Ten Miles of Peach Blossoms
Side Story : Ye Hua Part 3
Mereka mengucapkan sumpah pada Langit dan Bumi hari itu di Dong Huang.
Tetapi,
‘Takdir’ adalah kata yang mengerikan.
Takdir seorang
manusia ditentukan oleh dewa.
Takdir seorang
dewa ditentukan oleh Langit.
Seseorang tidak
akan bisa melihat kapan ia datang dan tak dapat juga menghentikan kapan ia
pergi.
Karena
pamannya, Sang Ji, takdir Ye Hua adalah menikahi Bai Qian dari Qing Qiu. Ia
tidak pernah begitu memikirkannya. Sama saja baginya, entah apakah ia menikahi Bai
Qian (Qian Putih) dari Qing Qiu (Qiu Biru) atau Qing Qian (Qian Biru) dari Bai
Qiu (Qiu Putih).
Tetapi kini,
ada seseorang yang dicintainya. Tadinya tidak perlu, tetapi sekarang ia harus
memulai sebuah rencana.
Contoh Sang Ji
masih terbayang jelas di kepalanya. Ia tidak bisa kabur dari posisi Putra
Mahkota walaupun ia ingin. Ia memikirkannya selama berhari-hari dan akhirnya
memilih jalur paling berbahaya, namun juga yang paling permanen. Kebetulan
sekali, Klan Naga Laut melakukan pergerakan di Laut Selatan. Itu adalah sebuah
alasan sempurna baginya untuk meninggalkan Langit.
Segera
setelahnya, Su Su pun mengandung. Walaupun ia diliputi kebahagiaan, tahun-tahun
penuh pelatihannya membuat Ye Hua jadi jauh lebih tenang ketimbang ayah-ayah
lainnya. Setelah mengandung, Su Su menyantap lebih banyak makanan. Kemampuan
memasak Ye Hua meningkat drastis dengan kejadian ini.
Sesuai
prediksinya, Klan Naga Laut akhirnya memberontak. Sesuai dugaan pula, Tian Jun
memerintahkannya turun ke Laut Selatan untuk memadamkan pemberontakan itu.
Ye Hua takut
kalau Su Su akan cemas, oleh karenanya ia hanya memberitahunya bahwa ia harus
pergi ke suatu tempat yang jauh untuk mengurusi masalah penting. Agar Su Su
tidak kesepian, ia menghadiahinya sebuah cermin perunggu dan berjanji untuk
berbincang dengannya kapan pun ia punya waktu.
Untuk mengecoh
Tian Jun, Ye Hua sengaja menerima sayatan dari pemimpin Klan Naga Laut selagi
ia menyerangnya dengan seluruh kemampuannya. Golok Pemotong Arwah milik Klan
Naga Laut itu memotong lurus di bagian perutnya. Kedalaman serta panjang dari
sayatan itu persis sebagaimana harusnya. Satu inci lebih lagi, dan Ye Hua akan
hancur, satu inci kurang, maka luka itu tidak akan serius.
Seperti itulah,
Lian Song kembali ke Langit dan mengarang kematiannya pada Tian Jun, mengatakan
ia sudah musnah di Laut Selatan.
Itu adalah
akhir yang sempurna.
Tetapi, jauh di
luar perencanaannya, ia tidak pernah mempertimbangkan hal terpenting: apabila
Su Su menerobos keluar dari medan pelindung di Gunung Jun Ji. Rencananya hancur
dan ia dibawa kembali ke Langit. Hujan pun mendadak mengguyur Nan Xia yang
dilanda kekeringan hari itu.
Ia tidak pernah
tahu apa itu penyesalan semenjak hari ia dilahirkan. Sekarang, selagi ia
berbaring tak sadarkan diri di ranjangnya, Ye Hua sangat menyesali kenapa ia
tidak membuat medan pelindung di Gunung Jun Ji sedikit lebih tebal. Tiba-tiba
saja ia menyadari lukanyalah yang menyebabkan medan pelindungnya menipis,
membiarkan Su Su lolos. Apa yang tidak disadari Ye Hua adalah, tak peduli
setebal apa pun medan pelindungnya, istrinya tetapi akan lolos seperti yang
dilakukannya.
Tian Jun
mengunjunginya di Istana Xi Wu.
Ia menanyakan
soal lukanya dan setelahnya tanpa tergesa berkata, “Kebetulan, aku melihat
seorang manusia di dunia manusia yang mengandung anakmu. Apa-apaan ini?”
Ia tetap diam
di ranjangnya dan dengan santai berkata, “Aku mengalami cedera saat aku
mengalahkan Monster Singa itu. Ia menyelamatkan nyawaku, jadi bayi itu adalah
pembalasan budiku padanya.”
Tian Jun
menganggukkan kepalanya dan berkata, “Dapat diabaikan jika itu hanyalah
pembalasan budi. Akan tetapi, kau akan menjadi pewarisku. Menjerat dirimu dalam
cinta bukanlah hal yang bagus. Selama kau ingat ini, aku tidak keberatan akan
hal lainnya. Bawa ia ke Langit kalau ia sudah mengandung anakmu.”
Ye Hua
memandangi teratai yang mekar dan terus menjawab acuh, “Keharusan apa yang ada
untuk membawa seorang manusia ke Istana Langit? Ia baik-baik saja di dunia
manusia, mengapa membawanya kemari?”
Ekspresi
dinginnya jelas sekali menyenangkan Tian Jun.
Tian Jun
tersenyum senang dan berkata, “Seorang anak dewa, sudah semestinya dilahirkan
di Langit. Akan lebih tidak pantas lagi membiarkannya di dunia manusia. Bawa
wanita itu kemari setelah lukamu membaik.”
Setelahnya, ia
tahu mereka tak akan bisa bersatu. Mulai dari sekarang, mereka akan menjadi
orang asing di dalam Istana Langit yang besar ini. Ia tidak boleh menariknya
dalam kubangan lumpur kotor ini, ataupun membiarkannya terluka sedikit pun.
Ye Hua bahkan
menganggap dirinya beruntung. Beruntung karena Su Su masih belum mencintainya.
Dalam hubungan
mereka, beruntungnya, gairah itu berasal darinya. Dengan kenangan bahagia di
Gunung Jun Ji, ia tak akan punya penyesalan apa pun meskipun jika Su Su
benar-benar melupakannya. Tiga tahun, Su Su hanya perlu tetap aman selama tiga
tahun. Setelah ia melahirkan bayinya, tidak ada alasan lagi bagi Tian Jun untuk
menahannya di Langit.
Maka, Ye Hua
bisa membiarkannya bereinkarnasi di Gunung Jun Ji, dan Su Su akan kembali ke
hari-hari menyenangkannya. Ia sendiri sudah lebih dari puas dengan memandanginya
melalui cermin air di Langit.
Ia membawa Su
Su ke Langit dan mengatur agar ia tinggal di Yi Lan Fang Hua. Dalam sekejap
mata, dua tahun pun berlalu. Selama dua tahun ini, semua orang melihatnya tidak
mempunyai perasaan apa pun terhadap manusia ini. Tian Jun pun melihat hal yang
sama. Tetapi ada kalanya saat mereka berdua sendirian, ketika ia tidak mampu
memeriksa perasaannya sendiri terhadap Su Su. Beruntungnya, hanya mereka berdua
yang mengetahui kesalahannya.
Tidak seorang
pun mencari masalah dengannya selama dua tahun ini. Meski ia tinggal di Istana
Langit, beruntungnya tak ada satu pun kekotoran Jiu Chong Tian yang menodainya.
Di musim semi
tahun ketiga, Ye Hua diperintahkan untuk memadamkan kerusuhan di Dataran Utara.
Ia tidak tahu bahwa itu adalah sebuah jebakan yang dirancang Tian Jun untuk
memancingnya pergi.
Tepat sehari
setelah keberangkatannya, si selir baru Tian Jun, Putri Zhao Ren, Su Jin,
bersandiwara di ruang bacanya.
Ia menghadap
tempat kuasnya dan berbicara seolah ia tengah berbicara pada Ye Hua, “Kau
menikahi seorang manusia hanya karena kau ingin menghukum ketidaksetiaanku
karena menikahi Tian Jun. Kau tidak punya solusi, begitupula denganku. Sebagai
seorang wanita di dunia ini, mustahil menolak kebaikan Tian Jun. Ye Hua,
beritahu aku, kau masih mencintaiku, kan? Kau memanggilnya Su Su semua karena
adanya huruf ‘Su’ dalam namaku.”
Tentu saja Ye
Hua tidak tahu kata Jin mana yang ada digunakan dalam namanya, atau Su mana
yang digunakan dalam namanya. Ia mampu menghafalkan setiap nama pejabat dari
berbagai laporan yang harus dibacanya, tetapi untuk nama Su Jin, ia bahkan
tidak punya waktu untuk mencari tahu bagaimana bentuk huruf-huruf di namanya.
Ia akan
mencemooh kata-kata tak masuk akal atau menyebut Su Jin gila jika ialah yang
mendengarkan perkataan ini. Namun, orang yang mendengar perkataan ini bukanlah
dirinya.
Melainkan Su
Su.
Tentu saja, Ye
Hua juga tidak tahu kalau Su Su pun mendengarkan banyak omong kosong lainnya
yang dirancang untuknya.
Setengah tahun
kemudian, ia kembali ke Langit. Ia masih belum melangkah masuk ke Istana Xi Wu
saat dayang Su Su berlari mendatanginya. Ia tersedu-sedu selagi memberitahu Ye
Hua bahwa Su Su dan Su Jin Niang Niang
sedang berkelahi di Zhu Xian Tai.
Dengan tergesa
ia bergegas menuju teras itu. Tetapi, ketika ia sampai di sana, ia tidak
melihat Su Jin sedang mencoba menyakiti Su Su. Sebaliknya, ia melihat Su Su
sendiri yang mendorong Su jin. Pikirannya mulai berpacu, jika terjadi sesuatu
pada Putri Zhao Ren ....
Saat ia membawa
Su Jin kembali, matanya sudah rusak oleh energi jahat Zhu Xian Tai. Tiba-tiba
saja ia teringat insiden Sang Ji lima puluh ribu tahun yang lalu.
Su Su mendekatinya
dan berkata, “Bukan aku. Bukan aku. Aku tidak mendorongnya, Ye Hua, kau harus
mempercayaiku. Harus.”
Ia berusaha
menjelaskan mati-matian. Penampilan menyedihkannya membuat Ye Hua sakit. Akan
tetapi, Su Su sudah dilindungi dengan begitu baik selama dua tahun terakhir ini
hingga ia tidak tahu situasi genting macam apa yang tengah dihadapinya. Tidak
peduli apakah ia melakukannya atau tidak, orang-orang tidak akan mengubah
pikiran mereka. Su Jin menutupi matanya dan merintih. Para dayang dari kejauhan
mulai mendekat.
Entah apakah Su
Su mendorong Su Jin dari Zhu Xian Tai atau tidak, tak lagi penting. Sandiwara
yang dipertontonkan oleh Tian Jun akan mendekati akhirnya. Ia duduk menunggu
untuk melihat bagaimana cucu lelakinya akan menangani masalah ini sekarang.
Ruangan itu
tenggelam dalam kesunyian; hanya tangisan tertahan Su Jin yang lemah itu yang
menghantam telinga semua orang.
Ia mengepalkan
tangannya sampai memutih.
Ia dipaksa
untuk menyetujuinya, “Tian Jun benar. Aku tidak bisa melihat terlalu jelas. Aku
hanya diberitahu oleh Su Jin Niang Niang
bahwa Su Su tidak sengaja melakukannya. Walaupun itu tidak disengaja, Su Jin Niang Niang tetap terluka parah. Tentu
saja, Su Su harus membayar utang kedua mata ini. Ia adalah seorang manusia,
tetapi ia berani membuat seorang Dewi jatuh dari Zhu Xian Tai. Itu tidak
termaafkan. Ia harus dicambuk dengan sambaran petir selama tiga tahun. Para
hadirin sekalian, apakah kalian puas dengan ini?”
Tian Jun tidak
bisa mempercayai kalau Ye Hua mampu mengutarakan kata-kata masuk akal begini
yang membuatnya dalam situasi tak menguntungkan. Wajahnya pun memucat selagi ia
mengangguk enggan untuk menyetujuinya.
Ye Hua maju dan
terus berkata sopan, “Su Su adalah penyelamatku. Tian Jun mengajariku untuk
membayar utangku. Akulah orang yang membawanya ke Langit. Sudah pasti aku juga
bertanggung jawab atas masalah yang disebabkan olehnya. Ia sedang mengandung
anakku sekarang. Aku minta agar aku dapat menggantikannya menerima hukuman
sambaran petir itu.”
Semua hal yang
diucapkannya masuk akal. Tian Jun tidak menunjukkan apa pun di wajahnya. Ia
mengangkat tehnya dan menyesapnya sekali. Kemudian, dengan eksprei setuju, ia
lanjut menyetujuinya.
Dengan matanya
sendiri, Ye Hua melihat Su Su mendorong Su Jin dari Zhu Xian Tai. Mengembalikan
sepasang mata adalah untuk menyenangkan Tian Jun, menyenangkan Su Jin,
menyenangkan dewa-dewi lainnya, tetapi yang terpenting adalah untuk membayarkan
utang terhadap Su Jin. Apabila tidak dibayarkan hari ini, Tian Jun mungkin akan
merencanakan nasib yang lebih mengerikan untuk Su Su di kehidupan selanjutnya
untuk menuntaskan utang ini. Ye Hua takut, Su Su tidak akan sanggup
mempertahankan nyawanya jika hal itu terjadi.
Setelah Su Su
kehilangan matanya secara tak adil, Ye Hua pergi ke Kediaman Shen Xiao di
Langit ketiga puluh tiga untuk menerima hukuman sambaran petirnya. Setiap
harinya, ia dicambuki dengan empat puluh sembilan sambaran petir. Hari ketika
Su Su melahirkan anak mereka juga tak terkecuali. Bekas-bekas lukanya terpapar
jelas di tubuhnya. Takut Su Su mengetahuinya, Ye Hua tidak berani menginap
bersamanya di Yi Lan Fang Hua.
Membawa Su Su
kembali ke Gunung Jun Ji kini hanya jadi impian. Tidak ada cara untuk
menghapuskan rasa sakitnya. Ye Hua memutuskan untuk membiarkan Su Su berada di
sisinya selama sisa hidup mereka. Ia tidak tahu bahwa itu juga hanyalah
angan-angan yang sia-sia. Tidak ada yang dapat dilakukan olehnya pada saat itu
untuk mendapatkan kebahagiaan bersama Su Su, satu-satunya orang yang ia cintai.
Ye Hua hanyalah
ujian percintaan Su Su.
Jika bukan
bersamanya, maka bersama orang lain.
Ye Hua sama
sekali tidak mengetahui kejamnya permainan Takdir.
***
Saat Su Su
melompat turun dari Zhu Xian Tai, Ye Hua juga melompat untuk mengejarnya.
Biasanya, Zhu Xian Tai tidak akan menyebabkannya mati, tetapi karena ia juga
menerima hukuman sambaran petir, itu sama saja dengan mencari mati.
Tian Jun
mengira Ye Hua hanya akan merasa sedih atas kematian Su Su selama beberapa
hari. Saat ia tergesa-gesa dari Istana Leng Xiao menuju Zhu Xian Tai untuk menyelamatkan
Ye Hua, cucunya itu sudah di ambang kematian. Hanya dalam beberapa detik, si
agung Tian Jun pun menua drastis.
Tidur panjang
Ye Hua berjalan selama enam puluh tahun makhluk abadi. Ia sendiri tidak tahu
mengapa ia terbangun. Ibunya tidak sanggup melihatnya menderita, dan pergi
menemui Dewa Tabib, meminta “Pil Penghapus Cinta”.
Ye Hua
memandanginya dingin.
Walaupun
cintanya ini menyayatnya tiada henti, Su Su tetaplah satu-satu warna dalam lima
puluh ribu tahunnya hidup. Apabila ia kehilangan satu jejak warna ini, ia tidak
akan tahu lagi siapa dirinya. Oleh karena itulah, meskipun sakit, Ye Hua tidak
sanggup melepaskannya.
Kekeraskepalaannya
terhadap Su Su, mirip seperti kekeraskepalaan Su Jin terhadap dirinya.
Tetapi keras
kepalanya Su Jin menyebabkan kematian Su Su, dan Ye Hua sungguh-sungguh ingin
membunuh Su Jin sebagai gantinya.
Saat pedang
Qing Ming terbang lurus ke dadanya, Su Jin yang mengenakan gaun merah
pernikahan pun bertanya samar tak percaya, “Kenapa?”
Ye Hua bahkan
tidak sudi menjawabnya. Ia menarik kembali pedangnya, memelototinya dingin,
berbalik masuk ke dalam istana, dan mengunci pintu gerbang utama Istana Xi Wu
dengan erat.
Tetapi, Su Jin
benar-benar gigih. Meskipun ia seorang yatim piatu, ia selalu mendapatkan apa pun
yang diinginkannya selama tujuh puluh ribu tahun ini. Hanya Ye Hua seorang yang
membuatnya gagal berulang kali. Di hadapan semua orang, ia mempersembahkan
harta karun keluarganya, Jie Po Deng, untuk Tian Jun.
Tiga bulan kemudian, ia berhasil masuk ke Istana Xi Wu.
***
Tiga ratus
tahun berlalu dalam sekejap mata.
Beruntungnya,
Takdir tidaklah sekejam yang dibayangkan. Takdirnya dengan orang yang satunya
akhirnya berbuah.
Tiga ratus
tahun setelahnya, ia bertemu seorang wanita di kebun persik milik Zhe Yan.
Hari
berikutnya, di Istana Kristal Air Raja Laut Timur, ia melihatnya duduk di atas
sebuah bangku batu, menceramahi istri paman keduanya.
Tangan kanannya
memegangi sebuah kipas. Ibu jari dan telunjuknya melingkar; sisa ketiga jari
lainnya dengan lembut menepuk-nepuk di atas meja. Itu adalah gerakan yang sama
persis yang kerap kali dilakukan oleh Su Su secara tidak sadar. Mulut yang
digunakannya untuk menceramahi orang lain itu juga sama persis dengan milik Su
Su.
Sesuatu
tersambung di kepalanya.
Ye Hua langsung
berjalan keluar dari balik bebatuan koral.
Mulutnya yang sudah lama tidak tersenyum selama tiga ratus tahun terakhir, kini melengkung penuh humor, “Nona, aku tidak percaya. Tertanya, kau adalah Bai Qian dari Qing Qiu.”
--TAMAT--
0 comments:
Posting Komentar