Jumat, 28 Mei 2021

CTF - Chapter 86

 Consort of A Thousand Faces

Chapter 86 : Ia Dihukum


Pei Qian Hao langsung menuju ruang mendidihkan air. Bertukar pakaian dan membiarkan wanita lain membawakan air ke dalam kamarku; jika aku tidak menyadarinya dan melepaskan pakaianku, bukankah tubuhku akan dilihat oleh wanita lain?

Aura menekan pun mulai meliputi Pei Qian Hao sementara pemikiran ini terlintas dalam benaknya, membuat atmosfer sekitar terasa mandek.

Namun, setelah membuka pintu yang tertutup rapat itu, tak ada satu nyawa pun yang terlihat saat Pei Qian Hao masuk.

Kalau ia tidak berada di ruang mendidihkan air, kemana ia pergi? Apakah ia bersembunyi karena ia sadar akan kesalahannya? Pei Qian Hao mendengus dingin sebelum berjalan keluar ruangan. Tak peduli dimana pun dirimu, Pangeran ini akan mencarimu dan menghukummu dengan berat!

***

Su Xi-er sekarang ini tengah berjalan-jalan di taman belakang Kantor Pemerintahan Provinsi, mengenakan gaun kuning terang itu. Kecemerlangan bulan terpantul dengan lembut pada dirinya, menciptakan ilusi lingkaran cahaya keperakan yang mengerubungi si dewi.

Namun, ekspresi bertentangan di matanya disertai dengan alisnya yang tertaut, membuat orang sadar, bahwa 'dewi' pun punya kegelisahan.

Su Xi-er sedang mencari sejenis bunga yang dikenali aromanya sebelum ini. Hanya Nan Zhao yang punya jenis bunga seperti ini, tetapi aku tidak bisa menemukannya meskipun telah mengikuti aromanya kemari.

Kebetulan di situasi inilah Pei Qian Hao menemukannya. Ini pertama kalinya ia melihat Su Xi-er dengan apa pun selain pakaian berbahan kain kasar yang biasa dikenakannya. Sanggul rambutnya juga tidak begitu melilit lagi, dengan beberapa helaian yang terikat di bagian belakang kepala berbentuk beberapa lingkaran, sementara sisanya tergerai bebas di bahunya.

Dengan cahaya bulan yang menyinari wajahnya, matanya jadi semakin memikat.

Diam-diam Pei Qian Hao berjalan mendekat tanpa mengutarakan sepatah kata pun. Hanya ketika ia mencapai sisi Su Xi-er, barulah gadis ini menyadari kehadirannya.

Lalu, Su Xi-er pun membungkuk selagi ia menyapanya dengan santai. "Pelayan ini memberi hormat pada Pangeran Hao."

Nada suaranya tenang, seakan ia sudah lama menantikan kedatangannya.

Mata Pei Qian Hao agak menyipit. "Pelayan ini? Pangeran ini tidak bisa melihat sisi mana pun yang mirip seorang pelayan dari dirimu."

"Pangeran Hao, segala sesuatu terjadi ada alasannya. Hamba melihat kalau Nona Muda Keluarga Shui penuh gairah, memohon kepada hamba agar membiarkannya membawakan air panas untuk Anda."

"Penuh gairah?" Mau tak mau, Pei Qian Hao pun mendengus dingin. Setelahnya, ia melingkarkan tangan kanannya di sekitar pinggang Su Xi-er dan memandanginya lekat. "Karena kau sudah menyaksikan tampang yang begitu bergairah dan penuh harap dari wanita lain, paling tidak, kau pun harus mempelajarinya."

Su Xi-er memandanginya dengan cara yang tenang. Ia ingin agar aku bergairah padanya seperti halnya Shui Ying Lian. Namun, kata 'penuh gairah' tak lagi ada hubungannya denganku.

"Hamba tidak bisa melakukan itu." Kata-kata itu perlahan membuat bibir merah mudanya terbuka.

Mungkin, karena cahaya bulan yang menggelitik, mungkin juga karena pakaiannya yang berbeda malam itu, atau bisa jadi karena aura menyendiri dan arogannya, tetapi napas Pei Qian Hao tercekat sesaat sementara tatapannya mendalam.

Aura di sekitar kedua orang itu tampak membeku sewaktu bibirnya mendekati bibir Su Xi-er. Tepat saat mereka akan saling bersentuhan, harum dari bunga tertentu menguar melewati hidung Su Xi-er, menyebabkannya tiba-tiba saja mendorong Pei Qian Hao dengan kedua tangannya.

Ia berbalik dan mengikuti harumnya bunga itu, benar-benar tidak mempedulikan si orang tertentu, yang kini sudah berwajah suram.

Su Xi-er memeriksa sekelilingnya. Semestinya ada di sekitar sini. Dengan pemikiran itu, ia bersiap berjalan masuk ke dalam taman.

Namun, sebelum ia bisa melangkah, ia sudah ditarik kembali oleh Pei Qian Hao. "Apa yang sedang kau cari?"

"Sejenis bunga. Ibu hamba sering memetikkannya untukku saat aku masih kecil." Kemudian, ia mencoba melepaskan diri.

Ketimbang melepaskannya, Pei Qian Hao malah mencengkeram pergelangan tangannya semakin kuat. "Beberapa bunga di taman ini punya duri bunga di batang mereka. Kalau kau masuk secara sembrono begini, bisa-bisa kau berakhir termutilasi."

Mana mungkin aku bisa termutilasi? Ia hanya ingin menakutiku.

Su Xi-er memandangi tamannya. Aroma bunganya jelas-jelas terpancar dari sini.

"Bunga apa yang sedang kau cari? Apa namanya?"

Su Xi-er menatapnya dan menjawab pelan, "Sekuntum bunga kuning dengan bentuk bintang. Namanya ... ibuku menamainya dengan 'Wei Yi'."

(T/N : artinya adalah satu-satunya.)

"Wei Yi?" Pei Qian Hao balik bertanya. Tidak ada bunga dengan nama ini, tetapi aku tahu sejenis bunga yang berwarna kuning dan berbentuk bintang.

"Jenis bunga ini ...." Su Xi-er berhenti. Jika aku memberitahu nama bunganya, aku akan menimbulkan kecurigaan Pangeran Hao karena bunga ini hanya ada di Nan Zhao.

"Bunga Ling Rui. Bunga asli Nan Zhao, dan tak akan bertahan hidup di luar tanah aslinya. Jika kau ingin melihatnya, Pangeran ini akan membawamu ke sana setelah kita tiba di Nan Zhao."

(T/N : bunga fiksi karangan di novel ini.)

Su Xi-er tersenyum pahit. Benar. Bagaimana aku bisa melupakan poin ini? Bukankah Ibu menamainya 'Wei Yi', justru karena bunga ini tak akan mampu bertahan hidup apabila meninggalkan Nan Zhao dan ditanam di kerajaan lain?

Mungkin, dikarenakan mereka kian dekat dengan Nan Zhao, sehingga emosinya berubah menjadi igauan.

"Ada yang tidak beres denganmu malam ini," Pei Qian Hao berkomentar percaya diri sementara ia mengamati ekspresinya.

Su Xi-er mendongak, memandanginya. "Nona Muda Keluarga Shui cocok sebagai seorang gadis cantik. Apakah Anda tidak akan mempertimbangkan untuk membawanya, Pangeran Hao?"

Mengubah topik perbincangan adalah cara yang terbaik.

Pei Qian Hao tertawa kecil. "Apa yang kau katakan itu benar. Ia ceria dan cantik, dan memenuhi syarat untuk masuk Istana Kecantikan. Hanya saja, tidak semestinya ia mengenakan pakaianmu."

"Biarkan Pangeran ini bertanya padamu, apakah kau yang terpikirkan ide bertukar pakaian?"

"Pangeran Hao, apa gunanya mengajukan pertanyaan yang telah Anda ketahui jawabannya?"

Suara Pei Qian Hao pun sedikit demi sedikit berubah sedingin es. "Apakah kau merasa kalau Pangeran ini sudah terlalu baik hati? Bertingkah kurang ajar, apakah kau seyakin itu kalau Pangeran ini tidak akan berani menghukummu?"

Walaupun ia tidak tahu mengapa, Su Xi-er memang meyakini fakta itu. Paling tidak, ia tidak akan melakukannya untuk sekarang. Meski ia menghukumku, ia tak akan mencabut nyawaku.

Tidak ada dasar logika untuk asumsi ini; betul-betul hanya intuisinya semata.

"Angkat baskom kayu dan berlutut dengan Nona Muda Keluarga Shui di halaman. Kau tidak diizinkan untuk bangun," Pei Qian Hao menginstruksikan dingin sebelum mengibaskan lengan jubahnya dengan paksa selagi ia pergi.

Su Xi-er memandangi sosok yang menjauh ini, kemudian memandangi tamannya. Harum bunganya benar-benar hilang. Mungkin aku bisa menanyai Shui Ying Lian mengapa ada jenis bunga yang beraroma mirip sekali dengan Ling Rui?

***

Setelah ia terlepas dari pandangan, Pei Qian Hao tidak kembali ke kamarnya, tetapi malah berdiri di samping hutan di halaman. Adegan dari malam itu perlahan-lahan muncul dalam benaknya. Aku mabuk malam itu. Setelah aku berjalan ke dalam hutan sebelah Istana Samping, aku dibuat pingsan oleh wanita yang tidak jelas.

Ia tidak melihat penampilan wanita itu dengan jelas, tetapi dari interaksinya bersama Su Xi-er setelah itu, ia yakin wanita itu adalah dirinya.

Di istana kekaisaran, ia mengetahui kalau wanita ini patuh pada beberapa kesempatan, sementara menjadi pemberani secara mengejutkan di kesempatan lainnya. Ia membedakan dirinya dari orang banyak. Setelah memerintahkan orang membawanya kemari, reaksinya juga, sekali lagi, sungguh diluar dugaannya.

Aku sengaja mempersulitnya di dalam kamar, dan ia membalaskan tindakan itu dengan kelicikan yang cerdas, dan hampir mengirimkanku sebuah 'kejutan yang menyenangkan'.

Namun, semua ini tidak sebanding dengan tingkahnya di samping taman tadi. Ekspresinya berwibawa. Apabila bunga yang dicarinya adalah Ling Rui, maka itu artinya ia bukanlah rakyat Bei Min dan ibunya mungkin adalah rakyat Nan Zhao.

Kalau ia adalah keturunan Nan Zhao, istana kekaisaran Bei Min tidak akan membiarkannya sebagai seorang dayang, di Istana Samping sekali pun.

Untuk sesaat, identitas Su Xi-er menjadi teka-teki, menyebabkan Pei Qian Hao mengerutkan alisnya tanpa sadar.

Hanya setelah ia selesai berpikir, barulah ia menyadari bahwa sesungguhnya, ia menghabiskan begitu banyak waktu memikirkannya. Tidak ada seorang pun wanita yang membuatku seperti ini.

Mata Pei Qian Hao agak menyipit. Pengalaman baru tiba-tiba seperti ini, kembali mengembuskan warna ke dalam kehidupannya selama beberapa waktu ini.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar