Minggu, 23 Januari 2022

3L3W TMOPB - Side Story : Ye Hua Part 3

Ten Miles of Peach Blossoms

Side Story : Ye Hua Part 3

Mereka mengucapkan sumpah pada Langit dan Bumi hari itu di Dong Huang.

Tetapi, ‘Takdir’ adalah kata yang mengerikan.

Takdir seorang manusia ditentukan oleh dewa.

Takdir seorang dewa ditentukan oleh Langit.

Seseorang tidak akan bisa melihat kapan ia datang dan tak dapat juga menghentikan kapan ia pergi.

Karena pamannya, Sang Ji, takdir Ye Hua adalah menikahi Bai Qian dari Qing Qiu. Ia tidak pernah begitu memikirkannya. Sama saja baginya, entah apakah ia menikahi Bai Qian (Qian Putih) dari Qing Qiu (Qiu Biru) atau Qing Qian (Qian Biru) dari Bai Qiu (Qiu Putih).

Tetapi kini, ada seseorang yang dicintainya. Tadinya tidak perlu, tetapi sekarang ia harus memulai sebuah rencana.

Contoh Sang Ji masih terbayang jelas di kepalanya. Ia tidak bisa kabur dari posisi Putra Mahkota walaupun ia ingin. Ia memikirkannya selama berhari-hari dan akhirnya memilih jalur paling berbahaya, namun juga yang paling permanen. Kebetulan sekali, Klan Naga Laut melakukan pergerakan di Laut Selatan. Itu adalah sebuah alasan sempurna baginya untuk meninggalkan Langit.

Segera setelahnya, Su Su pun mengandung. Walaupun ia diliputi kebahagiaan, tahun-tahun penuh pelatihannya membuat Ye Hua jadi jauh lebih tenang ketimbang ayah-ayah lainnya. Setelah mengandung, Su Su menyantap lebih banyak makanan. Kemampuan memasak Ye Hua meningkat drastis dengan kejadian ini.

Sesuai prediksinya, Klan Naga Laut akhirnya memberontak. Sesuai dugaan pula, Tian Jun memerintahkannya turun ke Laut Selatan untuk memadamkan pemberontakan itu.

Ye Hua takut kalau Su Su akan cemas, oleh karenanya ia hanya memberitahunya bahwa ia harus pergi ke suatu tempat yang jauh untuk mengurusi masalah penting. Agar Su Su tidak kesepian, ia menghadiahinya sebuah cermin perunggu dan berjanji untuk berbincang dengannya kapan pun ia punya waktu.

Untuk mengecoh Tian Jun, Ye Hua sengaja menerima sayatan dari pemimpin Klan Naga Laut selagi ia menyerangnya dengan seluruh kemampuannya. Golok Pemotong Arwah milik Klan Naga Laut itu memotong lurus di bagian perutnya. Kedalaman serta panjang dari sayatan itu persis sebagaimana harusnya. Satu inci lebih lagi, dan Ye Hua akan hancur, satu inci kurang, maka luka itu tidak akan serius.

Seperti itulah, Lian Song kembali ke Langit dan mengarang kematiannya pada Tian Jun, mengatakan ia sudah musnah di Laut Selatan.

Itu adalah akhir yang sempurna.

Tetapi, jauh di luar perencanaannya, ia tidak pernah mempertimbangkan hal terpenting: apabila Su Su menerobos keluar dari medan pelindung di Gunung Jun Ji. Rencananya hancur dan ia dibawa kembali ke Langit. Hujan pun mendadak mengguyur Nan Xia yang dilanda kekeringan hari itu.

Ia tidak pernah tahu apa itu penyesalan semenjak hari ia dilahirkan. Sekarang, selagi ia berbaring tak sadarkan diri di ranjangnya, Ye Hua sangat menyesali kenapa ia tidak membuat medan pelindung di Gunung Jun Ji sedikit lebih tebal. Tiba-tiba saja ia menyadari lukanyalah yang menyebabkan medan pelindungnya menipis, membiarkan Su Su lolos. Apa yang tidak disadari Ye Hua adalah, tak peduli setebal apa pun medan pelindungnya, istrinya tetapi akan lolos seperti yang dilakukannya.

Tian Jun mengunjunginya di Istana Xi Wu.

Ia menanyakan soal lukanya dan setelahnya tanpa tergesa berkata, “Kebetulan, aku melihat seorang manusia di dunia manusia yang mengandung anakmu. Apa-apaan ini?”

Ia tetap diam di ranjangnya dan dengan santai berkata, “Aku mengalami cedera saat aku mengalahkan Monster Singa itu. Ia menyelamatkan nyawaku, jadi bayi itu adalah pembalasan budiku padanya.”

Tian Jun menganggukkan kepalanya dan berkata, “Dapat diabaikan jika itu hanyalah pembalasan budi. Akan tetapi, kau akan menjadi pewarisku. Menjerat dirimu dalam cinta bukanlah hal yang bagus. Selama kau ingat ini, aku tidak keberatan akan hal lainnya. Bawa ia ke Langit kalau ia sudah mengandung anakmu.”

Ye Hua memandangi teratai yang mekar dan terus menjawab acuh, “Keharusan apa yang ada untuk membawa seorang manusia ke Istana Langit? Ia baik-baik saja di dunia manusia, mengapa membawanya kemari?”

Ekspresi dinginnya jelas sekali menyenangkan Tian Jun.

Tian Jun tersenyum senang dan berkata, “Seorang anak dewa, sudah semestinya dilahirkan di Langit. Akan lebih tidak pantas lagi membiarkannya di dunia manusia. Bawa wanita itu kemari setelah lukamu membaik.”

Setelahnya, ia tahu mereka tak akan bisa bersatu. Mulai dari sekarang, mereka akan menjadi orang asing di dalam Istana Langit yang besar ini. Ia tidak boleh menariknya dalam kubangan lumpur kotor ini, ataupun membiarkannya terluka sedikit pun.

Ye Hua bahkan menganggap dirinya beruntung. Beruntung karena Su Su masih belum mencintainya.

Dalam hubungan mereka, beruntungnya, gairah itu berasal darinya. Dengan kenangan bahagia di Gunung Jun Ji, ia tak akan punya penyesalan apa pun meskipun jika Su Su benar-benar melupakannya. Tiga tahun, Su Su hanya perlu tetap aman selama tiga tahun. Setelah ia melahirkan bayinya, tidak ada alasan lagi bagi Tian Jun untuk menahannya di Langit.

Maka, Ye Hua bisa membiarkannya bereinkarnasi di Gunung Jun Ji, dan Su Su akan kembali ke hari-hari menyenangkannya. Ia sendiri sudah lebih dari puas dengan memandanginya melalui cermin air di Langit.

Ia membawa Su Su ke Langit dan mengatur agar ia tinggal di Yi Lan Fang Hua. Dalam sekejap mata, dua tahun pun berlalu. Selama dua tahun ini, semua orang melihatnya tidak mempunyai perasaan apa pun terhadap manusia ini. Tian Jun pun melihat hal yang sama. Tetapi ada kalanya saat mereka berdua sendirian, ketika ia tidak mampu memeriksa perasaannya sendiri terhadap Su Su. Beruntungnya, hanya mereka berdua yang mengetahui kesalahannya.

Tidak seorang pun mencari masalah dengannya selama dua tahun ini. Meski ia tinggal di Istana Langit, beruntungnya tak ada satu pun kekotoran Jiu Chong Tian yang menodainya.

Di musim semi tahun ketiga, Ye Hua diperintahkan untuk memadamkan kerusuhan di Dataran Utara. Ia tidak tahu bahwa itu adalah sebuah jebakan yang dirancang Tian Jun untuk memancingnya pergi.

Tepat sehari setelah keberangkatannya, si selir baru Tian Jun, Putri Zhao Ren, Su Jin, bersandiwara di ruang bacanya.

Ia menghadap tempat kuasnya dan berbicara seolah ia tengah berbicara pada Ye Hua, “Kau menikahi seorang manusia hanya karena kau ingin menghukum ketidaksetiaanku karena menikahi Tian Jun. Kau tidak punya solusi, begitupula denganku. Sebagai seorang wanita di dunia ini, mustahil menolak kebaikan Tian Jun. Ye Hua, beritahu aku, kau masih mencintaiku, kan? Kau memanggilnya Su Su semua karena adanya huruf ‘Su’ dalam namaku.”

Tentu saja Ye Hua tidak tahu kata Jin mana yang ada digunakan dalam namanya, atau Su mana yang digunakan dalam namanya. Ia mampu menghafalkan setiap nama pejabat dari berbagai laporan yang harus dibacanya, tetapi untuk nama Su Jin, ia bahkan tidak punya waktu untuk mencari tahu bagaimana bentuk huruf-huruf di namanya.

Ia akan mencemooh kata-kata tak masuk akal atau menyebut Su Jin gila jika ialah yang mendengarkan perkataan ini. Namun, orang yang mendengar perkataan ini bukanlah dirinya.

Melainkan Su Su.

Tentu saja, Ye Hua juga tidak tahu kalau Su Su pun mendengarkan banyak omong kosong lainnya yang dirancang untuknya.

Setengah tahun kemudian, ia kembali ke Langit. Ia masih belum melangkah masuk ke Istana Xi Wu saat dayang Su Su berlari mendatanginya. Ia tersedu-sedu selagi memberitahu Ye Hua bahwa Su Su dan Su Jin Niang Niang sedang berkelahi di Zhu Xian Tai.

Dengan tergesa ia bergegas menuju teras itu. Tetapi, ketika ia sampai di sana, ia tidak melihat Su Jin sedang mencoba menyakiti Su Su. Sebaliknya, ia melihat Su Su sendiri yang mendorong Su jin. Pikirannya mulai berpacu, jika terjadi sesuatu pada Putri Zhao Ren ....

Saat ia membawa Su Jin kembali, matanya sudah rusak oleh energi jahat Zhu Xian Tai. Tiba-tiba saja ia teringat insiden Sang Ji lima puluh ribu tahun yang lalu.

Su Su mendekatinya dan berkata, “Bukan aku. Bukan aku. Aku tidak mendorongnya, Ye Hua, kau harus mempercayaiku. Harus.”

Ia berusaha menjelaskan mati-matian. Penampilan menyedihkannya membuat Ye Hua sakit. Akan tetapi, Su Su sudah dilindungi dengan begitu baik selama dua tahun terakhir ini hingga ia tidak tahu situasi genting macam apa yang tengah dihadapinya. Tidak peduli apakah ia melakukannya atau tidak, orang-orang tidak akan mengubah pikiran mereka. Su Jin menutupi matanya dan merintih. Para dayang dari kejauhan mulai mendekat.

Entah apakah Su Su mendorong Su Jin dari Zhu Xian Tai atau tidak, tak lagi penting. Sandiwara yang dipertontonkan oleh Tian Jun akan mendekati akhirnya. Ia duduk menunggu untuk melihat bagaimana cucu lelakinya akan menangani masalah ini sekarang.

Ruangan itu tenggelam dalam kesunyian; hanya tangisan tertahan Su Jin yang lemah itu yang menghantam telinga semua orang.

Ia mengepalkan tangannya sampai memutih.

Ia dipaksa untuk menyetujuinya, “Tian Jun benar. Aku tidak bisa melihat terlalu jelas. Aku hanya diberitahu oleh Su Jin Niang Niang bahwa Su Su tidak sengaja melakukannya. Walaupun itu tidak disengaja, Su Jin Niang Niang tetap terluka parah. Tentu saja, Su Su harus membayar utang kedua mata ini. Ia adalah seorang manusia, tetapi ia berani membuat seorang Dewi jatuh dari Zhu Xian Tai. Itu tidak termaafkan. Ia harus dicambuk dengan sambaran petir selama tiga tahun. Para hadirin sekalian, apakah kalian puas dengan ini?”

Tian Jun tidak bisa mempercayai kalau Ye Hua mampu mengutarakan kata-kata masuk akal begini yang membuatnya dalam situasi tak menguntungkan. Wajahnya pun memucat selagi ia mengangguk enggan untuk menyetujuinya.

Ye Hua maju dan terus berkata sopan, “Su Su adalah penyelamatku. Tian Jun mengajariku untuk membayar utangku. Akulah orang yang membawanya ke Langit. Sudah pasti aku juga bertanggung jawab atas masalah yang disebabkan olehnya. Ia sedang mengandung anakku sekarang. Aku minta agar aku dapat menggantikannya menerima hukuman sambaran petir itu.”

Semua hal yang diucapkannya masuk akal. Tian Jun tidak menunjukkan apa pun di wajahnya. Ia mengangkat tehnya dan menyesapnya sekali. Kemudian, dengan eksprei setuju, ia lanjut menyetujuinya.

Dengan matanya sendiri, Ye Hua melihat Su Su mendorong Su Jin dari Zhu Xian Tai. Mengembalikan sepasang mata adalah untuk menyenangkan Tian Jun, menyenangkan Su Jin, menyenangkan dewa-dewi lainnya, tetapi yang terpenting adalah untuk membayarkan utang terhadap Su Jin. Apabila tidak dibayarkan hari ini, Tian Jun mungkin akan merencanakan nasib yang lebih mengerikan untuk Su Su di kehidupan selanjutnya untuk menuntaskan utang ini. Ye Hua takut, Su Su tidak akan sanggup mempertahankan nyawanya jika hal itu terjadi.

Setelah Su Su kehilangan matanya secara tak adil, Ye Hua pergi ke Kediaman Shen Xiao di Langit ketiga puluh tiga untuk menerima hukuman sambaran petirnya. Setiap harinya, ia dicambuki dengan empat puluh sembilan sambaran petir. Hari ketika Su Su melahirkan anak mereka juga tak terkecuali. Bekas-bekas lukanya terpapar jelas di tubuhnya. Takut Su Su mengetahuinya, Ye Hua tidak berani menginap bersamanya di Yi Lan Fang Hua.

Membawa Su Su kembali ke Gunung Jun Ji kini hanya jadi impian. Tidak ada cara untuk menghapuskan rasa sakitnya. Ye Hua memutuskan untuk membiarkan Su Su berada di sisinya selama sisa hidup mereka. Ia tidak tahu bahwa itu juga hanyalah angan-angan yang sia-sia. Tidak ada yang dapat dilakukan olehnya pada saat itu untuk mendapatkan kebahagiaan bersama Su Su, satu-satunya orang yang ia cintai.

Ye Hua hanyalah ujian percintaan Su Su.

Jika bukan bersamanya, maka bersama orang lain.

Ye Hua sama sekali tidak mengetahui kejamnya permainan Takdir.

***

Saat Su Su melompat turun dari Zhu Xian Tai, Ye Hua juga melompat untuk mengejarnya. Biasanya, Zhu Xian Tai tidak akan menyebabkannya mati, tetapi karena ia juga menerima hukuman sambaran petir, itu sama saja dengan mencari mati.

Tian Jun mengira Ye Hua hanya akan merasa sedih atas kematian Su Su selama beberapa hari. Saat ia tergesa-gesa dari Istana Leng Xiao menuju Zhu Xian Tai untuk menyelamatkan Ye Hua, cucunya itu sudah di ambang kematian. Hanya dalam beberapa detik, si agung Tian Jun pun menua drastis.

Tidur panjang Ye Hua berjalan selama enam puluh tahun makhluk abadi. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia terbangun. Ibunya tidak sanggup melihatnya menderita, dan pergi menemui Dewa Tabib, meminta “Pil Penghapus Cinta”.

Ye Hua memandanginya dingin.

Walaupun cintanya ini menyayatnya tiada henti, Su Su tetaplah satu-satu warna dalam lima puluh ribu tahunnya hidup. Apabila ia kehilangan satu jejak warna ini, ia tidak akan tahu lagi siapa dirinya. Oleh karena itulah, meskipun sakit, Ye Hua tidak sanggup melepaskannya.

Kekeraskepalaannya terhadap Su Su, mirip seperti kekeraskepalaan Su Jin terhadap dirinya.

Tetapi keras kepalanya Su Jin menyebabkan kematian Su Su, dan Ye Hua sungguh-sungguh ingin membunuh Su Jin sebagai gantinya.

Saat pedang Qing Ming terbang lurus ke dadanya, Su Jin yang mengenakan gaun merah pernikahan pun bertanya samar tak percaya, “Kenapa?”

Ye Hua bahkan tidak sudi menjawabnya. Ia menarik kembali pedangnya, memelototinya dingin, berbalik masuk ke dalam istana, dan mengunci pintu gerbang utama Istana Xi Wu dengan erat.

Tetapi, Su Jin benar-benar gigih. Meskipun ia seorang yatim piatu, ia selalu mendapatkan apa pun yang diinginkannya selama tujuh puluh ribu tahun ini. Hanya Ye Hua seorang yang membuatnya gagal berulang kali. Di hadapan semua orang, ia mempersembahkan harta karun keluarganya, Jie Po Deng, untuk Tian Jun.

Tiga bulan kemudian, ia berhasil masuk ke Istana Xi Wu.

***

Tiga ratus tahun berlalu dalam sekejap mata.

Beruntungnya, Takdir tidaklah sekejam yang dibayangkan. Takdirnya dengan orang yang satunya akhirnya berbuah.

Tiga ratus tahun setelahnya, ia bertemu seorang wanita di kebun persik milik Zhe Yan.

Hari berikutnya, di Istana Kristal Air Raja Laut Timur, ia melihatnya duduk di atas sebuah bangku batu, menceramahi istri paman keduanya.

Tangan kanannya memegangi sebuah kipas. Ibu jari dan telunjuknya melingkar; sisa ketiga jari lainnya dengan lembut menepuk-nepuk di atas meja. Itu adalah gerakan yang sama persis yang kerap kali dilakukan oleh Su Su secara tidak sadar. Mulut yang digunakannya untuk menceramahi orang lain itu juga sama persis dengan milik Su Su.

Sesuatu tersambung di kepalanya.

Ye Hua langsung berjalan keluar dari balik bebatuan koral.

Mulutnya yang sudah lama tidak tersenyum selama tiga ratus tahun terakhir, kini melengkung penuh humor, “Nona, aku tidak percaya. Tertanya, kau adalah Bai Qian dari Qing Qiu.”

--TAMAT--

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar