Three Lives Three Worlds, The Pillow Book
Pillow Book of Samsara
Back to Chaos in a Dream : Chapter 3
Bai Gun Gun mendapati dirinya terbaring di
tempat tidur melati Arab saat ia terbangun. Bunga putih itu memancarkan aroma
bunga yang kaya, dan aroma itu membawa sedikit uap air dari hujan. Ia tidak
tahan untuk bersin. Berdiri, ia bergerak maju untuk melihatnya, dan menyadari
ia sebenarnya sudah sampai di Laut Giok Surgawi.
Pikiran kecil Bai Gun Gun pun linglung
sejenak.
Sepuluh tahun yang lalu, ketika Ayahnya dan
Jiu Jiu membunuh Ratu Monster, Miao Luo, mereka berdua terluka. Jiu Jiu meminum
bermangkuk-mangkuk besar berisi darah emas
merah tua Ayahnya, dilengkapi dengan ramuan Dewa Agung Zhe Yan, dan pulih
setelah menyembuhkan diri selama beberapa bulan. Hanya saja, ia tidak akan bisa
mendapatkan kultivasi abadinya untuk sementara waktu.
Tetapi, pertanyaan kapankah kultivasi abadi
Jiu Jiu dapat dipulihkan, tidak terlalu penting. Ayahnya juga memiliki masalah
yang sama untuk mendapatkan kembali kultivasinya yang hilang. Namun, ini
merupakan masalah terbesar yang dikhawatirkan seluruh ras Dewa.
Kakak Zhong Lin sudah mengatakan bahwa, jika
Ayahnya akan fokus pada pemulihan kultivasinya dengan tidur lelap selama
beberapa ratus tahun, masalah ini dapat dipecahkan. Tetapi, ia tidak mau
meninggalkan Jiu Jiu sendirian lagi setelah baru saja kembali ke Jiu Chong Tian.
Selain itu, ia juga tidak mau melewatkan masa kecil Xiao Gun Gun-nya. Oleh
sebab itu, ia telah memilih untuk mengasingkan diri selama tiga hingga lima
bulan setiap tahunnya untuk perlahan-lahan memulihkan kultivasinya selama
seribu tahun ke depan.
Hari ini adalah hari dimana Ayahnya
memasuki pengasingan tahunannya. Tempat dimana ia akan mengasingkan diri
terletak di dalam kamar Yang Shu paling dalam di Istana Tai Chen. Setiap
tahunnya, Jiu Jiu akan membawanya kembali ke Qing Qiu saat Ayahnya memasuki
pengasingan.
Saat Jiu Jiu berada di pintu masuk
kamar Yang Zhu bersama Ayahnya, keengganan mereka untuk
berpisah satu sama lainnya terpampang sepenuhnya, Bai Gun Gun merasa seperti
orang ketiga dan mengambil keuntungan dari kesempatan itu untuk menyelinap keluar.
Ia berniat untuk pergi ke salah satu aula keluarga di Istana Tian Ge di langit
ke-36 untuk berpamitan pada anak-anak abadi lainnya yang sudah bermain
baik-baik dengannya.
Saat ia melewati Istana Yuan Ji, ia berpikir
bahwa, meskipun tidak ada anak abadi di sana, Paman Ketiga dari Istana Yuan Ji
selalu memperlakukannya dengan sangat baik. karena ia akan kembali ke Qing Qiu,
ia memutuskan, sekalian saja mengunjunginya untuk berpamitan. Siapa yang tahu
bahwa, segera setelah ia melangkah masuk ke Istana Yuan Ji, ia disambut oleh
gelombang cahaya yang tiba-tiba melintas tepat di wajahnya, dan ia pun
kehilangan kesadaran ....
Iya, ini semestinya adalah apa yang terjadi
beberapa saat yang lalu.
Alhasil, setelah hanya memejamkan dan membuka
matanya, ia benar-benar sudah sampai di Laut Giok Surgawi, sebuah tempat yang
seratus delapan ribu li jauhnya dari
Jiu Chong Tian.
Pintu depan Laut Giok Surgawi dikepung oleh
sekelompok besar makhluk abadi. Beberapa dari makhluk abadi itu menggunakan
senjata mereka untuk menerjang dan menebas bangsal pembatasan ayahnya, tampak
seolah-olah mereka sedang menghancurkan rumah.
Ada makhluk abadi yang berani menerobos Laut
Giok Surgawi? Apa yang terjadi?
Pikiran Bai Gun Gun bingung saat ia berjalan
mendekat. Ia menemukan tempat yang tidak mencolok dan berjongkok, berkonsetrasi
mengamati situasinya dengan cermat. Kemudian, ia mendengar dua makhluk abadi
muda sedang berdiskusi.
Kakak A melihat ke depannya dan menghela
napas, “Begitu tidak hormatnya pada Di Jun. Apabila kita berhasil mengganggu Di
Jun hingga ia keluar, kita tidak akan berakhir baik, kan?”
Sebaliknya, Kakak B lebih radikal, “Selama Di
Jun keluar, memangnya kenapa kalau kita tidak berakhir dengan baik? Ras Dewa
dalam bahaya. Jika kita bisa mengundang Di Jun keluar dari pengasingan dirinya,
meski jika kita akan mati sebagai hasilnya, kita akan mati untuk tujuan yang
pantas!”
Kakak A berusaha membujuknya secara rasional,
“Aku sudah dengar bahwa para Tetua telah memercayakan Dewa Agung Zhe Yan atas
masalah ini, kita cukup menunggu dengan hormat di sini. Apabila kita gagal
menunggu Di Jun, barangkali Dewa Agung Zhe Yan punya cara untuk menemui Di Jun.
Aku masih merasa bahwa kita tidak perlu menggunakana metode intens begini ....”
Bai Gun Gun mendengarkan untuk sesaat dan keheranan.
Menurut apa yang dikatakan Kakak A dan Kakak B, Ayah sekarang berada di Laut
Giok Surgawi? Tetapi bukankah ia mengasingkan diri, kenapa ia bergegas ke Laut
Biru Surgawi?
Ia berjalan menuju ke para makhluk abadi di
depan yang berusaha sekuat mungkin untuk menghancurkan bangsal pembatasan
Ayah-nya, tetapi ia tidak terlalu dekat. Ia menemukan tempat yang aman dan
berjongkok sekali lagi.
Makhluk abadi ini tampaknya punya urusan
menesak yang memerlukan bertemu dengan Ayah-nya. Tetapi, dengan menerjang dan
menebas tanpa pandang bulu, bagaimana mereka bisa menggerakkan bangsal pembatas
Ayah?
Namun, Bai Gun Gun juga mengerti bahwa dengan
kultivasinya saat ini, ia bukan tandingan beberapa makhluk abadi kekar yang
tengah diamatinya. Jadi, ia tidak berinisiatif untuk memanggil mereka untuk
menghentikan mereka menerjang ke pintu depan rumah mereka.
Ketika beberapa jenderal Surgawi lelah akibat
penerjangan, akhirnya ia berdiri dan berjalan mendekat, mengangguk pada mereka
dengan sopan, “Permisi, apakah semua orang lelah karena menerjang? Apakah
kalian mau istirahat sejenak?”
Para jenderal Surgawi itu memang berniat untuk
berhenti, guna istirahat sejenak dan melihat ke arah anak kecil yang tiba-tiba
muncul di depan mereka. Mereka saling bertatapan satu sama lain dengan ekspresi
yang agak tercengang, dan kebingungan.
“Oh, kalau begitu bisakah kalian memberi
jalan?”
Dengan kata-kata itu, Bai Gun Gun dengan
hati-hati melewati bagian tengah segerombolan jenderal Surgawi itu.
Sekelompok dewa itu menatap tak berdaya selagi
mereka memerhatikan si anak kecil, yang muncul entah dari mana, berjalan tanpa
halangan, melewati bangsal pembatas emas yang telah mereka terjang selama
setengah tahun tanpa ada harapan untuk menghancurkannya.
Anak kecil itu dengan mudah berjalan ke depan
pintu masuk besar Laut Giok Surgawi.
Kemudian, mereka terus menyaksikan sewaktu ia
perlahan mengeluarkan satu set kunci dari lehernya, berjinjit, bergoyang saat
ia memasukkan kuncinya ke dalam kunci giok pintu itu.
Pop.
Ia dengan mudahnya membuka pintu yang dicoba
untuk dibuka oleh empat puluh sembilan makhluk abadi, yang menghabiskan seribu
sembilan puluh lima hari penuh kerja keras siang dan malam, kebijaksanaan serta
kecerdasan mereka, tetapi bahkan tidak bisa mendekat untuk melakukannya.
Semua orang tercengang.
Bai Gun Gun tidak merasakan atmosfer aneh
dadakan di belakangnya, dan terang-terangan membuka pintunya dan berjalan
melaluinya.
Ketika ia berbalik untuk menutup pintunya, ia
menghadap ke sekelompok jenderal surgawi yang tercengang, masih terpisahkan
oleh bangsal pembatas dan menganggukkan kepalanya, menyapa mereka dengan sopan,
“Terima kasih karena sudah memberi jalan padaku.”
Setelah itu, ia pun menutup pintunya dengan
sopan, di depan mata tak percaya dan curiga yang masih tertuju padanya.
Bai Gun Gun naik ke perahu kecil familier dan
melewati lautan yang dipenuhi tumbuh-tumbuhan. Hanya ketika ia dapat melihat
istana batu yang mendekat, barulah ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres.
Taman di sebelah kanan istana batu yang
terbubung ke lautnya ternyata menghilang. Sebagai gantinya, ada sepetak hutan
lebat. Selain itu, tergantung di pintu depan istana batu itu bukanlah papan
giok yang ditulisnya dan Ayah-nya tahun lalu, tetapi beberapa prasasti berukir
yang tidak dikenalinya.
Tepat saat ia tersesat dalam
lamunannya, seorang kakak yang belum pernah dilihatnya pun melayang turun,
menghadang jalannya. Ia menyebut dirinya Fei Wei xian, pengurus Laut Giok Surgawi.
Bai Gun Gun pun kemudian terjebak dalam
keadaan linglung.
Ia tidak tahu siapakah Fei Wei xian. Ia adalah xian pertama pengurus Laut Giok Surgawi, dan kakeknya Kakak Zhong
Lin yang telah lenyap ratusan ribu tahun lalu.
Ketika Fei Wei xian bertanya padanya dengan waspada tetapi penasaran, siapakah
dirinya, dan bagaimana ia berhasil masuk ke dalam Laut Giok Surgawi, Bai Gun
Gun yang tercengang pun tergagap untuk pertama kalinya dalam hidupnya, “Aku
.... Aku adalah anak Ayah, dan itu adalah Di Jun, dan itu adalah Dong Hua Di
Jun .... Aku .... Aku adalah putranya. Namaku Bai Gun Gun.”
Setelah itu, ia dan Fei Wei xian sama-sama terjebak dalam
kebingungan.
Sewaktu Fei Wei xian membawanya untuk menemui Ayah-nya, Xiao Gun Gun yang pintar
sudah agak memahami apa yang terjadi.
Setelah peristiwa besar di Kun Lun tiga
tahun yang lalu, Dewi Cahaya yang dipulihkan, Zu Ti, telah menetap di istana Yuan
Ji untuk merawat luka-lukanya di pengasingan. Dikatakan bahwa, Paman Lian Song
telah mengubah seluruh istananya menjadi bangsal pengasingan untuk Zu Ti.
Ketika ia berkunjung ke Istana Yuan Ji pagi ini, ia mungkin tidak sengaja
bertabrakan dengan bangsalnya. Alhasil, ia pun melakukan perjalanan waktu,
seperti adik perempuan yang muncul dalam novel yang suka dibaca oleh bibi
buyutnya, Bai Qian.
Bagaimanapun juga, salah satu kemampuan Dewi
Zu Ti yang paling terkenal adalah kemampuan untuk mengulang waktu. Ia telah
bertabrakan dengan bangsal Dewi Zu TI, dan terkirim kembali ke masa saat kakek
Zhong Lin masih hidup. Ini adalah asumsi yang masuk akal.
Pada saat ini, Bai Gun Gun duduk di depan
Di Jun. Fei Wei xian sudah secara
khusus menciptakan sebuah kursi kecil untuknya menggunakan sihirnya. Ia
memegangi sandaran tangan kursi giok itu, menatap penasaran pada Ayah-nya di
depannya. Ia tidak gelisah tentang fakta bahwa bangsal Dewi Zu Ti telah
mengirimkannya beberapa ratus ribu tahun ke masa lalu dan tidak khawatir
tentang apa yang mesti dilakukan soal itu.
Pria di hadapannya adalah Ayah-nya yang
mahakuasa. Dengan kehadirannya, ia merasa jauh lebih aman, dan yakin bahwa
Ayah-nya pasti bisa mengirimkannya kembali.
Ayah-nya versi lebih muda ini menatapnya
sesaat sebelum berkata, “Kau bilang, kau adalah putraku? Tetapi aku belum
pernah menikah.”
Bai Gun Gun menatap kosong.
Ia terkejut karena Ayah-nya tidak mau
mengakuinya, “Tetapi ... tetapi aku adalah anak abadi dengan rambut perak.
Hanya sekali lihat saja, kau bisa tahu bahwa aku adalah anak Ayah.”
Tetapi, meski ketika ia mengeluarkan
fakta tak terbantahkan seperti itu, Ayah-nya tampaknya tidak peduli, “Klan
Elang Chang Po dan Wu Que, Ying Wu Chen ras Monster, dan Cheng Hui ras Dewa,
semuanya berambut perak.”
Bai Gun Gun sama sekali tidak tahu
bahwa ada begitu banyak monster berambut perak di zaman ini, jadi ia pun
terkejut sejenak, “Tetapi aku begitu tampan. Selain dari Ayah, paman dan bibi
lainnya yang berambut perak, tidak pantas mendapatkan anak setampan diriku.”
Ayahnya memandanginya sedetik, “En, aku juga setuju dengan
pernyataanmu,” ia menjeda, “Tetapi aku yakin kalau aku belum pernah menikah.”
Barulah kemudian, Bai Gun Gun teringat, “Oh,
aku lupa memberitahukan Ayah sesuatu.”
Ia berusaha keras untuk menyusun kata-katanya
dalam upaya menerangkan situasinya lebih jelas, “Aku bukanlah anak Ayah dari
zaman sekarang. Aku adalah anak masa depanmu. Setelah Ibu dan aku mengantarkan
Ayah mengasingkan diri pagi ini, aku pergi ke Istana Yuan Ji untuk berpamitan
pada Paman Lian Song. Tetapi ini mengakibatkan tabrakan tak disengajaku dengan
bangsal pengasingan diri Dewi Zu Ti, dan itu mengirimkanku kemari.”
“Zu Ti? Zu Ti masih hidup?”
Kata-kata ini bukan diucapkan oleh Ayahnya,
tetapi Dewa Agung Zhe Yan, yang sudah duduk di sampingnya, meminum tehnya.
Ketika Bai Gun Gun berpaling ke arahnya, Dewa
Agung Zhe Yan nyaris tidak dapat menyembunyikan ketakjubannya.
Tetapi ia menghadap bocah lelaki itu dan
menanyakan pertanyaan berikutnya dengan ramah, “Xiao Gun Gun, ah, kau bilang
kau berasal dari masa depan, jadi apa kau tahu, berapa tahun dari masa depankah
kau berasal?”
Bai Gun Gun adalah anak yang tertib,
jadi ia berniat menjawab pertanyaannya sesuai urutan, “Dewa Agung Zhe Yan, Dewi
Zu Ti pastinya masih hidup. Ia baru saja kembali belum lama ini.”
Namun, ia tetaplah anak kecil yang
gampang teralihkan. Jadi, setelah menjawab pertanyaan pertama, ia sudah
melupakan apa pertanyaan kedua Zhe Yan dan menatapnya dengan resah.
Setelah Dewa Agung Zhe Yan mengingatkannya, ia
pun teringat pertanyaan itu lagi, “Oh, aku juga tidak tahu seberapa tahun di
masa depan aku berasal,” ia mempertimbangkan sejenak, “tetapi aku tahu bahwa
Ayah sudah empat ratus ribu tahun ketika aku lahir.”
Zhe Yan dengan cepat menyelesaikan
pertanyaan matematika ini, ia menarik napas dingin, “Artinya, kau berasal dari
masa dua ratus enam puluh ribu tahun mendatang?”
Ia bahkan menangkap sorotan gosipnya,
“Kau bilang, Di Jun memilikimu di usia empat ratus ribu tahun. Kalau begitu,
kau pasti menjadi anak bungsu di antara semua anaknya. Berapa banyak saudara
lelaki dan perempuan yang kau punya?”
Bai Gun Gun menggelengkan kepalanya, “Aku
tidak punya saudara lelaki atau perempuan. Aku adalah anak tunggal Ayahku, dan
satu-satunya tuan muda Istana Tai Chen.”
Dengan kata-kata ini, ia pun menolehkan
kepalanya untuk melihat ke arah Fei Wei, yang berdiri di sampingnya, “Kakak Fei
Wei, aku agak haus. Aku ingin minum air.”
Fei Wei pun segera melayaninya.
Di Jun menatap saksama pada anak kecil yang
memegangi cangkir tehnya dan menyesap tehnya dengan anggun. Bai Gun Gun yang
mengaku sendiri ini memang anak kecil yang sangat mirip dengannya, dan mungkin
saja Zu Ti masih hidup. Zu Ti yang masih hidup memang bisa mengirim anak itu
dua ratus enam puluh ribu tahun ke masa lalu.
Tetapi yang paling penting, anak ini bahkan
sanggup berjalan tanpa hambatan melalui medan pembatasnya tanpa halangan.
Seorang anak kecil, meski jika ia berbohong, tidak akan bisa seteliti ini.
Jadi, anak yang tampan ini pasti adalah putranya.
Di Jun yang tidak pernah tertarik dalam urusan
percintaan duniawi, tidak menunjukkan adanya minat untuk mencari tahu siapakah
calon istrinya setelah memastikan bahwa Bai Gun Gun adalah putranya, tetapi ia
sungguh merasa bingung akan hal lain.
Setelah menggumam sendiri untuk waktu yang
cukup lama, ia menanyai anak kecil yang masih larut dalam meminum tehnya,
“Empat ratus ribu tahun? Kenapa ibumu dan aku memilikimu di usia setua itu?”
Bai Gun Gun mendongakkan kepalanya dari
cangkir teh dan mengejapkan matanya, “Ibu tidak berumur empat ratus ribu tahun,
Ibu masih sangat muda. Di keluarga kita, hanya Ayah yang berumur empat ratus
ribu tahun.”
Ia mengingat-ingat dengan hati-hati apa yang
Jiu Jiu gambarkan tentang dirinya saat itu. Tak lama sebelum ia teringat.
Ia mengepalkan tangan kanannya jadi
tinjuan kecil dan mengetuk ringan kaki kanannya sendiri, mengulangi ucapan Jiu
Jiu dengan percaya diri, “Jiu Jiu bilang bahwa ia sendiri sangat muda dan
adalah istri kecil cantik yang dimanjakan Ayah.”
“Istri kecil cantik yang dimanjakan.”
Kata-kata ini membuat wajah Di Jun sepenuhnya
kosong untuk sesaat.
Zhe Yan tertawa terbahak-bahak, “Kau anak yang
begitu kecil. Apa kau tahu arti dari istri kecil cantik yang dimanjakan?”
Gun Gun menurunkan cangkir tehnya, “En.”
Melambaikan tangan mungilnya tanpa ragu,
“Tentu saja aku tahu. Jiu Jiu bilang, ia menikahi Ayah ketika ia baru saja
mencapai usia pernikahan; ceria dan muda, dan juga indah untuk dilihat. Itulah
mengapa, ia adalah istri kecil cantik yang dimanjakannya.”
Tampang bingung pun muncul di ekspresi
kosong Di Jun, “Jadi, berapa perbedaan usia yang sebenarnya antara aku dan
ibumu?”
Gun Gun menghitung dalam hati, “Tiga
ratus tujuh puluh ribu tahun.”
Di Jun pun terdiam sesaat, ekspresinya
muram, “Apakah kau menambahkan ekstra seratus ribu dalam perkataanmu?”
Gun Gun menggelengkan kepalanya.
Berupaya untuk menunjukkan bahwa ia
adalah orang yang dapat dipercaya, ia meniru ekspresi muram Ayahnya, “Tidak.”
Ia dengan hati-hati mendiskusikan
pertanyaan aritmatika ini dengannya, “Ayah, kau sudah berusia empat ratus ribu
tahun saat kau menikahi Ibu. Pada waktu itu, Ibu berusia tiga puluh ribu tahun.
Empat ratus ribu dikurangi tiga puluh ribu, jadi hasilnya adalah tiga ratus
tujuh puluh ribu tahun.”
Ia menambahkan, “Bukan tiga puluh
tujuh.”
Sekali lagi Di Jun terdiam, ekspresinya
tampak agak teralihkan, “Kenapa aku menikahinya, terlepas dari perbedaan usia
yang besar antara kami. Apakah aku dipaksa untuk melakukannya?”
Ini adalah pertama kalinya dalam hidup Dewa
Agung Zhe Yan, ia pernah melihat Dong Hua dalam keadaan ini, dan bahagia hingga
lupa daratan.
Melihat Gun Gun menatap kosong dan tidak dapat
menjawab pertanyaan ini, ia dengan paksa mengendalikan kegirangannya dan
menawarkan beberapa kata yang adil, “Jangan menyebutkan tentang seberapa
bergengsi dan berbudi luhur dirimu dalam dua ratus enam puluh ribu mendatang.
Tetapi bahkan hari ini, tak ada seorang pun di Langit dan Bumi yang berani
memaksamu melakukan sesuatu. Itu menunjukkan bahwa itu adalah kesukarelaan dari
pihakmu!”
Menoleh kembali ke arah Gun Gun yang masih
menatap kosong, ia pun berkata, “Tentunya ibumu memiliki kualitas yang luar
biasa, hingga memaksa Di Jun mengabaikan perbedaan usia yang sebesar itu dan
menikahinya dengan tulus. Omong-omong, dari keluarga bangsawan manakah ibumu
berasal?”
Gun Gun tahu bagaimana cara menjawab
pertanyaan ini, dan segera menenangkan dirinya lagi.
Memandang ke arah Dewa Agung Zhe Yan, “Kau
tidak mengenal ibuku,” ia menjeda untuk berpikir, “tetapi kau mengenal kakek
dari ibuku. Dan itu adalah teman baikmu, Dewa Agung Bai Zhi.”
Dewa Agung Zhe Yan menyemburkan tehnya.
Kebetulan sekali tersembur ke arah Gun Gun.
Gun Gun tercengang.
Di Jun akhirnya tersadar dari lamunannya. Ia
melihat ke arah Zhe Yan, kemudian melihat ke arah Gun Gun, dan memberi sinyal
agar Fei Wei membawa Gun Gun pergi untuk berganti pakaian.
Gun Gun mengikuti Fei Wei dan pergi,
meninggalkan kedua dewa agung di bawah kanopi pohon bunga lonceng Buddha,
saling berpandangan, tidak yakin apa yang mesti dikatakan.
Setelah waktu yang lama, Dewa Agung Zhe Yan
memecah keheningan di bawah pohon itu, wajahnya bercampur antara tawa dan
merasa tak terbayangkan, “Kau sebenarnya menikahi cucu perempuan Bai Zhi!”
Di saat kata-kata Dewa Agung Zhe Yan
terlontar, dan sebelum Di Jun dapat menjawab, dua anak kecil abadi yang ceria
melompat-lompat dengan ceria selagi mereka berlari masuk, seekor rubah merah
kecil di tangan mereka.
Di Jun menatap sepasang anak kecil abadi itu
dan merasakan sakit kepala yang datang, “Ada masalah apa sekarang?”
Anak-anak abadi kecil itu
mempersembahkan rubah ekor sembilan yang mereka bawa di depan Di Jun seolah
mereka tengah memberikan harta yang berharga, mengoceh terus-menerus tentang
pencapaian mereka, “Di Jun, Di Jun, pelayan Anda menemukan rubah langka kecil
ini di samping Danau Cermin Emas. Kami pikir, Di Jun selalu menyukai binatang
berbulu, jadi kami membawanya kemari. Di Jun, apakah Anda ingin memeluknya?”
Di Jun memang menyukai binatang
berbulu, dan begitu ia melihat binatang berbulu yang indah, ia tidak bisa
menahan diri untuk memeluknya.
Karenanya, ia menggendong rubah kecil
itu dan menyadari bahwa kedua matanya terpejam rapat, jadi ia bertanya pada dua
anak abadi kecil itu, “Apa yang terjadi padanya?”
Anak abadi kecil itu pun menjawab, “Ia hanya
pingsan ketika kami memungutnya, tetapi tidak ada masalah yang serius. Kami
memberikannya beberapa pil penjernih pikiran, jadi ia akan segera bangun!”
Di Jun mengangguk, mengelus kening rubah kecil
itu dan melihat ke arah dua anak abadi kecil tersebut, “Kita akan memeliharanya
sebagai peliharaan di dalam istana, kalian berdua harus membangun sarang yang
nyaman untuknya.”
Bai Gun Gun yang sudah berganti pakaian dan
dibawa kembali oleh Fei Wei mendengar kata ‘sarang’ dan merasa penasaran.
Ia pun berseru pelan, “Sarang apa,” sementara
berjalan di sekitar beranda yang miring, matanya jadi membesar dan bulat, “Ah,
Ibu!”
Dewa Agung Zhe Yan melihat Bai Gun Gun, dan
melihat ke Di Jun, dan sekali lagi melihat ke rubah kecil dalam pelukannya.
“Ah,” katanya, “keluarga tiga orang telah
bersatu kembali.”
Wajah Di Jun pun jadi kosong sekali lagi
sewaktu ia melihat ke rubah kecil dalam pelukannya. Ia tidak yakin apakah ia
harus terus menggendong rubah itu dalam pelukannya, atau meletakkannya di
tanah. Untuk sesaat, tampak seolah ia tidak yakin siapakah dirinya, dimanakah
dirinya, dan apa yang sedang dilakukannya.
Kedua anak abadi kecil itu saling
berpandangan, dengan suara yang lembut tetapi malu-malu berkata, “Ai, apakah Di Jun mau menikahi rubah
merah kecil ini? Kalau begitu, apakah kami masih harus membangunkan sebuah sarang
kecil untuknya?”
0 comments:
Posting Komentar