Senin, 17 Januari 2022

CTF - Chapter 160

Consort of A Thousand Faces

Chapter 160 : Tidak Akan Membiarkannya Dengan Mudah


Si pengurus mengangkat kepalanya saat ia selesai berbicara, jantungnya nyaris melompat keluar dari dadanya ketika ia melihat ekspresi tidak senang di wajah pelanggannya.

"Mundurlah." Pei Qian Hao berkata dingin. Ketika si pengurus mendengar ini, memastikan untuk menutup pintu di belakangnya hati-hati.

Selagi Pei Qian Hao perlahan-lahan mendorong jendelanya terbuka untuk menatap ke jalanan di bawah, hanya tiga kata yang muncul dalam benaknya—Su Xi-er.

Karena ini adalah masalah Nan Zhao, tidak nyaman bagiku untuk terlibat tanpa alasan. Untuk sekarang, aku hanya akan menonton saja bagaimana ia menanganinya. Sementara kapan aku akan turun tangan, aku punya rencanaku sendiri untuk itu.

Mata Pei Qian Hao menggelap selagi ia merenungkannya.

***

Keesokan harinya, Su Xi-er memerhatikan sewaktu matahari yang agak kemerahan perlahan-lahan terbit dan sedikit demi sedikit menerangi kamarnya.

Ayam jantan berkokok dengan kencangnya, dan sudah ada juga orang yang bekerja di ladang di dekatnya.

Su Xi-er merasa jauh lebih rileks sewaktu aroma dari tanah yang baru dibajak menggelitiki hidungnya.

Su Xi-er tidak kembali ke Penginapan Flowers Arrived semalam. Ibu Xiao Bao bilang kalau ia merasa tidak enak badan setelah makan malam, dan kedinginan, dan terserang demam setelah itu. Née Li akhirnya merasa baikan setelah aku bekerja hingga larut malam.

"Nona Xi-er, apakah kau akan pergi?" Née Li melihatnya berjalan keluar dari pintu dan cepat-cepat bertanya.

Kalau bukan dikarenakan nona muda ini semalam, aku tidak akan bertahan hidup. Hatinya terasa sakit ketika ia memikirkan Xiao Bao seorang diri tanpa siapa pun yang mengurusnya.

Ia telah memikirkan banyak hal semalam, dan akhirnya tersadar bahwa ia tidak bisa bergantung pada suaminya lagi. Aku harus menjadi lebih kuat sendiri.

Ketika Su Xi-er melihat Née Li bangun, ia mengangguk ke arahnya. "Nyonya, aku sudah keluar terlalu lama, sudah saatnya pulang."

"Pulanglah setelah sarapan!" Née Li melambaikan tangannya lagi pada Su Xi-er.

Tidak ada banyak makanan lagi di rumah, tetapi ini adalah penyelamatku. Aku ingin, setidaknya ia makan beberapa hidangan sebelum ia pergi.

Bagaimana mungkin Su Xi-er tidak mengetahui situasi di rumah ini? Makanan semalam hanya termasuk rata-rata sesuai dengan standar keluarga biasa, tetapi itu adalah makanan terbaik yang dapat diberikan keluarga ini.

Sudah jelas dari seberapa laparnya Xiao Bao selama makan malam semalam, bahwa keluarga ini tidak punya cukup makanan untuk dimakan.

Su Xi-er menatap Née Li dan membalas, "Nyonya, aku sudah terlambat untuk kembali. Aku tidak bisa menghabiskan waktu lebih banyak lagi di sini, tetapi terima kasih untuk makanannya semalam."

"Xiao Bao dan akulah yang seharusnya berterima kasih padamu."

"Tidak perlu berterima kasih. Cukup pastikan kalau kau mengurusi Xiao Bao. Kau harus memikirkan tentang dirimu sendiri mulai sekarang, dan jangan membuang-buang terlalu banyak waktu untuk seseorang seperti suamimu. Selama kau tidak mati, tidak peduli siapa pun yang hilang dari hidupmu, kau dapat terus hidup."

Tampaknya, Née Li mengerti. "Haah, aku tahu. Aku akan mengurus Xiao Bao dengan baik di masa mendatang."

Su Xi-er tidak mengatakan apa-apa lagi sebelum keluar dari pedesaan tua itu seorang diri, meninggalkan Née Li dan Xiao Bao memerhatikan dirinya dari pintu masuk rumah mereka.

Walaupun ia mengatakan kata-kata itu pada Née Li, mereka juga ditujukan untuk dirinya sendiri. 

Selama kau masih hidup, tidak ada yang bisa mengambil itu darimu. Kau hanya akan kehilangan segalanya saat kau mati.

Aku menganggap bahwa Yun Ruo Feng adalah langit kala itu, dan bahwa aku akan mati tanpa dirinya. Hanya saat aku matilah, baru aku menyadari bahwa semakin tinggi harapan dan ekspektasiku terhadapnya, semakin menyedihkan pula akibatnya bagiku. Tunggu saja kalian yang mengkhianatiku, Yun Ruo Feng dan Ning An Lian!

Tangannya terkepal erat menjadi tinjuan seraya ia berjalan. Setelah setengah jam, akhirnya ia tiba lagi di Provinsi Bulan.

Namun, ada orang yang secara diam-diam mengikutinya dari belakang.

"Itu dia, itu dia!" Seorang pria bungkuk pendek berseru.

Di sebelahnya ada seorang pria kurus tinggi dengan wajah penuh bintik-bintik. Dengan hati-hati ia memerhatikan penampilannya sebelum mengkonfirmasi, "Benar, itu dia wanitanya. Cepat, aku akan melapor pada Polisi Liu. Da Yan, Kau pergi dan beritahu Kakak Liu."

"Baiklah."

***

Keduanya berpisah dan berjalan ke arah berlawanan. Si pria tinggi mendekati kantor kehakiman, sementara pria pendek berjalan menuju jalan lainnya dan berhenti di depan toko kelontong yang menjual beras, gandum, minyak, dan garam.

"Kakak Liu, Kakak Liu." Si pria pendek bernama Da Yan itu berteriak.

Tak lama setelahnya, suara seseorang yang mengumpat pun terdengar. "Apa yang kau teriakkan; tidak lihat kalau aku sedang sibuk?"

"Kakak Liu, kami melihat wanita itu."

"Wanita apa?" Seseorang berjalan keluar dari dalam. Siapa lagi kalau bukan Janda Liu?

"Orang yang menindasmu kemarin; A-Song dan aku melihatnya."

Ketika Janda Liu mendengar itu adalah si wanita kemarin, wajahnya langsung berubah. Dengan kejam ia menatap ke arah si pria pendek di depannya dan bertanya, "Dimana dia?"

Si pria pendek takut pada Janda Liu. Ia tahu kalau ia adalah seorang wanita pemberani dan tak masuk akal, dan buru-buru menjawab, "Kami baru saja melihatnya di Jalan Aprikot."

"Bagus sekali."

Ia masih bisa merasakan amarah dalam dadanya ketika ia memikirkan tentang pemukulan dan rasa malu yang dialaminya kemarin. Bukan hanya Zhang Zhuang tidak menghiburku, ia bahkan memarahiku karena membohonginya tentang kehamilan!

Haah, memangnya aku perlu berbohong jika bukan karena aku menginginkan sebuah status yang resmi? Meskipun Zhang Zhuang tidak begitu bisa diandalkan, ia berwajah tampan dan bermulut manis. Ada beberapa wanita yang mendambakannya, dan Zhang Zhuang tidak akan rela meninggalkan si jalang itu seperti yang dilakukannya jika aku tidak menipunya!

Tetapi sekarang, rencanaku dihancurkan oleh orang yang sok ikut campur. Aku tidak bisa menahan amarahku lebih lama lagi!

Penghinaan yang kuderita kemarin lebih buruk dari apa pun yang pernah kualami! Akan kupastikan untuk menghukum wanita yang tidak tahu tempatnya itu dengan kejam. Maka, ia akan mengetahui seberapa berkuasanya diriku.

"Apakah kau memberitahu kakak lelakiku?"

"Aku sudah menyuruh A-Song untuk mencarinya; A-Song dan aku akan menangani ini. Kakak Liu, tolong jangan cemas. Selama ia tidak meninggalkan Provinsi Bulan, aku akan menemukannya!"

"Humph, itu bagus. Ayo pergi; bawa aku ke sana."

"Baik."

Tepat saat keduanya mulai menuju ke sebuah gang, pria bernama A-Song datang, berjalan bersama Petugas Polisi Liu.

"Adik, kau baik-baik saja?" Petugas Polisi Liu melihat saudarinya dan bertanya dengan nada perhatian.

Janda Liu tahu bahwa kakak lelakinya berkuasa, dan sebagai hasilnya, menjadi arogan selama bertahun-tahun.

Semalam, ia sudah mengunjungi rumah gadisnya, dan menangis, mengadu pada kakak lelaki dan kakak iparnya. Mereka semua membenci wanita yang menghancurkan rencananya.

Karenanya, saat ia melihat kakak lelakinya sekarang, Janda Liu pun tidak tahan untuk tidak menangis lagi.

"Kakak, Da Yan mengatakan bahwa ia melihat wanita itu menuju Jalan Aprikot. Setelah wanita itu merusak reputasiku, bagaimana aku harus melanjutkan hidup di Provinsi Bulan? Wanita ini terlalu mengerikan. Tolong tegakkan keadilan untukku."

Hati Petugas Polisi Liu sakit saat ia melihat saudarinya hampir menangis lagi.

Ia selalu memanjakan saudarinya. Suaminya meninggal bertahun-tahun lalu, dan tidak mudah baginya untuk jatuh cinta lagi pada orang lain. Namun, pria yang dicintainya itu sudah beristri.

Latar belakang keluarga kami tidak buruk, dan saudariku hebat; bagaimana mungkin ia menjadi selir orangDengan demikian, entah bagaimana ia mendukung saudarinya, memalsukan kehamilannya.

Keluarga Liu memiliki uang, dan keluarga dari mendiang suami saudariku juga mampu. Ia hanya boleh menjadi istri pertama Zhang Zhuang.

Karena ini, kami tidak bisa membiarkan orang yang menghancurkan rencana saudariku untuk tetap tinggal.

Saat ia memikirkan ini, kilatan membunuh muncul di mata Petugas Polisi Liu.

Janda Liu menatap kakak lelakinya seraya menghapus air mata dari wajahnya dengan sehelai saputangan. Ia berujar sedih. "Kakak, kali ini, kau harus membuat wanita itu menderita karena menindasku! Akan lebih baik untuk menjualnya ke satu rumah bordil agar ia bisa dirusak dengan dijamah oleh ribuan orang. Kita tidak boleh membiarkannya hidup dengan benar!"

"Kakak Liu, akankah kau membiarkan kami, dua bersaudara mencicipinya sebelum ia dijual ke rumah bordil? Kami tidak boleh menyia-nyiakannya, bukan?"

Kilasan kejahatan melintas di mata si pria kurus, seolah ia ingin dengan ganas menjamah wanita yang menindas Kakak Liu di bawah tubuhnya sekarang juga. Kita akan lihat, apakah ia berani bertingkah arogan lagi!

T/N : iyuuh dasar mesum =_=

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar