Senin, 29 Desember 2025

RTMEML - Chapter 61

 Chapter 61 : Malam Di Bawah Bulan yang Kelam


Rebirth of the Malicious Empress of Military Lineage: Chapter 61


Di Kuil Wo Long di pegunungan, saat itu malam hari ketika langitnya menggelap dan turun hujan gerimis.

Hujannya datang diiriingi angin dingin, jadi Gu Yu menutup jendela sebelum berkata pada Shen Miao, “Nona harus hati-hati dan jangan terserang flu.”

Jing Zhe menyelimuti Shen Miao dengan mantel dan berujar dengan cemas, “Jalan pegunungan tidak mudah untuh ditempuh. Apabila hujan turun sepanjang malam, tidak yakin apakah bisa berangkat setelah doa pagi esok hari. Orang mungkin harus tinggal sehari lagi kalau tidak jalannya akan berlumpur.”

“Istirahat sehari lagi, ya akan istirahat sehari lagi.”

Gu Yu tersenyum, “Pemandangan di tempat ini sangat bagus dan lingkungannya juga sunyi dan terpencil. Masih lebih baik daripada ....”

Ia menelan sisa kata-katanya kembali ke perutnya karena ia ingin mengatakan bahwa itu lebih baik saat dibandingkan dengan ular-ular di kediaman Shen itu.

Shen Miao duduk menghadap meja, memindahkan pion-pion catur. Ia yang sekarang suka sekali main catur, tetapi sayang sekali, beberapa gadis di sisinya tidak tahu cara bermain catur, ia harus bermain sendiri. Kadang-kadang Gu Yu dan Jing Zhe akan merasa aneh saat Nona mereka bermain seorang diri, karena ada kalanya ketika Shen Miao menggambarkan ekspresi yang aneh, yang membuat hati orang jadi dingin.

Pintunya terbuka dan Gui mo mo masuk ke dalam dengan senyum di wajahnya.

Di tangannya, membawakan beberapa makanan, ia tersenyum sewaktu berkata, “Nona, ini adalah masakan vegetarian dari kuil ini. Biarpun itu vegetarian, masakan Kuil Wo Long lumayan enak. Pelayan tua ini secara khusus meminta semangkuk kaldu kristal osmanthus. Nona Pertama dan Nona Kedua telah mencicipinya dan mengatakan bahwa itu lezat.”

“Oh. Taruh di sana,” kata Shen Miao datar.

“Sebaiknya Nona memakannya saat kaldu itu masih panas. Itu tidak akan enak jika mendingin.”

Gui mo mo membawakan mangkuknya ke sana dengan hangat dan menyerahkannya kepada Shen Miao.

“Kenapa mo mo gelisah?”

Jing Zhe mengambil mangkuk porselen itu dengan mulusnya dari Gui mo mo dan tersenyum, “Nona sudah bilang untuk menaruhnya. Barusan ini, ia merasa tidak nyaman dan akan meminumnya setelah beberapa saat.”

Gui mo mo merasa kesal dalam hatinya, tetapi saat ia melihat Shen Miao tidak peduli dengan perkataan Jing Zhe, ia hanya bisa menggertakkan giginya. Sebelumnya, Shen Miao akan selalu menganggap ucapan Gui mo mo sebagai yang paling penting, dan jika Gui mo mo berselisih dengan para pelayan, Shen Miao pasti akan lebih menghukum si pelayan lebih dulu. Ia tidak tahu sejak kapan, terhadap Jing Zhe, Gu Yu, dan kedua gadis itu dihargai oleh Shen Miao.

Saat ia sedang merenung, ia mendengar Shen Miao tiba-tiba berkata, “Mo mo sudah menemaniku selama empat belas tahun.”

Jantung Gui mo mo berdetak kencang selagi ia melihat ke arah Shen Miao. Pada saat yang sama, Shen Miao pun menoleh. Sepasang mata yang jernih itu memiliki kepolosan seperti anak kecil, yang juga membuat Gui mo mo melamun.

Tanpa disadari, bayi yang menangis dengan sedihnya untuk meminta makan, telah menjadi seorang gadis dan tumbuh dewasa menjadi seorang wanita muda anggun yang langsing di depannya. Gui mo mo menghela napas, awalnya, ketika Shen Xin dan istrinya pergi ke medan perang, mereka memintanya agar merawat Shen Miao baik-baik, dan dalam sekejap mata, empat belas tahun telah berlalu.

“Selama ini, mo mo dekat denganku.”

Shen Miao berkata dengan lembut, “Aku ingat, ada saat dimana aku demam dan di luar sana turun hujan, seperti sekarang ini. Tabib yang diundang kediaman tidak datang, lama sekali, sehingga mo mo jadi cemas dan berlari keluar untuk mencari tabib. Pada akhirnya, mo mo tergelincir dan melukai kepalamu, tetapi malah masih mencarikan tabib lainnya untuk datang.”

Gui mo mo terkejut dan mau tak mau, ekspresinya pun melembut, “Nona masih mengingat hal-hal ini.”

“Tentu saja aku akan mengingatnya. Mo mo sudah bersamaku selama lebih dari satu dekade, bahkan Ayah dan Ibu tidak akan menemaniku lebih dari mo mo. Aku menganggap mo mo sebagai orang tercinta.”

“Pelayan tua ini tidak pantas mendapatkan keberuntungan dari Nona.”

Gui mo mo meratap dalam hatinya. Ia tidak menyangka bahwa, di saat ini, Shen Miao, yang telah memperlakukannya dengan dingin, akan tiba-tiba begitu akrab. Gelombang perasaan muncul dalam hatinya, bagaimanapun juga, ia tidak seperti ini awalnya.

Mulanya, Shen Xin dan istrinya menjadikannya sebagai mo mo Shen Miao, putranya masih belum menikah dan ia tidak punya cucu, sehingga ia memperlakukan Shen Miao sebagai cucu perempuannya sendiri. Ada pula masanya dimana ia memperlakukan Shen Miao dengan perasaan yang sesungguhnya, tetapi ....

Setiap manusia adalah untuk dirinya sendiri, kalau tidak langit dan bumi akan menghancurkannya.

(T/N: Idiom untuk menggambarkan situasi dimana manusia tidak saling membantu dan tiap manusia harus mengurus dirinya masing-masing.)

Bagaimanapun juga, Shen Miao bukanlah cucu perempuan kandungnya, dan kalau keluarga Kedua menepati janjinya, saat urusan ini berhasil, seluruh keluarga putranya bisa menuai keuntungannya.

Uang datang dari bahaya, apalagi Shen Miao tidak akan sanggup membawakannya apa pun.

Ekspresi Gui mo mo berubah beberapa kali, tetapi pada akhirnya, ia tersenyum dan berkata, “Nona, cuacanya dingin, dan malam sudah gelap, akan lebih baik untuk istrirahat setelah makan. Saat waktunya istirahat, nyalakan dupanya dan tidurlah yang nyenyak, maka akan lebih baik untuk berdoa demi Tuan dan Nyonya besok pagi.”

“Terima kasih banyak atas perhatian mo mo.”

Shen Miao juga tersenyum, tetapi senyumnya tampak mengandung sejumlah hal yang tidak diketahui.

Ia berkata, “Mo mo pergilah dulu, aku akan makan sendiri.”

Gui mo mo ingin tinggal sebentar lagi, tetapi melihat Shen Miao memasang tampang mengusirnya keluar, ia hanya bisa mundur. Ketika ia keluar dari ruangan, ia tidak berjalan jauh, dan berpindah ke jendela, supaya ia bisa mendengar pergerakan di dalam.

Setelah beberapa saat di dalam ruangan, suara Gu Yu pun terdengar, “Nona, hidangannya jadi dingin.”

“Kalau begitu, tata mejanya.”

Setelah itu, ada suara dentingan sumpit, sepertinya seseorang sudah duduk di meja untuk makan.

Jing Zhe bertanya, “Apakah Nona merasa kaldu osmanthus ini enak?”

“Lumayan.”

Suara Shen Miao terdengar, “Sesuai dengan seleraku.”

“Kalau begitu, makanlah lebih banyak,” kata Gu Yu sambil tersenyum.

Setelah mendengarkan sejenak, tampaknya Shen Miao sudah menghabiskannya dan suara peralatan makan yang dibereskan pun terdengar sebelum Gu Yu berjalan keluar, membawa keranjang makanan tersebut.

Seseorang hanya dapat mendengar Jing Zhe mengatakan, “Nona masih mau membaca sebentar?”

“Aku merasa agak lelah, akan membaca sebentar lagi. Pergi dan nyalakan dupanya.”

Suara Shen Miao agak lesu.

Gui mo mo menegakkan tubuhnya dan menghela napas lega sebelum kembali melihat ke jendela lagi.

Ia berjalan keluar dari halaman tersebut dan baru ketika ia keluar dari halaman, ia tidak tahan untuk bergumam, “Nona tidak boleh menyalahkan pelayan tua ini karena bersikap kejam, Nyonya Kedua ingin mengatasi Anda, dan tidak ada yang bisa menghentikannya.”

Saat Gui mo mo pergi, ia tidak melihat satu sosok pria yang muncul dari belakangnya. Pria itu melihat tampak belakang Gui mo mo yang berlalu dan ekspresi yang agak marah muncul di wajahnya.

***

Di dalam kamar, Jing Zhe menatap Shen Miao dengan cemas, “Nona, Gu Yu sudah keluar. Hamba masih tidak mengerti, apa yang sebenarnya ingin Nona lakukan?”

Jing Zhe tidak tahu kenapa, tetapi hatinya merasa agak resah, seolah-olah di gunung yang dalam dan sunyi ini, akan terjadi sesuatu.

Ia bertanya, “Nona bersandiwara untuk mengelabui Gui mo mo barusan ini, apakah karena Gui mo mo memiliki rencana jahat?”

Dan kata-kata yang diucapkan Shen Miao dengan ramah kepada Gui mo mo membuat Jing Zhe gugup, ia takut kalau Shen Miao akan seperti sebelumnya, dimana ia akan mendengarkan perkataan Gui mo mo.

Shen Miao melihat nyala api dari sumbu lilin. Percikan kecil yang terbentuk dari api itu berderak, kontras sekali dibandingkan dengan ritme hujan di luar sana.

Berpura-pura makan dan pura-pura menyalakan dupa, hanya tindakan sementara. Adapun alasan mengucapkan perkataan semacam itu kepada Gui mo mo, itu bukan karena hatinya lembut.

Di jalan pembalasan dendam, tidak ada yang bisa berbalik. Itu bukan berarti bahwa, apabila ada kebaikan di masa lalu, akan ada alasan mengapa kesalahan boleh dilakukan di masa depan. Orang jahat tak pernah layak mendapatkan belas kasihan, dan pemenangnya akan selalu mengucapkan kata-kata terakhir kepada si pecundang sebelum kepala mereka jatuh.

Shen Miao memejamkan matanya dengan ringan.

“Nona, apa yang dapat dilakukan sekarang?”

Melihat Shen Miao tidak menjawabnya, Jing Zhe hanya bisa mengubah pertanyaannya.

“Menunggu.”

“Menunggu apa?”

Bulu mata si gadis sedikit bergetar selagi bibirnya agak terangkat.

“Menunggu malam di bawah bulan yang kelam, ketika tiba waktunya untuk membunuh dan merampok.”

0 comments:

Posting Komentar