Minggu, 23 Januari 2022

3L3W TMOPB - Side Story : Ye Hua Part 1

Ten Miles of Peach Blossoms

Side Story : Ye Hua Part 1

Tahun itu, bunga teratai bermekaran dengan indahnya di Kolam Giok Langit. Wanita yang ia cintai sepenuh hatinya mengabaikan perasaannya dan mengukuhkan diri melompat dari Zhu Xian Tai, dinding pembatas Jiu Chong Tian.

***

Ibunya mengalami kesulitan melahirkan. Ketika ibunya melahirkannya, ia kesakitan selama tujuh hari. Tidak ada satu pun bayi di Istana Langit yang semerepotkan dirinya. Di saat ia mengeluarkan tangisan pertamanya, cahaya keemasan bersinar di ketiga puluh enam tingkat Langit. Tujuh puluh dua burung beraneka warna dari Gunung Jun Ji di Dong Huang melayang ke langit dan mengitari kamar tidur ibunya, menari selama delapan puluh satu hari.

Dulu, ada kejadian serupa di Langit. Itu adalah saat paman keduanya, Sang Ji lahir. Satu-satunya perbedaan adalah, yang mengitari kamar tidur Tian Hou saat itu hanya tiga puluh enam burung beraneka warna.

Tian Jun begitu gembira, ia menangis bahagia.

Di hadapan semua orang di Istana Leng Xiao, ia membungkuk ke arah Timur dan berkata, “Betapa besar anugerahnya. Akhirnya, Klan Langit bisa menyambut seorang Putra Mahkota.”

Akhirnya ada seorang Putra Mahkota yang ditakdirkan setelah Sang Ji diusir.

Menjadi seorang Putra Mahkota yang ditakdirkan, itu artinya ia harus bertindak sesuai dengan harapan Tian Jun. Di pundaknya, ada ekspektasi dari semua Tian Jun terdahulu.

Saat ia berusia sembilan tahun, ia pernah berdiri bersandar di pintu Istana ayahnya, Istana Ling Yue dan memandang ke luar. Ada dewa-dewi kecil dengan sanggul persik di atas kepala mereka, sedang bermain-main. Ia iri pada mereka.

Anak-anak kecil di Langit senang bermain dan bersenang-senang. Sementara dirinya, ia tidak pernah bermain dengan siapa-siapa.

Tian Jun mendengarkan Dewa Terhormat Ling Bao dan mengundang satu-satunya guru di dunia yang sangat ahli, baik dalam ilmu Buddha dan Taoisme, Ci Hang Zhen ren, sebagai gurunya. Setiap hari, mulai dari jam Naga, ia harus duduk di atas bangku giok dilapisi emas di ruang baca dan belajar selama tujuh jam hingga di akhir waktu Anjing, saat semua orang telah menyalakan lampunya.

Hanya ibunya yang mengasihaninya. Ia akan membuatkan makanan penutup dan membawakannya ke ruang bacanya. Ia baru berusia sembilan tahun waktu itu. Buku-buku di hadapannya sulit untuk dipahami. Ia mengeluh pada ibunya dan akhirnya ibunya memohon pada Tian Jun.

Tian Jun marah besar. Sejak saat itu, hingga ia mencapai keilahian di usia dua puluh ribu tahun, ia tidak boleh bertemu dengan ibunya lagi.

Pernah, Ci Hang Zhen ren pergi untuk menghadiri ceramah Buddha di Surga Barat. Tidak ada seorang pun yang mengajarinya. Diam-diam ia pergi bermain dengan kerbau air milik Tai Sang Lao Jun dan tertangkap basah oleh ayahnya.

Ayahnya mencambuknya dengan brutal dan berkata, “Mengapa kau tidak ambisius sama sekali? Seorang pewaris Tian Jun bukan seperti orang lainnya. Saat paman keduamu lahir, hanya ada tiga puluh enam burung aneka warna yang datang memberikan selamat. Tetapi, ia berhasil menjadi Dewa di usianya ke tiga puluh ribu tahun. Pikirkan, tujuh puluh dua burung aneka warna datang jauh-jauh dari Gunung Jun Ji untuk memberi selamat atas kelahiranmu. Jika kau tidak bisa menjadi Dewa Agung sebelum usia tiga puluh ribu tahun, bukankah kau akan mengecewakan tujuh puluh dua burung aneka warna ini?”

Ayahnya memberikannya batas waktu pendek seperti itu hanya karena masih ada bayang-bayang dalam jiwanya. Ia mengemukakan alasan menggelikan seperti itu sebenarnya adalah karena ia tidak bisa melupakan bagaimana ia tidak pernah bisa menandingi Sang Ji di masa kecil mereka.

Setelah insiden itu, datanglah seorang dayang baru bernama Su Jin. Ayahnya memberitahunya, Su Jin dipilih sebagai teman bermainnya. Walaupun ia masih muda, ia paham dengan jelas tak akan ada waktu untuk teman bermain dengan jadwal belajarnya yang menjengkelkan. Ayahnya hanya mencarikan seorang pengasuh anak untuknya.

Jika ia hanya dayang biasa, tentu saja ia akan mencari cara membuatnya menangis memohon ampun. Bagaimanapun juga, ia adalah calon Putra Mahkota Langit. Meskipun ia membuat jiwa Su Jin masuk neraka kebencian, setelah menerima hukuman dari Tian Jun, ia tetaplah cucu lelakinya, si Putra Mahkota Langit. Sayangnya, si dayang Su jin ini memiliki latar belakang kuat.

Ada sebuah cabang dari garis keturunan Langit, yang mengandung tak lebih dari lima ribu nyawa. Tetapi, entah pria atau wanita, mereka semua ahli dalam ilmu bela diri. Semua orang adalah jenderal ataupun tentara di pasukan Langit, milik sebuah unit istimewa yang menjawab langsung perintah Tian Jun.

Ayah Su Jin adalah kepala unit ini.

Dua puluh ribu tahun yang lalu ketika Klan Hantu memberontak, Tian Jun memerintahkan seratus ribu pasukan untuk mengikuti Dewa Agung Mo Yuan membantai Klan Hantu. Kelompok yang dikepalai ayah Su Jin adalah bagian dari pasukan ini.

Setelah perang berakhir, hanya sembilan puluh ribu pasukan yang kembali ke Langit. Bersama mereka adalah sepucuk surat bernoda darah dari ayah Su Jin. Hanya mengandung beberapa kata ... tinta hitam bernoda merah darah. Ia meminta Tian Jun menjaga putrinya yang masih kecil, satu-satunya yang tersisa dari seluruh klan.

Tian Jun tersentuh akan pengorbanan ayah Su Jin dan ingin menghadiahi klan mereka dengan berlimpah meski hanya tinggal Su Jin di klan ini. Pada tahun Hao De 63.083, Su Jin diberi gelar Putri Zhao Ren, dan dipercayakan pada pengasuhan putra pertama Tian Jun, ayah Ye Hua.

Su Jin berusia dua puluh ribu tahun lebih tua darinya. Sesuai dengan peringkat, Ye Hua harusnya memanggilnya Bibi Buyut.

Pada awalnya, ia tidak begitu nyaman kapan pun Su Jin berdiri di sisi mejanya. Tetapi akhirnya, ia memperlakukan Su Jin tak ada bedanya dari perkamen dan kuas tinta di pinggir. Di saat itu, ia sudah menjadi anak yang manis, kecuali, ia tidak pernah mengutarakan sepatah kata pun.

Seiring berjalannya waktu, ia tumbuh dari anak-anak menjadi remaja. Bisik-bisik di belakang punggungnya kian berkembang setiap harinya. Mereka mengatakan bahwa penampilan fisiknya luar biasa mirip dengan Dewa Perang yang hilang, Dewa Agung Mo Yuan.

Bahkan, Tian Jun pernah memerhatikan wajahnya dan mendesah, “Saat Mo Yuan masih muda, wajahnya mirip sekali denganmu. Walaupun ia sudah pergi selama lebih dari tiga puluh ribu tahun, ia bukanlah dewa biasa. Mungkin, ia berhasil menyimpan sekeping jiwanya dan terlahir kembali dari rahim ibumu.”

Kata-kata Tian Jun menyindir secara tak langsung kalau ada kemungkinan ia adalah reinkarnasi Mo Yuan.

Menggelikan.

Para makhluk abadi tidak terdaftar di buku jadwal Neraka, jadi tidak mungkin bagi mereka untuk bereinkarnasi setelah kematian.

Ada pula orang-orang yang berspekulasi bahwa ia adalah reinkarnasi Mo Yuan. Walaupun reinkarnasi di dalam alam makhluk abadi melanggar peraturan Tiga Alam dan Lima Elemen, masih banyak juga yang membandingkannya dengan Mo Yuan. Ia benar-benar tidak tahan orang-orang memilih Mo Yuan ketimbang dirinya di balik punggungnya. Ia berlatih lebih keras lagi setelah menjadi murid Ci Hang Zhen ren dan Yuan Shui Tian sun.

Saat ia hampir berusia dua puluh ribu tahun, suatu tahun, Buddha agung dari Surga Barat mengadakan ceramah. Ia menghadirinya bersama Ci Hang Zhen ren. Ia mendiskusikan filosofi dengan Buddha Guang Wang dan Buddha Masa Lalu dan Sekarang selama tiga hari. Pujian kedua Buddha itu menyebar di seluruh dataran.

Dengan senang Tian Jun berkata, “Sang Ji cukup pandai dulu, tetapi ia bahkan tidak bisa dibandingkan denganmu. Aku harus memberikan hadiah untukmu kali ini. Apa yang kau inginkan?”

Ada satu hal yang selalu tetap tinggal di dalam hatinya.

Ia membungkuk menjawab, “Aku ingin bertemu dengan ibuku, sekali saja.”

Ekspresi Tian Jun jadi pucat selagi ia menjawab dingin, “Ibu hanya memanjakan anak-anak mereka. Kau harus mewarisi takhta di masa mendatang. Ibumu tidak tahu bagaimana caranya mendisiplinkanmu. Ia hanya akan mengubahmu menjadi orang bodoh yang tak mampu mengambil keputusan. Tidak membiarkanmu bertemu dengannya karena aku ingin apa yang terbaik untukmu.”

Ia menengadahkan kepalanya dan menatap lurus ke wajah Tian Jun, setelahnya menundukkan kepalanya lagi dan menjawab, “Aku hanya ingin bertemu Ibu sekali saja.”

Dengan marah Tian Jun berkata, “Kalau kau mau aku menyetujuinya, maka kau harus mencapai keilahian di usia dua puluh ribu tahun.”

Ia jelas mempersulit Ye Hua. Tidak pernah ada seorang pun di seluruh dunia yang menjadi Dewa Agung di usia dua puluh ribu tahun. Bahkan, si Mo Yuan yang terhormat saja tidak bisa mencapai keilahian hingga usianya dua puluh lima ribu tahun. Sepuluh ribu tahun berlalu setelah pencapaian Mo Yuan sebelum Sang Ji mendapatkan keilahiannya di usia tiga puluh ribu tahun.

Ia masih punya beberapa tahun lagi sebelum sampai di usia dua puluh ribu tahun.

Ayahnya menghiburnya, “Kesehatan ibumu sekarang ini baik-baik saja, jadi kau tidak perlu cemas. Tian Jun menyayangimu. Yang perlu kau lakukan adalah mematuhinya. Kenapa membuatnya tidak senang?”

Eskpresinya berubah mendengarkan kata-kata ini. Ia tidak mengerti, mengapa ayahnya sangat lemah.

Ia ingin bertemu ibunya satu kali bukan karena ia sangat mencintainya. Sudah sangat lama, ia tidak ingat apa-apa, termasuk wajahnya. Ia baru berusia sembilan tahun waktu itu. Malahan, ia menganggap dirinya anak tak beribu. Paling tidak ia harus tahu seperti apa rupa ibunya.

Ayahnya berhenti menyuruh Su Jin untuk berada di sisinya. Selama dua puluh ribu tahun, ia selalu memperlakukan Putri Zhao Ren ini seperti tempat menggantung kuas di mejanya. Ia tak pernah punya keberadaan yang nyata bagi Ye Hua. Apakah Su Jin tetap berdiri di sisi mejanya atau tidak, tak jadi perbedaan bagi Ye Hua.

Ia mengira, tidak nyaman juga bagi Su Jin untuk terus berada bersamanya setiap hari juga. Akhirnya ia bisa terbebas.

Selagi ulang tahunnya mendekat, Tian Jun melupakan taruhan mereka.

Sehari sebelum ulang tahunnya, Su Jin mencari ke seluruh Jiu Chong Tian, tetapi tidak bisa menemukannya dimana pun. Kemudian, guntur dan petir bermunculan di seluruh tiga puluh enam tingkat Langit. Petirnya menyambar di sepanjang langit, membelah awan, dan gunturnya menyerang langsung ke Dong Huang. Mereka menghancurkan semua yang ada di jalan mereka, menghanguskan pepohonan dan rerumputan menjadi abu dalam satu kali serangan. Setiap makhluk abadi tahu kalau badai petir ini bukan badai biasa. Ini merupakan sebuah proses ujian kenaikan.

Wajah Tian Jun putih pucat sejenak di dalam Istana Leng Xiao. Setelah gunturnya dilepaskan, tak ada seorang pun yang bisa menghindari mereka. Bertahan menghadapi mereka berarti hidup dengan Langit dan Bumi, gagal berarti kematian.

Tian Jun berdiri menanti di Gerbang Selatan bersama dengan para pejabatnya, wajah mereka pucat.

Setelah waktu dua cangkir teh selesai, Ye Hua menunggangi segumpal awan yang compang-camping dan terbang pulang tak stabil, seluruh tubuhnya berselimut darah.

Saat ia melihat Tian Jun berdiri di Gerbang Selatan, ia mengumpulkan kekuatan terakhirnya dan melompat turun dari atas awan. Ia terhuyung-huyung dan berlutut di depan Tian Jun.

Nada suaranya dingin selagi ia mengutarakan kata-kata sopan ini, “Tian Jun sudah setuju denganku, kalau aku berhasil mencapai keilahian di usia dua puluh ribu tahun, Anda akan membiarkanku bertemu ibuku sekali. Aku sudah menyelesaikan tugasnya hari ini, jadi kapankah aku bisa bertemu dengan ibuku?”

Tian Jun memerhatikannya dengan eskpresi yang rumit dan akhirnya menyetujui, “Kembali dan istirahat lebih dulu, kalau tidak kau akan membuat ibumu khawatir.”

Mencapai keilahian sebagai dewa di usia dua puluh ribu tahun. Hal ini menyebar layaknya ombak di seluruh alam. Sejak saat itu, tidak ada seorang pun yang membandingkannya dengan Mo Yuan lagi.

Semua orang kagum akan kecepatannya mendapatkan keilahian. Tetapi tidak banyak yang memikirkan tentang cederanya yang parah. Cedera yang disebabkan oleh tiga sambaran petir sudah jelas tidak biasa. Sejak itu, ia hanya bisa berbaring di dalam kediamannya. Kapan pun ia ingin pergi ke suatu tempat, ia membutuhkan bantuan orang lain.

Walaupun mereka bersama-sama selama dua puluh ribu tahun, ia tidak pernah mempertahankan Su Jin, yang berjaga di ranjang saat ia sakit, yang membawakannya obat, yang membantunya berpindah tempat, yang membantunya makan dan minum itu di dalam hatinya. Ia hanya berasumsi bahwa semuanya diperintahkan oleh Tian Jun dan tidak memikirkannya lebih lanjut. Perawatannya bertahan selama beberapa tahun.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar