Kamis, 14 Januari 2021

CTF - Chapter 80

Consort of A Thousand Faces

Chapter 80 : Konfrontasi Di Antara Keduanya


Su Xi-er membungkuk dan menyampaikan salamnya lagi. "Hamba memberi hormat pada Pangeran Hao."

"Berjalanlah mendekati Pangeran ini." Aura sedingin es Pei Qian Hao digantikan penampilan lesu, alis yang santai, dan tampang yang acuh tak acuh.

Wajah Su Xi-er diliputi rasa hormat selagi ia membalas tak tergesa, "Pangeran Hao, hamba tidak boleh mendekati seseorang dengan status terhormat seperti Anda. Jika Anda punya perintah, bisakah Anda langsung mengatakannya?"

Ucapannya mengundang tawa kecil dari Pei Qian Hao, tetapi ekspresinya tetap malas-malasan. "Bukankah kau sudah sering berdekatan dengan Pangeran Ini? Sekali lagi tidak akan jadi perbedaan. Kau hanya perlu maju. Pangeran ini tidak akan menghukummu."

Setiap kali kami berinteraksi berdekatan adalah karena ia bertujuan seperti itu. Kapan aku pernah mengambil inisiatif untuk mendekatinya? Ucapannya ini membuatnya terdengar seolah akulah yang selalu mendekati dan menggelayutinya.

Su Xi-er hanya memandang lurus ke arahnya. "Pangeran Hao, hamba tidak paham tujuan Anda mengirimkan Pengawal Kekaisaran Wu untuk membawaku kemari. Hamba bodoh. Mohon penjelasannya, Pangeran Hao."

"Bodoh? Pangeran ini sama sekali tidak memandangmu bodoh. Kau tidak bisa menebak kenapa aku membuatmu datang? Apakah kau bersenang-senang di Istana Kecantikan?"

Tiga pertanyaan berulangnya memberitahukan Su Xi-er akan tujuannya. "Ketimbang tinggal di Istana Kecantikan, akan lebih baik jika kau datang ke sisi Pangeran ini."

Pertama, itu mengacaukan rencana Ibu Suri. Kedua ... Pei Qian Hao hanya ingin melihat reaksinya.

"Ibu Suri telah menurunkan titah lisan untuk mengutus hamba ke Istana Kecantikan. Hamba tidak bisa menentang Ibu Suri."

Pei Qian Hao mengambil cangkir teh berwarna hijau gioknya dan menyerahkannya pada Su Xi-er, "Kemarilah, aku akan memberikan secangkir teh hijau ini untukmu."

Aura lesunya sudah menghilang, digantikan dengan ekspresi sungguh-sungguh.

Su Xi-er berjalan maju selangkah demi selangkah, dan menundukkan kepala selagi tangannya terulur untuk menerima cangkir teh hijau gioknya.

Namun, sebelum tangannya menyentuh cangkir teh itu, Pei Qian Hao sudah melepaskannya.

Crash! Cangkir teh hijau giok itu pecah berkeping-keping di lantai.

Jika itu adalah dayang lain, mereka pasti akan langsung berlutut, menyuarakan, 'hamba pantas mati'. Tetapi, Su Xi-er tidak memberikan reaksi semacam itu, sebaliknya, memandanginya balik dengan ekspresi tak terbaca di matanya.

Untuk pertama kalinya, Pei Qian Hao merasa masih ada seseorang di dunia ini yang tidak mampu dibaca. Terlebih lagi, orang ini adalah wanita.

"Punguti pecahan cangkir tehnya dan sapu area ini sampai bersih. Karena aku sudah menyuruhmu datang, kau pasti bisa berguna. Menyapu, membantu Pangeran ini mencuci baju, dan menghidangkan teh semuanya diserahkan padamu."

Memindahkanku kemari hanya untuk semua ini ... ia pasti melakukan ini dengan sengaja.

"Apa kau mengerti?" Pei Qian Hao bertanya lagi.

Su Xi-er mengangguk. "Hamba mematuhi titah Pangeran Hao." Pei Qian Hao hanya akan puas dengan jenis jawaban seperti ini.

"Kalau kau tidak melakukannya dengan baik, Pangeran ini akan menghukummu."

Lalu, ia pun berjalan keluar aula tanpa meliriknya sedikit pun.

***

Wu Ling berdiri di luar aula selama ini. Saat ia menyadari Pangeran Hao keluar, ia langsung maju menyambutnya, membungkuk selagi memberi hormat. "Hamba memberi hormat pada Pangeran Hao. Bolehkah aku tahu kapan kita meninggalkan Provinsi Zhi?"

"Kita akan berangkat besok."

Wu Ling segera mengiyakan dengan hormat sebelum berkomentar, "Yang Mulia, tadinya, Su Xi-er tidak bersedia datang; bahkan mengancam membuatnya pingsan saja tidak cukup. Hanya setelah beberapa waktu berlalu, barulah ia menyetujui permintaanku tanpa bantahan."

Ketertarikan muncul di mata Pei Qian Hao. "Ia datang secara sukarela?"

"Tingkah lakunya berubah drastis, mendadak setuju dan naik ke kereta kuda tanpa kata. Ia tidak bicara sepanjang perjalanan kemari, bahkan tidak memberitahu hamba ketika ia lapar. Karena itulah, hamba memberikannya tiga roti kukus."

Mata Pei Qian Hao jadi termenung. Melihat betapa pandai, cerdas, dan berpendirian teguh dirinya, mungkinkah ia secara sukarela datang kemari karena ia punya urusan dengan Nan Zhao dulunya? Mungkinkah ada kerabatnya di Nan Zhao?

Dengan pemikiran ini, Pei Qian Hao langsung menginstruksikan, "Pergi dan selidiki Su Xi-er. Temukan dimana tempatnya dilahirkan, siapa orang tuanya, dan kerabat mana yang dimilikinya sebelum ia memasuki istana kekaisaran."

Wu Ling kaget. Kenapa ia ingin mencari tahu ini tanpa sebab? Sebelumnya, ia menyuruhku menyelidiki kehidupan Su Xi-er di Istana Samping; sekarang ia menyuruhku mencari tahu lebih jauh tentang masa lalunya di luar istana.

"Yang Mulia, Departemen Rumah Tangga Kekaisaran mencatat semua informasi ini. Apabila catatan itu tidak mengandung informasinya, maka sepertinya tidak ada gunanya kita mencaritahunya. Para dayang direkrut dari berbagai provinsi, datang secara sukarela sendiri, atau bahkan datang ke istana sebagai yatim piatu. Kantor Pemerintahan Provinsi mencatat wanita-wanita ini di bukunya ..."

Wu Ling tertegun oleh tatapan dingin Pei Qian Hao sebelum ia bisa menyelesaikannya.

"Kau tidak mampu menemukan yang lainnya lagi, bahkan dengan kemampuanmu? Jika kau tidak bisa menemukan hasil apa pun, kau tidak perlu bertugas di Kediaman Pangeran Hao lagi." Pei Qian Hao berjalan menjauh, meninggalkannya dengan kata-kata itu.

Wu Ling kebingungan. Aku sangat percaya diri akan kemampuanku, tetapi selama masa ini, Pangeran Hao selalu menginstruksikanku untuk melakukan ... hal – hal yang terlalu memalukan untuk disebutkan.

Su Xi-er juga bukanlah seorang sosok yang berkedudukan tinggi. Ia hanya salah satu dari banyak wanita, dan hanya seorang dayang pula! Mengapa aku harus menyelidikinya? Apa sebenarnya sikap Pangeran Hao terhadap Su Xi-er?

Wu Ling menarik napas dalam-dalam dan berbalik menatap ke aula. Dengan satu tatapan, ia mengerti. Su Xi-er menyebabkan masalah. Cangkir teh hijau gioknya sudah pecah berhamburan di lantai. Tidak heran Pangeran Hao menyuruhku menyelidikinya!

Wu Ling masuk ke aula. "Su Xi-er, kau memprovokasi Pangeran Hao lagi? Aku sudah bilang padamu dengan jelas. Kenapa kau bertingkah sebodoh itu setelah sebelumnya setuju untuk menjaga sikapmu?"

Su Xi-er mendongak dan tersenyum. "Pengawal Kekaisaran Wu, Anda dengan percaya dirinya mengatasi segala urusan ketika hamba bertemu dengan Anda pertama kalinya. Mengapa Anda berteriak dan bertingkah berang sekarang? Takutnya, apabila Pangeran Hao melihat Anda seperti ini, ia akan mengusir Anda, kan?"

Napas Wu Ling tercekat. Ia sedang mengancamku. Ia benar-benar sedang mengancamku ...

"Pengawal Kekaisaran Wu, Anda harus keluar dulu. Hamba harus menyapu tempat ini hingga bersih. Jika Pangeran Hao tidak puas dan mengamuk, sebagai pengawal pribadinya, Anda pun akan terkena getahnya."

Berhadapan dengan senyuman Su Xi-er, Wu Ling merasa lebih murung lagi dalam hatinya. Aku sudah terkena getahnya sekarang.

Pangeran Hao menyuruhku menyelidiki tentang Su Xi-er sebelum ia masuk istana. Masuk istana di usia semuda itu, ia masih gadis kecil waktu itu.

"Su Xi-er, berapa umurmu sebelum kau masuk istana? Apakah kau masih ingat tentang hal-hal di masa lalu?"

Tangan Su Xi-er terhenti. Mengapa ia menanyakan ini?

"Kau tidak ingat? Orang tuamu, kerabatmu di rumah, kau tidak bisa mengingatnya sama sekali?" Wu Ling terus bertanya.

Su Xi-er menggelengkan kepalanya. "Hamba memasuki istana selagi masih sangat kecil, bahkan terserang demam kala itu. Alhasil, aku tidak ingat lagi hal-hal di masa lalu. Pengawal Kekaisaran Wu, Anda harus secepatnya pergi agar aku bisa bersih-bersih."

"Baiklah, bersihkan dengan benar kalau begitu. Nantinya, jangan memprovokasi Pangeran Hao lagi. Sebagai majikan, ucapannya adalah hukum; bukan hanya kau yang akan menghadapi akibatnya jika ia merasa tidak senang." Wu Ling meratap sebelum ia berjalan keluar aula.

Aku harus bergegas kembali ke istana kekaisaran Bei Min secepat mungkin, diam-diam pergi ke Departemen Rumah Tangga Kekaisaran dan mencuri ... buku catatan seorang dayang.

Aku tidak boleh selalu pergi menyelidiki Su Xi-er dengan membawa nama Pangeran Hao. Aku tidak boleh membiarkan siapa pun mengetahui tentang ini. Aku harus menjalankannya dengan hati-hati.

***

Su Xi-er memunguti tiap pecahan dan meletakkan mereka di samping sebelum menggunakan sebuah kain yang tergantung di sampingnya untuk mengusap noda tehnya.

Saat ia sedang beres-beres, seorang dayang dengan dua sanggulan di kepala, dan mengenakan gaun kuning muda berjalan masuk. Matanya besar dan bulat.

"Siapa kau? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

Su Xi-er memandang ke arah datangnya suara dan menyadari kehadiran seorang gadis yang sepertinya baru berusia 12 atau 13 tahun.

Di lain pihak, saat si gadis melihat Su Xi-er, ia menarik napas dingin. Seorang gadis cantik muncul di Kantor Pemerintahan Provinsi!

"Siapa kau? Kenapa kau terlihat begitu cantik?" Wajah gadis itu dipenuhi rasa ingin tahu. Jika aku memiliki penampilan ini, apakah Pangeran Hao akan melirikku?

"Aku hanya seorang dayang biasa. Kau tidak perlu sepenasaran itu," Su Xi-er menjawab tanpa tergesa sebelum melanjutkan membersihkan tempat itu. 

 

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar