Ten Miles of Peach Blossoms
Side Story : Ye Hua Part 1
Tahun itu, bunga teratai bermekaran dengan indahnya di Kolam Giok Langit. Wanita yang ia cintai sepenuh hatinya mengabaikan perasaannya dan mengukuhkan diri melompat dari Zhu Xian Tai, dinding pembatas Jiu Chong Tian.
***
Ibunya mengalami kesulitan melahirkan. Ketika ibunya melahirkannya, ia kesakitan selama tujuh hari. Tidak ada satu pun bayi di Istana Langit yang semerepotkan dirinya. Di saat ia mengeluarkan tangisan pertamanya, cahaya keemasan bersinar di ketiga puluh enam tingkat Langit. Tujuh puluh dua burung beraneka warna dari Gunung Jun Ji di Dong Huang melayang ke langit dan mengitari kamar tidur ibunya, menari selama delapan puluh satu hari.
Dulu, ada
kejadian serupa di Langit. Itu adalah saat paman keduanya, Sang Ji lahir.
Satu-satunya perbedaan adalah, yang mengitari kamar tidur Tian Hou saat itu
hanya tiga puluh enam burung beraneka warna.
Tian Jun begitu
gembira, ia menangis bahagia.
Di hadapan
semua orang di Istana Leng Xiao, ia membungkuk ke arah Timur dan berkata,
“Betapa besar anugerahnya. Akhirnya, Klan Langit bisa menyambut seorang Putra
Mahkota.”
Akhirnya ada
seorang Putra Mahkota yang ditakdirkan setelah Sang Ji diusir.
Menjadi seorang
Putra Mahkota yang ditakdirkan, itu artinya ia harus bertindak sesuai dengan
harapan Tian Jun. Di pundaknya, ada ekspektasi dari semua Tian Jun terdahulu.
Saat ia berusia
sembilan tahun, ia pernah berdiri bersandar di pintu Istana ayahnya, Istana
Ling Yue dan memandang ke luar. Ada dewa-dewi kecil dengan sanggul persik di
atas kepala mereka, sedang bermain-main. Ia iri pada mereka.
Anak-anak kecil
di Langit senang bermain dan bersenang-senang. Sementara dirinya, ia tidak
pernah bermain dengan siapa-siapa.
Tian Jun
mendengarkan Dewa Terhormat Ling Bao dan mengundang satu-satunya guru di dunia
yang sangat ahli, baik dalam ilmu Buddha dan Taoisme, Ci Hang Zhen ren, sebagai gurunya. Setiap hari,
mulai dari jam Naga, ia harus duduk di atas bangku giok dilapisi emas di ruang
baca dan belajar selama tujuh jam hingga di akhir waktu Anjing, saat semua
orang telah menyalakan lampunya.
Hanya ibunya
yang mengasihaninya. Ia akan membuatkan makanan penutup dan membawakannya ke
ruang bacanya. Ia baru berusia sembilan tahun waktu itu. Buku-buku di
hadapannya sulit untuk dipahami. Ia mengeluh pada ibunya dan akhirnya ibunya
memohon pada Tian Jun.
Tian Jun marah
besar. Sejak saat itu, hingga ia mencapai keilahian di usia dua puluh ribu
tahun, ia tidak boleh bertemu dengan ibunya lagi.
Pernah, Ci Hang
Zhen ren pergi untuk menghadiri
ceramah Buddha di Surga Barat. Tidak ada seorang pun yang mengajarinya.
Diam-diam ia pergi bermain dengan kerbau air milik Tai Sang Lao Jun dan
tertangkap basah oleh ayahnya.
Ayahnya
mencambuknya dengan brutal dan berkata, “Mengapa kau tidak ambisius sama
sekali? Seorang pewaris Tian Jun bukan seperti orang lainnya. Saat paman
keduamu lahir, hanya ada tiga puluh enam burung aneka warna yang datang
memberikan selamat. Tetapi, ia berhasil menjadi Dewa di usianya ke tiga puluh
ribu tahun. Pikirkan, tujuh puluh dua burung aneka warna datang jauh-jauh dari
Gunung Jun Ji untuk memberi selamat atas kelahiranmu. Jika kau tidak bisa
menjadi Dewa Agung sebelum usia tiga puluh ribu tahun, bukankah kau akan
mengecewakan tujuh puluh dua burung aneka warna ini?”
Ayahnya
memberikannya batas waktu pendek seperti itu hanya karena masih ada
bayang-bayang dalam jiwanya. Ia mengemukakan alasan menggelikan seperti itu
sebenarnya adalah karena ia tidak bisa melupakan bagaimana ia tidak pernah bisa
menandingi Sang Ji di masa kecil mereka.
Setelah insiden
itu, datanglah seorang dayang baru bernama Su Jin. Ayahnya memberitahunya, Su
Jin dipilih sebagai teman bermainnya. Walaupun ia masih muda, ia paham dengan
jelas tak akan ada waktu untuk teman bermain dengan jadwal belajarnya yang
menjengkelkan. Ayahnya hanya mencarikan seorang pengasuh anak untuknya.
Jika ia hanya
dayang biasa, tentu saja ia akan mencari cara membuatnya menangis memohon
ampun. Bagaimanapun juga, ia adalah calon Putra Mahkota Langit. Meskipun ia
membuat jiwa Su Jin masuk neraka kebencian, setelah menerima hukuman dari Tian
Jun, ia tetaplah cucu lelakinya, si Putra Mahkota Langit. Sayangnya, si dayang
Su jin ini memiliki latar belakang kuat.
Ada sebuah
cabang dari garis keturunan Langit, yang mengandung tak lebih dari lima ribu
nyawa. Tetapi, entah pria atau wanita, mereka semua ahli dalam ilmu bela diri.
Semua orang adalah jenderal ataupun tentara di pasukan Langit, milik sebuah
unit istimewa yang menjawab langsung perintah Tian Jun.
Ayah Su Jin
adalah kepala unit ini.
Dua puluh ribu
tahun yang lalu ketika Klan Hantu memberontak, Tian Jun memerintahkan seratus
ribu pasukan untuk mengikuti Dewa Agung Mo Yuan membantai Klan Hantu. Kelompok
yang dikepalai ayah Su Jin adalah bagian dari pasukan ini.
Setelah perang
berakhir, hanya sembilan puluh ribu pasukan yang kembali ke Langit. Bersama
mereka adalah sepucuk surat bernoda darah dari ayah Su Jin. Hanya mengandung
beberapa kata ... tinta hitam bernoda merah darah. Ia meminta Tian Jun menjaga
putrinya yang masih kecil, satu-satunya yang tersisa dari seluruh klan.
Tian Jun
tersentuh akan pengorbanan ayah Su Jin dan ingin menghadiahi klan mereka dengan
berlimpah meski hanya tinggal Su Jin di klan ini. Pada tahun Hao De 63.083, Su
Jin diberi gelar Putri Zhao Ren, dan dipercayakan pada pengasuhan putra pertama
Tian Jun, ayah Ye Hua.
Su Jin berusia dua
puluh ribu tahun lebih tua darinya. Sesuai dengan peringkat, Ye Hua harusnya
memanggilnya Bibi Buyut.
Pada awalnya,
ia tidak begitu nyaman kapan pun Su Jin berdiri di sisi mejanya. Tetapi
akhirnya, ia memperlakukan Su Jin tak ada bedanya dari perkamen dan kuas tinta
di pinggir. Di saat itu, ia sudah menjadi anak yang manis, kecuali, ia tidak
pernah mengutarakan sepatah kata pun.
Seiring
berjalannya waktu, ia tumbuh dari anak-anak menjadi remaja. Bisik-bisik di
belakang punggungnya kian berkembang setiap harinya. Mereka mengatakan bahwa
penampilan fisiknya luar biasa mirip dengan Dewa Perang yang hilang, Dewa Agung
Mo Yuan.
Bahkan, Tian
Jun pernah memerhatikan wajahnya dan mendesah, “Saat Mo Yuan masih muda,
wajahnya mirip sekali denganmu. Walaupun ia sudah pergi selama lebih dari tiga
puluh ribu tahun, ia bukanlah dewa biasa. Mungkin, ia berhasil menyimpan
sekeping jiwanya dan terlahir kembali dari rahim ibumu.”
Kata-kata Tian
Jun menyindir secara tak langsung kalau ada kemungkinan ia adalah reinkarnasi
Mo Yuan.
Menggelikan.
Para makhluk
abadi tidak terdaftar di buku jadwal Neraka, jadi tidak mungkin bagi mereka
untuk bereinkarnasi setelah kematian.
Ada pula
orang-orang yang berspekulasi bahwa ia adalah reinkarnasi Mo Yuan. Walaupun
reinkarnasi di dalam alam makhluk abadi melanggar peraturan Tiga Alam dan Lima
Elemen, masih banyak juga yang membandingkannya dengan Mo Yuan. Ia benar-benar
tidak tahan orang-orang memilih Mo Yuan ketimbang dirinya di balik punggungnya.
Ia berlatih lebih keras lagi setelah menjadi murid Ci Hang Zhen ren dan Yuan Shui Tian sun.
Saat ia hampir
berusia dua puluh ribu tahun, suatu tahun, Buddha agung dari Surga Barat
mengadakan ceramah. Ia menghadirinya bersama Ci Hang Zhen ren. Ia mendiskusikan filosofi dengan Buddha Guang Wang dan
Buddha Masa Lalu dan Sekarang selama tiga hari. Pujian kedua Buddha itu
menyebar di seluruh dataran.
Dengan senang
Tian Jun berkata, “Sang Ji cukup pandai dulu, tetapi ia bahkan tidak bisa dibandingkan
denganmu. Aku harus memberikan hadiah untukmu kali ini. Apa yang kau inginkan?”
Ada satu hal
yang selalu tetap tinggal di dalam hatinya.
Ia membungkuk
menjawab, “Aku ingin bertemu dengan ibuku, sekali saja.”
Ekspresi Tian Jun
jadi pucat selagi ia menjawab dingin, “Ibu hanya memanjakan anak-anak mereka.
Kau harus mewarisi takhta di masa mendatang. Ibumu tidak tahu bagaimana caranya
mendisiplinkanmu. Ia hanya akan mengubahmu menjadi orang bodoh yang tak mampu
mengambil keputusan. Tidak membiarkanmu bertemu dengannya karena aku ingin apa
yang terbaik untukmu.”
Ia
menengadahkan kepalanya dan menatap lurus ke wajah Tian Jun, setelahnya
menundukkan kepalanya lagi dan menjawab, “Aku hanya ingin bertemu Ibu sekali
saja.”
Dengan marah
Tian Jun berkata, “Kalau kau mau aku menyetujuinya, maka kau harus mencapai
keilahian di usia dua puluh ribu tahun.”
Ia jelas
mempersulit Ye Hua. Tidak pernah ada seorang pun di seluruh dunia yang menjadi
Dewa Agung di usia dua puluh ribu tahun. Bahkan, si Mo Yuan yang terhormat saja
tidak bisa mencapai keilahian hingga usianya dua puluh lima ribu tahun. Sepuluh
ribu tahun berlalu setelah pencapaian Mo Yuan sebelum Sang Ji mendapatkan
keilahiannya di usia tiga puluh ribu tahun.
Ia masih punya
beberapa tahun lagi sebelum sampai di usia dua puluh ribu tahun.
Ayahnya
menghiburnya, “Kesehatan ibumu sekarang ini baik-baik saja, jadi kau tidak
perlu cemas. Tian Jun menyayangimu. Yang perlu kau lakukan adalah mematuhinya.
Kenapa membuatnya tidak senang?”
Eskpresinya
berubah mendengarkan kata-kata ini. Ia tidak mengerti, mengapa ayahnya sangat
lemah.
Ia ingin
bertemu ibunya satu kali bukan karena ia sangat mencintainya. Sudah sangat
lama, ia tidak ingat apa-apa, termasuk wajahnya. Ia baru berusia sembilan tahun
waktu itu. Malahan, ia menganggap dirinya anak tak beribu. Paling tidak ia
harus tahu seperti apa rupa ibunya.
Ayahnya
berhenti menyuruh Su Jin untuk berada di sisinya. Selama dua puluh ribu tahun,
ia selalu memperlakukan Putri Zhao Ren ini seperti tempat menggantung kuas di
mejanya. Ia tak pernah punya keberadaan yang nyata bagi Ye Hua. Apakah Su Jin
tetap berdiri di sisi mejanya atau tidak, tak jadi perbedaan bagi Ye Hua.
Ia mengira,
tidak nyaman juga bagi Su Jin untuk terus berada bersamanya setiap hari juga.
Akhirnya ia bisa terbebas.
Selagi ulang
tahunnya mendekat, Tian Jun melupakan taruhan mereka.
Sehari sebelum
ulang tahunnya, Su Jin mencari ke seluruh Jiu Chong Tian, tetapi tidak bisa
menemukannya dimana pun. Kemudian, guntur dan petir bermunculan di seluruh tiga
puluh enam tingkat Langit. Petirnya menyambar di sepanjang langit, membelah
awan, dan gunturnya menyerang langsung ke Dong Huang. Mereka menghancurkan
semua yang ada di jalan mereka, menghanguskan pepohonan dan rerumputan menjadi
abu dalam satu kali serangan. Setiap makhluk abadi tahu kalau badai petir ini
bukan badai biasa. Ini merupakan sebuah proses ujian kenaikan.
Wajah Tian Jun
putih pucat sejenak di dalam Istana Leng Xiao. Setelah gunturnya dilepaskan,
tak ada seorang pun yang bisa menghindari mereka. Bertahan menghadapi mereka
berarti hidup dengan Langit dan Bumi, gagal berarti kematian.
Tian Jun
berdiri menanti di Gerbang Selatan bersama dengan para pejabatnya, wajah mereka
pucat.
Setelah waktu
dua cangkir teh selesai, Ye Hua menunggangi segumpal awan yang compang-camping
dan terbang pulang tak stabil, seluruh tubuhnya berselimut darah.
Saat ia melihat
Tian Jun berdiri di Gerbang Selatan, ia mengumpulkan kekuatan terakhirnya dan
melompat turun dari atas awan. Ia terhuyung-huyung dan berlutut di depan Tian Jun.
Nada suaranya
dingin selagi ia mengutarakan kata-kata sopan ini, “Tian Jun sudah setuju
denganku, kalau aku berhasil mencapai keilahian di usia dua puluh ribu tahun, Anda
akan membiarkanku bertemu ibuku sekali. Aku sudah menyelesaikan tugasnya hari
ini, jadi kapankah aku bisa bertemu dengan ibuku?”
Tian Jun memerhatikannya
dengan eskpresi yang rumit dan akhirnya menyetujui, “Kembali dan istirahat
lebih dulu, kalau tidak kau akan membuat ibumu khawatir.”
Mencapai
keilahian sebagai dewa di usia dua puluh ribu tahun. Hal ini menyebar layaknya
ombak di seluruh alam. Sejak saat itu, tidak ada seorang pun yang
membandingkannya dengan Mo Yuan lagi.
Semua orang
kagum akan kecepatannya mendapatkan keilahian. Tetapi tidak banyak yang
memikirkan tentang cederanya yang parah. Cedera yang disebabkan oleh tiga
sambaran petir sudah jelas tidak biasa. Sejak itu, ia hanya bisa berbaring di
dalam kediamannya. Kapan pun ia ingin pergi ke suatu tempat, ia membutuhkan
bantuan orang lain.
Walaupun mereka
bersama-sama selama dua puluh ribu tahun, ia tidak pernah mempertahankan Su Jin,
yang berjaga di ranjang saat ia sakit, yang membawakannya obat, yang
membantunya berpindah tempat, yang membantunya makan dan minum itu di dalam
hatinya. Ia hanya berasumsi bahwa semuanya diperintahkan oleh Tian Jun dan
tidak memikirkannya lebih lanjut. Perawatannya bertahan selama beberapa tahun.
0 comments:
Posting Komentar