Rabu, 03 Februari 2021

CTF - Chapter 81

Consort of A Thousand Faces

Chapter 81 : Bagaimana Cara Menarik Perhatiannya


Wajah gadis itu dipenuhi keraguan. "Mana mungkin dayang biasa bisa secantik ini? Nona Muda ini adalah gadis cantik nomor satu di Provinsi Zhi, tetapi, aku saja tidak bisa dibandingkan denganmu. Dalam benak Nona Muda ini, meskipun kau mengenakan baju berbahan kain kasar, tidak mungkin kalau kau bukan siapa-siapa. Jujur saja padaku, darimana asalmu? Kenapa kau memunguti pecahan cangkir teh di aula?"

Kata-kata, 'nona muda ini' membuat Su Xi-er tahu identitas si gadis. Ia adalah putri semata wayang Hakim Provinsi Zhi.

"Hei, cantik, darimana asalmu? Apakah kau turun dari kahyangan, atau ....?"

Berhadapan dengan kenaifan si gadis lugu, Su Xi-er tidak tahu bagaimana ia harus menjawabnya. Ia sungguh mengira kalau aku turun dari kahyangan ....

"Yang perlu Anda ketahui adalah kalau hamba bukanlah dayang di Kantor Pemerintahan Provinsi. Anda tidak perlu tahu yang lainnya lagi, jadi mohon jangan bertanya. Meskipun Anda bertanya, aku tidak akan memberitahu Anda ...." Su Xi-er tak lagi mempedulikannya dan memunguti lagi pecahannya.

Gadis itu tak berniat melepaskannya dengan mudah, terus saja merundunginya. "Karena kau tidak bersedia memberitahuku, aku anggap saja kalau kau turun dari kahyangan. Beritahu aku, bagaimana agar aku bisa jadi secantik dirimu?"

Su Xi-er meliriknya. "Anda sudah sangat cantik, tidak perlu menjadi lebih cantik lagi."

Gadis itu menangkup wajah dengan tangannya dan menggerutu pedih, "Tadinya, aku kira aku cantik, tetapi ia masih menolakku. Awalnya, aku tidak paham kenapa begitu, tetapi kini aku paham setelah melihatmu. Aku tetap bukan yang tercantik."

Su Xi-er bertanya balik padanya, "Ia?"

Mata gadis itu berbinar. "Pangeran Hao-nya Bei Min! Ia adalah pria tertampan dan paling menarik! Wanita yang ingin menikahinya tak terhitung jumlahnya. Pangeran Hao menyukai gadis cantik, dan gadis-gadis di Istana Kecantikan merupakan para gadis cantik yang tak tertandingi."

Di saat ini, si gadis pun jadi lesu lagi. "Kau cantik sekali sampai tak bisa digambarkan dengan kata-kata, tetapi kau saja tidak masuk ke Istana Kecantikan. Berdasarkan itu, seberapa cantiknya para wanita di Istana Kecantikan, ya?"

Su Xi-er tidak menanggapi. Gadis ini jatuh hati padanya hanya dengan menangkap sekelebat sosoknya .... Karisma Pei Qian Hao telah mencapai tingkatan tak terbayangkan.

Hanya dengan sekelebatnya saja, ia bisa menyebabkan para wanita jatuh hati tak berdaya padanya.

Gadis itu tidak keberatan meski Su Xi-er tidak mempedulikannya, mulai berpikir dengan suara keras. "Selain dari mengubah penampilanku, bagaimana lagi caranya agar aku bisa menarik perhatiannya? Ia suka gadis cantik, tetapi bagaimana dengan kepribadian mereka? Karakter seperti apa, bakat yang seberapa banyak, atau harus seberapa ahlinya dalam menjahit?"

Su Xi-er meletakkan pecahan cangkir teh di atas lap, bersiap membuang mereka ke ruang kayu. Gadis itu masih bergumam sendirian saat Su Xi-er pergi. Ya ampun, sudah tak ada harapan lagi baginya. Apakah semua wanita di Istana Kecantikan merenungi pertanyaan-pertanyaan semacam ini setiap hari?

Su Xi-er belum berjalan keluar aula saat ia melihat Yang Mulia Hakim Provinsi bergegas ke sana. Setelah melihat putrinya bergumam sendiri, ia langsung jadi serius. "Putri bodohku, jangan memikirkan tentang hal-hal tidak realistis ini. Mulai hari ini, kau tidak boleh keluar setengah langkah pun dari kamarmu."

"Ayah, kau tidak boleh mengurung putrimu hanya karena menyukai Pangeran Hao! Apakah ia membenciku karena tampak jelek?"

"Kau adalah gadis cantik nomor satu di Provinsi Zhi. Kau sama sekali tidak jelek! Hanya saja, status kita tidak sesuai dengan Pangeran Hao. Putriku, jangan kebanyakan berpikir. Dengarkan ayahmu." Hakim Provinsi pun jadi resah. Apabila ia membiarkan putrinya terus linglung begini, seluruh Kantor Pemerintahan Provinsi akan terkena dampaknya.

Su Xi-er menghela napas sebelum berjalan keluar pintu aula dan meninggalkan si Hakim Provinsi yang tengah cekcok dengan putrinya di dalam ruangan.

***

Setelah Su Xi-er selesai mengurusi pecahan cangkir teh, Wu Ling muncul lagi dan membawanya ke kamar tempatnya tinggal.

"Kamar ini dibagi jadi kamar dalam dan kamar samping. Kau akan tinggal di kamar samping hingga kita melanjutkan perjalanan kita besok."

Su Xi-er mengerti struktur kamar dalam dan samping adalah untuk membuatnya mudah bagi pelayan untuk mengurusi majikan mereka. Contohnya, seorang nona muda dan kepala dayangnya, atau seorang tuan muda dengan dayang selir kamarnya.

"Pangeran Hao tinggal di kamar dalam, dan sepertinya akan tetap dengan pengaturan tinggal yang sama sepanjang perjalanan. Su Xi-er, jaga diri." Wu Ling menasihatinya lagi. Nanti aku akan bergegas ke ibu kota, jadi tidak boleh ada yang salah selama kepergianku.

"Pengawal Kekaisaran Wu, apakah Pangeran Hao tidak punya dayang yang melayani di sisinya? Apakah tidak ada seorang pun di Kediaman Pangeran Hao?"

"Su Xi-er, kau tahu jawabannya, tetapi kau tetap sengaja bertanya. Tidak ada dayang di Kediaman Pangeran Hao, hanya pengawal kekaisaran. Kau adalah dayang pertama yang melayani Pangeran Hao. Ini adalah kehormatan yang besar sekali; namun di saat bersamaan, urusan ini juga penuh bahaya."

Su Xi-er mengangguk dan mengulangi tanpa tergesa, "Hamba paham sekarang. Semua orang di Kediaman Pangeran Hao adalah pria."

Wu Ling tidak tahu harus membalas apa. Apa yang diucapkannya jelas adalah kenyataan, tetapi kenapa membuatku merasa tidak nyaman saat mendengarnya?

Ketika ia ingin menegurnya, ia menangkap wajah polosnya. Mungkin, inilah alasan mengapa Pangeran Hao tidak menghukumnya meskipun ia memprovokasinya berulang kali?

"Pengawal Kekaisaran Wu, sekarang, hamba akan masuk dan merapikan tempatnya."

Wu Ling mengangguk dan memperhatikannya selagi ia masuk. Akhirnya, ia mengatakan sesuatu yang benar.

Selesai mengarahkan Su Xi-er, kini waktunya menjalankan tugas yang dipercayakan Pangeran Hao padanya.

***

Pertama-tama, Su Xi-er pergi ke kamar samping untuk mengambil sapu dan pengki sebelum menyapu kedua kamarnya. Kemudian, ia melanjutkan mengelap tempat itu dengan kain lap.

Tugas-tugas ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan menggosok pispot dan mencuci baju.

Di bawah perhatian Su Xi-er, kamarnya segera bersih tak bernoda.

Su Xi-er memijat pinggangnya dengan tangan kanan saat ia mendengar suara yang mirip seperti seseorang tengah melepaskan pakaian.

Tiba-tiba ia berbalik, dan kebetulan melihat Pei Qian Hao sedang melepaskan pakaian!

Satu-satunya pakaian di tubuh bagian atasnya sudah ditarik ke bawah ke pinggangnya.

Su Xi-er langsung berbalik. Di saat bersamaan, sehelai pakaian dilemparkan ke kepalanya.

Pakaian ini menutupi kepalanya, menyerang penciumannya dengan aroma pria itu.

"Cuci baju itu." Nada bicaranya tenang dan datar.

Su Xi-er menurunkan bajunya sebelum menundukkan kepala dan berbalik. "Hamba akan segera mencucinya." Kemudian, ia langsung keluar tanpa meliriknya sedikit pun.

Tepat saat ia baru saja akan keluar kamar, suara sedingin es mengalir masuk ke telinganya.

"Kau tidak berani melihatnya? Meskipun kau melihatnya, Pangeran ini tidak akan mencungkil matamu keluar."

Su Xi-er tidak tahu bagaimana harus menjawab. Dengan kata lain, ia sedang berkata, "Cepatlah berbalik, angkat kepalamu, dan lihatlah Pangeran ini?"

Ini sulit untuk dijawab, jadi lebih baik apabila aku mengubah topiknya.

Karena itu, ia segera menjawab, "Hamba akan pergi mencuci bajunya."

Pei Qian Hao tidak terus mempersulitnya. "Keluarlah."

Su Xi-er mengembuskan napas lega. Sedari awal enggan berdekatan dengan pria, Su Xi-er tidak mampu membayangkan harus melihat seorang pria telanjang.

Selagi Pei Qian Hao memperhatikan punggungnya yang pergi dengan cepat, ekspresi di matanya mendalam. Ia adalah dayang dari Istana Samping, dan tidak pernah dilukai oleh pria sebelumnya. Apa sebenarnya yang membuatnya merasa kalau pria itu menjijikkan?

***

Su Xi-er membawa baju Pei Qian Hao selagi ia berjalan menuju halaman belakang Kantor Pemerintahan Provinsi. Ia meminta sebaskom air sumur pada seseorang, tetapi tidak ada baskom emas. Bajunya harus dicuci di dalam sebuah baskom emas.

"Panggil tuan kalian kemari."

Para dayang saling berpandangan bingung. Ia hanya akan mencuci baju. Mengapa ia mau memanggil Tuan Hakim Provinsi?

Su Xi-er mengulangi, "Baju ini milik Pangeran Hao. Harus dicuci dalam sebuah baskom emas.”

Para dayang langsung paham segera setelah kata-kata; 'Pangeran Hao' terucap. Salah satu dari mereka berlari cepat menuju halaman depan.

Namun, bukan Hakim Provinsi yang datang, melainkan putrinya, si Nona Muda Pertama.

Semua dayang menundukkan kepala mereka, tak berani mengintip. Nona Muda Pertama sudah begitu terpikat pada Pangeran Hao hingga ke taraf kegilaan.

Si Nona Muda Pertama ini melihat baju di tangan Su Xi-er hanya dengan sekali lihat. "Mengapa kau bisa memiliki baju Pangeran Hao? Apakah ia menyuruhmu untuk mencucikannya? Siapa sebenarnya dirimu?"

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar