Rabu, 16 September 2020

TMPW - Chapter 14 Part 1

The Man's Perfect Wife - Chapter 14 Part 1


"Berita terbaru. Polisi sudah memulai sebuah investigasi terhadap akun dana tertentu internasional diduga milik Presiden Min Dae Yup dari R&K Investments dan keluarganya. Kami akan beralih pada Reporter Jun So Yeon untuk laporan eksklusifnya."

Tiga hari telah berlalu semenjak mereka berhasil mentransferkan uang tersebut. Korea Selatan dibuat jungkir-balik oleh berita itu. Itu adalah kekacauan mutlak.

R&K Investments, yang mana diperkirakan bernilai sekitar 8 triliun won, berperingkat 38 di dunia bisnis. Tetapi terungkap bahwa mereka telah menciptakan dana tertentu sebesar satu triliun won dan telah mentransferkan rekening lengkap itu ke Korea.

'Jaksa penuntut mengatakan bahwa Min Dae Yup tidak melaporkan jumlah luar biasa dari aset asing yang diterimanya dari peleburan Ryu Hwa-Keum Young di tahun 1991. Hari ini, FIU, atau Unit Intelegensi Keuangan Korea, memberitahu R&K tentang masuknya dana asing yang mencurigakan. Dana tersebut dikonfirmasi berasal dari suaka pajak Eropa. Penuntutan mulai mempertimbangkan untuk investigasi penciptaan dana tertentu asing yang diduga itu sekaligus dengan skema penghindaran pajak lepas pantai dari keluarga R&K. Opini publik adalah menekan penuntutan agar segera menangkap si presiden dan keluarganya ...

Yuan mematikan TV.

Segera setelah suara serius dari si reporter menghilang, keheningan yang nyaman pun menyelimuti di dalam rumah. Dengan tenang Yuan duduk dan melihat ke arah cangkir teh di atas meja. Ia sedang dipenuhi dengan perasaan yang tidak bisa dilukiskan.

Mereka sudah melakukannya. Ia hampir tidak bisa mempercayainya, tetapi mereka melakukannya.

Ia mengulurkan tangannya dan mengambil cangkir teh dari atas meja. Tehnya sudah dingin, dan hanya tersisa sedikit rasa pahitnya.

Vrrr.

Yuan mendengar sebuah suara dan melihat ke bawah. Ponselnya bergetar. Semalam, Joon Hun telah memberikannya sebuah ponsel yang aman. Hanya beberapa orang dekat saja yang mengetahui nomor tersebut.

"Halo?"

– Apa yang sedang kau lakukan?

Itu adalah suaminya. Ia sudah meneleponnya setiap jam.

"Aku sedang minum teh."

– Benarkah? Enak?

"Apa yang kau inginkan, Seo Joon Hun-ssi?"

– Aku hanya sedang memeriksa, untuk memastikan bahwa istriku baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja. Kembalilah bekerja."

– Ah, barangkali aku hanya harus menyalakan kamera di dalam rumah lagi.

"Apa yang sedang kau bicarakan?"

– Aku ingin memperhatikanmu selama 24 jam. Tidak, bahkan 24 jam saja tidak cukup.

Haa. Omong kosong macam apa yang sedang dikeluarkan oleh pria ini sekarang?

"Tutup teleponnya. Tolong berhenti meneleponku tanpa alasan."

– Aku merindukanmu.

"Kau sudah memberitahukan itu padaku satu jam yang lalu."

– Kau tidak merindukanku?

Joon Hun membuat Yuan gila.

"Aku merindukanmu."

Yuan berbisik pelan.

– Kenapa kau berbisik-bisik? Katakan dengan lantang.

"Kumohon, Joon Hun-ssi."

– Aku menyukainya saat kau mengatakan 'kumohon ...' Seperti semalam ... Kau memohon padaku untuk memasukkannya ...

Yuan memutus panggilan itu. Kenapa Joon Hun seperti ini? Namun, ia tahu kenapa pria itu melakukan ini. Ia mencemaskan tentang dirinya. Tentang bagaimana perasaan Yuan saat ini. Meskipun keruntuhan R&K baru saja dimulai, Joon Hun tahu bahwa Yuan tidak sepenuhnya bergembira.

Setelah selesai di Swiss, mereka kembali ke Korea melalui Paris. Selama seluruh prosesnya, Joon Hun sangat perhatian terhadap Yuan. Ia mendesak Yuan agar menerima beberapa konseling profesional. Joon Hun memberitahunya bahwa itu bodoh, untuk terus hidup dengan hati yang sakit. Ia menyuruh Yuan agar memberitahukan segala kecemasan yang mungkin masih dimilikinya.

Yuan mengangkat mata kosongnya ke layar TV yang kosong.

Ia dapat membayangkan kekacauan yang sedang terjadi di dalam rumah R&K saat ini. Presiden Min meraung marah, Hong Se Ryung yang histeris, dan putranya yang kebingungan, Ho Min.

Jadi, inilah akhir semuanya?

"Ayo kita pergi sekarang."

Tiba-tiba saja, satu suara dingin memanggil Yuan.

Yuan menolehkan kepalanya dan melihat Tae Kyung dari sudut matanya. Pria itu sedang mengenakan setelan jas. Kini, ia sudah sembuh sepenuhnya untuk bisa bergerak, tetapi ia masih pucat. Ia juga tidak lagi memakai kacamatanya.

"Oppa."

"Ayo, pergi."

"Oppa."

"Itu cukup, Yuan."

Ia tampak benar-benar jijik.

"Ia adalah putra Seo Jae Hyuk. Apa kau sungguh berencana untuk hidup bersamanya sebagai pasangan suami-istri?"

Yuan tidak bisa berbicara. Ia mengeratkan pegangannya pada ponsel itu yang mana, baru saja ia mendengarkan suara Joon Hun. Dengan panik ia mencoba untuk menguasai dirinya. Ia teringat apa yang dikatakan Joon Hun padanya waktu di Swiss. Yuan ingin mencoba. Demi cinta mereka, Yuan ingin mencobanya.

"Aku ..."

Selagi ia menggenggam ponselnya, Yuan berbicara pada Tae Kyung.

"Oppa, terhadap Joon Hun-ssi ... Aku rasa aku ..."

"Diam."

Tae Kyung berbicara dengan suara yang sedingin itu.

"Pergi dan kemasi barang-barangmu."

Yuan tetap diam dan terus menatap kakak lelakinya. Kemudian, ia bangkit berdiri dan menghadapnya. Sampai sekarang, ia selalu bersandar pada Tae Kyung. Semenjak ia dua belas tahun, hingga kini, Tae Kyung adalah pendukung dan pendampingnya.

Ia mempelajari segalanya melalui kakak lelakinya, dan Tae Kyung menjaganya. Kalau bukan karena kakak lelakinya, Yuan rasa, ia tidak akan sanggup menahannya. Namun, ia tidak mampu mengkhianati suaminya lagi.

"Maafkan aku, Oppa."

Yuan berujar susah-payah.

Terlihat seakan-akan Tae Kyung tidak bernapas. Yuan belum pernah melihat kilat semengerikan itu di mata Tae Kyung sebelumnya. Akan tetapi, Yuan tidak gentar. Ia tidak bisa.

"... Maafkan aku."

"Bajingan itu hanyalah suami kontrakmu. Ia hanya menikahimu demi keuntungan."

Mata indahnya yang dingin memelototi Yuan.

"Kau tahu itu tidak benar. Aku berhasil melakukan hal yang berbahaya ini bersama-sama dirinya. Ia bahkan menyelamatkan nyawamu ... Itu nyata di antara kami."

"Kami? Nyata?"

Tae Kyung menyeringai.

"Apa kau yakin kau tidak akan melihat wajah Seo Jae Hyung kapanpun kau menatapnya?"

Yuan berhenti bernapas. Jadi pucat, ia menatap Tae Kyung. Namun, ia tidak bergerak.

"Apa kau benar-benar tidak masalah dengan melahirkan cucu Seo Jae Hyuk?"

Selagi Tae Kyung terus menggali, Yuan mengatupkan bibirnya. Rasa sakit yang luar biasa menetes keluar dari kedua matanya. Seolah-olah tanah di antara mereka terbelah secara fisik. Terasa seakan jarak di antara mereka tidak akan pernah hilang.

Setelah memperhatikan Tae Kyung dalam diam, Yuan memalingkan kepalanya. Di luar jendela aula ruang makan, cornflower biru sudah bermekaran, memperingatkan semua orang bahwa musim panas telah tiba. Cornflower melambangkan apa? Apakah kebahagiaan?

"Oppa ... Tidak bisakah ... aku berbahagia?"

Mata Tae Kyung terus memelotoinya.

"Aku belum pernah merasakan kebahagiaan semenjak aku dilahirkan. Aku merasa seluruh kehidupanku hanyalah satu tragedi besar. Seolah-olah aku terlahir hanya untuk dihukum. Aku menjalani setiap harinya merasa seperti itu. Setiap harinya menyakitkan. Tidak bisakah aku hanya hidup dengan cara yang kuinginkan mulai dari sekarang? Tidak bisakah aku memiliki hal yang kuinginkan? Aku mencintai pria itu."

"Kenapa pria yang kau cintai harus Seo Joon Hun? Kenapa itu harus putra Seo Jae Hyuk?! Kita sudah hampir berhasil. Aku tahu lebih dari siapa pun, betapa menyakitkannya hidup sampai sekarang. Kita baru berhasil mendaratkan satu pukulan kepada Presiden Min. Satu triliun? Itu bukan apa-apa! Sampai kita mengungkapkan segala perbuatan jahatnya pada dunia, aku tidak akan pernah berhenti!"

"Tidak!"

Yuan memekik. Ia berlari ke arah Tae Kyung dan menariknya. Air matanya mulai mengalir menuruni pipinya. Yuan mengerti ketidakpercayaan Tae Kyung selagi ia menatapnya. Namun, Tae Kyung tidak boleh terus melakukan ini. Ia sungguh tidak boleh. Kalau semuanya terungkap, maka ...

Joon Hun akan terluka ...

"Kau tidak boleh melakukan itu, Oppa. Tolong, hentikan di sini."

"Min Yuan, apa kau sudah kehilangan kewarasanmu? Apa kau tahu betapa menggelikannya kau terdengar? Bagaimana kita bisa membiarkan pria semacam itu sendiri?"

"Kita merampas perusahaannya. Ia akan dipenjara hanya karena dana tertentu itu sendiri!"

"Apa kau tidak tahu tempat macam apakah negara ini?"

Ia menampar tangan Yuan.

"Tidakkah menurutmu, Min Dae Yup punya koneksi di dalam sistem peradilan? Tidakkah menurutmu, setidaknya ada satu bajingan di dalam sistem peradilan yang juga meniduri ibu?"

Yuan merasa seolah seseorang menuangkan air dingin padanya. Yuan tidak bisa bergerak. Genggamannya pada kemeja Tae Kyung pun terjatuh. Air mata berlari menuruni pipinya layaknya darah. Tae Kyung juga menangis sementara ia mengatupkan rahangnya.

"Kebahagiaan? Kebahagiaan apa? Kebahagiaan yang berasal dari menginjak-injak mayat seseorang? Kebahagaiaan macam apa itu? Apakah kebahagiaan untuk tersenyum dan tertawa seolah kau tidak tahu apa-apa sembari menginjak-injak rasa sakit dan penderitaan orang lain? Apa itu yang kau sebut dengan kebahagiaan?"

Air mata menetes turun. Yuan gemetaran selagi ia mundur sebelum jatuh ke lantai. Ia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.

Ibunya, yang sudah diperkosa oleh pria-pria itu ... Keluarganya yang dihancurkan karena uang ... Dan kakak dan adik yang harus tumbuh di dalam penderitaan itu ... Bagaimana bisa mereka menyerahkan semua itu demi kebahagiaan?

Yuan tidak bisa mengatakan apa-apa.

Tae Kyung tidak bilang apa-apa lagi.

Tae Kyung berlutut di depan Yuan dan mulai menyeka air mata di pipinya.

"Yuan, kumohon ... Tolong lupakan saja dia. Apa kau akan terus hidup sebagai Min Yuan? Apa kau benar-benar akan terus hidup sebagai putri Min Dae Yup? Bukankah kau mengetahui apa yang sungguh diinginkan Ibu?"

Yuan tidak tahu. Ia tidak tahu apa-apa. Apa yang diinginkan Ibu, barangkali adalah balas dendam. Pembalasan dendam yang tanpa ampun pada bajingan yang telah membunuh pria yang dicintainya, yang telah merenggut anak pria itu!

Yuan mengetahui betapa inginnya ia ... Ia tahu bahwa, itu terserah padanya untuk memenuhi harapan ibunya, tetapi ...

Bagaimana bisa ia membuang Joon Hun-ssi selama prosesnya?

"Kau hidup baik-baik saja sebelum bertemu Seo Joon Hun. Kau bisa terus hidup dengan baik tanpa dirinya. Jangan salah paham dan mempercayai kalau apa yang kau rasakan adalah cinta. Tidak ada yang namanya rahasia abadi. Sekali semuanya terungkap, Seo Joon Hun tidak akan sanggup menunjukkan wajahnya padamu."

Yuan tetap diam.

Dengan matanya yang terpejam, Yuan terus menangis di lantai.

Menyaksikan Yuan yang gemetaran sementara ia didera oleh isak tangis, Tae Kyung pun bangkit. Dan seperti itu, ia meninggalkan rumah tersebut.

0 comments:

Posting Komentar