Minggu, 30 Mei 2021

CTF - Chapter 88

 Consort of A Thousand Faces

Chapter 88 : Cambuk


Shui Ying Lian gemetaran hebat sampai-sampai baskom kayunya jatuh ke tanah, menyebabkan bunyi clang memekakkan telinga di malam yang tadinya sunyi senyap ini.

Shui Ying Lian langsung bersimpuh di tanah dan memohon dengan suara mengigil, mengabaikan air dingin yang meresap ke dalam rambutnya. "Pangeran Hao, mohon ampuni aku ...." Suaranya lenyap.

Pei Qian Hao memandangi Shui Ying Lian yang bergetar tak terkendali dan membandingkannya dengan Su Xi-er. Sementara wanita lain memohon pengampunan setelah melakukan kesalahan, ia ....

Tatapan Pei Qian Hao menjadi lebih dingin lagi. "Karena kau suka bersimpuh di tanah, akan baik bagimu terus melakukannya sampai siang hari besok."

Shui Ying Lian segera menjawab, "Hamba mematuhi perintah." Kemudian, ia semakin menekankan tubuhnya di lantai hingga seluruh wajahnya menempel di atas lantai, menyebabkan rambutnya dikotori oleh debu di tanah.

Tidak mempedulikan fakta bahwa pakaian Shui Ying Lian basah kuyup, suhu dingin di tengah malam sudah cukup memastikan ia akan jatuh sakit jika terus dipaksa berbaring di sana sampai siang hari. Jikalau aku tidak mengetahui hubungan ibunya dengan Ibunda Permaisuri, aku masih bisa membiarkan diriku menonton tanpa perasaan. Namun, ia tetaplah keturunan Nan Zhao.

Oleh karenanya, Su Xi-er menengadah. "Pangeran Hao, mengapa seseorang dengan kedudukan seperti Anda, mempersulit seorang wanita lemah? Ia menjatuhkan baskom kayunya karena ia ketakutan, hamba harap agar Anda dapat bermurah hati dan melepaskannya, Pangeran Hao."

Setelah selama ini, ia hanya menengahi demi wanita lain.

Mata Pei Qian Hao diliputi aura dingin. "Pangeran ini tidak tahu apa itu 'murah hati'. Kata itu tidak ada hubungannya dengan Pangeran ini." Setelahnya, ia berbalik dan bersiap pergi.

Namun, sebelum ia bisa menjauh, ujung pakaiannya ditarik kuat oleh tangan kecil saat suara lembut seorang wanita terdengar. "Pangeran Hao, lepaskanlah dia. Hamba adalah akar masalahnya."

Pei Qian Hao merendahkan kepalanya dan menatap ke bawah ke arahnya, melihat wajahnya dipenuhi dengan ketulusan. "Bukankah kau berniat mengerjainya? Apa, sekarang kau menyesalinya?"

Ketika Shui Ying Lian mendengarkan kata 'mengerjai', tubuh gemetarannya bergetar bahkan lebih kuat lagi. Wanita ini lumayan baik. Ia tidak tertarik pada Pangeran Hao juga, jadi mana mungkin ia mengerjaiku?

"Pangeran Hao, Anda salah paham. Hamba tidak mengerjainya." Su Xi-er hanya melihat harapan di mata Shui Ying Lian dan hanya melakukan itu karena ia kesal direcoki terus-terusan olehnya.

Selain itu, Pei Qian Hao memperlakukanku dengan cara seperti itu. Tak bisa dipungkiri lagi, aku ingin mengerjainya. Terus terang saja, orang yang benar-benar ingin 'dikerjai' olehnya adalah Pei Qian Hao.

"Kalau begitu, orang yang kau kerjai bukan dirinya, melainkan Pangeran ini?"

Nada membekunya bergema di malam hari, menyebabkan si Shui Ying Lian yang masih menggigil, sekali lagi tersentak kecil.

Karena sudah sampai sejauh ini, Su Xi-er memutuskan untuk menguatkan saja hatinya. "Pangeran Hao, karena Anda sudah jelas akan kenyataan ini, hamba tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Anda bisa menghukum hamba."

Mata Shui Ying Lian langsung melebar, sementara melupakan tentang Pei Qian Hao selagi ia mengangkat kepalanya, tercengang menatap Su Xi-er. Ia sungguh mengakui mengerjai Pangeran Hao! Berdasarkan seberapa berbahayanya Pangeran Hao, ia pasti tidak akan mengampuni Su Xi-er.

"Kau mengakuinya dengan jelas bahwa kau mengerjai Pangeran ini. Apakah kau paham apa harganya?" Pei Qian Hao mengibaskan ujung lengan jubahnya, melepaskan tangan Su Xi-er yang menggenggamnya.

"Tentu saja, aku memahaminya," ucap Su Xi-er.

Pei Qian Hao berjongkok dan menatap lurus di matanya dengan wajah iblisnya. "Sesuai harapanmu, aku akan menghukummu, bukan dirinya." Ia pun bangkit berdiri dan melambaikan tangannya pada Shui Ying Lian, menginstruksikan, "Mundurlah."

Shui Ying Lian ingin mengutarakan sesuatu, tetapi terlalu ketakutan akan tatapan dingin yang dilancarkan Pei Qian Hao padanya, sehingga ia tak lagi berani mengatakan apa pun.

Pada akhirnya, ia hanya bisa memberi tatapan tak berdaya pada Su Xi-er sebelum cepat-cepat kabur ke arah mana saja yang ditemukannya. Mungkin, hanya seorang dayang pribadi saja yang mampu menghadapi aura keras Pangeran Hao.

***

"Katakan, bagaimana Pangeran ini harus menghukummu? Kau begitu cantik. Pangeran ini tidak tega membuat wajahmu itu jadi jelek." Tatapan Pei Qian Hao tertuju pada Su Xi-er sementara suaranya jadi semakin rendah dan pelan.

"Hamba akan menerima hukuman apa saja. Tetapi ... hamba tidak ingin dipaksa membuka pakaianku lagi." Su Xi-er mengangkat kepalanya dan memandang lurus ke arahnya. Ia merasa bahwa sangat perlu baginya untuk menekankan bagian tersebut.

Pei Qian Hao tertawa. "Pangeran ini sudah melihatnya hari ini, jadi, aku tidak akan melihatnya untuk kedua kalinya. Hanya saja, Pangeran ini tidak terpikirkan bagaimana caranya aku harus menghukummu. Beritahu aku, mengapa kau mengerjai Pangeran ini? Jika kau memberikan penjelasan yang memuaskan, barangkali hukumanmu bisa lebih ringan."

"Pangeran Hao, apakah Anda tidak memahami apa hal terpenting bagi seorang wanita?"

Pei Qian Hao menatap mata berbinar tiada hentinya yang tampak seolah menari di dalam cahaya bulan. Ia mengenakan ekspresi tulus untuk menanyainya apakah yang terpenting bagi seorang wanita.

Su Xi-er tidak menunggunya menjawab sebelum melanjutkan. "Pangeran Hao, Anda mungkin akan menjawab penampilan, tetapi apa yang ingin hamba beritahukan pada Anda adalah kesucian. Setiap wanita, tak peduli apa status mereka, menyembunyikan pemikiran untuk menikahi seseorang."

Ucapannya hanya setengah jujur, meskipun baginya, ia hanya mengerjainya untuk membalas pria itu. Semua orang punya martabatnya masing-masing, tetapi, apabila ia berbicara perihal martabat dengan Pei Qian Hao, apa yang didapatkan olehnya sebagai balasan, mungkin adalah cibiran penuh penghinaan.

Martabat macam apa yang dimiliki seorang dayang untuk dibicarakan di hadapan Pei Qian Hao?

"Maksudmu adalah, karena Pangeran ini sudah melihat dirimu seutuhnya, aku harus bertanggung jawab dan menikahimu? Ternyata, inilah rencanamu."

"Hamba tidak akan berani, Pangeran Hao. Anda boleh memukuli dan mencerca hamba, tetapi Anda tidak boleh bercanda denganku, mengabaikan perbedaan di antara pria dan wanita, melampaui status Anda dan melakukan hal yang buruk terhadap hamba."

Nada bicaranya datar, tetapi perkataannya sangat kurang ajar! Pendeknya, ia memberitahu pria itu, "Dengan status agung dan berkuasamu, kau harus berhenti bertingkah seperti seorang buaya darat!"

Suara Pei Qian Hao dalam dan rendah bersamaan dengan adanya sekelebat kilau berbahaya terpancar di matanya. "Hal buruk? Tak ada seorang pun yang mengucapkan kata-kata ini pada Pangeran ini sebelumnya. Su Xi-er, kali ini, kau sudah melewati batas."

Kemudian, ia tertawa kecil dan mengibaskan ujung lengan jubahnya sebelum menghilang di kejauhan.

Su Xi-er memandangi baskom kayu di sebelahnya. Apakah ia benar-benar akan melepaskanku begitu saja?

Harapan itu langsung pupus saat seorang pengawal berjalan mendekat dengan sebuah cambuk di tangannya.

Berhenti di hadapan Su Xi-er, si pengawal menangkupkan tangannya dan berkata seraya meminta maaf, "Aku adalah pengawal kekaisaran dari Kediaman Pangeran Hao. Menyampaikan titah lisan Pangeran Hao, Su Xi-er menyinggung majikannya dan harus dicambuk sebanyak dua puluh kali sebagai bentuk pendisiplinannya."

Tak sampai sedetik setelahnya, cambuk itu terangkat dan menyerang punggung Su Xi-er dengan ganas.

Su Xi-er tanpa ekspresi. Tak ada artinya. Rasa sakit semacam ini bahkan tak akan bisa dibandingkan dengan apa yang telah kulalui. Cambuk yang mendarat padanya hanya terasa bagaikan gerimis belaka.

Keheranan dan keterkejutan terpatri di mata si pengawal, merasa kalau ia tengah menyaksikan sesuatu yang tak terjelaskan. Seorang wanita normal sudah pasti akan pingsan di tanah hanya dalam sepuluh kali cambukan. Aku sudah mencambuknya lebih dari sepuluh kali, tetapi ia tetap tak bergerak seinci pun.

Hati si pengawal pun melembut dan tak sanggup lagi melanjutkannya. Tak adanya reaksi sama sekali, menunjukkan kalau wanita ini sudah terbiasa dengan hukuman semacam ini. Seorang wanita yang terbiasa dicambuk pasti menderita banyak sekali kesukaran.

Tanpa sadar, ia mulai memelankan cambukannya, tetapi ketika ia teringat akan ekspresi serta nada bicara Pangeran Hao saat menurunkan titah, seluruh tubuh pengawal itu pun gemetaran.

Oleh karena itu, si pengawal hanya bisa menggertakkan giginya dan menambah kekuatannya di tiga cambukan terakhir.

Srekk! 

Bagian belakang gaunnya sobek, memperlihatkan kulit yang terkoyak dan darah segar yang perlahan-lahan mengalir turun.

Si pengawal menggulung kembali cambuknya dan menangkupkan tangannya lagi. Nada suaranya dipenuhi rasa bersalah. "Maafkan aku. Aku menjalankan perintah. Jangan menyalahkanku."

Su Xi-er menggigit bibirnya yang pucat pasi dan mendadak tersenyum. "Kenapa aku harus menyalahkanmu? Kau harus pergi."

Aku sendiri yang menyebabkannya. Aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Hanya demi secuil martabat itu, aku berlagak, sampai-sampai mengerjai pria hebat dan berkuasa itu.

Dua puluh kali cambukan bisa dianggap sebagai hukuman ringan.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar