Rabu, 03 Februari 2021

CTF - Chapter 82

Consort of A Thousand Faces

Chapter 82 : Dayang Selir Kamar


"Nona Muda Pertama, Anda cerdas dan pandai. Sebagai seseorang yang sepenuhnya mengenakan seragam dayang dan membawakan baju Pangeran Hao, tentu saja aku adalah seseorang yang melayani Pangeran Hao." Su Xi-er merasa kalau gadis ini adalah orang yang terlampau keras kepala. Kalau aku tidak menerangkannya dengan jelas, ia pasti akan merecokiku tanpa henti.

"Kau adalah seorang dayang yang melayani Pangeran Hao, dayang pribadinya, dan di masa mendatang kau akan jadi ...." Kata-kata 'dayang selir kamar' tersangkut di tenggorokan si gadis. Suasana hatinya pun lambat laun bergejolak dan kecemburuan terpancar di matanya.

Su Xi-er merasakan perubahan pada ekspresi mata wanita itu. Sudah jelas ia salah paham akan hubungan di antara Pangeran Hao dan diriku. Namun, Su Xi-er tidak bersedia menjelaskan. Yang tidak bersalah tidak perlu menjelaskan diri mereka. Selain itu, gadis ini sudah jadi mangsa yang jatuh hati pada pesona Pangeran Hao. Apa pun yang kukatakan, tidak akan ada gunanya.

Gadis itu berjalan ke arah Su Xi-er selangkah demi selangkah, matanya tidak pernah lepas dari baju di tangan Su Xi-er.

Saat gadis itu berhenti di hadapan Su Xi-er, tiba-tiba saja ia tertawa. "Cantik, aku Shui Ying Lian, tetapi kau boleh memanggilku Lian-er. Bisakah kau diam-diam memberikan baju ini untuk kucucikan?"

Su Xi-er menggelengkan kepalanya dan langsung menolak. "Pangeran Hao sudah memerintahkan hamba untuk mencucinya. Apabila ia mengetahui kalau Anda yang mencucinya, baik Anda dan aku akan kehilangan kepala kita. Hidup hamba tidak berarti, jadi tidak perlu disayangkan meskipun aku mati. Namun, Nona Muda Pertama, bagaimana Anda akan menghadapi Yang Mulia Hakim Provinsi jika Anda melibatkan seluruh Kediaman Shui?"

"Kau ... kenapa berdebat sebanyak itu? Kan hanya mencuci baju. Aku saja tidak takut, kenapa kau mesti takut? Cepat, berikan padaku." Shui Ying Lian jadi gelisah. Ia mengulurkan tangan, mencoba merebut baju di tangan Su Xi-er.

Dengan cekatan, Su Xi-er memindahkan baju itu ke balik punggungnya, berbicara lebih memaksa, "Nona Muda Pertama, sekarang bukan waktunya untuk membiarkan emosi mempengaruhi keputusan Anda. Setiap tindakan Anda terkait dengan seluruh Kediaman Shui, termasuk beberapa dayang yang berdiri di belakang Anda. Hanya dengan satu kesalahan saja, mereka semua harus menemani Anda kehilangan nyawa mereka."

Ketika semua dayang mendengar kata-kata, 'kehilangan nyawa mereka', mereka sangat ketakutan. Masing-masing dari mereka menatap Shui Ying Lian gugup. Jika Nona Muda Pertama kebetulan melakukan sesuatu yang buruk, maka Kediaman Shui akan habis!

Raut wajah Shui Ying Lian langsung jadi suram. Ia bukanlah orang dengan tujuan jahat. Selama orang yang dikaguminya tidak bertentangan dengannya, ia akan memperlakukan mereka dengan baik.

Sementara untuk si cantik di depannya, Shui Ying Lian punya kesan yang baik padanya di aula. Tetapi, setelah mengetahui ia adalah dayang pribadi Pangeran Hao dan kemungkinan juga dayang selir kamarnya, semakin dilihatnya, semakin tak nyamanlah dirinya.

Shui Ying Lian mengerucutkan bibirnya dan memelankan suaranya, "Aku tidak akan meributkan urusan ini. Karena Pangeran Hao mengutusmu mencucikannya, aku tidak akan berebut lagi denganmu. Namun, katakan yang sejujurnya padaku, apakah kau adalah dayang selir kamar Pangeran Hao?"

Su Xi-er menatapnya. Apa isi otaknya? Apakah ia kira semua wanita sama sepertinya, benar-benar tergila-gila oleh ketampanan Pei Qian Hao?

"Aku hanya dayang biasa yang mengerjakan tugas rendahan."

Shui Ying Lian mengembuskan napas lega selagi matanya berbinar. "Apakah setiap kata yang kau ucapkan itu kenyataan?"

Su Xi-er mengangguk. "Tidak ada gunanya menipu Anda."

"Baguslah." Shui Ying Lian tertawa lagi, sekarang berbicara dengan sejejak keceriaan. "Apakah tidak masalah jika aku menontonmu mencuci? Nantinya, aku akan melihatmu terus, tak peduli apa pun yang kau kerjakan."

Saat itu, suara Yang Mulia Hakim Provinsi terdengar. "Kau bersikap keras kepala! Pelayan, kurung Nona Muda. Ia dilarang keluar sebelum Pangeran Hao pergi!"

"Mematuhi perintah Anda, Yang Mulia." Dua pengawal pun langsung pergi ke arah Shui Ying Lian.

Mengetahui ia tak akan bisa menang melawan mereka, Shui Ying Lian mundur sementara dan mengikuti para pengawal yang akan membawanya.

Namun, saat Shui Ying Lian pergi, ia sengaja mengedipkan mata ke arah Su Xi-er.

Hakim Provinsi berjalan ke sisi Su Xi-er. Saat ia melihat baju Pangeran Hao di tangannya, sikapnya jadi lebih hormat. "Apakah kau berencana mencari sebuah baskom?"

"Baju Pangeran Hao harus dicuci di sebuah baskom emas. Apakah Kantor Pemerintahan Provinsi punya baskom emasnya?"

Hakim Provinsi mendesah. "Tidak ada baskom emas di kediaman ini, hanya ada yang perak. Apa yang harus kita lakukan?"

"Perintahkan orang untuk membawakan baskom peraknya kemari." Tidak masalah selama bukan baskom kayu biasa. Tempat ini bukanlah istana kekaisaran, jadi kurasa kita hanya perlu bertahan sedikit.

"Pangeran Hao tidak akan menyalahkan kita?" Hakim Provinsi pun bertanya keheranan.

Su Xi-er tersenyum. "Mungkin tidak. Akan tetapi, baskom peraknya harus yang benar-benar tanpa noda."

Hakim Provinsi pun mengangguk sebelum ia sendiri yang pergi mengambilkan baskom peraknya.

Mirip dengan apa yang dilakukan sebelumnya di Biro Layanan Binatu, Su Xi-er menimba air sumur dan mencuci bajunya beberapa kali sebelum mengeringkannya.

Tidak ada batang bambu berlapis emas ataupun perak. Karena itu, Su Xi-er hanya mencari yang paling bersih saja.

Banyak dayang yang melihat Su Xi-er mencuci baju dan berkomentar dalam hati. Memang sangat tidak mudah melayani Pangeran Hao.

Di saat ini, suara kasar pengawal pun terdengar. "Bersiap untuk makan!"

Semua dayang berlari menuju aula makan.

Su Xi-er tetap di tempatnya semula dan merenung sejenak sebelum ia pergi ke dapur. Seharusnya ini juga waktu makan Pei Qian Hao.

***

"Juru Masak, dimanakah makan malam Pangeran Hao?"

Si juru masak wanita menilai Su Xi-er saksama. Seorang gadis cantik. Kulit, mata, dan wajahnya ... aku belum pernah melihat seseorang secantik ini. Ia teralihkan selagi menatap kosong.

Su Xi-er mengulangi pertanyaannya. "Dimana makan malam Pangeran Hao?"

Si juru masak wanita pun tersadar. "Kau adalah dayang yang melayani Pangeran Hao, kan?"

Su Xi-er mengangguk. Si juru masak wanita menunjuk bahan-bahan di lemari. "Pangeran Hao menginstruksikan kalau makan malamnya akan disiapkan oleh dayangnya."

Apa! Ia menyuruhku mencucikan bajunya, dan kini ia menyuruhku memasak untuknya.

Walaupun aku punya sedikit keterampilan, masakanku jelas tidak akan sebanding dengan si juru masak ini, terlebih lagi dengan masakan di istana kekaisaran.

"Kau harus cepat-cepat mengerjakannya. Pangeran Hao menginstruksikan kalau tiga hidangan saja cukup, dan bahwa dayangnya akan tahu apa yang harus dimasak."

Su Xi-er tidak tahu bagaimana ia harus menjawab, jadi ia hanya bisa mengangguk. Mana mungkin aku tahu apa yang suka dimakan olehnya!

Ia pergi memeriksa banyak bahan di dalam lemari. Kurasa, aku hanya akan memilih beberapa yang sederhana saja.

Saat si juru masak wanita melihat Su Xi-er mengeluarkan bawang, ia pun kaget. Rupanya, Pangeran Hao suka makan bawang. Setelahnya, dengan cermat ia memperhatikan seluruh proses memasak Su Xi-er.

Si juru masak wanita sangat terkejut akan selera Pangeran Hao. Melihat ada banyak sekali telur di tiap hidangan, ia pasti sangat suka makan telur ....

Setelah selesai dengan tiga hidangan itu, Su Xi-er menyendokkan seporsi besar nasi ke dalam mangkuk dan meletakkannya di atas nampan bersama dengan makanan lainnya. Kemudian, ia pun menuju kamar Pangeran Hao.

***

Ketika Su Xi-er masuk ke dalam kamar, tidak ada seorang pun di dalamnya. Ia meletakkan ketiga hidangan dan semangkuk nasi di atas meja selagi ia berdiri di satu sisi, menantikan seorang pria untuk datang.

Segera saja, langkah kaki mantap dan kuat terdengar dari arah luar. Su Xi-er tahu kalau ia sudah tiba.

Pei Qian Hao berjalan masuk ke dalam kamar dan menyapukan pandangan sambil lalu ke arah tiga hidangan itu. "Setiap hidangan mengandung telur di dalamnya. Apakah kau merasa kalau tubuh Pangeran ini lemah?"

Telur merupakan suplemen bernutrisi. Ia tidak akan menambahkan mereka di tiap hidangan jika ia tidak merasa tubuhku ini lemah.

"Menjawab Pangeran Hao, hamba hanya tahu cara memasak hidangan yang berkaitan dengan telur."

Pei Qian Hao berhenti di hadapannya dan mengangkat dagunya, memandanginya senang. "Wanita sehabis melahirkan seringkali memakan tiga hidangan ini. Apa kau yakin kalau ini dimasakkan untuk dikonsumsi oleh Pangeran ini?"

"Pangeran Hao, bagaimana Anda tahu apa jenis hidangan yang dimakan wanita sehabis melahirkan?"

Pei Qian Hao terkekeh. "Pangeran ini tidak tahu pasti hidangan yang mana, tetapi Pangeran ini tahu kalau wanita sehabis melahirkan harus memakan telur dan jamur hitam."

"Pangeran Hao, jika Anda tidak suka memakan mereka, hamba akan menyingkirkan hidangannya dan menyuruh juru masak wanita agar membuatkan sesuatu yang Anda sukai." Kemudian, ia memutar kepalanya dan melepaskan diri dari genggaman Pei Qian Hao.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar