Ten Miles of Peach Blossoms
Epilog
Sumber :
Belakangan ini, A Li merasa agak melankolis.Ibunya sedang mengandung
bayi kecil, jadi ia berkonsentrasi menjaga kesehatannya. Saat ia pergi ke kamar
tidur ibunya, ia masih tertidur pulas.
Belakangan ini,
Ayahandanya tidak seperti sebelumnya, membiarkannya melakukan apa pun yang
diinginkannya, selalu saja menekannya untuk mengerjakan PR dan menceramahinya,
mengatakan kalau ia akan segera menjadi kakak.
Oleh karena itu, ia harus
memberikan contoh yang baik bagi adik lelaki atau perempuannya di masa
mendatang. Bahkan, si baik dan pengertian Cheng Yu, sudah dibawa pergi Kakek
Ketiga ke gunung para makhluk abadi, Fang Hu Xian Shan, di dunia manusia untuk
memberikan khotbah, hasilnya, ia tidak punya seseorang untuk mencurahkan
masalahnya.
Buntalan Kecil merasa tidak
puas dengan kehidupannya sebagai cicit lelaki Tian Jun.
Ia sudah mempertimbangkan
sekian lama dan memutuskan untuk kabur dari rumah. Karena itu, ia mengepak satu
buntalan kecil, membawa dua stel pakaian dan juga tiga buah persik yang belum
lama dipetik dari kebun persik abadi, untuk dimakan di perjalanan.
Ia membawa tas punggung
kecilnya dan pergi ke Gerbang Selatan Langit. Tiba-tiba saja, ia
bertanya-tanya, setelah melarikan diri dari rumah, kapan lagi ia akan pulang ke
rumah, jadi sebelum pergi, akan lebih baik mengunjungi ibunya untuk terakhir
kalinya.
Ia berjalan perlahan
menuju bagian luar kamar tidur ibunya.
Sayangnya, pintu masuk
utama dijaga oleh beberapa dewa. Hal seperti kabur dari rumah semestinya
menjadi urusan rahasia, tidak pantas untuk membesar-besarkannya.
Ia menyentuh dadanya,
berpikir sejenak, memutari tempat itu, berjalan menuju jendela, memutuskan
untuk memanjati jendela demi melihat ibunya secara diam-diam.
Ia berada di dekat
jendela, telinga kecilnya mendengar seseorang sedang berbicara di dalam istana
itu. Suara dalam dan rendah itu milik Ayahandanya, yang bernada malas-malasan
itu milik ibunya.
Ibunya berkata: “Ai, Ai,
barusan ini, si kecil di perutku menendangku, apakah kau ingin menyentuhnya?”
Ayahandanya gembira dan
berkata: “Baru berusia tujuh bulan, biasanya masih belum sepenuhnya tumbuh,
jadi bagaimana mungkin bayi itu bisa bergerak, saat kau mengandung A Li, apakah
ia juga seperti itu?”
Saat Buntalan Kecil
mendengar namanya disebut-sebut, ia menajamkan telinganya.
Ibunya berkata: “A Li
berperilaku sangat baik, tidak seperti yang satu ini di dalam perutku. Aku
ingat, Buntalan Kecil baru mulai bergerak setelah lebih dari dua tahun. Sebelum
itu, ia hanya seperti sebutir telur yang tertidur dalam perutku, aku merasa
sangat santai. Omong-omong, aku belum melihat Buntalan Kecil selama beberapa
hari. Aku punya kabar baik untuknya, setelah mendengarkannya, ia pasti akan
sangat senang.”
Hati A Li melonjak
kegirangan hingga ia hampir saja ingin memanjati jendela dan melompat ke dalam,
tetapi ia menahan dirinya.
Ayahandanya bertanya:
“Kabar baik?”
Ibunya segera berkata:
“Sebuah kabar baik sebesar langit, Buntalan Kecil hanya dipanggil A Li, ia
masih muda, jadi memanggilnya seperti itu tidak akan terasa aneh sekarang,
tetapi di masa mendatang, ketika ia sudah dewasa, akan tidak pantas. Selama
beberapa hari terakhir ini, aku membaca beberapa buku puisi dan literatur, dan
akhirnya menemukan sebuah nama bagus untuknya.”
Hati Buntalan Kecil pun
tergetar dan bersemangat, nyaris memperlihatkan dimana tempatnya berada, tetapi
ia masih sanggup menahan dirinya.
Ibunya berkata: “Seorang
manusia bernama Li He, menuliskan dua barus puisi menarik dan indah, yang
sangat kusukai, ‘Awan hitam yang menutupi kota, mengancam membanjiri kota.
Sinar pertama dari hari itu berasal dari matahari yang bersinar.’ Kedua baris
puisi ini, terutama kata hitam itu digunakan dengan tepat sekali. Juga, para
manusia suka menambahkan kata ‘putra’ di belakang nama mereka untuk menunjukkan
rasa hormat, aku merasa tradisi ini cukup bagus.”
Ayahanda berkata: “Jadi?”
Ibunya berkata: “Jadi,
aku akan memberi Buntalan Kecil sebuah nama bagus, yaitu, Black Son.”
(T/N : Black : hitam. Son : putra.
Arti literalnya, ya, putra hitam(?) wkwk. Maafkan ibumu yang luar biasa itu A
Li.)
Si Black Son tersandung di tanah.
Ayahandanya merenung:
“Nama itu ....”
Ibunya menyela: “Aku
sudah memikirkannya selama dua hari, bagaimana menurutmu, kau merasa itu tidak
bagus?”
Si Black Son menjerit
dalam hati menangisnya: “Tidak bagus, cepatlah katakan tidak bagus, kalau tidak
aku akan benar-benar kabur dari rumah, oh, aku benar-benar, sungguh-sungguh
akan kabur dari rumah, oh.”
Ayahandanya berpikir
sejenak, lalu berkata: “Jika A Li mewarisi takhta di masa mendatang, gelar
kehormatannya akan dikenal sebagai Lord Black Son?”
Ibunya pun ikut merenung
sejenak: “Lord Black Son ....”
Ayahandanya berkata
tulus: “Namanya sangat bagus.”
Si Black Son jatuh ke
tanah, merasa kesal.
***
Hari berikutnya, Jiu
Chong Tian kacau-balau, semua makhluk abadi dengan semangat menyebarkan
beritanya: “Cicit Langit menghilang, katanya kabur dari rumah.”
Black Son yang kabur dari
rumah sedang duduk di gua rubah di Qing Qiu.
Paman Keempatnya, Bai
Zhen, yang tengah menggigiti jerami pun bertanya padanya: “Sebenarnya, kenapa
kau mendadak muncul di Qing Qiu, ayah dan ibumu menganiayamu?”
Mata Black Son dipenuhi
air mata, meratapi: “Karena ibu memberiku nama Black Son L”
0 comments:
Posting Komentar