The Man's Perfect Wife - Chapter 12 Part 2
Sepuluh detik setelah mobil Presiden Min dan Hong Se Ryung berangkat, Hans Benerst yang asli sedang menunggu di Bank Wilayah Zurich, beberapa blok jauhnya. Ia sedang menunggu klien VVIP yang datang jauh-jauh dari Korea.
Beberapa hari yang lalu, mereka telah disiagakan oleh serangan dunia maya. Berkat itu, kantor-kantor keamanan tenggelam dalam dering telepon. Kantor-kantor keamanan mengirimkan tim darurat mereka, dan saat ini mereka masih menyelidiki sistem keamanan dari kota-kota tetangga.
Namun, klien VVIP di Korea, entah bagaimana, mendengar tentang insiden ini dan bersikeras untuk mengunjungi bank secara pribadi. Mereka mulai mempertanyakan bank tanpa henti, mengenai keamanan mereka sebelum akhirnya mengumumkan bahwa mereka akan mentransfer seluruh rekening mereka kembali ke negara mereka, Korea.
Itu akan menyebabkan banyak masalah bagi bank, tetapi pada akhirnya, mereka tidak dapat melakukan apa-apa lagi untuk menahan klien lama ini. Klien ini telah menyimpan sejumlah besar uang di bank, sehingga bank juga sudah menggunakan banyak sumber daya untuk menjaganya. Ia tidak akan mendapatkan promosi setelah ini. Hans jengkel, tetapi tidak ada yang dapat diperbuatnya soal itu.
Bank Wilayah Zurich tidak memiliki fitur perbankan online. Oleh karenanya, pemilik rekening harus datang sendiri ke bank utama untuk menarik rekening mereka.
Orang dapat melihatnya sebagai upaya terakhir untuk mencegah kliennya pergi. Hans bersiap untuk menawarkan kliennya, tingkat bunga yang luar biasa untuk membuat mereka tetap tinggal.
Ia melihat limosin VVIP memasuki kota melalui kamera pengawas. Ia memeriksa dasinya sekali lagi sebelum menuju ke lift. Pintu lift-nya sudah terbuka, dan kamera keamanan di dalamnya merekam Hans sewaktu ia masuk. Rekaman pengintai itu berkedip sebentar sebelum kemudian kembali normal.
[Selamat datang.]
Pintu limosinnya terbuka, dan kaki yang langsing berbalut stoking hitam melangkah keluar. Hans meneguk ludahnya.
Ia sudah mendengar bahwa ini adalah istri muda dari Presiden R&K Korea. Wanita cantik yang langsing itu tinggal bersama seorang pria yang bisa menjadi ayahnya. Rambut coklat berombaknya, wajah dinginnya ditutupi oleh kacamata hitam, bibir merahnya, dan gaun Chanel pendeknya.
[Sebelah sini.]
Ia mengikutinya dengan lesu. Di belakangnya ada seorang pria jangkung yang tampaknya adalah pengawalnya atau sekretaris. Ia juga memakai kacamata hitam.
Mereka naik ke lift dan ke atas. Mereka melalui tujuh ruangan dan dengan sempurna melewati pos pemeriksaan keamanan. Ketika mereka sampai di pemeriksaan identitas, wanita itu melepaskan kacamata hitamnya dan menarik rambutnya ke belakang. Riasan mata smokey-eyenya yang ringan membuatnya tampak seksi dan angkuh.
Hong Se Ryung. Setelah mereka memeriksa paspornya, mereka membiarkannya masuk. Mereka memeriksa paspor pria itu juga. Namanya adalah Jin Soo Han, dan ia berasal dari Hong Kong.
Ketika akhirnya mereka masuk ruang VVIP, mereka duduk di depan sebuah mesin yang akan memindai wajah dan sidik jari mereka.
[Silakan letakkan kepala Anda di sini.]
Wanita itu perlahan-lahan mendekatkan kepalanya ke mesin.
Genggaman Yuan pada tasnya pun mengetat. Akan bohong untuk mengatakan ia tidak gugup. Satu hal untuk melatih gerakannya ketika mereka masih merencanakan ini. Tetapi kini, karena mereka sudah sejauh ini, tidak ada jalan untuk kembali.
Di belakangnya, Seo Joon Hun tidak gentar. Ia terus-terusan menentang rencana ini selama seminggu terakhir, tetapi pada akhirnya, ia tidak punya pilihan selain mengalah dari bujukan dan kegigihan Yuan.
Ia hanya punya satu syarat.
Ia akan pergi bersamanya.
Terkejut, Yuan menolaknya, tetapi Joon Hun juga keras kepala. Ia tidak akan membiarkan Yuan pergi sendirian dalam situasi ini. Jika ada yang tidak beres, itu bukan hanya akhir bagi Yuan. Itu juga akan menjadi akhir baginya.
"Kalau aku di sana bersamamu, kita bisa memecahkan masalah apa saja yang datang menghadang jalan kita."
Selagi Joon Hun berbicara dengan gigih, ia menentangnya. Apa yang akan Yuan lakukan? Biarpun kedengarannya menggelikan, Yuan percaya diri ia mampu melakukannya. Akan tetapi, ia merasa sangat gugup tentang membiarkan Joon Hun membantunya. Derrick dan Eri menyela dan mengatakan kalau mereka akan membantu, dan barulah kemudian, Yuan merasa lebih baik.
Mereka sudah menggulirkan dadunya. Satu-satunya jalan keluar adalah menjalaninya hingga akhir. Yuan harus mempercayai Derrick dan Eri, yang sekarang ini sudah mempersiapkan 'Book of Death' untuk dijalankan di komputer kapan saja. Joon Hun dan Yuan harus sukses, tak peduli apapun yang terjadi.
Ketika wajah dipindai, monitor keamanan bank akan menampilkan wajah Hong Se Ryung yang asli yang dipindai ketika rekeningnya pertama dibuka. Namun, jika Eri berhasil meretas ke dalam sistem, wajah di monitornya akan berubah menjadi wajah Yuan.
Akankah mereka berhasil?
Tangannya lembap penuh keringat.
Yuan menggertakkan giginya dan mengencangkan cengkeramannya pada tasnya. Setelah ini berakhir, tidak ada jalan kembali. Ia merasa seolah tiap sel di wajahnya gelisah.
Manajer itu menatapnya dengan aneh. Apabila ia ragu-ragu lagi, Yuan akan memancing kecurigaan. Ia nyaris tidak berhasil menekan impuls untuk bangun dan meninggalkan ruangan itu. Dengan tenang, ia meletakkan kepalanya di atas mesin pemindai.
Segaris cahaya merah meluncur dari atas ke bawah wajahnya. Manajer itu membungkuk dan menatap monitor komputer. Laman dengan kata Jerman untuk 'Keamanan' tidak berubah di layarnya. Hans sedikit mengerutkan dahi.
[Maafkan aku. Bisakah Anda melakukannya sekali lagi, Nona Hong?]
Eri!
Yuan meraung dalam hati dan dengan tak berdaya meletakkan kepalanya kembali ke mesin. Ia dapat merasakan mata Joon Hun di belakangnya. Cahaya merah itu meluncur dari atas ke bawah sekali lagi, hingga, beeb. Mesin itu berbunyi seolah komputernya berpindah ke laman selanjutnya.
Monitornya malah menampilkan wajah Yuan, bukannya Hong Se Ryung. Kemudian, kata-kata 'Identitas dikonfirmasi' muncul di layar.
Hans tersenyum samar.
[Sekarang, kita akan berpindah ke sidik jari Anda. Silakan letakkan tangan kanan Anda ke atas pemindai.]
Yuan mengelap tangan berkeringatnya di gaunnya dan mengangkat tangannya. Lagi, segaris cahaya merah meluncur di tangannya. Dan lagi, 'Identitas dikonfirmasi'.
Akhirnya mereka sampai di langkah terakhir. Hans menggesturkan ke tablet di depan Yuan. Langkah terakhir adalah memasukkan kata sandi. Itu adalah kata sandi sebanyak tiga belas karakter yang Hong Se Ryung asli baru saja masukkan di bank palsu itu.
Dengan hati-hati, Yuan menekan tiga belas karakter itu. Ia sudah mengingat kata sandi yang diberika Eri padanya sebelum ia tiba di bank.
Akan tetapi, peringatan merah muncul di atas layar tablet, mengindikasikan bahwa kata sandinya salah.
[Huh?]
Yuan, Joon Hoon, dan Hans, semuanya terkejut.
[Ah, apakah Anda salah? Anda boleh mencobanya sekali lagi.]
Itu sudah pasti adalah kata sandinya ...
Jantung Yuan terpilin di dalam dadanya sementara ia menekan kata sandinya sekali lagi. Tetapi, masih gagal.
Ya Tuhan. Ia merasa ia akan kehilangan kewarasannya. Ini sudah pasti adalah kata sandi yang diberikan Eri kepadanya. Dengan panik, Yuan mencoba mengingat-ingat kata sandinya.
[Maafkan aku. Tolong pikirkan tentang itu sekali lagi. Setelah Anda memasukkan kata sandi yang salah sebanyak tiga kali, sistem keamanan di sini akan mengunci rekeningnya. Dalam hal itu, Anda harus kembali dan mencoba lagi besok.]
Mereka tidak bisa membiarkan itu terjadi. Yuan memucat. Dengan hati-hati, Joon Hun menghampirinya dari belakang dan berbicara padanya dalam Bahasa Korea.
"Tenanglah. Tidak apa-apa."
Tenanglah. Tidak apa-apa. Dua kalimat itu punya banyak makna. Dengan hati-hati, Yuan menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk mengingat-ingat kata sandinya. Apakah ia merasa begitu tergesa-gesa sampai-sampai ia tidak mendengar dengan benar? Apakah ia bingung dengan angka satu dan dua?
Kalau ia tahu akan seperti ini, ia akan meminta kata sandinya dalam sebuah pesan teks. Tidak seharusnya ia hanya mendengarkannya sementara ia sedang dalam keadaan yang gugup. Ditambah lagi, supaya tidak bingung satu dan dua, Eri sudah pasti menggunakan 'hana' dan 'dool' untuk membedakan keduanya. Apakah ia malah salah antara dua dan enam?
(T/N : Hana : satu, dool : dua.)
Yuan tidak bisa berpikir dengan benar. Semuanya jadi memusingkan. Yuan kembali tersadar dan melihat ke arah tablet penuh tekad. Jika itu tidak bekerja, ini akan jadi akhirnya. Mereka bisa mengakhirinya di sini. Tetapi, bagaimana dengan Joon Hun? Tidak masalah apa yang terjadi padanya, tetapi bagaimana dengan Joon Hun? Kumohon ...
Ia menekan nomornya lagi. Kali ini, ia mengubah dua menjadi enam.
Beep, beep. Dengan bunyi itu, kata sandinya terkonfirmasi.
Yuan ingin menjerit kegirangan.
[Ah, syukurlah, Nona.]
Hans berbicara dengan ceria dan menegakkan diri.
900,000 franc Swiss.
Di mata uang Korea, jumlahnya sedikit lebih dari 1.0138 triliun won. Yuan menekan perasaannya dan mengangkat matanya guna menatap Hans. Sekarang ini, ia sedang mengoceh tentang betapa besar kerugian bank, bagaimana bank ini dapat membantu rekening ini menghasilkan banyak uang.
[Tuan Benerst, aku mengerti apa yang kau katakan, tetapi pikiran Nyonya sudah diputuskan.]
Dengan santainya, Joon Hun berbicara dari belakang Yuan dan menghentikan si manajer melanjutkan.
[Tidakkah kau pikir kami tidak mempertimbangkannya lagi dalam perjalanan kami kemari? Kami tahu seberapa besar kepedulian dan perhatian yang bank kalian berikan pada kami. Namun, ini sudah diputuskan, jadi tolong jangan buang-buang lebih banyak waktu kami.]
Hans menghela napas dan mengangguk.
[Baik, aku mengerti. Kalau begitu, ke rekening mana Anda ingin mentransfer deposit Anda?]
Yuan membuka dompetnya dan menyerahkan selembar kertas pada Hans. Nomor rekening Hong Se Ryung tertulis di atas kertas tersebut.
[Apakah Anda berencana untuk memindahkan semuanya ke Korea?]
[Iya, itu benar.]
Pria itu memiringkan kepalanya sejenak. Ini sudah pasti akan menyebabkan audit pajak atas asal dana ini. Namun, karena mereka bilang itu sudah diputuskan, ia tidak mengatakan apa-apa.
[Baik, aku mengerti.]
Ia memasukkan jumlah deposit, nomor rute, dan alamat ke dalam komputer tersebut. Akhirnya, ia mengklik mousenya.
[Selesai.]
Yuan merasa seolah suara si manajer bank melayang-layang dalam mimpi.
Yuan mendongakkan kepalanya dan menatapnya. Itu saja? 900.000 franc Swiss. 1 triliun won dalam mata uang Korea.
Ia bangkit dalam diam dari kursinya dan berbalik dengan tenang. Tidak ada yang tahu bagaimana itu mengambil hampir seluruh tenaganya untuk tetap tenang. Yuan merasa seolah kakinya tidak menyentuh tanah. Setiap kali Yuan meletakkan satu kaki di depan kaki lainnya, ia merasakan tenaga yang kembali ke tubuhnya.
Setelah mereka keluar dari pintu logam yang tebal itu dan melewati pos pemeriksaan keamanan, Yuan akhirnya dapat melihat cahaya matahari yang bersinar melalui pintu kaca bagian depan.
Dan limosinnya.
Kuatkan dirimu.
Yuan mencoba tetap waspada. Joon Hun membukakan pintu mobil. Yuan masuk ke dalam. Agak jauh dari sana, di bawah penanda bank itu, ia bisa melihat sebuah kamera pengintai. Ia bisa melihat kamera-kamera di dalam mobil-mobil yang terparkir jauh di sana.
Apakah mereka sedang merekamnya masuk ke dalam limosin ini? Apakah mereka akan merekam limosin ini meninggalkan bank?
Sekarang ini, barangkali Eri dan Derrick sedang berusaha keras untuk meretas ke dalam jaringan guna menghapus semua rekaman pengawasan dari Yuan dan Joon Hun. Tidak menyadari perang berdarah yang sedang berlangsung, kota Zurich tampak damai.
Akhirnya, limosinya mulai berangkat. Sopirnya memakai sebuah topi yang menutupi sebagian besar wajahnya. Ia berbalik dan berbicara.
"Bagus sekali."
Itu adalah Choi Myung.
Setelah itu, tidak ada yang mengucapkan satu kata pun. Limosin itu berkendara selama satu jam sebelum sampai di sebuah jalanan sepi di Baden.
"Silakan turun di sini."
Choi Myung menoleh dan berbicara.
"Aku akan pergi dulu untuk mengembalikan mobil ini pada temanku."
Teman. Sejujurnya, Yuan lumayan syok oleh Choi Myung kali ini. Teman yang sedang dibicarakannya adalah seorang sindikat penyelundupan internasional. Ponsel burner, kendaraan tak terdaftar, bukan apa-apa bagi organisasi ini. Bagaimana Choi Myung mengenal orang-orang semacam ini?
"Aku punya masa lalu yang busuk."
Choi Myung berujar acuh tak acuh melihat tatapan penuh tanya Yuan. Kemudian, seolah itu bukan apa-apa, ia berhasil mendapatkan paspor palsu, mobil yang tak terdaftar, bahkan sebuah pesawat yang tidak terdaftar. Yuan sudah menghabiskan lebih dari setahun bersama pria ini, tetapi Choi Myung masih sebuah misteri baginya. Mengapa juga ia akan mencarinya di internet?
Namun, tidak ada jejaknya secara online. Choi Myung tidak punya email pribadi ataupun ID. Ia sudah bekerja di Hyun Jin selama tiga puluh tahun, tetapi tidak ada catatan tentangnya.
"Ada sebuah mobil yang berisi apa saja yang akan kalian butuhkan di dalam hutan. Ini kunci mobilnya."
Choi Myung menyerahkan kunci itu selagi ia berbicara. Ia melihat ke arah hutan selagi ia berbicara. Lewat sebuah bukit kecil, Yuan bisa melihat sebuah hutan pohon ash yang tumbuh menjulang tinggi menembus langit.
"Tidak apa. Cukup ikuti matahari ke arah barat. Itu sekitar dua puluh menit jalan kaki. Kalian akan menemukannya dalam waktu singkat."
"Jangan khawatirkan tentang kami."
"Kalau begitu, aku akan bertemu kalian berdua di Paris. Mohon berhati-hati."
"Tetap aman juga, Tuan Choi."
Choi Myung tersenyum samar mendengar kata-kata Joon Hun dan membalas.
"Jangan cemaskan tentang aku, Tuan Muda."
Tuan muda? Yuan terkejut. Choi Myung selalu memanggil Joon Hun 'Direktur'. Meskipun istilah 'Tuan Muda' tampak ketinggalan zaman, Yuan dapat merasakan kehangatan dalam suara Choi Myung ketika ia mengatakannya.
Limosinnya dipercepat dengan bunyi vroom dan berpacu menuju ke kejauhan. Mataharinya mulai terbenam dan menyinari cahaya cemerlangnya di atas perbuktian yang hijau.
(T/N : Karena satu dan lain hal, terjemahan ini di onhold dulu ya, sampai saya selesai mengurusi sesuatu. Nanti akan saya kabarin lagi kapan dilanjutnya. Mohon bersabar 🥰)
Wah tidak sabar untuk menunggu kelanjutanya, semangat
BalasHapusSehat selalu Ce 🤗😘
BalasHapusTetep smngt and sehat slu
BalasHapus