Minggu, 30 Mei 2021

CTF - Chapter 87

 Consort of A Thousand Faces

Chapter 87 : Rakyat Nan Zhao


Setelah berbicara pada Pangeran Hao, Su Xi-er berjalan ke ruang mendidihkan air untuk mencari sebuah baksom kayu sebelum menuju halaman belakang. Kebetulan sekali ia melihat Shui Ying Lian sedang mengigit bibirnya sementara bertahan memegangi baskom kayu berisi air itu.

Ketika ia tidak memeganginya dengan stabil, air di dalam baskom kayunya tumpah dan mengalir menuruni pipinya, menghasilkan kubangan air di samping kakinya.

Shui Ying Lian menghindari berbicara dengan Su Xi-er saat ia melihatnya, malah memilih mengalihkan tatapannya, masih sembari mengangkat baskom kayu itu di atas kepala.

Su Xi-er berjalan ke sisinya, meletakkan baskom kayu kosong di atas tanah dan merebut baskom yang ada di tangan Shui Ying Lian.

"Apa yang kau lakukan? Jika Pangeran Hao mengetahuinya, aku akan mati." Suara Shui Ying Lian kini agak bergetar. Ia tidak ingin mengalami kejadian di dalam kamar itu untuk kedua kalinya.

Su Xi-er menuangkan air di dalam baskom kayu itu sebelum memberikannya lagi pada Shui Ying Lian. "Jika kau akan menumpahkannya juga, maka lebih baik tuangkan saja airnya dulu. Bagaimanapun juga, akhirnya kau memahami betapa mengerikannya Pangeran Hao, kan? Bukankah kau begitu percaya diri ketika kau bilang kau ingin menjadi berani di ruang mendidihkan air?"

"Kau sengaja melakukannya, kan?" Shui Ying Lian mengangkat kepala dan menatap Su Xi-er lekat.

Su Xi-er berlutut sementara mengangkat baskom kayu kosong di atas kepalanya. "Aku hanya membiarkanmu tahu seberapa menakutkannya Pangeran Hao. Apakah menurutmu, siapa saja bisa mendekatinya? Apakah kau kira, sangat mudah untuk melayaninya?"

Shui Ying Lian termenung sebelum berbisik, "Aku tidak dapat menjadi 'seberani' yang kau bicarakan. Awalnya, aku kira aku bisa, tetapi saat aku benar-benar menghadapinya sendirian, aku ...."

Keheranan muncul di matanya. "Bagaimana kau melayani Pangeran Hao? Apakah kau tidak takut berada di dekatnya?"

Su Xi-er tersenyum. "Ketika pertama kali aku masuk Kediaman Shui, aku melihat Yang Mulia Hakim Provinsi sedang berlutut di hadapan Pangeran Hao, memohon padanya agar mengampunimu. Melihat dirimu telah memprovokasi Pangeran Hao, kesanku padamu adalah, kau sama sekali tidak takut padanya."

Su Xi-er sengaja menari-nari di sekitar topik itu untuk memancing Shui Ying Lian membocorkan beberapa informasi.

"Aku memang tidak takut padanya waktu itu, meskipun itu hanya dikarenakan aku tidak benar-benar mengetahui siapa dirinya. Bahkan, setelah Ayah memberitahuku, aku tetap memiliki kesan, masih ada harapan bagiku karena ia tidak menghukumku. Saat semua telah terucap dan dilakukan, aku tak pernah benar-benar berinteraksi dengannya, sehingga aku tidak berkesempatan memahami seperti apakah dirinya."

"Wanita seperti dirimu ada banyak sekali di Istana Kecantikan," komentar Su Xi-er lambat.

Shui Ying Lian langsung memandanginya. "Apakah setiap wanita di Istana Kecantikan jauh lebih cantik daripada dirimu? Sebenarnya, jika kau sungguh punya keberanian untuk berada di sisi Pangeran Hao, menjadi dayangnya itu lebih baik ketimbang berada di Istana Kecantikan."

Su Xi-er membalas, "Ada bermacam-macam gadis cantik, dan tiap orang itu unik, serta punya daya pikat mereka masing-masing. Sekarang ini, kita adalah sesama korban yang saling berbagi duka."

Ucapannya membuat Shui Ying Lian menurunkan kewaspadaan dalam hatinya. Itu benar. Kami adalah sesama korban yang saling berbagi duka. Kami berdua akan berlutut di sini dengan baskom kayu sampai besok.

"Biarkan aku bertanya padamu, di antara bunga-bunga di taman belakang Kediaman Shui, yang mana yang lebih istimewa?"

Pertanyaan dadakan ini membuat Shui Ying Lian tertegun. Setelah merenunginya sesaat, ia menjawab, "Hanya ada bunga-bunga biasa. Ada sejenis bunga yang sangat istimewa yang disukai oleh ibuku sebelum ia meninggal. Namun, karena sekarang ia sudah tiada, tak ada orang yang mengurusinya, dan aku hanya bisa menduga kalau bunga itu sudah lama layu."

Dengan gesit Su Xi-er menurunkan baskom kayu di tangannya sebelum melakukan hal yang sama terhadap Shui Ying Lian. Ia bertanya sungguh-sungguh, "Jenis bunga istimewa apakah itu?"

"Kuning dan berbentuk bintang. Ibu menyebut bunga ini ... Ling Rui. Benar, bunga itu ...."

Memang benar Ling Rui! Kalau begitu, ibu Shui Ying Lian adalah rakyat Nan Zhao yang menanam Ling Rui di sini.

"Akan tetapi, Bei Min tidak punya jenis bunga ini. Sebagai rakyat Nan Zhao, ibu merawat bunga ini dengan perhatian besar, tetapi bunga ini sangat lemah. Biasanya, bunga itu tidak akan sanggup bertahan hidup di luar kondisi natural Nan Zhao, tetapi perawatan luar biasa Ibuku bisa membuatnya bertahan hidup selama itu. Hanya saja ...." Di titik ini, suara Shui Ying Lian lenyap. Dengan kepergian Ibu, takutnya semua Ling Rui-nya juga sudah layu.

Su Xi-er tidak menanggapi. Aku menduga kalau tidak semua Ling Rui-nya mati. Kalau tidak, mana mungkin aku bisa mencium wanginya? Siapa sangka, ada orang di dunia ini yang mampu membuat Ling Rui hidup selama ini setelah dipindahkan. 'Wei Yi' yang disebut oleh Ibunda Permaisuri, 'Wei Yi' yang sebegitu diyakininya, sebenarnya sangat ... menggelikan.

Ibunda Permaisuri, kita berdua sama-sama dikecewakan berat oleh orang yang kita percayai di saat penuh gairah kita. Namun, Ibunda Permaisuri, Anda berakhir lebih baik daripada diriku. Paling tidak, Anda tidak bisa melihat pengkhianatan Ayahanda Kaisar karena Anda sudah meninggal dunia.

Ia tidak mampu melupakan bagaimana ayahanda kaisarnya membawa begitu banyak selir cantik, silih berganti, setelah ibunda permaisurinya wafat.

Namun, anak-anak dari para selir itu semuanya mati akibat kacaunya peperangan.

Shui Ying Lian menghela napas. Akhirnya, ia tampak terpikirkan sesuatu seraya mendadak menambahkan, "Ketika ibuku masih hidup, ia pernah bilang padaku tentang Putri Pertama Kekaisaran, Ning Ru Lan. Ia bilang, ia pernah berjumpa dengan Putri Pertama Kekaisaran saat ia masih muda."

Su Xi-er jadi serius. Kalau begitu, ibu Shui Ying Lian berasal dari istana kekaisaran Nan Zhao?

"Siapa nama ibumu?"

Shui Ying Lian mengambil baskom kayunya dan memeganginya di atas kepala. "Lian Xi. Nama ibuku punya harapan agar ia dapat menemukan seseorang yang akan menghargainya sepanjang kehidupannya. Ayahku adalah orang pertama yang melakukannya."

(T/N : arti namanya adalah sesuatu seperti 'menghargai'.)

Lian Xi? Alis tipis Su Xi-er mengerut. Aku tahu siapa dia. Ia adalah seorang dayang di Istana Ibunda Permaisuri. Namun, dayang ini menghilang setelahnya.

Aku kira ia sudah mati, tetapi ternyata ia meninggalkan istana kekaisaran dan menikahi seseorang di Bei Min. Ibunda Permaisuri pasti membantunya berhasil dalam hal ini. Kalau tidak, seorang dayang tidak mungkin bisa meninggalkan istana kekaisaran.

"Ibuku bilang bahwa, kulit Putri Pertama Kekaisaran, Ning Ru Lan, begitu halus dan lembut saat ia masih kecil, dan sudah jelas dari satu lirikan saja, ia akan menjadi gadis yang cantik di masa mendatang. Tetapi, ibuku tidak tahu kalau si putri pertama kekaisaran ini sudah meninggal."

Su Xi-er tidak menyangka kalau ia akan menerima begitu banyak jawaban hanya dengan menanyakan perihal harum bunga yang familier. Ibu Shui Ying Lian tadinya adalah seorang dayang istana di Nan Zhao. Semuanya tampak telah ditakdirkan.

"Aku pasti akan dihukum oleh ayahku saat ia melihatku begini esok hari. Aku hanya bisa berharap agar Pangeran Hao mengakhiri amarahnya. Aku masih muda dan kurang bijaksana. Dengan seberapa agung dirinya, mana mungkin aku menjalin koneksi dengannya dan merangkak naik?" Shui Ying Lian tersenyum bodoh. Gagasan yang terpikirkan olehku sudah cukup untuk membuktikan ketololanku.

"Siapa namamu?" mendadak Shui Ying Lian bertanya.

"Su Xi-er."

"Kau punya nama yang sangat indah! Sekarang setelah kupikirkan, kecemburuanku padamu terhadap Pangeran Hao sangat menggelikan. Kita harus mengakhiri permusuhan kita. Berlutut sepanjang malam bisa dianggap memberikan pencerahan padaku." Shui Ying Lian memperlihatkan senyumannya, dengan tulus menawarkan perdamaian setelah mengenyahkan kecemburuannya.

Su Xi-er tersenyum. Barangkali karena ia mengetahui soal ibu Shui Ying Lian, tetapi ia pun menjadi lebih bersahabat.

"Su Xi-er, kau adalah wanita tercantik yang pernah kutemui. Kau tampak sangat cantik ketika kau tersenyum. Kau harus lebih banyak tersenyum."

Dari kejauhan, kebetulan Pei Qian Hao mendengar ucapan Shui Ying Lian selagi ia mendekati kedua orang itu. Tanpa sadar, alhasil, tatapannya tertuju pada bibir Su Xi-er yang melengkung.

Memang benar, ia harusnya lebih sering tersenyum.

Shui Ying Lian menyadari kehadiran Pangeran Hao setelah sembarangan memandangi area sekitar halaman. Ia langsung menundukkan kepalanya, gemetaran seraya dengan sungguh-sungguh memegangi baskom kayunya.

"Pangeran ini menghukum kalian berdua, tetapi aku tidak menyangka kalau diriku sungguh menghasilkan sepasang saudari baik." Terdengar seakan ia tengah menggoda, tetapi suaranya sedingin es.

Su Xi-er menundukkan kepalanya dan menjawab hormat, "Hamba tidak berani."

Ketika Pei Qian Hao melihat bibir melengkungnya dengan cepat kembali normal, wajahnya menggelap. "Angkat dengan sungguh-sungguh. Tanpa adanya perintah Pangeran ini, kalian tidak boleh bangun."

"Hamba mematuhi perintah."

Mendengar suaranya yang tanpa emosi itu, Pei Qian Hao sedikit tidak senang. Ia bahkan tidak tahu bagaimana caranya memohon ampun.

Ia memerhatikan Su Xi-er dalam diam, sementara itu di sampingnya, tubuh Shui Ying Lian gemetaran tiada henti. 

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar