Selasa, 03 Juni 2025

TPB : Back to Chaos in a Dream - Chapter 5.1

   Three Lives Three Worlds, The Pillow Book

Pillow Book of Samsara

Back to Chaos in a Dream : Chapter 5.1



Laut Giok Surgawi adalah sebuah tempat yang mistis. Semenjak istana batu dibangun seratus ribu tahun yang lalu, dan seluruh wilayah Laut Giok Surgawi di bawah nama Dong Hua, menjadi wilayah pribadi Di Jun, selalu mempertahankan penampilannya saat ini.

Selama seratus ribu tahun terakhir, perubahan besar terlihat dalam berlalunya waktu, dan kelima ras sudah menggambar ulang perbatasan mereka beberapa kali. Tetapi, rerumputan dan pepohonan, setiap paviliun, dan setiap teras di Laut Giok Surgawi terus seperti dirinya yang dulu, tetap tidak berubah.

Selama jangka waku tertentu, pengurus Laut Giok Surgawi, Fei Wei xian jun, iri pada sesama pengurus, Feng Xing, yang bekerja di sisi Dewi Shao Wan. Ini karena, Feng Xing tinggal di Gunung Zhang Wei; Dewi Shao Wan suka menciptakan formasi dan lanskap taman, jadi Gunung Zhang Wei praktisnya didekorasi ulang setiap tahunnya, mengubah penampilannya dari tahun ke tahun.

Fei Wei mengagumi Feng Xing karena ia bisa tinggal di rumah yang baru tiap tahunnya; ia sangat iri hingga ia secara tidak langsung menanyai Di Jun beberapa kali, kapankah Laut Giok Surgawi bisa didekor ulang. Di Jun menolak idenya secara blak-blakan, dengan mengatakan ia tidak akan membuang-buang tenaga dalam masalah ini.

Setelah berhadapan dengan pemandangan terbuka lebar Laut Giok Surgawi dan pahatan alaminya selama seratus ribu tahun terakhir, Fei Wei meyakini bahwa ia tidak akan pernah hidup untuk melihat hari dimana tata letaknya akan berubah. Tetapi inilah bagaimana peristiwa ajaib terjadi.

Ia baru pergi keluar selama empat atau lima hari untuk mengantarkan sepucuk surat. Namun sekembalinya, ia menyadari bahwa tempat yang disebut Di Jun sebagai taman—yang ia sendiri menyebutnya hutan belantara, benar-benar telah berubah menjadi apa yang dunia sekuler pahami sebagai sebuah taman.

Ada petak-petak bunga yang indah, serambi yang berliku-liku, gunung batu yang diukir oleh pedagang surgawi, dan sebuah kolam teratai kecil yang elegan dan indah di taman tersebut. Itu sangat mirip dengan taman di Gunung Zhang Wei yang pernah membuatnya sangat iri.

Fei Wei memanggil Bai Gun Gun yang sedang menerbangkan layang-layangnya di taman dan menanyakannya apa yang terjadi.

Bai Gun Gun senang memberi pencerahan pada orang lain, jadi ia pun mengesampingkan layang-layangnya.

“Jadi begini,” ia berkata selagi ia membantu Fei Wei menghilangkan keraguannya, “Empat hari yang lalu, sewaktu Ibu sedang mengobrol santai dengan Ayah, ia mulai membicarakan tentang sepetak kecil hutan yang tadinya di tempat ini. Ibu bilang, ia tidak menyukai hutan kecil itu, dan lebih suka taman yang kemudian dibangun di area ini berdasarkan desainnya, mengatakan bahwa tamannya memiliki gunung ukiran, dan aliran sungai, sebuah kolam teratai dan kebun sayuran. Jadi itu berguna dan bagus untuk dilihat.”

Ia menggesturkan sesaat, “Selagi ia berbicara, Ibu melukiskan satu gambar untuk dilihat Ayah. Ayah memandangi gambaran itu, dan tidak menyukainya, mengatakan bahwa Ibu tidak punya selera dan berkomentar bahwa taman biasa semacam ini tidak bisa dibandingkan dengan pesona alami dari sepetak hutan lebat itu. Setelah itu, ia menebang sepetak hutan lebat tersebut, dan membuat taman ini sesuai dengan gambaran Ibu.”

Fei Wei terdiam sejenak, “Tuan Muda, detail yang Anda sebutkan di awalnya dan isi di balik ‘setelahnya’ sepertinya agak terputut-putus ....”

Karena Gun Gun tidak terlalu jago dalam kelas komposisi, ia sangat sensitif terhadap tata bahasanya.

Jadi ia pun melebarkan matanya, “Ah, benarkah? Jadi apa yang bisa kulakukan, apa kau perlu aku mengulangi apa yang sudah kukatakan? Bagaimana, bagaimana aku harus mengulanginya?”

“Tidak perlu melakukan demikian.”

Fei Wei mengelus kepala Gun Gun, “Ini bukanlah masalah Tuan Muda, ini masalah Di Jun.”

Di Jun pasti punya masalah.

Menurut Fei Wei, Di Jun sebenarnya adalah Dewa yang tidak dapat diubah, bahkan termasuk sedikit lunak. Karenanya, ia selalu mudah untuk dilayani.

Tetapi belakangan, Di Jun tidak semudah itu lagi untuk dilayani.

Contohnya, Di Jun bukan lagi jenis orang yang akan terus-terusan memakan makanan yang sama di menu untuk sepuluh tahun ke depan. Di Jun tidak pernah sekali pun memasuki dapur untuk memperbaiki menunya selama seratus tahun terakhir. Tetapi belakangan ini, ia tidak punya kerjaan lain selain menanyai Fei Wei, apa yang sudah direncanakannya untuk makanan berikutnya, bahkan sampai membahas menunya secara rinci. Ia adalah pria sejati, jadi mana mungkin ia akan mengetahui apa-apa soal memasak.

T/N: “Pria lurus garis keras” sering dideskripsikan sebagai tidak peka terhadap wanita dan punya selera yang buruk dalam berpakaian, tetapi tidak menjengkelkan seperti para lelaki penganut aliran sovinisme.

Dulu, Di Jun tidak pernah mengajukan keberatan tentang makanan, selalu hanya tumisan ini-itu yang hambar. Tetapi belakangan, ia bukan hanya mulai memesan makanan, tetapi benar-benar menuntut bumbu yang lebih baik.

Selain itu, Di Jun tidak punya selera dalam berpakaian. Tetapi, Empat Lautan dan Delapan Dataran berperang, jadi sudah hal yang bagus jika semua orang cukup makan dan memiliki pakaian untuk membuat mereka tetap hangat. Oleh sebab itu, tidak ada yang namanya tren dalam pakaiannya. Akibatnya, saat ia membuatkan pakaian untuk Di Jun, ia akan menjahitkan beberapa ratus pakaian sekaligus dengan bahan yang sama persis, dengan desain dan warna yang sama karena kemudahannya.

Di Jun tidak pernah mengatakan apa-apa soal pakaian itu setelah memakainya selama ratusan tahun berikutnya. Tetapi belakangan ini, Di Jun tiba-tiba jadi tertarik dengan kain yang langka. Kapan pun ia senggang, Di Jun akan mendesaknya keluar dan mencarikan kain dengan warna, bahan dan pola yang telah ditentukannya secara jelas hingga ke detail terkecil.

Selama tujuh hari pertama menghadapi perubahan baru pada Di Jun, Fei Wei tidak bisa memahaminya. Ia berpikir bahwa, Di Jun jatuh ke dalam pengaruh jahat.

Pada hari kedelapan, ia menggantikan kedua anak abadi, yang sudah memakan terlalu banyak buah dan membuat perut mereka sakit, untuk melayani Di Jun dan Nona Xiao Bai makan siang. Di sinilah, Fei Wei xian jun yang cerdas mengetahui alasan mengapa Di Jun mendadak jadi begitu teliti soal makanan.

Di Jun masihlah Di Jun yang sama, yang akan memakan apa saja yang diberikan padanya. Tetapi Nona Xiao Bai adalah gadis yang lemah lembut, gadis seperti ini akan memerlukan jenis perhatian yang sama. Ia tidak akan memakan apa saja yang disajikan untuknya.

Di hari kesembilan, ia melihat kain langka yang susah payah dicarinya, muncul di tubuh Nona Xiao Bai. Fei Wei xian jun, yang hanya memerlukan sebuah petunjuk untuk memahami sesuatu, juga mengerti kenapa Di Jun mendadak jadi pemilih dalam bahan pakaian.

Di Jun tetaplah orang yang sama yang akan mengenakan apa pun yang diberikan padanya. Tetapi Nona Xiao Bai adalah gadis yang lemah lembut, dan gadis seperti ini memerlukan jenis perhatian yang sama. Ia tidak seharusnya mengenakan apa pun yang diberikan padanya.

Fei Wei mengamati situasi itu selama setengah bulan. Di luarnya, kelihatan seolah Di Jun memperlakukan Nona Xiao Bai seperti yang lainnya. Misalnya, Di Jun suka menyesakkan orang saat berbicara. Hal yang mengerikan adalah, ia benar-benar memperlakukan Nona Xiao Bai dengan cara yang sama. Alhasil, ia sering membuat Nona Xiao Bai begitu marah sampai-sampai ia akan menghabiskan sepanjang harinya mengabaikan Di Jun setelahnya.

Fei Wei menghela napas selagi ia berpikir, mungkin Nona Xiao Bai meyakini bahwa Di Jun tidak memperlakukannya dengan baik. Namun, ia mengetahui bahwa Di Jun sebenarnya telah melakukan banyak hal untuknya. Sebenarnya, ia dapat mengatakan Di Jun memperlakukannya dengan cermat dengan segala cara yang memungkinkan. Tetapi ia mencurigai bahwa Nona Xiao Bai jadi bingung setelah dibuat kesal oleh Di Jun setiap harinya, jadi mana mungkin ia akan mengetahui bahwa Di Jun sudah berusaha begitu keras untuknya.

Malahan, Nona Xiao Bai mengira bahwa alasan ia makan dengan baik dan mengenakan pakaian yang bagus adalah karena dirinya, Fei Wei, perhatian si pengurus abadi ini dalam menangani masalah. Ia sama sekali tidak berpikir seperti ini.

Di Jun tampaknya tidak keberatan kalau Nona Xiao Bai salah paham begini terhadap dirinya, bahkan memintanya agar tidak bicara sembarangan soal ini.

Mengapa Di Jun akan bertingkah seperti ini?

Bukankah itu hal yang bagus bagi Nona Xiao Bai untuk mengetahui bahwa Di Jun sudah memenuhi kebutuhannya dengan penuh perhatian dan pertimbangan?

Mungkinkah karena Di Jun tidak pernah mengejar seorang gadis sebelumnya dan menyukai Nona Xiao Bai?

Tetapi, ada ribuan pemikiran tersembunyi di dalam hatinya, namun ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya, sehingga menyebabkannya mengambil tindakan yang tidak dapat dipahami itu?

Setelah terus mengamati seluruh keluarga mereka selama setengah bulan lagi, Fei Wei merasa bahwa ia tidak keliru. Tak diragukan lagi, ia adalah orang yang cerdas dan cepat tanggap. Tetapi ia tidak punya keberanian untuk mencari kepastian dari Di Jun tentang apakah ia orang seperti itu, dan apakah ia benar mengenai dunia batinnya yang tak terduga.

Waktu berlalu dan tiga bulan pun telah terlewati.

Sebuah peristiwa besar pun pecah di Langit dan Bumi selama masa tiga bulan itu.

Karena para Tetua dari ras Dewa tidak bisa mengundang Di Jun keluar dari Laut Giok Surgawi, mereka pun berdiskusi. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk membiarkan  Dewa Agung Hou Zhen menggantikan sementara sebagai Raja para Dewa. Tetapi mereka juga takut kalau Dewa Agung Fu Ying tidak akan menyerah dan memicu perselisihan internal. Oleh sebab itu, mereka menganugerahkan seluruh wilayah Alam Utara kepada Dewa Agung Fu Ying, memungkinkannya untuk menjalani kehidupan yang santai sebagai dewa kehormatan, bebas dari kendali Jiu Chong Tian.

Para Tetua meyakini bahwa cara mereka dalam menangani masalah ini sudah mencakup semua basis. Meskipun Fu Ying mengendalikan pasukan yang mengesankan, ia tidak memiliki pasukan yang relatif lebih besar daripada yang dimiliki Dewa Agung Hou Zhen, ketika digabungkan dengan tentara di bawah kendali para Tetua. Apabila terjadi pertarungan nyata, ia belum tentu menang.

Bukannya mereka tidak memberikannya jalan keluar yang terhormat. Mereka sudah mengizinkannya untuk membangun wilayah kekuasaan pribadi di alam Utara. Orang yang berkepala dingin yang memandang segala sesuatunya dengan jelas, harus menerima ini sebagai jalan keluar dari situasi tersebut. Tidak semestinya ia bersikeras memicu perselisihan internal, membuat dirinya melawan mereka, dan memikul beban peperangan.

Para Tetua bukannya tanpa alasan dalam pertimbangan mereka. Tetapi mereka tidak mengantisipasi bahwa Fu Ying akan menjadi orang dengan ambisi yang besar, yang akan dengan keras kepalanya menikmati tantangan masalah sulit.

Namun, awalnya ia membawa keluhannya bersamanya selagi ia menuju ke Alam Utara. Tetapi begitu ia sampai di sana, ia dengan mudahnya melakukan kontak dengan ras Hantu dan Monster, menjanjikan mereka keuntungan besar yang tak terhitung jumlahnya sebagai imbalan atas aliansi mereka.

Tak lama sebelum ketiga faksi menyatukan kekuatan mereka dan membentuk pasukan gabungan yang besar. Mereka menyerang Jiu Chong Tian dengan keinginan untuk melenyapkan para Tetua dan menggulingkan Hou Zhen. Ini akan membuat Fu Ying mengendalikan Delapan Dataran, sehingga menjadi Raja para Dewa berikutnya.

Hou Zhen dan para Tetua segera mengerahkan pasukan mereka dan mengutus jenderal mereka ke garis depan untuk mengusir musuh. Kedua pasukan pun bertempur selama berhari-hari dan menemui jalan buntu di Fei Shui.

Para dewa dalam keadaan gelisah, tidak mengetahui kemana arah perang ini.

Untuk alasan inilah, Dewa Agung Zhe Yan mengunjungi Laut Giok Surgawi dua kali. Tak lama kemudian, Dewa Agung Hou Zhen juga tiba di Laut Giok Surgawi. Setelah itu, sekelompok Tetua juga muncul satu demi satu di Laut Giok Surgawi.

Dewa Agung Hou Zhen dan seluruh kelompok Tetua itu menunggu di pintu masuk utama Laut Giok Surgawi selama tujuh hari sebelum Di Jun akhirnya ia melonggarkan pendiriannya. Ia setuju untuk meninggalkan pengasingannya, sementara waktu mengambil posisi Raja para Dewa, dan mengambil alih komando dari pasukan besar para dewa untuk melawan tri-kekuatan Fu Ying, ras Hantu dan Monster.

Karena Di Jun jadi lebih sibuk dengan urusan penting, tentunya ia mulai jarang melihat Feng Jiu dan Gun Gun. Keluarga tiga orang mereka sebelumnya makan tiga kali bersama-sama. Tetapi kini, termasuk hal yang bagus jika mereka bisa makan satu kali bersama-sama.

Fei Wei tadinya mengira bahwa Nona Xiao Bai tidak akan terbiasa. Tetapi ternyata, Nona Xiao Bai adalah gadis yang sangat bijaksana bahkan di usia muda. Mengetahui bahwa Di Jun sibuk dengan urusan resmi, ia tidak mengganggunya atas kemauannya sendiri. Ia hanya akan mencari sesuatu untuk menghibur dirinya sendiri, dan akan bersenang-senang melakukan itu.

Sementara Di Jun sibuk, Nona Xiao Bai membawai Xiao Gun Gun untuk mengunjungi semua area sekitar Laut Giok Biru. Mereka bahkan sempat berpergian ke Qing Qiu, mengintip Raja Rubah Bai Zhi dan Ratu Rubah Ning Chang dari kejauhan. Hari ini, ia sedang mempertimbangkan apakah akan membawa Gun Gun ke Gunung Zhang Wei untuk menjelajah.

Tentunya Fei Wei harus berkonsultasi dengan Di Jun untuk instruksi lebih lanjut mengenai masalah ini, karena Gunung Zhang Wei tidak seperti Qing Qiu, dimana mereka bisa pergi dan kembali dalam sehari. Jarak antara Gunung Zhang Wei dan Laut Giok Surgawi adalah seratus delapan ribu li. Dengan kultivasi mereka saat ini, mereka akan membutuhkan tidak kurang dari tiga hingga empat hari untuk kembali.

T/N: “Li” () adalah satuan jarak masa Tiongkok kuno.

Di Jun tepat di tengah-tengah mengatur gulungan bagan formasi di ruang bacanya.

Ia mendongakkan kepalanya dan menatap Fei Wei setelah mendengar tentang masalah itu, “Kenapa ia berpikir untuk pergi ke Gunung Zhang Wei?”

Fei Wei menjawab dengan jujur, “Nona Xiao Bai mengatakan bahwa para gadis dari zamannya selalu mengidolakan Dewi Shao Wan. Jadi ia ingin berkunjung untuk mengagumi bekas kediaman Shao Wan.”

Di Jun berpikir sejenak, “Oh, itu hal yang bagus,” jawabnya, menganggukkan kepalanya.

Fei Wei merasa bahwa kemungkinan Di Jun mencemaskan perjalanan panjang Nona Xiao Bai dan langsung mengungkapkan kesetiaannya, “Di Jun, Anda boleh tenang. Aku pasti akan melindungi Nona Xiao Bai dengan baik dalam perjalanan ini, dan memastikan agar Nona Xiao Bai dan Tuan Muda tetap benar-benar aman.”

Di Jun pun mempertimbangkan lagi untuk sementara waktu, dan menggulung gulungan bagan formasi itu setelahnya.

Ia berujar sambil lalu pada Fei Wei, “Tidak masalah, aku ada pertemuan di sana dan kebetulan berada di rute yang sama dengan kalian semua.”

Fei Wei yang naif pun memercayainya.

Awalnya, lokasi forum diskusi resmi yang dipimpin oleh Dewa Agung Hou Zhen akan diadakan di Laut Giok Surgawi untuk mengakomodasi Di Jun. Dan hanya begitu saja, dipindahkan ke Gunung Zhang Wei, seratus delapan ribu li jauhnya.

Hanya ketika Dewa lainnya mendatanginya di acara terpisah untuk menanyakan tentang perubahan lokasi dadakan, barulah Fei Wei menyadari, pertemuan yang Di Jun bicarakan sebenarnya adalah pertemuan ini. Jadi, ketika Di Jun mengatakan “ia kebetulan”, benar-benar bukan begitu kasusnya.

Dewa lainnya bertanya dengan rendah hati kepadanya kenapa, tetapi ia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Ia tidak bisa mengungkapkan bahwa itu karena Di Jun tidak merasa tenang saat Nona Xiao Bai ingin menjelajahi Gunung Zhang Wei, dan karenanya mengubah lokasi forum diskusinya ke tujuan yang sama. Ini akan sangat mengurangi reputasi terkenal Di Jun.

Jadi Fei Wei pun memutar otaknya dan memaksa dirinya untuk menjawab, “Barangkali, untuk memperingati persahabatannya dengan Dewi Shao Wan ....”

Setelah mendengr perkataan itu, yang mengejutkan, Dewa lainnya memercayainya.

Mendesah di antara diri mereka sendiri, “Di Jun benar-benar orang yang menghargai persahabatan!”

Satu demi satu, mereka mengusap air mata, selagi mereka merasa tersentuh.

Fei Wei mengusap keringat dingin dari keningnya, merasa bahwa ia benar-benar cepat tanggap.


Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar