak tahu mengapa Dong Hua memilih untuk bertarung bersama Mo Yuan, atau bagaimanakah kedua pria itu bergaul di medan perang. Orang akan mengatakan mereka dekat. Lagipula, saat mereka memiliki musuh yang tangguh di segala sisi, mereka harus saling percaya demi bertahan hidup. Namun, tidak kelihatan seolah mereka bisa dianggap ‘dekat’ karena mereka masih terlihat tidak banyak bicara satu sama lain biasanya.

Di Jun dan Mo Yuan mungkin seperti apa yang Di Jun sendiri katakan, bahkan ketika soal itu, hubungan Zhe Yan sendiri dengan Mo Yuan sudah pasti jauh lebih dekat.

Seorang anak makhluk abadi melangkah maju untuk mengisi ulang teh mereka, menyentak Zhe Yan keluar dari kenangannya.

Kata-kata Di Jun tidak dapat dibantah, tetapi Dewa Agung Zhe Yan bukanlah anak berusia tiga tahun yang dapat dibodohi dan dihentikan dengan mudah. Barangkali Di Jun benar-benar tidak tahu kemana perginya Mo Yuan, tetapi ia selalu menjadi orang berwawasan luas dengan pandangan jauh ke depan. Tidak mungkin baginya untuk tidak mengetahui alasan di balik menghilangnya Mo Yuan.

Zhe Yan mempertimbangkannya sesaat, dan mengubah cara pendekatan pertanyaannya, “Mo Yuan,” ia memulai sebelum mengatur ulang perkataannya, “Walaupun permusuhan ras Dewa telah meningkat secara bertahap belakangan ini, Mo Yuan benar-benar bukan seorang dewa yang akan menikmati pertarungan dan pembunuhan, dan selalu menjadi pria yang rendah hati dan berbudi luhur. Kau juga mengetahui fakta ini. Ia tidak pernah menjadi bagian dari faksi pro-perang bahkan semasa kelas teori analek kita.

“Aku tidak akan menyembunyikannya darimu. Ketika ia memutuskan untuk maju ke medan perang untuk bergabung dalam peperangan kelima ras tujuh ratus tahun yang lalu, itu membuat Bai Zhi dan diriku lumayan syok. Tetapi aku sudah mendengar bahwa, malam sebelum ia membuat keputusan itu, ia bertemu Ayah Dewa dan Shao Wan. Itulah mengapa, selama bertahun-tahun, aku terus menebak-nebak, apakah ia membuat keputusan untuk bergabung dalam perang itu, karena apa yang dikatakan Ayah Dewa dan Shao Wan kepadanya, kan?”

Dong Hua sedikit mendongak selagi ia menikmati tehnya, tampak seolah ia merasa tidak percaya, “Mengenai masalah ini, daripada menanyakannya padaku sekarang, kenapa kau tidak menanyakannya pada Mo Yuan bertahun-tahun yang lalu saat ia masih ada?”

Sekali lagi, Zhe Yan tersedak mendengar perkataannya. Selain dari ramah-tamah pembukaan sejak ia menginjakkan kaki ke Laut Giok Surgawi hari ini, setiap kalimat yang diucapkannya dicekik oleh Di Jun, membuatnya mustahil untuk lanjut berbicara.

Namun, Zhe Yan tidak dikenal sebagai Dewa Agung dengan paling banyak akal untuk melakukan sesuatu dengan sukses tanpa alasan.

Ia menggertakkan giginya dan memaksakan dua tawa untuk memuluskan situasinya, “Heh, heh, bukankah ini karena aku tidak sempat menanyakannya tepat waktu, siapa yang tahu ia akan menghilang begitu saja?”

Namun demikian, Dewa Agung Zhe Yan tetap tidak berniat untuk mencicipi lidah berbisa Di Jun lagi. Ia sudah berpikir untuk menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini sebagai cara untuk membangun hubungan baik dengan Dong Hua, tetapi siapa yang menyangka ia tidak akan memedulikannya. Kalau begitu, tidak perlu bersusah payah untuk melakukannya. Akan lebih baik untuk dengan cepat menyampaikan pesan yang telah dipercayakan para Tetua ras Dewa padanya dengan jelas kepada Di Jun dan menyelesaikannya.

Ia pun batuk.

Membuang pembicaraan yang berlebihan, ia langsung ke pokok permasalahan tentang tujuan asli dari kunjungannya, “Beberapa pertanyaan sebelumnya adalah untuk memuaskan beberapa motif egoisku sendiri. Jika kau tidak mau menjawabnya, aku akan membiarkannya. Alasan sebenarnya aku datang hari ini adalah terutama untuk menyampaikan undangan agar kau kembali ke Jiu Chong Tian atas nama para Tetua dari ras Dewa.”

Menghadapi Dong Hua dengan ketulusan, “Para Tetua berharap kau dapat kembali ke Istana Tai Chen untuk mengatasi situasinya.”

Di Jun akhirnya berhenti menyesakkannya, “Oh? Baru tiga tahun, dan ras Dewa sudah dalam masalah?”

Menundukkan pandangannya untuk melihat ke papan catur, ia memencet batu di tangannya.

Setelah mendengar kata ‘masalah’, Zhe Yan mengungkapkan perasaan jujurnya sambil menghela napas, “Benar sekali.”

Dalam beberapa kata, ia menyampaikan ringkasan situasi sulit yang terjadi di dalam ras Dewa, “Mo Yuan pergi, dan kau mengasingkan dirimu dari dunia. Akibatnya, para Dewa memilih tangan kanan Mo Yuan, Dewa Agung Hou Zhen untuk mengambil alih dua tahun yang lalu. Hou Zhen dan Fu Ying, keduanya merupakan tangan kiri dan tangan kanan Mo Yuan.

“Saat Hou Zhen dipilih untuk mengambil alih, tentu saja Fu Ying menolak untuk menyerah. Dua faksi memiliki pendukung mereka masing-masing, yang memprotes di Aula Istana Ling Xiao, menciptakan kegemparan besar. Para Tetua meratap padaku, mengatakan jika Mo Yuan meninggalkan beberapa kata sebelum pergi dan secara resmi menunjuk penerus berikutnya, ras Dewa tidak akan berantakan sekarang.”

Saat ia berbicara hingga titik ini, ia pun membentangkan tangannya tak berdaya, “Seperti yang kau dengar, antara Dewa Agung Hou Zhen dan Dewa Agung Fu Ying, yang mana pun yang menjadi Raja para Dewa, yang lainnya tidak akan menyerah. Ketika waktu itu tiba, ras Dewa pasti akan menghadapi babak perselisihan internal.

“Untuk mencegah bencana semacam ini, satu-satunya cara adalah dengan hormat mengundang Dewa Agung yang dapat memberikan keseganan dari Delapan Dataran untuk menjadi Raja para Dewa. Para Tetua sudah mendiskusikan ini, dan dengan suara bulat menyetujui bahwa Dewa Agung ini adalah dirimu.”

Plek.

Batu hitam mendarat di papan caturnya.

Wajah Di Jun tetap tenang, “Sewaktu aku meninggalkan Istana Tai Chen, banyak di antara para Tetua yang kegirangan akan perubahan kejadiannya. Sekarang, karena mereka tidak bisa memperbaiki kekacauannya, mereka ingin aku untuk memperbaikinya?”

Ini adalah komentar yang mengejek, tetapi karena suara Di Jun tetap acuh tak acuh, itu menghilangkan ejekan dari kata-katanya, membuatnya terdengar seperti rasa ingin tahu yang tulus, “Apakah aku semudah itu untuk disuruh-suruh?”

Sewaktu Zhe Yan menerima tugas ini, ia mengerti bahwa keberhasilannya akan sangat sulit untuk dicapai. Jawaban Dong Hua berada dalam dugaannya.

Zhe Yan merasa malu, “Aku juga merasa bahwa orang-orang tua itu tidak betul-betul tulus, er, Mo Yuan memang pergi terlalu mendadak. Jika saja ia menunjuk seorang penerus, sekarang situasinya tidak akan seperti ....”

Plek.

Sebuah batu hitam mendarat lagi di papan caturnya.

Di Jun menyela perkataannya, sesuatu yang sangat jarang dilakukannya, “Alasan Mo Yuan melangkah ke jalan menyatukan kelima ras adalah demi mencegah Shao Wan dari membuka pintu Wakagi dan lenyap demi ras manusia. Tetapi siapa yang akan menyangka bahwa, kehendak Langit tidak dapat ditentang, dan pada akhirnya, pintu Wakagi pun terbuka. Shao Wan mengorbankan dirinya di atas tumpukan api nirwana dan menghilang.

“Semua yang dicita-citakannya tak lagi berarti, jadi tentu saja, ia tidak akan tetap tinggal. Seseorang yang hatinya telah berubah jadi abu, untuk menunggu hingga urusan keempat ras berada dalam jalurnya sebelum pergi, sudah sangat perhatian. Tetapi, kalian semua masih mengeluh karena ia tidak menunjuk seorang penerus sebelum ia pergi?”

Di Jun masih memandangi permainan caturnya ketika ia mengucapkan kata-kata itu, tampak tidak peduli, wajahnya tanpa ekspresi, dan suaranya acuh tak acuh. Tetapi Zhe Yan merasakan ketidaksenangan dalam perkataannya.

Setelah menggunakan satu batu putih untuk menangkap tiga batu hitam, Di Jun sedikit mengangkat matanya dan melihat ke arah Zhe Yan, “Ia berjuang untuk menaklukkan Langit dan Bumi dan meletakkannya di depan kalian semua. Apabila ras Dewa tidak sanggup mempertahankannya, maka kalian semua tidak berguna, dan harusnya membiarkan ras Hantu dan Iblis bangkit sekali lagi.”

Zhe Yan masih syok ketika Dong Hua mengungkit sendiri alasan di balik menghilangnya Mo Yuan. Di waktu yang sama, ia juga sangat terkejut dengan fakta bahwa menghilangnya Mo Yuan memang berhubungan dengan Shao Wan.

Saat ia mendadak mendengarkan kalimat terakhirnya, ia tersentak dari lamunannya, tanpa sadar berkeringat dingin, “Meskipun argumen ini dapat dibenarkan,” Dewa Agung Zhe Yan tidak suka ikut campur dalam urusan dunia.

Tetapi, seorang penyembuh selalu memiliki hati yang baik, sehingga ia masih mencemaskan tentang masa depan ras Dewa, “Tetapi, jika kita membiarkan ras Hantu dan Iblis mendapatkan kekuatan, mereka akan menyerang ras Dewa segera setelah mereka cukup kuat. Dan saat itu terjadi, sekali lagi, Langit dan Bumi akan ....”

Zhe Yan tiba-tiba mendapatkan pencerahan segera setelah ia mengatakan ini dan menyetarakan pandangannya pada Dong Hua, “Kau .... Kau tiba-tiba meninggalkan perang dua ratus tahun yang lalu dan kembali ke Laut Giok Surgawi untuk hidup dalam pengasingan. Jangan katakan padaku, itu karena kau sudah mengetahui hari ini akan tiba, jadi ....”

Secercah cahaya melintas di mata Di Jun yang biasanya tanpa emosi, “Oh, apa yang kau tebak?”

Zhe Yan menangkap cahaya itu dan semakin yakin akan jawabannya, “Waktu itu, kau mengetahui bahwa Shao Wan punya cara untuk membuka pintu Wakagi, dan bahwa membuka pintu itu akan mengambil nyawanya. Kau memahami bahwa, segera setelah Shao Wan lenyap, Mo Yuan akan menyerahkan segalanya dan pergi.

“Saat waktunya tiba, ras Dewa akan terpecah belah. Langit dan Bumi akan sekali lagi terlibat dalam kekacauan. Melawan untuk kekalahan, tidak ada gunanya, jadi kau membuat keputusan untuk pensiun ketika ras Dewa berada di puncaknya. Apa aku benar?"

Pemuda berambut perak itu tidak langsung menjawabnya.

Tetapi, kalau begitulah masalahnya ....

Zhe Yan pun mengajukan pertanyaan lainnya, “Jika kau bersedia untuk berjanji pada para Tetua bahwa kau akan kembali ke Jiu Chong Tian untuk ambil alih. Meski jika Mo Yuan pergi, ras Dewa tidak akan kacau dalam kendalimu. Dan ketika ras Dewa tidak berada dalam kekacauan, Langit dan Bumi tidak akan berubah menjadi kekacauan, jadi kenapa kau ....”

Di Jun menahan batu hitam yang baru saja ditangkapnya.

Menatap lurus ke mata Zhe Yan untuk pertama kalinya hari ini, “Kau lumayan pintar,” pujinya.

Seolah menghargai kecerdasan rekannya, ia dengan sukarela menambahkan dua kalimat ekstra, “Untuk mencapai tujuan menyatukan Langit dan Bumi dalam waktu tujuh ratus tahun, Mo Yuan tidak pernah sekali pun ceroboh dalam medan perang, tetapi ia terpaksa mengabaikan pemerintahan.

“Jika ini berlanjut, hanya masalah waktu sebelum timbul masalah. Selama beberapa tahun terakhir, ada orang-orang berbahaya di antara ras Dewa, segala macam hama ada di dalamnya. Kalau aku selalu ada di sana, bagaimana aku bisa mengungkapkan warna asli mereka?”

Saat itulah, Zhe Yan mengerti. Memang benar bahwa, apabila ada Dong Hua, ras Dewa tidak akan berantakan. Tetapi hanya jika ras Dewa berantakan, kejahatan di dalamnya akan muncul dari dalam. Saat sumber infeksinya sudah muncul, maka sudah waktunya untuk menyingkirkan akarnya sehingga obat dapat dioleskan untuk menyembuhkan lukanya. Ini adalah permainan catur yang lebih besar.

Di Jun menaruh batu terakhirnya ke papan catur. Pada saat inilah, Zhe Yan menyadari bahwa selagi ia sibuk dengan urusan dunia, Di Jun sudah mengambil alih batu hitamnya dan telah menyelesaikan babak caturnya sendirian.

Zhe Yan tetap bengong untuk waktu yang lama, tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Lama setelahnya, ia memuji Di Jun dengan kata-kata yang mengandung makna ganda, “Kau benar-benar ahli dalam seni bermain catur.”

Di Jun tetap acuh tak acuh akan pujiannya, “Uhm, memang,” jawabnya.

Zhe Yan merasa lebih aman setelah mendapatkan wawasan komprehensif tentang rencana Di Jun. Ia memiliki beberapa naskah yang mengalir di benaknya, tentang bagaimanakah ia akan menyampaikan balasannya pada para Tetua. Ia juga tidak tahan untuk melanjutkan siksaan mengobrol dan bermain catur dengan Di Jun lebih lama lagi, jadi ia pun berdiri dan bersiap untuk pergi.

Tanpa terduga, Fei Wei mendadak mendekati mereka dengan langkah kaki yang tergesa. Memelankan suaranya, Fei Wei melaporkan bahwa Laut Giok Surgawi sudah menyambut pengunjung lainnya.

Di Jun tidak sangat antusias soal berita itu.

Ia lanjut mengemas set caturnya selagi ia bertanya sambil lalu, “Oh? Siapa yang kau bawa masuk kali ini?”

Fei Wei buru-buru menangkupkan tangannya untuk memberi hormat, “Orang ini bukan dibawa masuk olehku. Ia melewati mantra pembatasan Di Jun sendiri dan berjalan masuk.”

Dong Hua berhenti mengemasi bidak caturnya, dan baru akan berbicara ketika Zhe Yan, yang memasang tampang keheranan di wajahnya, berbicara lebih dulu, “Apa? Bahkan aku saja tidak bisa melewati batasan itu dan menerobos masuk, siapa lagi yang punya kemampuan seperti itu? Mungkinkah .... Mo Yuan?”

Dong Hua menggumam sendiri, “Mo Yuan juga tidak punyaa kemampuan untuk menerobos masuk. Untuk melewati batasanku, ia harus dikecualikan olehku, misalnya, Fei Wei. Kalau tidak, itu haruslah seseorang yang berhubungan darah denganku, tetapi sayangnya, aku tidak punya orang tua, ataupun saudara kandung.”

Selagi ia berbicara hingga ke titik ini, bahkan dirinya sendiri jadi agak penasaran, dan menatap ke arah Fei Wei, “Jangan bilang padaku bahwa, selain mengecualikan dirimu, aku juga mengecualikan orang lain?”

Fei Wei tergagap, “Pengunjung itu ... semestinya berhubungan darah dengan Anda, Di Jun. Itulah mengapa, ia bisa memasuki Laut Giok Surgawi.”

Saat itulah ia melihat wajah Di Jun yang telah mengahabiskan harinya mengobrol dengan Zhe Yan tentang hal-hal buruk mengenai Delapan Dataran, tetapi tetap tidak tergerak, menjadi benar-benar kosong untuk sesaat.

Setelah sekian lama, ia berbicara, “Aku ingat bahwa aku yatim piatu, aku tidak punya saudara maupun saudari.”

Fei Wei menggelengkan kepalanya, “Ia bukanlah saudara ataupun saudari Anda.”

Dong Hua segera menjawab, “Aku juga tidak punya ayah atau ibu.”

Fei Wei masih menggelengkan kepalanya, “Ia juga bukan ayah ataupun ibu Anda.”

Dong Hua mengerutkan alisnya, “Lalu ia ....”

Fei Wei mengumpulkan keberaniannya, “Ia bilang ia adalah putra Anda, dan namanya adalah Bai Gun Gun.”

Dong Hua, “....?”

Zhe Yan, “....???”

Dewa Agung Zhe Yan, yang sudah berdiri dan sudah siap untuk pulang ke rumah, menarik kembali langkah yang telah diambilnya. Ia bukan hanya menarik kembali langkahnya. Ia mengambil dua langkah mundur dan duduk kembali dengan benar ke kursi yang telah dikosongkannya.

Gosip besar yang menyentak surga macam apakah ini?

Wajah Dewa Agung Zhe Yan memancarkan ketenangan, tetapi arus bawah dari batinnya bergejolak, aku tidak menyangka bahwa, tiga tahun yang kuhabiskan di pintu belakang Laut Giok Surgawi akan sangat layak, aku tidak berjongkok dekat pintu belakang ini secara sia-sia, ah!


0 comments:

Posting Komentar