Senin, 11 Januari 2021

CTF - Chapter 72

Consort of A Thousand Faces

Chapter 72 : Plakat Kecantikan


Ketika Hong Li dan Ruo Yuan diberitahu kalau mereka akan pergi ke Istana Kecantikan, keduanya memasang eskpresi tercengang.

Mereka tidak pernah menyangka kalau mereka akan pergi ke Istana Kecantikan dalam kehidupan ini. Itu tidak tepat juga. Kami tidak akan pernah mengira kalau kami bahkan bisa meninggalkan istana kekaisaran! Walaupun hanya sementara waktu, paling tidak, mereka bisa menjelajahi dunia luar untuk memperkaya pengalaman mereka dan memeriksa keadaan di luar istana.

Mereka langsung mengemasi buntalan baju mereka sebelum mengikuti Su Xi-er dan Dayang Senior Liu menuju gerbang samping istana kekaisaran.

Masih tak mampu berkata-kata, mereka berdua baru mendapatkan kembali ketenangan mereka setelah duduk di dalam kereta kuda di sisi gerbang istana.

Hong Li menatap Su Xi-er. Eskpresinya tenang dan tentram, tanpa adanya setitik pun emosi yang terbaca. Di lain pihak, Ruo Yuan, mengatupkan bibirnya selagi tangannya menarik-narik tepian bajunya.

Su Xi-er merasakan kerisauan Ruo Yuan dan tersenyum. "Kita hanya pergi ke sana untuk tinggal sementara waktu. Kau tidak perlu gugup. Saat waktunya habis, kita akan kembali ke istana."

Ruo Yuan mengangguk. "Aku ingin sekali meninggalkan istana untuk melihat-lihat dunia luar, tetapi hanya dengan pemikiran sedang menuju Istana Kecantikan yang diatur oleh Pangeran Hao, agak menakutkan. Tempat semacam itu tidak cocok untuk orang-orang seperti kita."

"Ruo Yuan, tidak ada yang perlu ditakutkan dengan adanya Su Xi-er. Aku pikir, sudah sangat luar biasa jika kita bahkan bisa meninggalkan Istana Samping, tetapi aku tidak pernah menyangka kalau kita bisa meninggalkan istana kekaisaran secepat ini. Dengan kepergian Pangeran Hao, kita bahkan bisa menggunakan kesempatan ini untuk menyelinap keluar dan menikmati pemandangan di ibu kota. Aku ingat, ada sebuah pasar malam yang sangat ramai sebelum aku masuk ke dalam istana!"

Pasar malam yang disebutkan Hong Li menarik minat Ruo Yuan. Ia terlahir di keluarga yang sederhana dan masuk istana ketika masih sangat muda. Jangankan keramaian di pasar malam, Ruo Yuan hanya tahu kelaparan serta kedinginan semasa kecilnya.

Mengenang masa kanak-kanaknya, kilat harapan pun muncul di mata Ruo Yuan, dan itu tidak lolos dari pengamatan Su Xi-er.

"Kalau begitu, mari cari satu malam untuk kita menyelinap keluar." Su Xi-er menyarankan lambat seraya memandangi mereka.

Wajah Ruo Yuan dan Hong Li dipenuhi kegembiraan. Keresahan mereka beberapa waktu yang lalu sepenuhnya menghilang, digantikan dengan kata-kata 'pasar malam ibu kota'.

***

Kereta kudanya berjalan lambat sebelum akhirnya berhenti 45 menit kemudian.

Su Xi-er mengangkat tirai kereta dan kata-kata 'Istana Kecantikan' memasuki lingkup pandangannya. Gerbangnya lebar dan bagian depan pintu masuknya disapu hingga bersih. Dua pengawal kekaisaran berdiri tegak lurus dengan ekspresi khidmat.

Jika bukan karena kata-kata 'Istana Kecantikan', ia akan mengira kalau ini merupakan kediaman resmi keluarga kaya dan terhormat. Tetapi, ini adalah tempat dimana Pei Qian Hao menyimpan para wanita.

"Nona Su, Anda boleh turun. Titah lisan Ibu Suri sudah lama sampai di Istana Kecantikan. Akan ada seseorang yang menyambut kalian semua."

Su Xi-er menggumamkan jawaban iya sebelum ia turun dari kereta bersama dengan Hong Li dan Ruo Yuan yang mengikuti di belakangnya.

Pengawal kekaisaran di pintu masuk mengetahui siapa yang akan datang. Dengan kepergian Pangeran Hao dari ibuvkota, titah Ibu Suri adalah hukum yang berlaku.

Dua gerbang tembaganya terbuka dan langsung tertutup segera setelah Su Xi-er bertiga memasuki Istana Kecantikan. Rasanya, tempat itu benar-benar terisolasi dari dunia luar, mengingatkan mereka bahwa, tak peduli seberapa pun indahnya itu, tempat ini tak lebih daripada sekadar kandang hiasan.

Ada banyak sekali tanaman di Istana Kecantikan. Diikuti dengan jalur lebar, berbaris pula pepohonan tinggi nan megah sejauh mata memandang.

Setelah tiba di ujung jalan, mereka bertemu dengan aula besar dihiasi papan penanda besar, yang dibaca, 'Aula Kecantikan'. Perabotan di aula, walaupun bukanlah berkualitas paling tinggi, tetap saja indah.

(T/N : itu adalah sebuah papan dengan tulisan nama tempatnya horizontal)

Seorang kasim dengan rambut kelabu berdiri di Aula Kecantikan. Saat ia menyadari kehadiran Su Xi-er, ia membungkuk dan menyampaikan salamnya. "Titah lisan Ibu Suri sudah disampaikan. Nona ini pastilah Nona Su, bukan?"

Su Xi-er mengangguk. "Benar. Hanya saja, tadinya aku adalah seorang dayang dari Istana Samping. Tetap lebih baik bagi Anda untuk tidak memanggilku Nona Su."

"Anda bukan lagi seorang pelayan setelah Anda tiba di sini. Marga hamba adalah 'Sun'. Anda bisa memanggilku 'Kasim Sun', sama seperti wanita-wanita lainnya." Lalu, tatapan Kasim Sun tertuju pada Hong Li dan Ruo Yuan. "Kedua orang ini adalah gadis pelayan yang Anda bawa kemari, Nona Su?"

Su Xi-er tersenyum. "Kasim Sun, kami mengenakan baju yang sama dan semuanya berasal dari Istana Samping. Bagaimana mungkin mereka adalah gadis pelayanku?"

Kasim Sun paham akan tujuannya. "Walaupun mereka bukanlah gadis pelayan Anda, mereka tetap kemari untuk mengurusi Anda. Tidak akan ada diskusi lebih jauh tentang urusan ini. Ikuti kasim tua ini sekarang."

Kemudian, Kasim Sun berjalan ke arah Aula Kecantikan.

Mengikutinya, mereka melewati jalur kecil lainnya. Yang satu ini diisi dengan sekelompok bunga-bunga bermekaran terang yang membuat Ruo Yuan serta Hong Li melebarkan mata, memandangi pemandangan terindah yang pernah dilihat mereka.

Sementara bagi Su Xi-er, ia hanya melirik bunganya sepintas lalu sebelum mengalihkan perhatiannya ke tempat lain, tak tampak tercengang maupun menyelidik.

Kasim Sun menyadari semua ini. Para dayang ini semestinya tidak akan bisa meninggalkan Istana Samping tanpa adanya titah, terlebih lagi meninggalkan istana kekaisaran itu sendiri. Tetapi, Su Xi-er tidak memperlihatkan tanda-tanda ketakjuban seperti yang menelan dua dayang lainnya. Walaupun ia tidak terkejut sampai tak mampu berkata-kata, paling tidak seharusnya ia akan merasa penasaran atau terkesan.

Namun, bukan hanya ia tidak menunjukkan hal itu, ia hanya melirik sekitar seakan-akan ia sudah lama terbiasa dengan pemandangan semacam ini. Bagaimana bisa seseorang dari Istana Samping begitu acuh tak acuh akan pemandangan semacam ini?

Mau tak mau, Kasim Sun pun sedikit heran.

Setelah berjalan kurang lebih 15 menit, Su Xi-er melihat sebuah kamar kecil. Ada papan penanda kecil bertuliskan kata 'Lempeng Kecantikan'.

Hehe, Istana Kecantikan ini benar-benar memperhatikan estetika dan detailnya. Kata 'kecantikan' tertulis dimana-mana.

Pertama, Aula Kecantikan. Lalu Lempeng Kecantikan. Pei Qian Hao benar-benar niat sekali memainkan ini berulang kali.

"Nona Su, ikutlah denganku. Kalian berdua, berdiri di luar pintu." Kemudian Kasim Sun berjalan masuk ke dalam kamar sementara Su Xi-er mengikuti tepat di belakangnya, pintunya tertutup di belakang mereka.

Ada sebuah lemari tinggi dan besar yang mirip dengan lemari obat diletakkan di dalam ruangannya. Setiap laci kecilnya terdapat lempengan yang tergantung di luarnya.

Ia melirik asal ke arah lempengan itu dan kebetulan membaca kata 'He Xiang Yu'.

Jadi, ternyata 'Istana Kecantikan' ini sebenarnya untuk tujuan ini. Setiap kali seorang gadis cantik masuk, ia akan mengukir namanya ke atas lempengan. Bisa jadi benda di dalam laci itu adalah sesuatu yang digunakan tiap wanita untuk membuktikan kalau tubuh mereka suci dan tak ternoda?

"Nona Su, hamba akan mengukirkan nama Anda ke atas lempengannya nanti. Tadinya ada 72 gadis cantik, tetapi salah satunya tiba-tiba meninggal beberapa hari yang lalu. Jasadnya sudah dibawa pergi, dan posisinya akan digantikan oleh Anda."

Dibawa pergi? Kemana? Takutnya, di mata Pei Qian Hao, para gadis cantik ini tidak ada artinya.

Su Xi-er bertanya, "Apakah Pangeran Hao mengusut masalah kematian si gadis cantik ini? Apakah ia menguburnya begitu saja atau ...?"

"Nona Su, ada beberapa hal yang tidak boleh Anda tanyakan. Hamba akan mengukir nama Anda di atas lempengannya sekarang." Kasim Sun pun mulai mengerjakannya.

"Tidak perlu, Kasim Sun. Lagipula, aku tidak akan tinggal di sini untuk waktu yang lama. Meski tanpa itu, aku dikirim kemari oleh Ibu Suri tanpa mempertimbangkan keinginan Pangeran Hao ... Aku takut kalau tidak akan baik jika kita terburu-buru mengukir nama tanpa mempertimbangkan dengan hati-hati."

Kasim Sun tersenyum. "Nona Su, Anda terlalu khawatir. Setiap gadis yang datang kemari harus mengukir nama mereka, tak peduli dari siapa mereka menerima perintah. Terlebih lagi, jikalaupun Pangeran Hao mengusut masalah ini, ia harus menyalahkan Ibu Suri."

Su Xi-er menggelengkan kepalanya. "Kasim Sun, Anda salah mengatakannya. Apabila semua wanita yang datang ke Istana Kecantikan harus mengukir nama mereka, dua orang yang sedang berdiri di luar ruangan pun harus masuk untuk mengukir nama mereka."

"Ini ..." Kasim Sun merasa canggung. Pada akhirnya, ia hanya bisa membalas, "Mereka bukan gadis cantik, sehingga nama mereka tidak boleh diukir di Lempengan Kecantikan. Terlebih lagi, tiap wanita di Istana Kecantikan punya gadis pelayan yang menunggui mereka. Pada akhirnya, tetap lebih baik bagi Anda untuk mengukir nama Anda ke lempengannya lebih dulu." 

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar