Kamis, 04 Februari 2021

3L3W TMOPB - Chapter 18 Part 1

Ten Miles of Peach Blossoms

Chapter 18 Part 1


Segera setelah aku mendengar apa yang Zhe Yan katakan, aku kehilangan keinginan untuk tetap tinggal di Jiu Chong Tian. Walaupun aku kecewa pada Ye Hua, ia sudah melakukan hal besar untukku dengan mengatur agar aku dapat menggunakan mata air langit untuk menyembuhkan lukaku, dan pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan sepertinya akan kelihatan sangat tidak tahu terima kasih. Tetapi, bergegas mencarinya sekarang, akan terlihat seolah akulah yang mundur.

Pada akhirnya, aku memutuskan untuk meninggalkan sepucuk surat, dengan tulus berterima kasih padanya atas perhatian yang ia tunjukkan padaku selama dua hari terakhir. Segera setelah suratnya ditulis, aku melangkah ke Gerbang Langit Selatan bersama Zhe Yan, dan kami langsung turun dari langit.

Pada saat ini, Mo Yuan tidak lebih dari satu jiwa yang sedang tertidur di dalam tubuh pangeran pertama Laut Barat, tetapi aku masih merasa gelisah untuk menemuinya. Hasratku yang bergegas menuju Laut Barat membuatku merasa seperti seekor induk burung dari hutan pegunungan, bangun di pagi hari untuk mencarikan serangga dan mengepakkan sayapnya penuh kemenangan, dengan seekor cacing gemuk di paruhnya, selagi ia terbang kembali ke sarang untuk memberi makan anak-anaknya.

Kami melakukan perjalanan selama beberapa jam di atas segumpal awan sebelum kami mencapai Laut Barat. Zhe Yan dengan cepat menjadi bosan dan menghabiskan sepanjang waktu dengan mengoceh di telingaku. Beruntungnya bagiku, ia dan Kakak Keempat sudah akrab lagi belakangan ini, yang menyelamatkanku dari keharusan mendengarkan hal-hal lama yang membosankan, yang menurut Kakak Keempat telah memalukan dirinya dengan tindakan dan perkataan.

Subjek pembicaraan hari ini adalah rahasia keluarga Raja Laut Barat. Aku duduk serius di atas awannya dan mendengarkan dengan perhatian penuh.

Dari ke-4 Raja Air, yang Barat-lah yang meninggalkan kesan paling sedikit padaku. Aku selalu berasumsi ini karena aku menghabiskan banyak waktu di dalam Qing Qiu, mengabaikan datang dan perginya para makhluk abadi di generasi yang lebih muda ini.

Namun, dari apa yang Zhe Yan katakan, dua generasi terakhir Raja Laut Barat memang menjaga profil mereka tetap rendah, dan klan mereka kurang hadir di dalam Empat Lautan dan Delapan Dataran. Raja Laut Barat yang rendah hati ini, entah bagaimana tanpa disengaja menjadi bagian dari kejadian yang sangat terkenal.

Mo Yuan meminjam tubuh pangeran pertama Laut Barat, Die Yong, sebagai inang tempat jiwanya tertidur selama memulihkan diri.

Proses ini dimulai lebih dari enam ratus tahun yang lalu. Die Yong, yang memang tidak pernah benar-benar sehat, mulai merasa lemah dan lesu. Tidak ada ahli obat-obatan dari Istana Kristal Air Laut Barat yang dapat menduga apa yang salah. Banyak waktu dan usaha yang dihabiskan sia-sia, berusaha merawatnya kembali sehat.

Mereka memohon pada Dewa Pengobatan Istana Langit untuk berkunjung dan memberikan diagnosisnya. Ia tiba, ditemai dengan dua makhluk abadi anak-anak dan melakukan pemeriksaan pada Die Yong. Memilin janggutnya, Dewa Pengobatan pun menuliskan dua resep obat untuk pasiennya, tetapi ini semua hanya untuk mencegah Die Yong muntah darah.

Sebelum Dewa Pengobatan pergi, ia membawa Raja Laut Barat ke sudut terpencil dan menjelaskan bahwa Die Yong bukan menderita penyakit fisik, dan sebagai tabib fisik, ia tidak mampu menawarkan bantuan lebih jauh.

Saat ia mendengar bahwa, sang Dewa Pengobatan saja tidak mampu menolong, Raja Laut Barat diliputi dengan kesedihan dan kemarahan. Ia duduk di sana dengan mata memerah, merenungi sekian lama sebelum terpikirkan sebuah rencana.

Ia memutuskan untuk membuat pengumuman, mencari seorang tabib. Ia menuliskan pengumuman ini dengan huruf yang terang, bercahaya, dan menempelkannya di seluruh Empat Lautan dan Delapan Dataran.

Ia menuliskan, bahwa siapa saja, pria yang mampu menyembuhkan penyakit pangeran pertama Laut Barat akan direkrut sebagai selir utama si pangeran pertama, sementara wanita mana saja yang dapat menyembuhkannya akan menjadi selir utama dari pangeran kedua.

Benar, itu menyentak ingatanku. Aku mendengar rumor tentang pangeran pertama Laut Barat, Die Yong, adalah seorang homoseksual. Raja Laut Barat begitu gelisah dan terburu-buru hingga ia tidak memikirkan lagi dengan hati-hati, isi dari pengumuman ini. Memang ada beberapa orang yang berkemampuan di bawah langit ini yang homoseksual, seperti ayah Li Jing, Qing Cang, salah satunya, tetapi ada pula sebagian besar yang bukan homoseksual.

Pengumuman ini tidak dipikirkan dengan sangat matang, yang malah sepertinya akan menakuti orang-orang berkemampuan yang tidak homoseksual dan tidak ingin menjadi selir utama si pangeran pertama. Setelah beberapa waktu, barulah Raja Laut Barat menyadari masalah dalam pengumumannya, tetapi saat itu, kerugian sudah terjadi.

Raja Laut Barat menemukan sejumlah besar kerumunan pria, lebih banyak dari jumlah tetesan air di Sungai Kuning, berdiri di luar istananya, menanggapi pengumumannya. Mereka mengalir seperti gelombang tiada hentinya. Sayangnya, terlepas dari pembelajaran dan bakat kuat pria-pria ini, tidak satu pun memiliki kunci untuk menyembuhkan penyakit putranya.

Jiwa Mo Yuan tersembunyi jauh di dalam, di sebuah alam jauh yang melampaui sihir abadi, dan tidak satu pun dari pria ini dapat melihat jiwa kedua yang bersarang di dalam tubuh Die Yong, menyedot sebagian dari energi abadinya setiap harinya.

Semenjak saat itu, Die Yong terus menderita, tak lagi mirip seperti seorang dewa seiring tiap hari berlalu. Ratu Laut Barat pun benar-benar bingung atas penampilan lemah putra pertamanya, dan menghabiskan hari-harinya menangis di hadapan suaminya. Raja Laut Barat pun sama kesusahannya.

Tetapi, Langit tidak pernah menutup semua jalannya. Adik lelaki Die Yong, Pangeran Kedua Su Mo Ye, berteman baik dengan Kakak Keempat, dan mereka sering makan dan minum-minum bersama. Setelah Kakak Keempat menemukan Bi Fang di Pegunungan Barat dan kembali ke Sepuluh Mil Kebun Persik, ia dan Zhe Yan bertengkar hebat, dan ia bergegas ke Istana Kristal Air Laut Barat untuk mencari Su Mo Ye, untuk mabuk-mabukan, menghilangkan kekesalannya.

Ia tiba di Istana Kristal Air Laut Barat waktu itu, menemukan atmosfer suram di seluruh tempat itu. Su Mo Ye minum lebih banyak dari biasanya, dan mulai menggumam tak jelas. Membungkuk ke arah bahu Kakak Keempat, ia menjelaskan seluruh keadaan menyedihkan urusan keluarganya. Ia terus berbicara, tidak menahan apa pun. Segera setelah Kakak Keempat mempelajari keadaan buruk dari rumah tangga keluarga Su Mo Ye, ia merasa sangat kasihan. Ia menawarkan untuk melihat apakah ia bisa membawa Zhe Yan ke sana dan menolong mereka.

Zhe Yan mengatakan dengan jelas posisinya sebagai seorang “Dewa Agung misterius yang menjauhi ketiga akar keadaan buruk dan mundur dari dunia, yang memiliki hobi sopan, dan bahkan cita rasa yang lebih lembut lagi,” dan dalam keadaan normal, ia pasti menolak untuk terlibat dalam situasi seperti ini. Tetapi, ia juga ingin membuat Kakak Keempat bahagia. Jadi, ia merendahkan dirinya dengan bergegas menuju Laut Barat.

Itulah saat ia mengetahui kabar luar biasa yang memenuhi harapan terdalamku: agar Mo Yuan segera terbangun.

Zhe Yan memberinya tatapan main-main.

“Sebelum Kakak Keempatmu dan aku pergi meninggalkan Laut Barat, kami memberitahu sekelompok makhluk abadi muda di sana kalau kami akan mengirimkan seorang dewi utusan untuk secara pribadi membantu penyembuhan Die Yong. Agar jiwa Mo Yuan bisa sembuh dengan lancar, tubuh Die Yong memerlukan perhatian saksama.”

Apa yang diucapkannya masuk akal, kecuali satu detail.

“Tetapi, kau tidak punya seorang dewi utusan di kebun persik, kan?” tanyaku sembari mengernyit.

Ia tertawa lepas dan bebas.

“Saat Raja Laut Timur mengadakan perjamuan satu bulanan putranya, aku mendengar ada seorang dewi tiba dengan sehelai kain sutra putih menutupi wajahnya. Ia memberikan sang Raja beberapa anggur bunga persikku sebagai hadiah perayaannya dan mengaku sebagai seorang dewi utusan dari kebun persik. Si dewi utusan ini juga mengatakan kalau ia adalah adik perempuan Pangeran Ye Hua.

“Beberapa makhluk abadi yang sama yang pergi ke sana pun memastikan kalau mereka mendengar dengan benar dan mengatakan bahwa itu bukanlah seorang dewi utusan sama sekali, melainkan seorang pria yang berdandan sebagai wanita. Pria ini memiliki hubungan homoseksual dengan Ye Hua dan berpura-pura menjadi seorang wanita dan memberitahu orang-orang, ia adalah adik perempuan Ye Hua untuk menyembunyikan hubungan mereka tetap aman.”

Sudut mulutku tersungging, berkedut.

“Betapa konyolya cerita dari Raja Laut Timur ini. Lucu dan konyol sekali!” kataku, memaksakan tertawa.

Aku sungguh berterima kasih pada Zhe Yan atas kesempatan untuk secara pribadi merawat Pangeran Laut Barat kembali sehat, dengan begitu, memperbolehkanku untuk membayar hutang budiku pada Mo Yuan. Tetapi, pergi ke sisi ranjang si pangeran homoseksual ini, menyamar sebagai seorang pria agaknya sedikit mengurangi rasa terima kasih itu. Aku mulai merasa menyesal karena Kakak Keempat tidak hadir di perjamuan Raja Laut Timur untuk menghentikanku menggunakan nama Zhe Yan seperti yang kulakukan.

Zhe Yan melirikku. Aku memandangi langit dan mengubah diriku menjadi seperti seorang pria, meskipun wajahku masih dihalangi oleh kain sutra putih selebar empat jari.

Hanya duduk di atas awan dan menunggu sampai di Laut Barat terasa seperti penyiksaan. Dengan aura otoritas ilahi yang tegas, Zhe Yan membimbingku masuk ke dalam laut. Kami berputar-putar di air selama beberapa waktu sebelum akhirnya sampai di istana kediaman yang luar biasa, yang di depannya sudah terdapat sekelompok makhluk abadi muda penghuni Laut Barat, berkumpul untuk menyambut kami. Itu adalah penampilan yang mewah, dengan mereka semua mengenakan seragam yang sangat bagus.

Meskipun Zhe Yan menyebutku hanyalah seorang dewi utusan kecil, kenyataan bahwa seorang Dewa Agung seterhormat dan disembah sepertinya yang secara pribadi membimbingku sepanjang jalan ke Laut Barat, membuatku dihormati, dan Raja Laut Barat memperlakukanku dengan sangat baik.

Zhe Yan dengan hormat diundang untuk duduk dan mengistirahatkan kakinya di tempat duduk terpenting di dalam aula besarnya. Daun teh terbaik diseduh untuknya sementara ia menunggu sekelompok dayang membawakan bernampan-nampan buah-buahan.

Melihat Zhe Yan beristirahat, secara alami, aku pun memutuskan untuk bergabung dengannya.

Beberapa puluh ribu tahun yang lalu, Kakak Kedua tergila-gila oleh literatur dan akan sering membawakan puisi-puisi tentang cinta dan patah hati dari dunia manusia untuk didiskusikan denganku. Salah satu puisi ini ditulis oleh seorang manusia yang sudah dikenal secara umum sebagai orang yang sangat berbakat, tetapi sangat kurang dalam hal moral.

Aku tidak bisa mengingat seluruh puisinya, tetapi dua barisnya tersangkut dalam benakku: “Mendekati kampung halamanmu, kau menjadi lebih pemalu, kau tidak berani menanyakan perihal tempat yang kau cintai.”

Kakak Kedua memberikanku penjelasan mendetail tentang puisi ini. Rupanya, si penyair sudah berkelana jauh dari kampung halamannya dan tidak menerima kabar apa pun dari rumahnya selama bertahun-tahun. Ketika kembali, hatinya seperti sebuah panah yang terfokus pada targetnya, tetapi saat ia mendekat, ia menjadi takut, terlalu gugup untuk menanyakan kabar perihal rumah tangganya karena apa yang mungkin akan didengarnya.

Kedua baris ini dengan briliannya memperlihatkan baik kerinduan, serta prasangka dalam hati si penyair berbakat. Aku tidak setuju dengan analisa Kakak Kedua. Aku tidak bisa memahami bagaimana si penyair bisa merasakan kerinduan akan rumahnya tetapi berhenti di jalurnya ketika ia sudah begitu dekat. Terdengar sangat kontradiksi bagiku.

Baru sekaranglah aku menyadari implikasi mendalam dari dua baris ini dan mengagumi bakat si penyair manusia, karena, duduk di aula besar Istana Kristal Air Raja Laut Barat, akan kembali pada apa yang dirindukan oleh hatiku, aku dipenuhi ketakutan yang luar biasa. Aku tidak sabar ingin melihat jiwa Mo Yuan, sekaligus ketakutan akan harapan itu.

Zhe Yan tidak istirahat untuk waktu yang lama. Ia menyesap tehnya beberapa kali dengan mata terpejam sebelum menjelaskan bahwa ia punya urusan penting yang harus dikerjakannya. Ia mengatakan ini dengan aura otoritas ilahi dan ketegasan yang meskipun Raja Laut Barat jelas-jelas mengharapkan agar ia tinggal lebih lama, ia tidak mendesaknya. Ia memanggil beberapa makhluk abadi Laut Barat untuk mengantarkan Zhe Yan, beberapa yang ada di depan memberikan jalan dan yang lainnya berjalan di belakang. Dengan formasi ini, kerumunan yang ramai pun keluar dari istana.

***

Setelah mengantarkan Zhe Yan, Raja Laut Barat mulai tampak gugup. Ia mengutarakan beberapa patah kata-kata sopan padaku sebelum membawaku untuk menemui putra tertuanya, Die Yong. Aku menarik napas dalam-dalam, seluruh tubuhku merasa tegang karena tertekan dan ketakutan. Aku merasa ketakutan, padahal sebenarnya aku berhadapan dengan Die Yong, aku mungkin diliputi oleh emosi hingga mungkin aku akan melakukan hal-hal serius yang melanggar etika.

Aku begitu naif, mengira karena jiwa Mo Yuan tinggal di dalam tubuh Pangeran Pertama Laut Barat, sang pangeran pastinya akan memancarkan energi yang memberikan rasa sayang dan kefamilieran. Aku merasa yakin kalau penampilan fisiknya entah bagaimana akan merefleksikan keterkaitannya dengan jiwa Mo Yuan. Tetapi, segera setelah dayangnya mendorong pintu kamar Pangeran Pertama Laut Barat di Aula Fu Ying, dan aku mengikuti Raja Laut Barat masuk ke dalam dan melihat Die Yong tergeletak di atas ranjang, rambutnya berantakan, dan tatapan kosong di matanya, hatiku langsung tenggelam.

Si pemuda yang tak bergerak, berbaring di atas ranjang, berwajah lembut dan terlihat sangatlah lemah. Ia sama sekali tidak mirip dengan Mo Yuan. Energi abadi yang mengelilingi tubuhnya pun lemah dan loyo. Sulit dipercaya kalau tubuh ini mungkin membawa jiwa dari Dewa Agung terkuat dan paling berpengaruh di seluruh Empat Lautan dan Delapan Dataran. Mo Yuan pastinya tertidur panjang, karena ia tidak mengizinkan Die Yong mendapatkan sedikit pun keuntungan dari hal ini. Ia tidak memberikan sedikit pun aura energi abadinya yang kuat dan tenang.

Raja Laut Barat berdiri di sisi ranjang putranya yang sakit, mengoceh dengan sungguh-sungguh. Ia memberitahu putranya, ada seorang dewa yang sedang berdiri di sisi ranjangnya, diselimuti oleh ribuan jejak kabut keberuntungan, merupakan murid yang sangat direkomendasikan oleh Dewa Agung Zhe Yan. Bahwa mereka mempercayakan kesehatannya di tangan dewa ini. Bahwa penyakit kronis yang sudah tak tersembuhkan selama ratusan tahun ini akhirnya akan disembuhkan oleh si dewa. Dan Die Yong harus berterima kasih dan bekerja sama.

Mendadak, aku menyadari kalau ‘dewa’ yang dimaksud ini adalah diriku. Ia terus mengoceh, sementara Die Yong dan aku saling memandang dalam diam. Dayang Die Yong membawa masuk sebuah bangku bersulam berbentuk lingkaran dan meletakkannya di sebelah ranjang Die Yong agar aku bisa duduk, memeriksa denyut nadinya.

Aku meraih pergelangan tangan Die Yong, tanganku gemetaran. Denyut nadinya tidak terlalu lemah juga tidak terlalu kuat, tidak terlalu lamban juga tidak berdebar, tidak terlalu ringan maupun terlalu berat, seperti yang dikatakan oleh Zhe Yan: benar-benar normal.

“Apa yang bisa kau ketahui tentang penyakit putraku?” Raja Laut Barat bertanya, bergegas mendekat.

Aku memaksakan tersenyum.

“Bisakah kau membawa semua orang keluar dari aula ini sejenak?”

Aku membubarkan kerumunan orang-orang ini agar aku bisa melakukan sihir pengejar jiwa dan mencari jiwa Mo Yuan. Sihir pengejar jiwa merupakan sebuah prosedur yang halus, dan sampai kau menempa cukup banyak energi spiritual untuk naik menjadi Dewa atau Dewi Agung, tidak peduli seberapa hebatnya kekuatan abadimu, kau tidak akan bisa mengejar satu jiwa. Melaksanakan sihir ini membutuhkan energi yang suci dan tenang dalam radius seratus kaki, yang mana akan diganggu oleh orang-orang yang berdiri di sekitar.

Die Yong, yang sedari tadi memandang kosong semenjak aku memasuki aulanya, menyapukan pandangannya sekilas padaku. Aku tersenyum ramah, mengulurkan tanganku lurus, dan memukulnya. Die Yong membelalakkan matanya, terayun dari sisi ke sisi, dan jatuh miring di tempat tidur.

Sudah lama sekali semenjak aku melatih sihir pengejar jiwa, tetapi beruntungnya aku masih mengingat kata-kata mantra yang menyertainya. Aku menggambarkan beberapa mantra dari tanganku, dan satu bola cahaya putih bersinar menyebar di seluruh aula.

Cahaya putih ini meruncing jadi sinar keperakan, dan perlahan-lahan masuk ke dalam jiwa primordial Die Yong. Ini merupakan sihir yang sangat teliti, dan meski hanya sedikit saja lengah saat konsentrasi akan menyebabkan jiwa orang yang melakukan sihirnya menyatu dengan jiwa primordial orang yang menerima sihir ini.

Jiwa primordial Die Yong dibanjiri dengan cahaya perak, tetapi karena cahayanya terlalu suci, terasa seperti dikelilingi oleh kegelapan. Aku menghabiskan waktu yang lama, berkeliaran tanpa arah dalam jiwa primordialnya, tidak bisa menemukan tempat dimana Mo Yuan tertidur. Aku mencari bolak-balik.

Aku baru saja akan mundur dan menggunakan jenis sihir pengejar jiwa lainnya ketika aku mendengar alunan musik yang familier melayang kemari. Tenang dan merdu, terpencil dan halus. Aku masih ingat lagunya dari upacara penutupan Dewa Tao Musim Dingin, Xuan Ming, ketika Mo Yuan memainkan lagu Buddhist kuno ini dengan gu qin. Jantungku berdetak seperti dua ketukan palu. Aku memfokuskan semua energiku dan berlari ke arah musiknya.

Aku tersandung, hampir terjatuh, dan lagu Buddhistnya memekik terhenti. Aku mengulurkan tangan yang gemetaran untuk menyentuh benda yang membuatku tersandung dan merasa kalau benda itu lembut. Aku merasakan gumpalan energi abadi yang nyaris tak terlihat, merayapi jemariku, melingkarkan dirinya di sekitar tanganku, terjerat di antara jemariku. Aku tidak bisa menangis, tetapi aku merasa sudut mataku tersengat. Mata dan kepalaku dipenuhi kekosongan. Benda kecil dan lemah yang sedang kusentuh ini ... adalah jiwa Mo Yuan.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar