Rabu, 16 September 2020

TMPW - Chapter 14 Part 2

The Man's Perfect Wife - Chapter 14 Part 2


WARNING: NSFW


Tes, tes, tes.

Rintik hujan menetes di atas daun-daun di pepohonan. Segera, hujannya turun sekaligus.

Juni, hujan musim panas memperingatkan perubahan musim.

Di dalam mobil pulang ke rumah. Rintik hujan mulai menetes turun di jendela. Membaca dokumen di tangannya dengan ekspresi yang serius, tiba-tiba saja Joon Hun melihat ke luar jendela. Bibirnya membentuk senyuman samar.

Itu kacau disebabkan oleh skandal R&K, tetapi satu hari lagi telah berlalu. Di atas puncak bukit, terselimut dengan hujan dan kabut. Melihat cahaya samar yang bersinar, Joon Hun membayangkan Yuan sedang menunggunya di dalam rumah. Memikirkan itu, seluruh keletihan yang dirasakannya pun melayang seketika. Ia melihat ke arah buket bunga di sebelahnya. Hari ini, dalam perjalanan pulang ke rumah dari kerja, ia mampir ke sebuah toko bunga dan memilihkan bunga itu sendiri.

Mawar putih menawan yang mengingatkannya akan istrinya. Hydrangea biru yang cocok dengan mawar itu. Bunga eustoma merah muda dan bunga renda biru. Ketika ia masuk ke dalam toko bunga tersebut, ia ingin memilih setiap jenis bunga yang ada di sana. Namun, menyadari kalau itu akan berlebihan, Joon Hun menahan diri dan berhasil memilih beberapa.

Apakah Yuan akan menyukai bunganya? Aku yakin ia akan menyukainya. Sekarang kalau dipikir-pikir oleh Joon Hun, ia tidak bisa mengingat kapan ia pernah mencemaskan tentang sebuah hadiah untuk seorang wanita. Ia selalu menyuruh Sekretaris Kang untuk memilihkan sesuatu yang mahal. Bahkan untuk hadiah ulang tahun pernikahan Yuan, Sekretaris Kang memberitahunya bahwa berlian adalah pilihan terbaik, sehingga ia pun memberikan Yuan tepat benda itu.

Apa yang disukai Yuan? Apa yang dibencinya? Tampaknya, Yuan agak pemilih soal makanannya. Yuan sepertinya tidak begitu berminat pada perhiasan. Mungkin komputer? Tidak, tidak. Jangan komputer. Jika mereka bertengkar, ia mungkin akan meretas Hyun Jin dan menghancurkan server mereka. Ah! Yuan bilang ia adalah seorang penggemar mitologi Mesir, kan? Kalau begitu, haruskah ia mencoba mencari sesuatu yang terkait dengan itu?

Derrick benar. Ia dan Yuan tidak cukup berbicara.

Selagi Joon Hun mulai terkekeh, ia menangkap Sekretaris Kang sedang menatapnya aneh. Joon Hun cepat-cepat memperbaiki ekspresinya. Kapan saja ia terpikirkan tentang Yuan, ia tidak tahan untuk tersenyum. Jujur saja, ia merasa terburu-buru ketika mereka merampok bank Swiss tersebut. Sangat menegangkan, faktanya, Joon Hun mulai berpikir untuk mencobanya lagi ...

Tidak. Kau tidak boleh melakukan itu. Kuasai diri, Seo Joon Hun.

Joon Hun menegakkan diri.

"Ia di rumah, tetapi ..."

Seperti hari lainnya, Choi Myung ada di sana untuk menyambut Joon Hun saat ia pulang ke rumah. Namun, ia berbicara dengan nada yang serius.

"Ah, apa terjadi sesuatu?"

"Itu ... tamu sudah pergi."

Tamu?

"Apa kau sedang memberitahuku kalau Lee Tae Kyung sudah meninggalkan rumah?"

"Iya. Nyonya Muda memintaku untuk membiarkannya pergi, jadi ..."

Genggaman Joon Hun pada buket bunganya agak mengerat sebelum ia rileks. Presiden Min akan segera dipenjara. 500 miliar itu juga akan dikembalikan, sehingga Lee Tae Kyung tak lagi berada dalam bahaya jika ia meninggalkan rumah.

"Tidak apa-apa."

Akan lebih menyenangkan jika Yuan memberitahunya lebih dulu, tetapi Joon Hun mempercayai Yuan untuk menanganinya dengan layak.

"Dimana istriku?"

Lebih dari apa pun, ia ingin bertemu dengan Yuan.

"Ia ada di dapur."

"Dapur?"

Kenapa ia di dapur?

Joon Hun sedikit mengerutkan kening sementara ia menekan tombol lift.

Yuan sungguh ada di dapur.

"Apa yang kau ..."

Segera setelah Joon Hun masuk ke dapur, mulutnya menganga syok. Ia tidak tahu apa yang ingin dikerjakan Yuan, tetapi ia tahu bahwa yang terbaik adalah apabila Yuan menghentikan apa yang sedang dilakukannya. Dalam seluruh hidupnya, Joon Hun belum pernah melihat sebuah dapur sekacau ini. Dapur ini, yang mana digunakan oleh koki terbaik, selalu bersih dan praktis. Namun, sekarang benar-benar hancur.

"Ah! Joon Hun-ssi!"

Yuan kaget saat ia melihat Joon Hun. Joon Hun tidak yakin apa yang sedang dibuat Yuan, tetapi ada tepung putih yang mencoreng wajahnya.

"Apa yang sedang kau lakukan sekarang ini?"

"Ah! Um ... Tunggu sebentar lagi. Aku akan segera selesai."

Yuan berusaha memasukkan mi tepung ke dalam sepanci air mendidih. Namun, mi yang pekat itu menggumpal dan menempel di tangannya.

"Uwaa! Kenapa ini ...?"

"Hati-hati!"

Joon Hun cepat-cepat berlari ke arahnya. Ia melingkarkan tangannya di sekeliling pinggul Yuan dan menariknya ke belakang.

"Apa-apaan semua ini?"

"Ah ... Itu ... Aku sedang berusaha untuk membuatkan mi kuah ..."

"Mi kuah?"

"Iya. Karena di luar sana hujan. Tetapi, aku benar-benar buruk dalam ini. Memasak ..."

Yuan tertawa canggung. Wajahnya jelas dan matanya agak menyipit, tetapi ia tampak baik-baik saja.

"Kenapa kau membuatnya sendiri? Kau bisa saja menyuruh seseorang membuatkannya untukmu."

"Aku mau membuatkannya sendiri untukmu."

"Apa?"

"Aku ingin membuatkannya untukmu. Seperti istri-istri lain ..."

Tercengang, Joon Hun melihat ke bawah kepadanya sebelum tertawa terbahak-bahak.

"Istri-istri lain? Istri lain apa yang sedang kau bicarakan?"

"Istri-istri orang lain. Mereka memasakkan makanan untuk suami mereka, mencuci pakaian ..."

"Omong kosong macam apa yang sedang kau bicarakan? Mengapa kau mencoba menjadi seperti orang lain? Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Apa aku menikahi seorang pengurus rumah?

"Tidak, tetapi ada hal seperti tugas-tugas."

"Ha. Tugas apa? Satu-satunya tugas yang kupedulikan adalah ..."

Seketika, benak Joon Hun dibanjiri dengan bayang-bayang akan Yuan. Ia terkekeh sebelum berbicara.

"Biarkan saja. Kau hanya perlu fokus dalam apa yang paling baik kau lakukan. Itu sempurna juga bagiku."

"Apa maksudmu dengan 'sempurna' ...? Aku mungkin adalah orang yang paling tidak sempurna di muka bumi ini."

"Kau membuatku sempurna, jadi kau sempurna. Kau tahu, kau mendengar itu dalam lagu-lagu sepanjang waktu. 'Kau melengkapiku.' Itu berarti bahwa kau membuatku utuh. Itu cukup untukku."

"Aku tidak tahu soal itu, terserah. Bagaimanapun juga, bisakah kau melepaskanku? Aku akan makan mi kuah hari ini, apa pun yang terjadi."

"Tunggu! Kalau begitu, aku akan membuatnya bersamamu. Kau tidak bisa terus melanjutkan seperti ini."

"Apa?"

"Aku rasa, aku akan lebih baik dalam ini daripada dirimu. Lihat saja kekacauan ini."

"Kapan kau belajar caranya memasak?"

"Haa, apa kau sedang memandang rendah tentara Korea? Ketika kau masuk untuk dinas militer, mereka juga mengajarimu bagaimana caranya memasak."

"Benarkah?"

Yuan belum pernah mendengar soal itu sebelumnya, tetapi ia tetap menyerahkan celemeknya pada Joon Hun. Sebagai gantinya, Joon Hun menyerahkan buket bunga yang cerah itu pada Yuan.

***


Keahlian memasak Joon Hun ... sangat mengejutkan.

"Wow."

Mata Yuan melebar sewaktu ia berseru. Joon Hun memegang pisaunya dengan sangat baik selagi ia memotong mi yang alot itu. Ia menyiapkan makanan laut dan membuat kaldu dengan keahlian yang luar biasa.

"Siapa kau? Apa kau punya karir rahasia sebagai seorang koki?"

"Ada seorang pria aneh di dalam satuanku yang suka memasak. Ia bahkan membuat nasinya menjadi sebuah hidangan bergaya restoran."

"Wow. Tetapi tetap saja, bagaimana bisa kau begitu hebat?"

"Aku tidak tahu. Aku berada dalam satuan khusus, sehingga kami menemui banyak hal-hal aneh."

Ada kalanya ketika makanan langka sewaktu mereka berada di lapangan. Saat itu terjadi, yang dapat mereka lakukan adalah mencari makanan mereka sendiri. Mereka akan berburu dan memancing. Mereka akan mengakrabkan diri dengan tumbuhan yang dapat dimakan yang ditemukan di alam liar. Joon Hun cukup tajam, sehingga ia mempelajari caranya memasak dengan relatif mudah.

Selagi ia berbicara tentang masa itu dalam hidupnya, mata Yuan berbinar. Tampaknya, ia lebih bersemangat untuk mendengarkan tentang kehidupan tentaranya ketimbang menerima bunganya.

Bagaimanapun juga, ini adalah pertama kalinya mereka memasak sebagai pasangan. Ini adalah pertama kalinya mereka berbagi pengalaman masa lalu mereka seperti ini. Joon Hun mengambil satu sendok dan menyuruh Yuan untuk mencicipi kaldunya. Yuan bilang, bahwa, ia merasa kalau mereka sedang syuting semacam iklan dan tertawa terbahak-bahak.

Yuan tertawa. Ia merasa seolah ia akan menangis, sehingga ia tertawa lebih keras. Ia mengabaikan apa yang dikatakan Tae Kyung padanya. Ia melupakan tentang R&K dan Hyun Jin. Sekarang ini, ia hanya ingin melihat pria di depannya ini.

Kapan saja Joon Hun tertawa, rasa dingin itu menghilang dari wajahnya, dan Yuan dapat melihat kehangatan di dalam matanya. Kapan saja Joon Hun tersenyum, ujung bibirnya sedikit terangkat ke atas.

Dengan ringan, Yuan mengecup bibirnya. Seketika, mata Joon Hun mendalam. Ia agak mengerutkan bibirnya, seolah ia sedang meminta ciuman lainnya. Kemudian, dengan cepat ia mengigit bibir bawah Yuan. Mereka mulai tertawa. Dengan kepercayaan diri dari seorang kekasih, Joon Hun mulai melarikan tangannya di rambut Yuan sewaktu mereka bermain-main. Ia mengerutkan bibirnya lagi.

Memangnya kenapa jika ini semua adalah suatu kebohongan seperti iklan TV? Lagipula, pernikahan mereka hingga kini, semuanya hanyalah sebuah pertunjukkan. Emosi ini mulai mengitari Yuan. Tidak akan rugi untuk mengetahui bagaimanakah rasanya berada dalam pernikahan yang sesungguhnya. Hanya untuk sesaat. Ini semua adalah fatamorgana. Selagi Yuan maju ke depan, ini semua pada akhirnya akan menghilang.

Akankah semua momen ini menjadi sebuah kenangan ataukah suatu mimpi buruk?

Apa mereka sedang bermain-main, atau mereka sedang memasak? Mereka tidak tahu. Selagi Joon Hun menghujani Yuan dengan ciuman di bibirnya, pipinya, kening, dan lehernya, ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Ia mengangkat Yuan dan meletakkannya di atas konter.

"Ah! Tunggu!"

Tepat ketika Yuan menjerit, bibir mereka bertumburan. Yuan juga, tidak sanggup menahannya lebih lama dan menjambak rambut Joon Hun dan menariknya.

Bibirnya, panas tubuhnya, bahkan amarahnya. Yuan menyukai mereka semua. Mereka semua begitu manis baginya.

Dengan respon antusias Yuan, erangan pun merobek tenggorokan Joon Hun. Tangannya dan napasnya jadi kasar. Selagi ia menghisap bibir Yuan, ia bahkan mulai lebih panas lagi.

Setelah mengangkat rok Yuan, ia merobek celana dalamnya.

"Ugh. Sialan, aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi."

Yuan tersenyum mendengar kata-katanya.

"Jangan ditahan."

Ia membuka kakinya dan melingkarkan mereka di sekeliling pinggul Joon Hun.

Dalam satu tarikan napas, penisnya menusuk masuk ke dalam Yuan. Sementara Joon Hun mulai menusuk dengan kasarnya, piring dan peralatan memasak lainnya di atas konter pun mulai berguncang sebelum menabrak lantai. Mendengar suara yang riuh, Yuan tersentak.

"Haaa, ah. Joon Hun-ssi ... Kita terus saja ... Pfft. Memecahkan barang-barang di dalam rumah."

Yuan tidak bisa menahan tawanya dan berbisik.

"Aku tidak peduli. Min Yuan, tunggu sebentar."

Joon Hun mengerang sementara dengan agresifnya mengangkat dirinya sendiri dan sekali lagi menggigit bibir Yuan. Dengan satu tangan yang melingkari pinggul Yuan, tangannya yang lain mulai menyapu pahanya.

Min Yuan ... Yuan melemparkan kepalanya ke belakang sewaktu ia mengerang. Ia memikirkan tentang nama yang baru saja Joon Hun panggil.

Sayang sekali, mi kuahnya jadi sia-sia pada akhirnya. Namun, itu tidak jadi masalah. Yuan tertawa selagi ia memeluk Joon Hun. Sewaktu Yuan tertawa pelan, bibir mereka bertautan sekali lagi. Yuan memejamkan matanya erat-erat. Namun, ada bagian dari dirinya yang hanya bisa teringat akan suara Tae Kyung.

Apa kau sungguh akan terus hidup sebagai putri Min Dae Yup?

Yuan memeluk leher Joon Hun lebih erat lagi.


(T/N : update selanjutnya tanggal 23 September 2020)

0 comments:

Posting Komentar