Consort of A Thousand Faces
Chapter 155 : Pasangan Zina
Su
Xi-er mendengarkan diam-diam kerumunan yang bergosip, mempelajari kalau nama
pria itu adalah Zhang Zhuang. Ia berselingkuh dengan seorang janda kaya raya,
Janda Liu, dan oleh karena itulah mengabaikan istrinya, bahkan memukulinya
ketika istrinya mencoba menghentikannya.
"Sialan
kau, kau sungguh ingin meninggalkan istri dan putramu demi seorang janda.
Apakah kau serius? Huh?" Istri Zhang Zhuang menangis selagi ia berpegangan
erat pada lengan jubah suaminya, tidak mau melepaskannya.
Tetapi,
semua yang terjadi hanyalah omelan dan pemukulan yang lebih keras dari Zhang
Zhuang. "Lepaskan aku, lepas! Aku sudah tidak menginginkanmu lagi. Wanita
sialan, wanita bau. Bagaimana kau akan memberiku makan tanpa uang? Dulu, aku
melihat bahwa keluargamu punya uang, tetapi tidak menduga kalau
saudara malangmu menghabiskan semuanya untuk biaya pengobatannya. Sekarang
karena kau sudah tidak punya uang sepeser pun, apakah kau
akan membiarkanku makan angin?"
"Dasar
pria tidak punya hati, betapa tak berperasaan. Bagaimana bisa kau melakukan ini
pada Xiao Bao dan aku?" Née Li menangis; sepertinya ia baru mengetahui
sifat asli suaminya hari ini.
Anak
di sampingnya menangis keras. Segera setelah tangannya bersentuhan dengan
lengan jubah ayahnya, orang itu dengan kejam menepisnya. "Kau, barang
tidak berguna, menyingkir dari jalanku."
Tindakan
itu langsung melemparkan si anak ke tanah. Dengan bocah sekecil itu,
menangis dengan sebegitu sedihnya, tak ada manusia mana pun
yang tega melakukan hal semacam itu, terlebih lagi ayahnya.
Kerumunan
di sekitarnya mengutuk dan menunjuk-nunjuk ke arah si pria tak berperasaan dan
amoral tersebut. Ia sungguh berselingkuh dengan seorang janda demi kekayaan,
dengan mudahnya meninggalkan istri dan anaknya.
Tetapi,
tak peduli seberapa mengerikannya pria ini, di mata Née Li, ia tetaplah
suaminya. Ia tidak dapat hidup tanpa suaminya, dan anak mereka tidak bisa hidup
tanpa keluarga yang lengkap.
Sehingga,
bahkan ketika ia dipukuli hingga menghitam dan membiru, ia tidak akan
melepaskannya. Ia tahu, sekalinya ia melepaskannya, ia benar-benar akan
kehilangan suaminya dan jadi bahan tertawaan. Keluarga gadisnya tidak akan
menerimanya, ia juga tidak akan bisa bertahan hidup di rumahnya sekarang ini.
Hanya kematian yang menantinya.
"Suami,
jangan pergi. Tak bisakah kau tidak pergi?"
Née
Li menarik keliman celananya dengan sisa tenaganya yang terakhir. Ia tampak
kacau berantakan, tetapi tak ada satu orang pun yang ada di jalanan tersebut
yang maju untuk menolongnya.
Melihat
bahwa ini adalah urusan keluarga orang lain,
mereka takut kalau mencoba membela malah akan mengenai mereka.
Melihat
istrinya menarik-narik keliman celananya, Zhang Zhuang menghentakkan kakinya,
mengibaskan tangannya dalam satu gerakan.
Ia
memandangi istrinya yang tergeletak di tanah dengan penghinaan dan mendengus
dingin, "Aku mungkin masih suamimu kalau kau tidak membawa masalah ini
terbuka, tetapi sekarang kau hanya mencari mati. Mulai hari ini dan seterusnya,
jangan pernah bermimpi kalau aku akan kembali ke rumah ini. Aku tidak akan
pernah menginginkanmu lagi, dasar wanita jelek!"
Air
mata merembes menuruni wajah Née Li sewaktu ia mendengarkan ucapan suaminya.
Mulutnya terbuka, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar.
Ia
berusia enam belas tahun saat bertemu suaminya, terkenal sebagai gadis cantik
di desa tempat mereka berasal. Ditambah dengan fakta bahwa
keluarganya sedikit kaya, ada banyak pemuda yang berdatangan, melamarnya.
Namun,
ia hanya menyukai Zhang Zhuang, dan menghabiskan cukup banyak usaha, memohon pada
orang tuanya sebelum mereka membiarkannya menikahi pria ini.
Tetapi,
suaminya berasal dari keluarga yang miskin, belum lagi ibunya yang sakit
meninggal dunia dalam dua tahun pernikahan mereka.
Meskipun
telah dimanjakan semenjak masih muda, setelah menikahi suaminya yang sekarang,
Née Li dipaksa mempelajari bagaimana caranya mengurusi keluarga mereka yang
miskin. Kerja keras membuat kulitnya kecokelatan,
dan sosoknya bukan lagi seperti dulu setelah melahirkan anak. Tinggi dan kuat,
ia tak lagi terlihat seperti seorang pengantin muda.
Sekarang,
suaminya sungguh mengatakan kalau ia jijik akan
kejelekannya, dan bahwa dirinya memandang rendah keluarga gadisnya yang telah
menjadi miskin!
"Oh,
ada apa ribut-ribut ini?" Suara melengking tiba-tiba terdengar sewaktu
seorang wanita berpakaian menarik muncul dari dalam kerumunan.
"Bukankah
itu Janda Liu?" Si pria paruh baya yang berdiri di sebelah Su Xi-er
berseru. "Itu dia, dialah orang yang menggoda suami orang lain.
Su
Xi-er mendengarnya. Jadi, ia adalah si janda yang merampas suami orang
lain.
Janda
Liu berjalan maju dengan menggoyangkan bahu dan pinggulnya berlebihan, dan
menggelayuti lengan Zhang Zhuang di tengah hari bolong.
Ia
melirik jijik ke arah anak kecil di dekatnya sebelum mengalihkan
tatapannya pada Née Li. Ia berujar sembari tersenyum, "Kau begitu jelek,
tetapi ia sudah menoleransi dirimu sekian lama. Semestinya, kau sudah cukup
puas dengan itu, tetapi kini, ia adalah milikku."
Setelah
mengatakan itu, Janda Liu menutupi mulutnya dan tertawa seolah ia telah
mendapatkan harta paling berharga di dunia, dan menulikan telinga akan kutukan
dan sumpah serapah dari orang lain.
"Dasar
jalang!" Wajah Née Li pucat, tetapi ia masih mengecam di antara deritan
giginya yang bergemelatuk.
"Kaulah si
jalang itu!" Zhang Zhuang memarahi istrinya. Caranya menatap istrinya sama
sekali bukanlah perasaan mendalam yang akan dibagi oleh sepasang suami-istri.
Sebaliknya, tatapannya lebih seperti musuh, seolah istrinya menunda masa
depannya yang cerah.
Mendapatkan
dukungan pria itu, Janda Liu bahkan lebih berani, tak lagi takut menarik
kegusaran kerumanan tersebut.
Ia
berkata pada Née Li, yang berada di bawah. "Kau
tidak tahu, kan? Kami sudah bersama-sama sejak tiga tahun yang lalu. Bayi di
dalam perutku sekarang ini baru saja berusia tiga bulan."
Segera
saja, muncul keributan.
Tak
disangka kalau Janda Liu sangat tidak tahu malu. Ia bahkan tidak menahan diri
setelah kematian suaminya, berhubungan dengan suami wanita lain, sampai mengandung untuk dipamerkan!
Su
Xi-er melirik ke arah Née Li yang tetap menyedihkan di tanah, kemudian ke arah
si Janda Liu yang angkuh. Tiba-tiba saja, pikirannya melayang.
Aku
ingat seseorang mengatakan hal yang mirip padaku dulu.
"Aku
melakukan tiga kali aborsi demi Yun Ruo Feng! Aku sedang mengandung sekarang.
Akhirnya, aku bisa mengandung anak ini!"
Ning
An Lian sama seperti janda ini; bisa dengan sombongnya mengangkat kepala mereka
tinggi-tinggi setelah tanpa tahu malunya merampas barang
milik orang lain.
Sayang
sekali, tampaknya Ning An Lian keguguran. Kalau tidak, kabarnya pasti sudah
lama menyebar. Mungkinkah ini dapat dianggap sebagai 'tidak ada jalan
meloloskan diri dari dosa-dosa yang telah kita perbuat'?
Melihat
konfrontasi di antara kedua pihak, si istri sah seperti kain lap yang dibuang,
sementara Janda Liu menjadi kue manis yang digenggam Zhang Zhuang dalam
tangannya.
Tanpa
mengucapkan apa-apa, Su Xi-er memungut tiga kerikil dari tanah. Dengan satu
jentikan jarinya, batunya terbang ke arah lutut, pergelangan tangan, dan
pergelangan kaki Janda Liu.
Janda
Liu menjerit dan berlutut tiba-tiba. Zhang Zhuang, yang berdiri di sisinya,
langsung memapahnya dan bertanya dengan suara rendah, "Ada apa?"
Ekspresi
Janda Liu berubah. Ia melihat ke sekitar, tetapi tak melihat apa-apa.
Ia
melirik ke arah Née Li, orang itu perlahan mencoba bangun. Ia mencibir sebelum
mengubah ekspresinya dan berujar malu-malu, "Bukan apa-apa. Barangkali
bayinya bergerak? Anak ini sungguh mempersulitku di usia sekecil ini."
Su
Xi-er tidak mampu menahannya lagi dan berkomentar dingin, "Sungguh
pasangan zina yang tak tahu malu. Ini adalah pertama kalinya aku melihat
seseorang dengan begitu beraninya mengakui melakukan perzinaan di depan umum,
ditambah dengan mengandung pula. Apakah kalian berdua tidak takut akan
bisik-bisik orang lain? Kalau aku orang yang melakukan hal sebegini tidak tahu malunya, aku mungkin akan menumburkan kepalaku
ke tembok dan mati saja. Mungkin, akan baik-baik saja kalau tetap berada di
balik pintu, tetapi di sini, kalian berada di jalanan utama, mempersembahkannya
pada seluruh lingkungan. Apakah kalian tahu apa itu rasa malu? Apakah kulit
kalian benar-benar setebal itu?"
Dengan
hati-hati, Su Xi-er membantu Née Li bangkit sewaktu ia berbicara, memelototi
pasangan yang berselingkuh di seberang mereka.
Dengan
Su Xi-er yang membuka pintu airnya, orang-orang di kerumunan juga
mulai menunjuk-nunjuk dan melemparkan penghinaan pada mereka, berharap untuk
menenggelamkan pasangan tersebut dalam ludah mereka.
Ini terutama berlaku bagi para wanita yang telah menikah yang memandang rendah seseorang seperti Janda Liu, seorang wanita menikah yang menyombongkan diri hanya karena keluarga suaminya sedikit kaya. Mereka melemparkan penghinaan yang jauh lebih jahat lagi, berharap agar pasangan zina tersebut akan menggali satu lubang di tanah dan merangkak masuk ke dalamnya karena malu. Beberapa orang bahkan memunguti daun sayur-mayur busuk dari tanah untuk dilemparkan pada mereka.
0 comments:
Posting Komentar