Consort of A Thousand Faces
Chapter 160 : Tidak Akan Membiarkannya Dengan Mudah
Si
pengurus mengangkat kepalanya saat ia selesai berbicara, jantungnya nyaris
melompat keluar dari dadanya ketika ia melihat ekspresi tidak senang di wajah
pelanggannya.
"Mundurlah."
Pei Qian Hao berkata dingin. Ketika si pengurus mendengar ini, memastikan untuk
menutup pintu di belakangnya hati-hati.
Selagi
Pei Qian Hao perlahan-lahan mendorong jendelanya terbuka untuk menatap ke
jalanan di bawah, hanya tiga kata yang muncul dalam benaknya—Su Xi-er.
Karena
ini adalah masalah Nan Zhao, tidak nyaman bagiku untuk terlibat tanpa alasan.
Untuk sekarang, aku hanya akan menonton saja bagaimana ia menanganinya.
Sementara kapan aku akan turun tangan, aku punya rencanaku sendiri untuk itu.
Mata
Pei Qian Hao menggelap selagi ia merenungkannya.
***
Keesokan
harinya, Su Xi-er memerhatikan sewaktu matahari yang agak kemerahan
perlahan-lahan terbit dan sedikit demi sedikit menerangi kamarnya.
Ayam
jantan berkokok dengan kencangnya, dan sudah ada juga orang yang bekerja di
ladang di dekatnya.
Su
Xi-er merasa jauh lebih rileks sewaktu aroma dari tanah yang baru dibajak
menggelitiki hidungnya.
Su
Xi-er tidak kembali ke Penginapan Flowers Arrived semalam. Ibu Xiao Bao
bilang kalau ia merasa tidak enak badan setelah makan malam, dan kedinginan,
dan terserang demam setelah itu. Née Li akhirnya merasa baikan
setelah aku bekerja hingga larut malam.
"Nona
Xi-er, apakah kau akan pergi?" Née Li melihatnya berjalan keluar dari
pintu dan cepat-cepat bertanya.
Kalau
bukan dikarenakan nona muda ini semalam, aku tidak akan bertahan hidup. Hatinya terasa
sakit ketika ia memikirkan Xiao Bao seorang diri tanpa siapa pun
yang mengurusnya.
Ia
telah memikirkan banyak hal semalam, dan akhirnya tersadar bahwa ia tidak bisa
bergantung pada suaminya lagi. Aku harus menjadi lebih kuat sendiri.
Ketika
Su Xi-er melihat Née Li bangun, ia mengangguk ke arahnya. "Nyonya, aku
sudah keluar terlalu lama, sudah saatnya pulang."
"Pulanglah
setelah sarapan!" Née Li melambaikan tangannya lagi pada Su Xi-er.
Tidak
ada banyak makanan lagi di rumah, tetapi ini adalah penyelamatku. Aku ingin,
setidaknya ia makan beberapa hidangan sebelum ia pergi.
Bagaimana
mungkin Su Xi-er tidak mengetahui situasi di rumah ini? Makanan semalam
hanya termasuk rata-rata sesuai dengan standar keluarga biasa, tetapi itu
adalah makanan terbaik yang dapat diberikan keluarga ini.
Sudah
jelas dari seberapa laparnya Xiao Bao selama makan malam semalam, bahwa
keluarga ini tidak punya cukup makanan untuk dimakan.
Su
Xi-er menatap Née Li dan membalas, "Nyonya, aku sudah terlambat untuk
kembali. Aku tidak bisa menghabiskan waktu lebih banyak lagi di sini, tetapi
terima kasih untuk makanannya semalam."
"Xiao
Bao dan akulah yang seharusnya berterima kasih padamu."
"Tidak
perlu berterima kasih. Cukup pastikan kalau kau mengurusi Xiao Bao. Kau harus
memikirkan tentang dirimu sendiri mulai sekarang, dan jangan membuang-buang
terlalu banyak waktu untuk seseorang seperti suamimu. Selama kau tidak mati,
tidak peduli siapa pun
yang hilang dari hidupmu, kau dapat terus hidup."
Tampaknya,
Née Li mengerti. "Haah, aku tahu. Aku akan mengurus Xiao Bao
dengan baik di masa mendatang."
Su
Xi-er tidak mengatakan apa-apa lagi sebelum keluar dari pedesaan tua itu
seorang diri, meninggalkan Née Li dan Xiao Bao memerhatikan
dirinya dari pintu masuk rumah mereka.
Walaupun
ia mengatakan kata-kata itu pada Née Li, mereka juga ditujukan untuk dirinya
sendiri.
Selama
kau masih hidup, tidak ada yang bisa mengambil itu darimu. Kau hanya akan
kehilangan segalanya saat kau mati.
Aku
menganggap bahwa Yun Ruo Feng
adalah langit kala itu, dan bahwa aku akan mati tanpa dirinya. Hanya saat aku
matilah, baru aku menyadari bahwa semakin tinggi
harapan dan ekspektasiku terhadapnya, semakin menyedihkan pula akibatnya
bagiku. Tunggu saja kalian yang mengkhianatiku, Yun Ruo Feng dan Ning An Lian!
Tangannya
terkepal erat menjadi tinjuan seraya ia berjalan. Setelah setengah jam,
akhirnya ia tiba lagi di Provinsi Bulan.
Namun,
ada orang yang secara diam-diam mengikutinya dari belakang.
"Itu
dia, itu dia!" Seorang pria bungkuk pendek berseru.
Di
sebelahnya ada seorang pria kurus tinggi dengan wajah penuh bintik-bintik.
Dengan hati-hati ia memerhatikan penampilannya sebelum mengkonfirmasi,
"Benar, itu dia wanitanya. Cepat, aku
akan melapor pada Polisi Liu. Da Yan, Kau pergi dan beritahu Kakak Liu."
"Baiklah."
***
Keduanya
berpisah dan berjalan ke arah berlawanan. Si pria tinggi mendekati kantor
kehakiman, sementara pria pendek berjalan menuju jalan lainnya dan berhenti di
depan toko kelontong yang menjual beras, gandum, minyak, dan garam.
"Kakak
Liu, Kakak Liu." Si pria pendek bernama Da Yan itu berteriak.
Tak
lama setelahnya, suara seseorang yang mengumpat pun terdengar. "Apa yang
kau teriakkan; tidak lihat kalau aku sedang sibuk?"
"Kakak
Liu, kami melihat wanita itu."
"Wanita
apa?" Seseorang berjalan keluar dari dalam. Siapa lagi kalau bukan Janda
Liu?
"Orang
yang menindasmu kemarin; A-Song dan aku melihatnya."
Ketika
Janda Liu mendengar itu adalah si wanita kemarin, wajahnya langsung berubah.
Dengan kejam ia menatap ke arah si pria pendek di depannya dan bertanya,
"Dimana dia?"
Si
pria pendek takut pada Janda Liu. Ia tahu kalau ia adalah seorang wanita
pemberani dan tak masuk akal, dan buru-buru menjawab, "Kami baru saja
melihatnya di Jalan Aprikot."
"Bagus
sekali."
Ia
masih bisa merasakan amarah dalam dadanya ketika ia memikirkan tentang
pemukulan dan rasa malu yang dialaminya kemarin. Bukan hanya Zhang
Zhuang tidak menghiburku, ia bahkan memarahiku karena membohonginya tentang
kehamilan!
Haah,
memangnya aku perlu berbohong jika bukan karena aku menginginkan sebuah status
yang resmi? Meskipun Zhang Zhuang tidak begitu bisa diandalkan, ia berwajah
tampan dan bermulut manis. Ada beberapa wanita yang mendambakannya, dan Zhang
Zhuang tidak akan rela meninggalkan si jalang itu seperti yang dilakukannya
jika aku tidak menipunya!
Tetapi
sekarang, rencanaku dihancurkan oleh orang yang sok ikut campur. Aku tidak bisa
menahan amarahku lebih lama lagi!
Penghinaan
yang kuderita kemarin lebih buruk dari apa pun yang pernah
kualami! Akan kupastikan untuk menghukum wanita yang tidak tahu tempatnya itu
dengan kejam. Maka, ia akan mengetahui seberapa berkuasanya diriku.
"Apakah
kau memberitahu kakak lelakiku?"
"Aku
sudah menyuruh A-Song untuk mencarinya; A-Song dan aku akan menangani ini.
Kakak Liu, tolong jangan cemas. Selama ia tidak meninggalkan Provinsi Bulan,
aku akan menemukannya!"
"Humph,
itu bagus. Ayo pergi; bawa aku ke sana."
"Baik."
Tepat
saat keduanya mulai menuju ke sebuah gang, pria bernama A-Song datang, berjalan
bersama Petugas Polisi Liu.
"Adik,
kau baik-baik saja?" Petugas Polisi Liu melihat saudarinya dan bertanya
dengan nada perhatian.
Janda
Liu tahu bahwa kakak lelakinya berkuasa, dan sebagai hasilnya, menjadi arogan
selama bertahun-tahun.
Semalam,
ia sudah mengunjungi rumah gadisnya, dan menangis, mengadu pada kakak lelaki
dan kakak iparnya. Mereka semua membenci wanita yang menghancurkan rencananya.
Karenanya,
saat ia melihat kakak lelakinya sekarang, Janda Liu pun tidak tahan untuk tidak
menangis lagi.
"Kakak,
Da Yan mengatakan bahwa ia melihat
wanita itu menuju Jalan Aprikot. Setelah wanita itu merusak reputasiku,
bagaimana aku harus melanjutkan hidup di Provinsi Bulan? Wanita ini terlalu
mengerikan. Tolong tegakkan keadilan untukku."
Hati
Petugas Polisi Liu sakit saat ia melihat saudarinya hampir menangis lagi.
Ia
selalu memanjakan saudarinya. Suaminya meninggal bertahun-tahun lalu,
dan tidak mudah baginya untuk jatuh cinta lagi pada orang lain. Namun, pria
yang dicintainya itu sudah beristri.
Latar
belakang keluarga kami tidak buruk, dan saudariku hebat; bagaimana mungkin ia
menjadi selir orang? Dengan demikian,
entah bagaimana ia mendukung saudarinya, memalsukan kehamilannya.
Keluarga
Liu memiliki uang, dan keluarga dari mendiang suami saudariku juga mampu. Ia
hanya boleh menjadi istri pertama Zhang Zhuang.
Karena
ini, kami tidak bisa membiarkan orang yang menghancurkan rencana saudariku
untuk tetap tinggal.
Saat
ia memikirkan ini, kilatan membunuh muncul di mata Petugas Polisi Liu.
Janda
Liu menatap kakak lelakinya seraya menghapus air mata dari wajahnya dengan
sehelai saputangan. Ia berujar sedih. "Kakak, kali ini, kau harus membuat
wanita itu menderita karena menindasku! Akan lebih baik untuk menjualnya ke
satu rumah bordil agar ia bisa dirusak dengan dijamah oleh ribuan orang. Kita
tidak boleh membiarkannya hidup dengan benar!"
"Kakak
Liu, akankah kau membiarkan kami, dua bersaudara mencicipinya sebelum ia dijual
ke rumah bordil? Kami tidak boleh menyia-nyiakannya, bukan?"
Kilasan
kejahatan melintas di mata si pria kurus, seolah ia ingin dengan ganas menjamah
wanita yang menindas Kakak Liu di bawah tubuhnya sekarang juga. Kita
akan lihat, apakah ia berani bertingkah arogan lagi!
T/N : iyuuh dasar mesum =_=
0 comments:
Posting Komentar