Minggu, 30 Mei 2021

CTF - Chapter 90

 Consort of A Thousand Faces

Chapter 90 : Bertanya Dengan Berani


Tuan Shui berdiri di luar pintu. Tidak jelas akan situasi di dalam, ia jadi gelisah saat memikirkan kalau putrinya entah bagaimana telah memprovokasi Pangeran Hao.

Sungguh lelucon yang besar sekali jadinya. Sampai-sampai, tabib diundang ke Kantor Pemerintahan Provinsi. Jika aku tidak membawa putriku kemari, aku tidak akan mengetahuinya sama sekali.

Keringat dingin mengalir menuruni tangannya selagi Tuan Shui merenungi situasinya. Memperhatikan putrinya yang lesu dari sudut matanya, ia berbalik untuk memarahinya dengan suara tegas. "Saat kau berjumpa dengan Pangeran Hao nanti, kau tidak boleh mengangkat kepalamu. Berlutut dan terus menyembah. Gadis keterlaluan. Kau terus saja membuat masalah untukku. Apabila Pangeran Hao ingin nyawamu sebagai hukumannya, bagaimana aku akan menghadapi mendiang ibumu?!"

Sedikit demi sedikit, Shui Ying Lian pun tersadar. Ia tak lagi merasa kebingungan maupun ketakutan, sebaliknya, justru tersenyum. "Semua orang punya hal yang mereka pedulikan. Begitu pula dengan Pangeran Hao. Hanya saja, aku tidak menyangka, tidak ...."

"Ada apa? Kenapa kau tampak gundah, seolah kau sudah kehilangan rohmu?" Ketika Tuan Shui mencemaskan putrinya setelah melihat putrinya dalam keadaan begini, ia mengangkat tangan, merasakan keningnya.

Shui Ying Lian menolehkan kepalanya dan menghindari tangannya. "Ayah, baju yang kupakai ini milik dayang pribadi Pangeran Hao. Aku bertukar pakaian dengannya dan menyamar menjadi dirinya saat aku membawakan air ke dalam kamar. Aku ketahuan oleh Pangeran Hao dan hampir saja dihukum, tetapi dayang pribadinya menggantikanku menerima hukumannya. Tabib ini pasti diundang kemari oleh Pangeran Hao untuk mengobati dayang pribadinya."

Rentetan kejadian ini membuat Tuan Shui tercengang. Dayang pribadinya adalah wanita itu! Mengundang seorang tabib untuk mengobatinya di malam yang sama, takutnya, ia bukan hanya dayang pribadi biasa, bukan?

"Ayah, mari tunggu di sini dengan tenang. Aku akan berinisiatif mengakui kesalahanku ketika Pangeran Hao muncul. Nantinya, aku tidak akan melakukan hal-hal yang sok pemberani lagi." Shui Ying Lian menyatakan perlahan. Dibandingkan dengan Su Xi-er, aku sama sekali bukan pemberani.

"Aku mengerjaimu. Aku akan membiarkanmu menghukumku sesukamu." Berapa banyak wanita di dunia ini yang cukup berani untuk mengutarakan hal semacam itu pada pria terkuat di Bei Min?

***

Tidak jelas berapa lama mereka menanti hingga tabib akhirnya keluar sembari memegangi kotak obatnya. Ia dibawa keluar Kantor Pemerintahan Provinsi oleh pengawal kekaisaran dari Kediaman Pangeran Hao.

Tuan Shui langsung mengejar mereka. "Pangeran kalian ...."

Si pengawal segera melambaikan tangannya. "Bicara pelan-pelan. Yang Mulia sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Apakah kau mencari mati dengan meminta bertemu dengannya sekarang juga?" Kemudian, ia mengulurkan tangan ke depan, dan membimbing si tabib maju.

Untuk sesaat, Tuan Shui tak tahu apa yang harus diperbuat. Haruskah kita pergi atau tetap tinggal?

"Ayah, kau harus meninggalkanku. Aku akan terus menunggu di sini. Bagaimana bisa putrimu membiarkan seorang dayang menerima hukuman untuk kesalahanku sendiri?" Shui Ying Lian berlutut di depan pintu, masih mengenakan seragam abu-abu kasar.

Setelah kabur dan kembali ke kamarnya, ia terus merenunginya dengan serius. Tak pernah sekali pun terlintas dalam benaknya, dengan watak Pangeran Hao, ia akan melepaskan Su Xi-er semudah itu? Membuat Su Xi-er menanggung hukuman atas perbuatannya, rasa bersalah Shui Ying Lian pun semakin dalam.

Itulah mengapa ia kemari. Ayahnya kebetulan menemukannya dalam keadaan seperti ini sementara ia menuju kemari dan memutuskan untuk ikut bersama karena ia mengkhawatirkan dirinya.

Namun, saat mereka tiba, Shui Ying Lian menyadari bahwa perlakuan Pangeran Hao terhadap Su Xi-er tidak mirip seperti perlakuan seorang majikan terhadap pelayannya.

***

Di dalam kamar, Pei Qian Hao menatap Su Xi-er, terbayang-bayang akan ucapan si tabib. "Ia terlalu banyak merenung dan ada begitu banyak hal yang membebani pikirannya. Ini mungkin disebabkan oleh pengalaman masa lalunya, hingga membuatnya bermimpi buruk, walau ini juga agak aneh. Dengan usia semuda ini, bagaimana bisa ia punya banyak hal untuk direnungi?"

Tabib itu telah memberikan obatnya. Ia akan sembuh dalam tiga hari jika ia meminum semangkuk obat setiap harinya. Saat ia pergi, tampang keheranan masih terukir di wajah si tabib.

Pei Qian Hao pun sama bingungnya. Terlalu banyak merenung dan ada begitu banyak hal yang membebani pikirannya. Apa sebenarnya yang ia sembunyikan hingga membutuhkan begitu banyak tenaga untuk terus memikirkannya?

Apa sebenarnya yang terjadi padanya?

Alisnya agak berkerut, Pei Qian Hao mengambil obat dan berjalan keluar kamar, bersiap menginstruksikan pengawal untuk merebus obatnya.

Akan tetapi, ia disambut oleh pemandangan si Hakim Provinsi beserta putrinya yang sedang berlutut di lantai segera setelah ia melangkah keluar dari kamar.

Saat Tuan Shui melihat Pangeran Hao, ia langsung menyembah. "Pangeran Hao, putri hamba masih sangat muda dan tidak tahu peraturan. Aku harap ...."

Sebelum ia selesai, Pei Qian Hao melambaikan tangannya. "Karena seseorang telah menerima hukuman menggantikannya, tentu saja Pangeran ini tidak akan menghukum putrimu lagi. Kau tidak perlu mengungkit masalah ini lebih jauh."

Tiba-tiba saja, Shui Ying Lian mengangkat kepala dan menghadapi aura menekan Pei Qian Hao seraya mengambil risiko untuk bertanya, "Pangeran Hao, mengapa Anda menghukum Su Xi-er jika Anda peduli padanya? Pertama-tama menghukumnya, kemudian mengundang tabib, apakah ini gaya Anda dalam menangani masalah?"

Mata Tuan Shui melebar, terkejut akan apa yang didengarnya. Ada apa dengan putriku! Ia sungguh berbicara seperti itu!

Tatapan sedingin es Pei Qian Hao tertuju pada Shui Ying Lian. "Saat Pangeran ini menghukumnya, kau melarikan diri. Sekarang, kau berbalik dan berlutut untuk membiarkan Pangeran ini menghukummu lagi. Apakah ini adalah orang yang berada di peringkat ketiga pada Ujian Kekaisaran dulu, dan putri yang dididik oleh Tuan Shui?"

(T/N : kandidat yang berada di peringkat ketiga ujian ini disebut 'Tan Hua'. Ujian Kekaisaran adalah satu jenis ujian pemerintahan.)

Tubuh Tuan Shui gemetaran. Ia mengangkat tangan dan menampar putrinya. "Cukup, kembali sekarang! Menghadap ke tembok dan pikirkan tentang kesalahanmu. Kau tidak boleh meninggalkan kamarmu."

"Tuan Shui, Pangeran ini tidak akan mencampuri urusan keluargamu. Hanya saja, kau harus menghabiskan lebih banyak usaha dalam membimbing putrimu," Pei Qian Hao memperingatkan dingin sebelum berjalan maju.

***

Di dalam ruang mendidihkan air, pengawal mengikuti instruksi Pangeran Hao agar merebus obat yang telah diserahkan padanya.

"Rebus selama enam jam. Setelah selesai, segera bawakan ke sana."

Si pengawal tidak jelas tentang situasinya dan bertanya cemas, "Yang Mulia, apakah Anda sakit?"

"Kau tidak perlu banyak bertanya. Cukup antarkan saja."

Mendengar instruksinya, si pengawal langsung memendam rasa penasarannya dan dengan sungguh-sungguh merebuskan obatnya.

***

Ketika Pei Qian Hao kembali ke kamar, ia menyadari kalau ranjang di kamar dalam sudah digunakan Su Xi-er. Ketimbang menuju kamar samping untuk tidur, ia malah memilih duduk di atas sebuah bangku kayu di sebelah ranjang. Menopang kepalanya dengan satu tangan, ia memandangi wanita yang tengah tertidur pulas di hadapannya.

Hujan di luar sana sudah lama berhenti, dan angin malam pun sudah melemah.

Enam jam kemudian, pengawal mengantarkan obatnya ke sana, menyerahkannya pada Pei Qian Hao, yang kemudian meletakkannya di atas meja di kamar dalam.

Ia menyentuh mangkuknya. Masih agak panas. Baru bisa diminum beberapa saat lagi.

Pei Qian Hao melipat tangannya. Saat ia menyadari apa yang telah diperbuatnya, ia mengernyitkan alisnya. Kondisinya sekarang ini adalah buah dari tindakannya sendiri. Atas alasan apa aku harus bersikap begitu baik padanya? Aku membawanya kemari untuk melayaniku; Kenapa malah aku yang melayaninya?

Ekspresi Pei Qian Hao berubah dingin. Tanpa mempedulikan semangkuk obat di atas meja, ia bersiap meninggalkan kamar.

Sebelum ia melangkah keluar, ia mendengarkan erangan kesakitan dan mau tak mau, berbalik untuk memeriksanya. Apa yang menyambutnya adalah pemandangan dari bibir pucat gadis itu yang terbuka dan menutup seraya terus saja menggumamkan kata 'Yun'.

'Yun'. Siapa sebenarnya itu?

Mata Pei Qian Hao pun jadi dalam. Akhirnya, ia mengangkat mangkuk obatnya dan menuju ke sisi Su Xi-er, menjepit philtrumnya untuk membangunkannya.

(T/N : philtrum adalah area berlekuk di antara hidung dengan bibir atas.)

Su Xi-er membuka matanya dan memanggil pelan, "Pangeran Hao."

Suara lembut dan penampilan rentannya mempengaruhi hati orang, menyalakan rasa sayang tersendiri.

Pei Qian Hao meniup obatnya sementara suaranya terdengar tenang. "Minum pelan-pelan. Hati-hati melepuh."

Su Xi-er mengerutkan alisnya. Ia paling benci minum obat, tetapi dengan kondisi tubuhnya saat ini, ia tak punya banyak pilihan.

Oleh karenanya, ia membuka mulut mungilnya dan mulai minum perlahan.

Dibutuhkan waktu satu jam untuk menghabiskan semangkuk obat. Di saat bagian bawah mangkuknya terlihat, alis ramping Su Xi-er sudah melengkung, berkerut jadi satu garis.

"Kalau kau tidak ingin minum obat, bertingkah lebih baiklah. Kalau kau tidak keras kepala, Pangeran ini tidak akan menghukummu."

Su Xi-er setengah bersandar di tiang ranjang. Ia memerhatikan cahaya lilin dalam diam dan tidak merespon.

"Su Xi-er, apakah kau sudah sadar sekarang?" Pei Qian Hao berdiri di depan ranjang dengan ekspresi serius.

"Sudah." Mana mungkin aku tidak tersadar setelah meminum semangkuk obat pahit?

"Biarkan Pangeran ini bertanya padamu, pengalaman pahit apa yang pernah kau alami sebelumnya? Dan siapa pula Yun itu?"

Khawatir kalau suasana hatinya terdeteksi, Su Xi-er segera menundukkan kepalanya. Apakah aku mengatakan sesuatu yang tak semestinya ketika aku sedang tidak sadar?

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar