The Man's Perfect Wife - Chapter 16 Part 1
"Kemarin malam, selama pesta perayaan ulang tahun Hyun Jin di hotel S, sebuah file video dirilis, yang telah membawa dampak besar di negara kita. Video itu adalah tentang Kang Yi Na, putri dari Keum Yeong, yang telah meninggal dunia tiga belas tahun yang lalu. Video ini ada di setiap layar di hotel tersebut. Itu juga dirilis di internet. Banyak pemirsa yang masih meninggalkan komentar di pos tersebut."
"Iya. Dua puluh delapan tahun yang lalu, Perusahaan Ryu Hwa dan Keum Yeong Investment bergabung untuk membantuk perusahaan investasi R&K. Putri satu-satunya Keum Yeong, Kang Yi Na, dan putra sulung Ryu Hwa, Min Dae Yup, menikah demi menyegel peleburan ini. Meskipun Kang Yi Na sudah berkeluarga, suaminya yang sebelumnya dan putranya mengalami kecelakaan mobil yang fatal. Video memperlihatkan bahwa kecelakaan itu sebenarnya direncanakan oleh mantan Presiden Min Dae Yup dan Presiden Hyun Jin, Seo Jae Hyuk. Saat video ini tersebar di publik, warga kita benar-benar terkejut."
"Ini sungguh cerita yang mengerikan dan memuakkan. Pembunuhan yang direncanakan dan sebuah pernikahan kontrak ... Benar-benar tidak beradab dan menjijikkan. Bagaimana R&K dan Hyun Jin menanggapi ini?"
"Mantan Presiden R&K dan Hyun Jin, keduanya memprotes dengan tegas dan membantah tuduhan-tuduhan ini. Namun, bukti lainnya yang mengatakan sebaliknya, mulai bermunculan di internet. Tampaknya, kedua presiden ini akan mengalami masa yang sulit menghindari interogasi polisi."
"Haa, cerita ini begitu tragis sampai-sampai aku hampir tidak bisa mempercayai telingaku. Tetapi aku mendengar cerita yang lebih menekan, sebenarnya berkaitan dengan putra Presiden Seo Jae Hyuk, Direktur Seo Joon Hun, dan putri Kang Yi Na, Min Yuan-ssi."
"Iya, kalau kita melihat pada orang tua mereka, seharusnya mereka menjadi musuh bersama. Namun, bulan April kemarin, mereka merayakan ulang tahun kedua pernikahan mereka. Akankah pasangan ini sanggup tetap menikah setelah semua ini? Banyak dari kita yang penasaran tentang cerita di balik bagaimana mereka bahkan bisa menikah pada awalnya ..."
"Sialan."
Eri memindahkan mouse dan mematikan siaran langsung itu. Ruangan itu menjadi sunyi. Cahaya matahari menyinari komputer yang berdengung. Ia dapat mendengar anak-anak yang berlarian di jalanan di luar sana. Bagi orang lain, hari ini adalah hari biasa seperti hari lainnya. Bagi orang lain, dunianya sudah benar-benar runtuh.
Setelah Eri menutup jendela browser itu, ketiga wajah yang sedang tertawa pun balas memandanginya. Foto itu adalah Yuan dan Eri semasa SMA, dan bahkan Tae Kyung ada di sisi mereka. Gambar itu diambil sepuluh tahun yang lalu. Eri melihat wajahnya sendiri yang tersenyum cerah, senyum kecil Yuan, dan ekspresi kosong Tae Kyung di layar monitor.
Setelah memandangi gambar itu sebentar, Eri cepat-cepat memindahkan mouse dan mulai mencari tombol untuk menghapus foto tersebut. Akan tetapi, kursornya tetap berada di tombol 'hapus' untuk sementara waktu. Ia sudah memupuk cinta tak terbalas untuk pria itu begitu lama. Ia pernah kecewa dan marah padanya sebelumnya, tetapi ia tidak pernah membencinya.
Dengan tenang, Eri menatap wajah pria di dalam gambar itu sebelum mengklik tombol 'hapus'. Mungkin, seharusnya ia menyingkirkan perasaan ini sejak lama. Karena ia ingin melihatnya, ia mengejarnya sepanjang jalan kembali ke Korea. Tetapi, kenangan-kenangan ini terhapus seperti ini.
Ding dong.
Bel pintunya mendadak berbunyi.
Terkejut, Eri menolehkan kepalanya dan melihat ke pintu depan. Kemudian, ia berbalik dan melihat ke kamar kecil di belakangnya. Ruangan itu terus tertutup selama ini. Yuan belum meninggalkan kamar sama sekali. Tiga hari sudah berlalu semenjak skandal itu. Yuan tidak makan, minum, bicara, atau menangis.
Apakah suami Yuan datang mencarinya? Eri dengan cepat berlari ke pintu dan melihat melalui lubang intipnya. Yang mengejutkan, pria di luar sana bukanlah Joon Hun. Itu adalah Tae Kyung.
– Buka, Eri. Aku tahu Yuan di sini.
Eri menatapnya sejenak sebelum menegakkan tubuh. Yeah, ia tahu pria ini pada akhirnya akan muncul di sini. Yuan tidak punya tempat lain untuk dituju selain di sini. Segera setelah pintunya terbuka dengan bunyi derak, ia melihat Tae Kyung yang gelisah berdiri di sana.
"Bagaimana keadaan Yuan?"
"Menurutmu bagaimana keadaannya?"
"Minggir. Aku akan mencoba bicara dengannya."
"Kau pikir, kau mau pergi kemana?"
Suara dingin Eri membuat Tae Kyung berhenti di jalannya.
Ekspresinya sangat berbeda dari biasanya. Kapan saja Tae Kyung memarahinya, Eri akan cemberut sewaktu ia memasang ekspresi yang menyedihkan. Namun, ia cepat-cepat tersenyum sumringah kapan saja ia memandangnya. Tae Kyung tidak melihat itu sekarang. Hampir terasa seakan ia bertemu dengan orang asing untuk pertama kalinya. Suara Eri terdengar canggung dan dingin.
"Eri, sekarang ini bukan waktunya untuk ..."
"Kalau begitu, sekarang waktunya untuk apa?"
"Eri!"
"Apa yang akan kau lakukan sekarang? Bukankah kau sudah mendapatkan semua yang kau inginkan, Oppa? Berhenti menyiksa Yuan."
"Apa?" Tae Kyung mememlototi Eri dengan mata yang dingin.
"Menyiksa? Bagaimana aku menyiksanya? Apakah normal baginya bertingkah seperti itu? Apakah normal baginya, berbaring begitu saja hanya karena ia putus dari si bajingan Seo Joon Hun?!"
"Tentu saja itu normal! Lalu, apa yang normal bagimu? Ia tidak bisa bersatu dengan pria yang dicintainya ... Ia bahkan menyakitinya, jadi, bagaimana bisa ia bersikap seolah-olah tidak ada yang salah?"
"Eri!"
"Oppa! Tolong, sadarlah! Kau dan bahkah ibumu yang sudah meninggal yang tidak normal! Karena balas dendammu yang berharga, kau telah menghancurkan Yuan sampai begini. Apa lagi yang ingin kau lakukan? Ia sudah benar-benar hancur, jadi, bagaimana kau akan memperbaiki ini?! Oppa, apa kau pikir ini masuk akal?
"Demi memenuhi pembalasan dendamnya, ia mengunci putrinya di dalam lemari pakaian dan membuatnya menyaksikan sesuatu seperti itu! Apakah itu tampak normal bagimu? Demi memenuhi balas dendammu, kau menghancurkan cintanya dan membuangnya. Jadi, apa yang sudah kau dapatkan dari semua ini? Apa yang kau, dan ibumu yang sudah meninggal itu dapatkan dari ini?!"
"Apa katamu? Apa yang kau tahu? Lagian, apa yang kau ketahui? Kau tidak mengetahui penderitaan yang dilalui ibuku ... Kau tidak tahu bagaimana aku tumbuh besar. Bagaimana kau mengetahui semua itu?!"
"Iya! Aku tidak tahu! Bagaimana bisa aku mengetahui penderitaan orang lain? Tetapi aku mengetahui satu hal! Kau dan ibumu ... demi menenangkan kebencian kalian, kalian mengorbankan Yuan untuk mendapatkan apa yang kalian inginkan!"
"Apa katamu?"
Plak!
Kepala Eri tersentak ke samping. Mereka berdua syok. Tae Kyung yang menampar pipinya, dan Eri yang dipukul. Keduanya begitu kaget hingga mereka tidak bisa bicara. Mata Eri memerah sewaktu ia memelototi Tae Kyung.
"Ah ... Eri ... Maafkan aku ..."
Tae Kyung berusaha mendekatinya, tetapi Eri menepis tangannya selagi membersut padanya.
"Apa bedanya antara kau dan Presiden Min?"
"Apa?"
"Kalian berdua menghancurkan orang lain demi mendapatkan apa yang kalian inginkan. Apa bedanya antara kau dan Presiden Min?"
"Apa kau bilang?"
Tae Kyung memucat selagi menatap tajam padanya, tetapi ia tidak bisa memikirkan apa yang harus dikatakan. Semua yang dilakukan demi ibunya. Semua yang dilakukan demi balas dendam. Namun, apakah Yuan sungguh menginginkan itu juga?
"Ia tidak menyuruhmu untuk tidak membalas dendam! Bukannya dia tidak akan membantumu. Tetapi seharusnya kau tidak sampai sejauh itu! Seharusnya masih ada cara lain untuk melakukannya! Apakah kau harus mengungkapkan semuanya pada seluruh dunia?"
Tae Kyung hanya menatap Eri diam-diam.
"Apa kau tahu mengapa kode Hammurabi mengatakan, 'Mata untuk mata, gigi untuk gigi'? Kau lihat, manusia ... mereka akan bertindak lebih jauh daripada satu mata mengatasnamakan balas dendam! Itu karena mereka menginginkan lebih. Hanya mencungkil satu mata atau mematahkan satu gigi tidaklah cukup. Mereka harus mengoyak anggota tubuhnya dan mengakhiri nyawa supaya merasa puas. Mengapa kau tidak melindungi Yuan? Mengapa kau tidak mengetahui hati adik perempuanmu satu-satunya? Bukankah kau adalah kakak lelakinya? Kau adalah keluarganya satu-satunya!"
Air matanya mulai mengalir. Tetapi, ia tidak sanggup menahannya lebih lama lagi.
"Apa kau tahu cinta, Oppa? Apa kau tahu apa itu cinta sejati? Apa menurutmu, cinta membiarkanmu melakukan apa saja yang kau inginkan? Apakah menurutmu, Yuan jatuh cinta dengan orang itu karena ia menginginkannya?! Ia jatuh cinta pada putra dari musuh yang melukai ibunya. Menurumu, bagaimana perasaannya? Apa kau kira ia merasa nyaman? Apa kau pikir, ia menyukainya? Mengapa kau tidak bisa memahami itu?!"
Wajah Tae Kyung mengeras. Ia berdiri diam selagi menatap Eri. Ia yakin bahwa ia benar selama ini. Ia yakin bahwa inilah satu-satunya cara untuk membenarkan semuanya. Tetapi akhirnya ia menyadari bahwa ia sudah memperlakukan Yuan dengan sangat kejam dalam semua ini.
"Aku tidak tahu apa yang ada dalam kepalamu, tetapi Yuan benar-benar menyukai suaminya. Pria itu juga mencintainya. Tetapi kini, apa yang harus mereka lakukan? Bagaimana bisa pria itu menghadapi Yuan sekarang? Setelah semua yang terjadi di antara orang tua mereka, bagaimana bisa mereka bahkan saling bertatapan?"
Air matanya tidak berhenti, dan mereka mulai mengalir menuruni pipinya.
"Eri ..."
"Sudah cukup. Tolong, itu cukup. Apa kau berencana untuk sepenuhnya membakar Hyun Jin rata dengan tanah? Empat puluh ribu orang bekerja untuk perusahaan itu. Jika kau memasukkan keluarga mereka, itu dua ratus ribu orang. Semua orang mengetahui bagaimana perasaanmu, dan semua orang mengetahui tentang penderitaan ibumu. Itu cukup. Jadi berhentilah di sini. Dan tinggalkan Yuan sendiri. Sekarang ini, dia ..."
Eri berusaha menahan air matanya, tetapi ia tidak sanggup.
"Ia begitu kesakitan sampai-sampai ia mungkin mati ..."
Tae Kyung tetap diam.
Gedebuk.
Pintunya tertutup. Tae Kyung berdiri bengong di luar sana. Ia mengepalkan tinjunya begitu erat sampai-sampai rasanya mereka berdarah.
Yuan terluka. Ia begitu terluka sampai ia bisa mati.
"Oppa ... Tidak bisakah ... aku berbahagia?"
Ia teringat adik perempuannya mengucapkan kata-kata ini.
"Aku tidak pernah merasa bahagia semenjak aku dilahirkan. Aku merasa seolah seluruh kehidupanku ini hanyalah satu tragedi besar. Seakan-akan aku terlahir hanya untuk dihukum. Aku menjalani setiap hari merasa demikian. Setiap harinya terasa menyakitkan. Tidak bisakah aku menjalani kehidupan yang kuinginkan mulai dari sekarang? Tidak bisakah aku memiliki hal yang kuinginkan? Aku mencintai pria itu."
Ia memberitahunya, matanya berkaca-kaca. Mengapa kata-kata itu terdengar begitu penuh dengan kebencian dulu? Mengapa ia merasa begitu dikhianati?
Itu karena ia sama dengan Yuan. Semenjak ia lahir hingga sekarang, Tae Kyung tidak pernah mencicipi kebahagiaan. Setiap hari, di dalam hatinya, ayahnya meninggal, dan ibunya diperkosa. Mereka hidup menderita bersama-sama. Namun, sekarang Yuan memberitahukan padanya bahwa ia ingin berbahagia seorang diri.
Ia sangat membencinya. Ia tidak akan pernah bisa memaafkan Yuan untuk itu.
Sehingga ia ingin menghancurkan kebahagiaan itu.
Menggunakan balas dendam sebagai alasan, ia ingin menghancurkan kebahagaiaan Yuan.
Ah, seberapa jahatnya dirinya? Seberapa menjijikkannya dia? Eri benar. Karena kebencian ini, ia sudah menjadi orang yang sinting.
Tae Kyung berjongkok dan menangis. Tubuhnya gemetar karena kesedihan, dan rasa sakit menimpanya. Selagi Tae Kyung berusaha menekan isakannya, Eri bersandar di sisi lain pintunya. Di dalam kamar yang kecil itu, Yuan juga menangis selagi ia berjongkok di sebelah jendela tepat di atas pintu depan. Ia mendengarkan semuanya.
Kapankah penderitaan yang menyiksa ini lenyap? Kapan mereka akan lolos dari kebencian yang sangat besar ini dan benar-benar bebas? Tidak ada yang tahu.
***
Pagi berikutnya, mereka menerima kabar bunuh diri Presiden Seo Jae Hyuk.
"Apa?"
Yuan duduk tegak dan bertanya lagi. Ruangan itu berputar di depan matanya. Syok, Eri menghampirinya dan memeluknya.
"Yuan, tenanglah."
"Apa yang sedang mereka bicarakan? Bunuh diri?"
"Aku juga terkejut mendengarnya. Pagi ini, di rumahnya ..."
Ia tidak bisa melengkapi kalimatnya dan memberitahunya bahwa pria itu gantung diri. Yuan tidak bergerak. Ia tetap diam seolah ia tidak mendengar apa-apa. Tiba-tiba saja, ia berdiri.
"Aku harus pergi."
Ia harus bertemu Joon Hun.
"Yuan!"
"Aku harus ..."
Namun, ia tidak makan selama beberapa hari ini. Ia jatuh ke lantai. Tidak menyadari bahwa lututnya terkena benturan yang parah, Yuan kembali berdiri dan berjuang untuk berjalan.
Ia harus pergi. Bunuh diri ... Ia tahu seperti apa rasanya ketika orang tua bunuh diri. Ia ingin menemui Joon Hun sekarang juga.
"Yuan!"
Tetapi, biarpun jika ia pergi ... Apa yang akan dikatakannya?
Yuan mendadak berhenti. Seluruh tubuhnya mengigil. Ia jelas-jelas teringat wajah semua orang selagi mereka menatapnya di pesta. Keheranan dan keterkejutan! Pipinya yang sakit menyengat di tempat Yoon Hee Soo menamparnya. Ia mengingat semua itu dengan jelas.
Pada dasarnya, ia yang mengakhiri nyawa Seo Jae Hyuk. Pada dasarnya, ialah yang membunuhnya. Bagaimana bisa ia mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga itu? Akan sekonyol apakah itu?
"Hmm, hmmm ..."
Ada suara yang lolos dari bibir Yuan.
Ia sedang tertawa, atau menangis?
"Ha ... Haha ..."
Ia berjongkok dan tertawa terbahak-bahak.
Ibu, lihat ini. Pada akhirnya, semuanya berjalan sesuai keinginanmu. Ambil jiwa pria itu dan seret dia ke neraka.
"Yuan."
Eri menarik bahu Yuan dengan cemas dan mengguncangkannya. Seluruh tubuh Yuan mulai bergetar. Ia tidak bisa menghentikan keterguncangan itu. Ada ratapan yang merayap di tenggorokannya dan meledak dengan tawanya. Terkejut, Eri menangis selagi ia memeluknya. Namun, itu tidak berhenti.
Seberapa banyak ia sudah menangis? Seberapa banyak ia sudah berjuang? Yuan akhirnya pingsan. Ketakutan, Eri menelepon ambulans. Lampu merah dan biru mengedip satu demi satu. Suara sirene yang kencang itu sepertinya menggoncangkan kepala Yuan. Semuanya bergoncang. Dan akhirnya, semuanya runtuh.
Tubuh Yuan tertelan ke dalam jurang yang gelap. Di dalam kegelapan, ia melihat ibunya. Ibunya tetap diam dan hanya memandanginya. Ia juga melihat Presiden Min. Dan Presiden Seo.
Seperti cangkang yang kosong tanpa jiwa, mereka mulai berayun dan melayang di udara. Seperti seekor ubur-ubur di lautan, mereka mulai perlahan-lahan mengapung.
Kemudian, ia melihat Joon Hun. Bagaimana rupanya ketika video ibunya dimainkan. Ia memandanginya. Akhirnya, ia mulai berjalan ke arahnya. Tetapi ia melewatinya tepat di telinganya dan menjauh.
Joon Hun-ssi.
Yuan memanggilnya.
Joon Hun-ssi, tunggu!
Ia harus memberitahukan kepadanya ... Ia ingin memberitahukan padanya bahwa ia berusaha untuk menutupi kebenarannya ... Bahwa ia tidak ingin Joon Hun menderita seperti ini ... Ia harus memberitahunya bahwa ia ingin sudah menyerah tentang rencana pembalasan dendam ini. Bahwa ia ingin tetap berada di sisinya ...
Joon Hun semakin menjauh. Ia terus menjauh darinya.
JoonHun-ssi ...
Yuan menjeritkan namanya.
0 comments:
Posting Komentar