Three Lives Three Worlds, The Pillow Book
Pillow Book of Samsara
Back to Chaos in a Dream : Chapter 5.2
Tentunya Feng Jiu tidak mengetahui tentang insiden ini. Ia benar-benar mengira bahwa itu hanya kebetulan bahwa forum itu akan diadakan di Gunung Zhang Wei, dan bahwa Di Jun hanya kebetulan di rute yang sama dengannya. Jadi ia pun dengan gembira mengikuti Di Jun sepanjang jalan ke Gunung Zhang Wei.
Di Jun pergi untuk menghadiri forumnya. Feng Jiu membawa Gun Gun bersamanya untuk mengunjungi area sekitar, menemukan setiap tempat yang dapat dilihat mata mereka. Setelah mereka selesai melihat-lihat dan kembali ke tempat tinggal mereka, mereka melihat Fei Wei memindahkan barang bawaan mereka keluar.
Setelah bertanya lebih lanjut, ia mengetahui bahwa pelayan abadi itu tidak mengetahui tentang identitasnya dan mengira ia adalah gadis pelayan dari Laut Giok Biru. Sebagai hasilnya, mereka telah mengaturnya untuk tinggal di kamar pelayan. Fei Wei sedang memindahkan barang bawaannya ke halaman Di Jun.
Feng Jiu adalah generasi dari Ratu Qing Qiu, dan terkadang sangat teliti dan cermat sewaktu mempertimbangkan masalah. Ia merasa bahwa tempat ini bukanlah Laut Giok Surgawi dan melakukan ini akan jadi terlalu mencolok, berpotensi menimbulkan desas-desus tentang Di Jun.
Oleh karena itu, ia menginstruksikan Fei Wei untuk mengaturnya agar ia ditempatkan di kamar tunggal di satu halaman pelayan, dan itu cukup. Setelah mendengar bahwa Di Jun masih berdiskusi urusan resmi dengan yang lainnya, terpikirkan olehnya bahwa Di Jun akan kelelahan, dan menyiapkan satu set teh ginseng, memercayakan Fei Wei untuk mengantarkan itu padanya.
Fei Wei dengan hati-hati mengangkat set teh ginseng itu dan pergi. Feng Jiu kembali ke tempat tinggalnya, membujuk Gun Gun yang lelah untuk tidur, dan mengurusi barang bawaannya. Selagi ia membongkar barang, ia tiba-tiba menyadari bahwa Di Jun hanya membawa Fei Wei untuk perjalanan ini.
Namun, Fei Wei sudah menyibukkan dirinya dengan Feng Jiu dan Gun Gun semenjak mereka tiba, jadi Feng Jiu takut ia mungkin belum sempat membantu Di Jun untuk membongkar barang bawaannya.
Ketika ia berada di Istana Tai Chen, jika Di Jun ingin menghadiri pertemuan Buddha di Alam Brahma Barat, ia selalu menyibukkan dirinya dengan membantu Di Jun mengemasi barang bawaannya. Di Jun juga sangat menyukainya ketika ia melakukan demikian. Dengan ini dalam benaknya, ia pun segera memutuskan untuk melihat ke halaman Di Jun apakah ada sesuatu yang harus disusunnya.
Sesuai dugaan, halaman Di Jun sangat besar. Ia berjalan dengan anggun sepanjang jalan ke depan kamar tidur Di Jun hanya untuk berhenti di pintu batu yang terkunci. Ia selalu bisa melewati bangsal pembatas Di Jun dan batasannya tanpa halangan, tetapi ini bukanlah Laut Giok Surgawi. Ini adalah tempat yang tidak mengandalkan bangsal pembatas atau batasan untuk mengunci pintunya; itu mengandalkan kunci fisik.
Fei Wei tidak berada di sisinya, jadi ia tidak bisa membuka pintu batu di depannya.
Tepat saat ia merasa pelik akan masalahnya, ia tiba-tiba mendengar suara feminin berteriak, “Siapa kau, dan apa yang kau lakukan di sini?”
***
Di dalam Aula He Qi, para Dewa tengah dalam diskusi resmi ketika mereka melihat Putri Zi Zheng menerobos masuk secara tergesa.
Putri Zi Zheng adalah putri tunggal Dewa Agung Hou Zhen, dan merupakan kesayangannya. Akibatnya, ia selalu keras kepala.
Tidak seperti Dewa Agung Fu Ying yang merupakan ahli dalam peperangan, Dewa Agung Hou Zhen bukanlah dewa perang. Dalam hal memimpin pasukan dan berperang, ia bukan tandingan Dewa Agung Fu Ying, tetapi ia memiliki otak yang berfungsi dengan baik.
Dirumorkan bahwa, tujuh ratus tahun yang lalu, saat Dewa Agung Mo Yuan pertama kali memulai jalannya, Dewa Agung Hou Zhen ingin menikahkan putrinya kepadanya demi mengikat erat klannya dengan Dewa Agung Mo Yuan. Ini adalah satu cara yang menggambarkan betapa cerdas otaknya.
Sayangnya, Zi Zheng sepenuhnya terpikat oleh Dong Hua, dan lebih baik mati daripada menurutinya. Sebenarnya, menikahi Dong Hua juga pilihan yang bagus selagi Hou Zhen teringat, ia juga mendukungnya.
Tetapi, Dong Hua kembali ke rumah asalnya untuk tinggal dalam pengasingan lima ratus tahun setelahnya. Namun, karena belum lama ini Dong Hua meninggalkan pengasingan, kabar mengatakann bahwa niat Hou Zhen pun kembali menyala.
Putri Zi Zheng sudah masuk tanpa izin ke Aula He Qi kali ini. Tetapi bagaimana orang mengetahui apakah itu bukanlah pertunjukan yang ditampilkan oleh ayah dan anak untuk menarik perhatian Di Jun.
Para Dewa yang hadir di forum itu cukup cerdik, jadi tidak ada seorang pun yang akan berpikir untuk menghancurkan niat Hou Zhen. Oleh sebab itu, mereka serempak menghentikan diskusinya dan secara kolektif mengalihkan perhatian mereka ke arah tontonan.
Namun, masalah ini benar-benar tidak ada hubungannya dengan Dewa Agung Hou Zhen.
Ia juga sangat bingung selagi ia menyaksikan putrinya menerobos masuk, dan tidak tahan untuk berwajah masam, “Semuanya saat ini sedang membahas urusan resmi dengan Di Jun, jadi mana mungkin kami mentolerir dirimu yang berbuat ulah di sini. Dan kenapa kau masih belum cepat-cepat pergi!”
Putri Zi Zheng bahkan tidak takut sedikit pun, “Putrimu juga kemari untuk membicarakan tentang urusan resmi. Selain itu, ini adalah urusan resmi yang juga memerlukan Di Jun untuk memutuskannya!”
Ia menepuk tangannya selagi ia berbicara, dan dua pelayan abadi kuat pun mengapit seorang dewi, yang tangannya diikat dengan kunci perangkap abadi, ke dalam aula.
Dewi itu memiliki rambut hitam legam, kulit seputih salju berbaju merah, tampak agak muda, tetapi kecantikannya menakjubkan. Kumpulan para dewa itu saling berpandangan dengan tatapan kosong. Mereka memerhatikan selagi Di Jun, yang masih perlahan-lahan mengelus pemberat kertasnya beberapa saat yang lalu, berhenti sejenak, dan melihat ke tengah aula.
Feng Jiu tidak takut dengan kesulitannya saat ini. Ia hanya takut kehilangan muka. Baru diumur tiga puluh ribu tahun, ia masih terlalu muda; meski jika ia sangatlah berbakat di antara rekan sejawatnya, ia telah kehilangan kultivasinya setelah bertarung dengan Miao Luo dan masih belum memulihkan kembali kekuatan abadinya.
Dalam keadaan ini, ia tidak sanggup melawan Zi Zheng, seorang dewi tiga generasi lebih tua darinya. Ia benar-benar tidak berdaya untuk melakukan apa pun tentang situasinya.
Diam-diam ia sedikit mengangkat pandangannya, diam-diam memerhatikan Di Jun. Pandangan Di Jun juga tertuju padanya, dan tampaknya seperti melihat ke kunci perangkap abadi di tangannya.
Ia merasa berkecil hati sewaktu ia memikirkan tentang bagaimanakan perasaan Di Jun karena ia adalah orang yang lemah, memandang rendah dirinya. Semakin ia memikirkan soal itu, semakin ia merasa putus asa, jadi ia pun menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Zi Zheng melemparkan tatapan dingin pada Feng Jiu, dan menghadap Dong Hua, sikapnya keras, “Aku melihat gadis ini bertingkah diam-diam di luar kamar tidur di Jun, sikapnya mencurigakan, jadi aku maju untuk menanyainya. Tanpa diduga, ia mengatakan bahwa ia adalah pelayan pribadi Anda, jadi itulah mengapa, ia muncul di sana.”
Zi Zheng mencemooh pelan, “Semua orang di Empat Lautan dan Delapan Dataran mengetahui bahwa Di Jun tidak pernah memiliki pelayan pribadi yang cantik di sisinya. Ia pasti seorang mata-mata yang dikirim oleh Fu Ying, jadi aku menangkapnya kemari untuk diadili Di Jun!”
Feng Jiu tidak punya pilihan selain membela dirinya, “Mari ... anggap saja aku telah meningkatkan statusku dengan menyebut diriku sebagai pelayan pribadi Di Jun. Tetapi aku benar-benar seorang gadis pelayan dari Laut Giok Surgawi!”
Ia melirik Di Jun sewaktu ia berbicara, dan mengira ia cukup pintar untuk terpikirkan penjelasan sempurna yang tidak akan menonjolkan masalah. Jika Di Jun bekerja sama dengan satu anggukan kepala, masalah ini akan terselesaikan, dan tidak akan menyimpang lagi.
Tetapi tak disangka, Di Jun benar-benar menyimpang keluar jalur.
Ia tidak menganggukkan kepalanya seperti yang diharapakan Feng Jiu, malahan, menatapnya, mengerutkan dahi, “Muncul di kamarku? Apa yang sedang kau lakukan di sana?”
Zi Zheng berseru marah, “Ia pasti pergi ke sana untuk mencari beberapa informasi rahasia!”
“Benar-benar tidak,” Feng Jiu menggelengkan kepalanya dengan cepat, diam-diam membenci Di Jun karena tidak bekerja sama dengannya.
Ia tidak bisa menahan diri untuk menekankan identitasnya adalah seorang pelayan pribadi sekali lagi, “Karena aku adalah pelayannya. Tugasku adalah untuk melayani Di Jun. Itulah mengapa aku mengatakan bahwa aku hanya berniat untuk membongkar barang bawaan perjalanan Di Jun ....”
Zi Zheng tertawa dingin, “Jadi kenapa kau tidak bisa memasuki kamar tidur Di Jun?”
Feng Jiu menegang, “Aku ... aku tidak punya kuncinya ....”
Zi Zheng tertawa dingin sekali lagi, “Kenapa seorang pelayan pribadi yang bertugas untuk membongkar barang bawaan perjalanan Di Jun tidak memiliki kunci kamar tidurnya?”
Kedua wanita itu berdebat tanpa henti untuk sesaat.
Di Jun, yang diam-diam menonton mereka dari samping, mengajukan pertanyaan yang meragukan jiwa, “Apakah mengandalkan kalian berdua untuk berdebat apakah ia memang pelayan pribadiku atau bukan, membuahkan hasil? Bukankah lebih mudah untuk bertanya langsung kepadaku?”
Masuk akal, ini memang masuk akal. Zi Zheng tertegun sejenak, dan bereaksi setelah beberapa saat.
Ekspresinya bertanya-tanya sejenak sebelum ia melemparkan tatapan bingung pada Dong Hua, “Jadi, apakah ia benar-benar pelayan pribadi Di Jun ....”
Di Jun memijat pelipisnya, “Bukan.”
Zi Zheng menghela napas lega, dan meninggikan suaranya, “Kalau begitu ia pasti seorang mata-mata!”
Di Jun mengetuk jarinya tak sabaran, “Ia adalah istriku.”
Feng Jiu betul-betul tidak menyangka bahwa Di Jun akan mengatakan kebenarannya sambil lalu dan acuh tak acuh, dan linglung terkejut sesaat.
Kerumunan makhluk abadi pun kebingungan.
Hanya Di Jun yang tetap tak terpengaruh, dan menatap ke arahnya dan Zi Zheng, “Kalau tidak ada urusan lainnya, kalian berdua boleh pergi.”
Melihat Feng Jiu berbalik pergi dengan patuh, ia berkata lagi, “Tunggu, Xiao Bai.”
Ia mengambil satu set kunci dari lengan jubahnya selagi ia berbicara, dan melihat bahwa tangan Feng Jiu masih terikat oleh kunci perangkap abadi. Ia pun mengerutkan alisnya, dan kunci perangkap abadi itu menghilang.
Di Jun melemparkan kuncinya, dan Feng Jiu menangkapnya dengan bingung, “Ini ....”
Di Jun tampak seolah ia tidak mengerti kenapa Feng Jiu akan mengajukan pertanyaan sebodoh itu, “Bukankah kau mau membongkar barang bawaanku, tetapi tidak punya kuncinya?”
Memerhatikan pemahaman yang tiba-tiba muncul dalam benaknya saat Feng Jiu bergumam, “Ah, iya ....”
Di Jun kelihatan seolah ia terhibur olehnya.
Tidak ingin orang lain merasakannya, ia pun menarik bibirnya sedikit, dan agak melambatkan suaranya, “Bagus, kau boleh pergi.”
Kemudian, ia menambahkan satu kalimat, “Jangan berbohong sembarangan pada orang lain di masa yang akan datang.”
Feng Jiu melirik kerumunan makhluk abadi yang membatu di aula. Menganggukkan kepalanya, ia mengambil kunci itu dan pergi.
Saat ia melangkahi ambang pintu aula He Qi, ia mendengar Di Jun berbicara dengan tidak sabar pada Zi Zheng, “Kenapa kau masih di sini?”
Suara Zi Zheng mengandung isak tangisnya, “Kapan Di Jun menikah, kenapa aku belum pernah mendengarnya sebelumnya, dewi itu, apa ... apa bagusnya dia ....”
Reaksi Di Jun adalah memanggil Dewa Agung Hou Zhen.
Setelah itu, suara teguran pun menggema di aula He Qi.
Feng Jiu mengintip ke belakangnya, dan melihat sekelompok pelayan makhluk abadi yang panik, buru-buru memapah Putri Zi Zheng yang menangis tanpa henti keluar dari aula.
Feng Jiu mendapat keuntungan dari musibah itu dan pindah ke kamar tidur Di Jun. Gosipnya sepertinya tumbuh sayap, dan dalam waktu kurang dari satu hari, sudah menyebar ke seluruh Delapan Dataran.
***
Malam itu, Feng Jiu ketiduran sembari menunggu Di Jun kembali ke kamarnya untuk tidur. Jam air berlalu, dan Feng Jiu masih menunggu Di Jun dengan sia-sia. Tetapi ia berakhir menunggu seorang gadis Iblis yang kemari untuk menaiki ranjangnya.
Gadis itu membekap mulut Feng Jiu sewaktu ia sudah akan berteriak minta tolong, “Ai, jangan teriak, jangan teriak, aku kemari bukan untuk menaiki ranjangnya,” gadis itu menjelaskan, “Aku kemari untuk melihat seperti apakah Di Hou yang dirumorkan itu.”
Feng Jiu mendengar alasan kedatangan gadis itu. Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, tiba-tiba ia sedikit kecewa. Ia sudah mendengar Dewa Agung Zhe Yan membicarakan soal itu sebelumnya, bahwa selama Zaman Kekacauan dan Zaman Purbakala, Di Jun merupakan pria impian banyak gadis. Para gadis dari ras Iblis adalah yang paling tidak tahu sopan santun, dan suka menaiki ranjang Di Jun. Ia tidak pernah melihat keadaan seperti itu, dan merasa agak penasaran.
Gadis iblis yang menyebut dirinya Jin Jin itu pun melepaskan Feng Jiu, menaksirnya dari ujung kepala hingga ke ujung jari kaki.
Ia pun tidak tahan untuk mengangguk, “Aiya, ternyata kau adalah wanita cantik yang sanggup mengancurkan suatu kerajaan. Aku, Jin Jin, rela mengaku kalah.”
Ia duduk dengan akrab di sisi tempat tidur ketika ia selesai berbicara.
Bergerak mendekat ke arah Feng Jiu, ia terus mengobrol dengannya, “Namun, Di Jun terbuat dari batu, dan tidak punya perasaan dan tidak punya hasrat. Kalau tidak, mengapa tak satu pun dari kami, para gadis iblis dari beberapa generasi, yang berhasil menaiki ranjangnya. Jadi, bagaimana kau melakukannya?”
Feng Jiu mundur ke belakang, memberi sedikit jarak antara dirinya dan Jin Jin, “Aku tidak menaiki ranjangnya.”
Jin Jin menampar pahanya satu kali, dan tamparan itu begitu kuat hingga Feng Jiu dapat mewakilinya merasakan rasa sakitnya.
Tetapi Jin Jin tetap tidak peduli, “Aku bukannya mengatakan kau menaiki ranjangnya. Hanya saja begini, kau lihat, kami hanya berminat untuk tidur bersama Di Jun. Hanya untuk tidur semalam, tetapi kami tidak berhasil. Namun kau bahkan sampai membuat Di Jun menikahimu. Kesulitan dari praktik ini jauh lebih besar daripada hanya tidur dengannya begitu saja. Itulah kenapa, aku jadi penasaran. Bagaimana kau mencapainya?”
Feng Jiu selalu bingung tentang alasan kenapa Di Jun jatuh cinta padanya. Dulunya, ia bermurah hati, dan merasa bahwa tidak masalah kenapa ia jatuh cinta. Di Jun mencintainya, jadi ia sudah mendapatkan rejeki nomplok; mencari tahu akar masalahnya tidak berarti apa-apa baginya.
Ketika ditanyakan saat itu, ia agak tidak jelas, dan membagikan pengalamannya dengan Jiu Jiu dengan tidak yakin, “Kemungkinan karena aku adalah seekor rubah dan tinggal di sisinya sebagai hewan peliharaan selama beberapa ratus tahun. Ia kemudian mengetahuinya, dan merasa sedikit tersentuh. Itulah kenapa, ia memutuskan untuk mencoba menjalin hubungan denganku.”
Setelah Feng Jiu selesai bicara, ia memikirkanya, dan merasa bahwa alasan ini sangat bisa dipercaya hingga ia sendiri meyakininya.
Meninjukan kepalan tangannya ke tangan lainnya, Feng Jiu menghadap Jin Jin dengan yakin, “Aku rasa seharusnya begini. Tidakkah kau merasa sedikit tersentuh?”
Jin Jin tidak tersentuh olehnya, dan memberi ringkasan sederhana atas apa yang terjadi, “Artinya, kau mengejar Di Jun selama beberapa ratus tahun, tetapi tidak bisa tidur dengannya. Namun, kau tidak menyerah, dan terus mengejarnya, yang mengakibatkannya tersentuh olehmu?”
Jin Jin menghela napas kaget, dan mengacungkan jempol ke arahnya, “Kau masih belum menyerah bahkan setelah beberapa ratus tahun gagal tidur dengannya. Kalau begitu, maka kau benar-benar luar biasa, dan seseorang yang pantas menjadi Di Hou-nya!”
Feng Jiu tidak tahu apa yang harus dikatakan untuk sesaat.
Ia menutup mulutnya, berdeham ringan, “Kami, ras Dewa, tidak terlalu memusingkan apakah kami bisa tidur bersama seseorang atau tidak. Kami hanya lebih memedulikan tentang apakah kami dapat menangkap hati seseorang, dan membuat orang lainnya betul-betul mencintai kami.”
Jalan pikiran Jin Jin relatif berbeda dari yang lainnya, dan akan menghubungkan segalanya dengan apakah seseorang bisa tidur dengan orang lain atau tidak.
Ia memasang tampang takjub di wajahnya, dan memberikan kesimpulan lainnya pada Feng Jiu, “Jadi maksudmu, sampai sekarang, kau masih belum tidur bersama Di Jun?”
Feng Jiu terdiam sejenak, “.... Aku sudah tidur bersamanya.”
Ekspresi Jin Jin adalah seperti yang diduga, dan ia bertanya ingin tahu, “Jadi, seperti apa rasanya tidur bersama Di Jun?”
Feng Jiu memelototi Jin Jin, “Kenapa kau menanyakan soal ini?”
Jin Jin buru-buru menggesturkan dengan tangannya, “Jangan salah paham padaku, aku tidak punya motif lain. Karena kau adalah satu-satunya orang yang tidur bersama Di Jun di seluruh Delapan Dataran, jadi aku hanya bertanya sambil lalu.”
Ia menjeda, kemudian berbicara sampai di titik ini, dan perlahan-lahan mengangkat alisnya, “Tidak mungkin karena putramu dan semuanya hanyalah rumor, dan kau benar-benar belum pernah tidur bersama Di Jun?”
Ia menatap Feng Jiu dengan tampang penuh mengasihani, nada bicaranya mendesah, “Ah, kau tidak bisa disalahkan untuk ini. Bagaimanapun juga, Di Jun adalah makhluk abadi yang terbuat dari batu ....”
Tak diragukan lagi, ia membangkitkan semangat bersaing Feng Jiu, “Aku benar-benar sudah tidur bersamanya sebelumnya.”
Ia menoleh ke arah Jin Jin dengan sungguh-sungguh, “Ia lumayan.”
Wajah Jin Jin penuh keraguan.
Feng Jiu jadi serius, “Itu benar, ia lumayan.”
Jin Jin menganggukkan kepalanya, “Lumayan.”
Akan tetapi, Jin Jin keras kepala, dan tidak mungkin menghentikannya.
Jadi, ia pun terus bertanya, “Apa maksudnya lumayan?”
Pintunya terbuka saat ini, dan Di Jun berdiri diam di dekat pintu masuk. Feng Jiu dan Jin Jin saling berpandangan syok.
Jin Jin adalah yang pertama bereaksi.
Ia melonjak dengan wajah tersenyum, “Di Jun, jangan salah paham. Aku ... aku tinggal di gunung sebelah. Karena aku tinggal dekat sini, aku hanya datang kemari untuk mengobrol dengan Di Hou Anda. Aku ... aku ... aku tidak punya niat buruk.”
Melihat Di Jun maju selangkah, Jin Jin pun memucat selagi ia mundur, “Aku ... aku dengar Di Jun tidak pernah memukul perempuan!”
Di Jun mengangguk, “Aku tidak pernah memukul mereka, jadi apakah kau mau keluar sendiri, atau kau mau aku melemparkanmu keluar?”
Jin Jin memilih untuk keluar sendiri.
Setelah Jin Jin keluar, hanya mereka berdua yang berada di dalam kamar itu. Jantung Feng Jiu berdebar layaknya genderang, tidak yakin seberapa banyak Di Jun mendengar percakapan antara Jin Jin dan dirinya. Sewaktu ia melihat Di Jun menuju ke kamar belakang untuk mandi, ia menghibur dirinya sendiri dengan kemungkinan bahwa ia tidak mendengar apa-apa.
Pada akhirnya, hal pertama yang dikatakan Di Jun saat ia keluar sambil mengeringkan rambutnya adalah, “Aku juga ingin bertanya, apa maksudnya lumayan?”
Feng Jiu, yang sedang membentangkan selimut, tampak melonjak setelah apa yang didengarnya, dan perlahan-lahan berbalik, “Lebih baik tidak usah bertanya ....”
Di Jun duduk di bangku giok di seberang tempat tidur dan terus mengeringkan rambutnya, “Jadi, apakah itu berarti bahwa itu tidak baik?”
Feng Jiu berdiri dekat ranjang, merasa seolah tidak semestinya ia berada di sini, tetapi seharusnya berada di bawah ranjang.
Ia tergagap, “Tidak ... bukannya tidak baik, kau ... kau tidak perlu mengkhawatirkannya.”
Di Jun meletakkan kain katunnya, “Aku memang agak khawatir, jadi apa arti sebenarnya?”
Feng Jiu menundukkan kepalanya, dan setengah menutupi wajahnya, “Itu ... itu berarti bagus,” ia mendongakkan kepalanya agak galak, “Itu berarti bagus, bukankah itu cukup?”
Ia menutupi wajahnya lagi ketika ia selesai berbicara.
Di Jun berdiri, dan berjalan mendekat. Ia duduk di pinggir ranjang, dan menariknya turun sehingga Feng Jiu duduk berhadapan dengannya.
Menatap ke arahnya seolah Di Jun sedang mendiskusikan masalah yang penting dan serius dengan mendesak, ia bertanya sungguh-sungguh, “Jadi, kenapa tidak kau beritahukan saja padanya secara langsung bahwa aku sangat hebat?”
Bagaimana mungkin ia menjawab pertanyaan seperti itu?
Feng Jiu merasa seolah ia sekarat. Wajahnya memerah seperti darah sewaktu ia duduk d sana untuk waktu yang lama, memikirkan bagaimana cara menjawab Di Jun supaya ia tutup mulut.
Tak lama kemudian, Feng Jiu pun berkata, “Bahwa aku bisa memiliki dirimu yang sebegitu luar biasanya saja, sudah membuat orang lain membenciku. Jika mereka mengetahui bahwa kau ... kau juga sehebat itu, bukankah itu akan membuat mereka lebih membenciku? Mari kita merendah sedikit saja?”
Di Jun memandanginya untuk waktu yang lama, “Kau benar.”
Sudah pasti, ia pun tutup mulut.
Untuk sesaat, mereka berdua tidak berkata-kata. Kemudian, mereka hanya berbaring untuk tidur.
Setelah menunggu napas Feng Jiu teratur, menandakan bahwa ia sudah memasuki alam mimpi, Di Jun perlahan-lahan membuka matanya. Memandangi rona yang masih belum surut dari wajah si gadis muda, senyum menggoda kecil pun bermain di bibirnya.
Si pemuda pun memandangi gadis dalam pelukannya. Lama setelahnya, ia pun dengan ringan mengecup keningnya.
Di luar jendela,
bulan purnama menggantung tinggi-tinggi,
sinar bulan terang yang mengalir,
menyaksikan momen ini dengan setia.
0 comments:
Posting Komentar