Consort of A Thousand Faces
Chapter 87 : Rakyat Nan Zhao
Setelah berbicara pada
Pangeran Hao, Su Xi-er berjalan ke ruang mendidihkan air untuk mencari sebuah
baksom kayu sebelum menuju halaman belakang. Kebetulan sekali ia melihat Shui
Ying Lian sedang mengigit bibirnya sementara bertahan memegangi baskom kayu
berisi air itu.
Ketika ia tidak
memeganginya dengan stabil, air di dalam baskom kayunya tumpah dan mengalir
menuruni pipinya, menghasilkan kubangan air di samping kakinya.
Shui Ying Lian menghindari
berbicara dengan Su Xi-er saat ia melihatnya, malah memilih mengalihkan
tatapannya, masih sembari mengangkat baskom kayu itu di atas kepala.
Su Xi-er berjalan ke
sisinya, meletakkan baskom kayu kosong di atas tanah dan merebut baskom yang
ada di tangan Shui Ying Lian.
"Apa yang kau
lakukan? Jika Pangeran Hao mengetahuinya, aku akan mati." Suara Shui Ying
Lian kini agak bergetar. Ia tidak ingin mengalami kejadian di dalam kamar itu
untuk kedua kalinya.
Su Xi-er menuangkan air di
dalam baskom kayu itu sebelum memberikannya lagi pada Shui Ying Lian.
"Jika kau akan menumpahkannya juga, maka lebih baik tuangkan saja airnya
dulu. Bagaimanapun juga, akhirnya kau memahami betapa mengerikannya Pangeran
Hao, kan? Bukankah kau begitu percaya diri ketika kau bilang kau ingin menjadi
berani di ruang mendidihkan air?"
"Kau sengaja
melakukannya, kan?" Shui Ying Lian mengangkat kepala dan menatap Su Xi-er
lekat.
Su Xi-er berlutut
sementara mengangkat baskom kayu kosong di atas kepalanya. "Aku hanya
membiarkanmu tahu seberapa menakutkannya Pangeran Hao. Apakah menurutmu, siapa
saja bisa mendekatinya? Apakah kau kira, sangat mudah untuk melayaninya?"
Shui Ying Lian termenung
sebelum berbisik, "Aku tidak dapat menjadi 'seberani' yang kau bicarakan.
Awalnya, aku kira aku bisa, tetapi saat aku benar-benar menghadapinya
sendirian, aku ...."
Keheranan muncul di
matanya. "Bagaimana kau melayani Pangeran Hao? Apakah kau tidak takut
berada di dekatnya?"
Su Xi-er tersenyum.
"Ketika pertama kali aku masuk Kediaman Shui, aku melihat Yang Mulia Hakim
Provinsi sedang berlutut di hadapan Pangeran Hao, memohon padanya agar
mengampunimu. Melihat dirimu telah memprovokasi Pangeran Hao, kesanku padamu
adalah, kau sama sekali tidak takut padanya."
Su Xi-er sengaja
menari-nari di sekitar topik itu untuk memancing Shui Ying Lian membocorkan
beberapa informasi.
"Aku memang tidak
takut padanya waktu itu, meskipun itu hanya dikarenakan aku tidak benar-benar
mengetahui siapa dirinya. Bahkan, setelah Ayah memberitahuku, aku tetap
memiliki kesan, masih ada harapan bagiku karena ia tidak menghukumku. Saat
semua telah terucap dan dilakukan, aku tak pernah benar-benar berinteraksi
dengannya, sehingga aku tidak berkesempatan memahami seperti apakah
dirinya."
"Wanita seperti
dirimu ada banyak sekali di Istana Kecantikan," komentar Su Xi-er lambat.
Shui Ying Lian langsung
memandanginya. "Apakah setiap wanita di Istana Kecantikan jauh lebih
cantik daripada dirimu? Sebenarnya, jika kau sungguh punya keberanian untuk
berada di sisi Pangeran Hao, menjadi dayangnya itu lebih baik ketimbang berada
di Istana Kecantikan."
Su Xi-er membalas,
"Ada bermacam-macam gadis cantik, dan tiap orang itu unik, serta punya
daya pikat mereka masing-masing. Sekarang ini, kita adalah sesama korban yang
saling berbagi duka."
Ucapannya membuat Shui
Ying Lian menurunkan kewaspadaan dalam hatinya. Itu benar. Kami adalah
sesama korban yang saling berbagi duka. Kami berdua akan berlutut di sini
dengan baskom kayu sampai besok.
"Biarkan aku bertanya
padamu, di antara bunga-bunga di taman belakang Kediaman Shui, yang mana yang
lebih istimewa?"
Pertanyaan dadakan ini
membuat Shui Ying Lian tertegun. Setelah merenunginya sesaat, ia menjawab,
"Hanya ada bunga-bunga biasa. Ada sejenis bunga yang sangat istimewa yang
disukai oleh ibuku sebelum ia meninggal. Namun, karena sekarang ia sudah tiada,
tak ada orang yang mengurusinya, dan aku hanya bisa menduga kalau bunga itu
sudah lama layu."
Dengan gesit Su Xi-er
menurunkan baskom kayu di tangannya sebelum melakukan hal yang sama terhadap
Shui Ying Lian. Ia bertanya sungguh-sungguh, "Jenis bunga istimewa apakah
itu?"
"Kuning dan berbentuk
bintang. Ibu menyebut bunga ini ... Ling Rui. Benar, bunga itu ...."
Memang benar Ling Rui!
Kalau begitu, ibu Shui Ying Lian adalah rakyat Nan Zhao yang menanam Ling Rui
di sini.
"Akan tetapi, Bei Min
tidak punya jenis bunga ini. Sebagai rakyat Nan Zhao, ibu merawat bunga ini
dengan perhatian besar, tetapi bunga ini sangat lemah. Biasanya, bunga itu
tidak akan sanggup bertahan hidup di luar kondisi natural Nan Zhao, tetapi
perawatan luar biasa Ibuku bisa membuatnya bertahan hidup selama itu. Hanya
saja ...." Di titik ini, suara Shui Ying Lian lenyap. Dengan
kepergian Ibu, takutnya semua Ling Rui-nya juga sudah layu.
Su Xi-er tidak
menanggapi. Aku menduga kalau tidak semua Ling Rui-nya mati. Kalau
tidak, mana mungkin aku bisa mencium wanginya? Siapa sangka, ada orang di dunia
ini yang mampu membuat Ling Rui hidup selama ini setelah dipindahkan. 'Wei Yi'
yang disebut oleh Ibunda Permaisuri, 'Wei Yi' yang sebegitu diyakininya,
sebenarnya sangat ... menggelikan.
Ibunda Permaisuri, kita
berdua sama-sama dikecewakan berat oleh orang yang kita percayai di saat penuh
gairah kita. Namun, Ibunda Permaisuri, Anda berakhir lebih baik daripada
diriku. Paling tidak, Anda tidak bisa melihat pengkhianatan Ayahanda Kaisar
karena Anda sudah meninggal dunia.
Ia tidak mampu melupakan
bagaimana ayahanda kaisarnya membawa begitu banyak selir cantik, silih
berganti, setelah ibunda permaisurinya wafat.
Namun, anak-anak dari para
selir itu semuanya mati akibat kacaunya peperangan.
Shui Ying Lian menghela
napas. Akhirnya, ia tampak terpikirkan sesuatu seraya mendadak menambahkan,
"Ketika ibuku masih hidup, ia pernah bilang padaku tentang Putri Pertama
Kekaisaran, Ning Ru Lan. Ia bilang, ia pernah berjumpa dengan Putri Pertama
Kekaisaran saat ia masih muda."
Su Xi-er jadi
serius. Kalau begitu, ibu Shui Ying Lian berasal dari istana kekaisaran
Nan Zhao?
"Siapa nama
ibumu?"
Shui Ying Lian mengambil
baskom kayunya dan memeganginya di atas kepala. "Lian Xi. Nama
ibuku punya harapan agar ia dapat menemukan seseorang yang akan menghargainya
sepanjang kehidupannya. Ayahku adalah orang pertama yang melakukannya."
(T/N : arti namanya adalah
sesuatu seperti 'menghargai'.)
Lian Xi? Alis tipis Su Xi-er mengerut. Aku tahu
siapa dia. Ia adalah seorang dayang di Istana Ibunda Permaisuri. Namun, dayang
ini menghilang setelahnya.
Aku kira ia sudah mati,
tetapi ternyata ia meninggalkan istana kekaisaran dan menikahi seseorang di Bei
Min. Ibunda Permaisuri pasti membantunya berhasil dalam hal ini. Kalau tidak,
seorang dayang tidak mungkin bisa meninggalkan istana kekaisaran.
"Ibuku bilang bahwa, kulit
Putri Pertama Kekaisaran, Ning Ru Lan, begitu halus dan lembut saat ia masih
kecil, dan sudah jelas dari satu lirikan saja, ia akan menjadi gadis yang
cantik di masa mendatang. Tetapi, ibuku tidak tahu kalau si putri pertama
kekaisaran ini sudah meninggal."
Su Xi-er tidak menyangka
kalau ia akan menerima begitu banyak jawaban hanya dengan menanyakan perihal harum
bunga yang familier. Ibu Shui Ying Lian tadinya adalah seorang dayang
istana di Nan Zhao. Semuanya tampak telah ditakdirkan.
"Aku pasti akan
dihukum oleh ayahku saat ia melihatku begini esok hari. Aku hanya bisa berharap
agar Pangeran Hao mengakhiri amarahnya. Aku masih muda dan kurang bijaksana.
Dengan seberapa agung dirinya, mana mungkin aku menjalin koneksi dengannya dan
merangkak naik?" Shui Ying Lian tersenyum bodoh. Gagasan yang
terpikirkan olehku sudah cukup untuk membuktikan ketololanku.
"Siapa namamu?"
mendadak Shui Ying Lian bertanya.
"Su Xi-er."
"Kau punya nama yang
sangat indah! Sekarang setelah kupikirkan, kecemburuanku padamu terhadap
Pangeran Hao sangat menggelikan. Kita harus mengakhiri permusuhan kita.
Berlutut sepanjang malam bisa dianggap memberikan pencerahan padaku." Shui
Ying Lian memperlihatkan senyumannya, dengan tulus menawarkan perdamaian
setelah mengenyahkan kecemburuannya.
Su Xi-er tersenyum.
Barangkali karena ia mengetahui soal ibu Shui Ying Lian, tetapi ia pun menjadi
lebih bersahabat.
"Su Xi-er, kau adalah
wanita tercantik yang pernah kutemui. Kau tampak sangat cantik ketika kau
tersenyum. Kau harus lebih banyak tersenyum."
Dari kejauhan, kebetulan
Pei Qian Hao mendengar ucapan Shui Ying Lian selagi ia mendekati kedua orang
itu. Tanpa sadar, alhasil, tatapannya tertuju pada bibir Su Xi-er yang
melengkung.
Memang benar, ia harusnya
lebih sering tersenyum.
Shui Ying Lian menyadari
kehadiran Pangeran Hao setelah sembarangan memandangi area sekitar halaman. Ia
langsung menundukkan kepalanya, gemetaran seraya dengan sungguh-sungguh
memegangi baskom kayunya.
"Pangeran ini
menghukum kalian berdua, tetapi aku tidak menyangka kalau diriku sungguh
menghasilkan sepasang saudari baik." Terdengar seakan ia tengah menggoda,
tetapi suaranya sedingin es.
Su Xi-er menundukkan
kepalanya dan menjawab hormat, "Hamba tidak berani."
Ketika Pei Qian Hao
melihat bibir melengkungnya dengan cepat kembali normal, wajahnya menggelap.
"Angkat dengan sungguh-sungguh. Tanpa adanya perintah Pangeran ini, kalian
tidak boleh bangun."
"Hamba mematuhi
perintah."
Mendengar suaranya yang
tanpa emosi itu, Pei Qian Hao sedikit tidak senang. Ia bahkan tidak
tahu bagaimana caranya memohon ampun.
Ia memerhatikan Su Xi-er dalam diam, sementara itu di sampingnya, tubuh Shui Ying Lian gemetaran tiada henti.
0 comments:
Posting Komentar