Jumat, 03 Desember 2021

CTF - Chapter 143

Consort of A Thousand Faces

Chapter 143 : Jalang Kecil

Su Xi-er kelewat terkejut. Apakah aku benar-benar mengatakan itu? Aku memanggilnya jalang kecil? Tidak perlu ia memberitahuku apa perasaannya kala itu. Aku mampu membayangkan matanya menembakkan tatapan membekukan dan wajahnya yang benar-benar menggelap. Ia pasti sangat berang, ingin mencekikku sampai mati.

Tetapi, apakah aku sungguh mengatakan itu? Ia tidak sedang mempermainkanku?

Kalau Pei Qian Hao tahu apa yang tengah dipikirkannya, ia mungkin lebih ingin mencekiknya lagi. Ia akan berpikir, 'Apakah Pangeran ini adalah seseorang yang akan sembarangan mengarang sesuatu tentang diriku sendiri?'

"Pangeran Hao, Anda keliru."

Pei Qian Hao tergelak dan berjalan mendekatinya. "Bukan Pangeran ini yang mabuk semalam. Mana mungkin aku keliru?"

Su Xi-er mundur beberapa langkah dan menjawab sopan, "Hamba mabuk. Mana boleh Pangeran Hao menganggap serius perkataanku?"

"Apakah kau lupa pada pepatah, 'dalam anggur terdapat kebenaran'?" Pei Qian Hao mengangkat satu tangan, hendak menahannya dari melarikan diri.

Akan tetapi, ucapan Su Xi-er membuatnya terhenti, atmosfer canggung nyaris membekukan sekeliling mereka.

"Dalam anggur terdapat kebenaran? Hamba ingat bahwa aku memanggil Anda dengan sebutan Ibu semalam, barangkali, sebelum memanggil Anda 'jalang kecil.' Apakah Pangeran Hao ingin bilang bahwa Anda adalah ibu hamba? Bahwa Anda juga adalah seorang jalang kecil?"

Pei Qian Hao menatap mata tak berkedipnya dan menurunkan tangannya yang terangkat. Lagi, dengan cerdasnya ia memasang jebakan dan menanti dirinya melompat masuk ke dalamnya. Kalah dalam permaianan kata-kata lagi, ia merasa sangat tidak senang.

"Su Xi-er, mulutmu itu jadi semakin pandai, sama sekali tidak mempedulikan kesopanan perkataanmu. Kalau kau terus melakukannya, bukankah kau perlu diberikan pelajaran?" Pei Qian Hao mengangkat cangkir teh dengan kedua tangan dan menyeruputnya lagi.

"Hamba tidak melakukan sesuatu yang salah. Hamba hanya mengikuti instruksi untuk minum semalam; bukan salahku kalau aku tidak mampu menoleransi anggurnya. Walau ada beberapa kata-kata tak pantas yang terucap sementara hamba mabuk, aku pasti tidak sengaja karena aku sedang tidak sadar. Jadi, mohon, jangan tersinggung, Pangeran Hao. Sudah pasti, Anda bukanlah jalang kecil di dalam hati hamba ini."

Pei Qian Hao berpikir bahwa ia sudah sangat toleran karena tidak memecahkan cangkir tehnya di kepala Su Xi-er.

"Apakah anggur dari Kediaman Pangeran Yun enak? Kalau kau menyukainya, kita akan membawa pulang beberapa guci saat kita kembali ke Bei Min." Pei Qian Hao menurunkan cangkir tehnya di atas meja dan berujar lambat.

Karena ia berinisiatif untuk mengubah topik pembicaraan, artinya, ia tak lagi berencana untuk meributkan soal yang terjadi semalam.

Su Xi-er menggelengkan kepalanya. "Setelah pengalaman ini, hamba tidak akan minum-minum lagi." Meskipun Nan Zhao adalah bangsa yang terkenal akan anggurnya, minuman kesukaan Su Xi-er adalah teh.

Anggur bisa disesap perlahan, tetapi kegembiraannya hilang apabila tiap kali aku minum banyak. Namun, teh berbeda. Rasa yang tersisa setelah minum teh, masih bisa dinikmati dalam jangka waktu yang panjang. Bahkan aromanya akan perlahan-lahan muncul dan menghangatkan seseorang dari dalam.

Namun, Nan Zhao bukanlah kerajaan yang terkenal akan tehnya.

"Pangeran ini berpikir bahwa anggur Nan Zhao hebat. Dapat dinikmati oleh pria dan wanita, dan ada berbagai macam anggur spesial di sini. Ada banyak hal yang masih perlu dipelajari Bei Min dari Nan Zhao." Pei Qian Hao berbicara dengan gaya yang terus terang selagi tatapannya mendarat pada halaman di luar sana.

Ada banyak menteri di Nan Zhao yang menolak belajar dari bangsa lain, berpikir bahwa Nan Zhao sudah sempurna. Su Xi-er terkesan karena, meskipun menjadi pria paling berkuasa di Bei Min, ia berpikiran sangat terbuka.

"Su Xi-er, apakah masih ada tempat yang ingin kau kunjungi untuk bersenang-senang?" Tatapan Pei Qian Hao mendarat pada Su Xi-er lagi.

Kenapa ia mengajukan pertanyaan ini padaku? Apakah ia ingin keluar bersenang-senang?

Melihat kalau Su Xi-er tetap diam, ia meneruskan, "Ada banyak tempat unik di Nan Zhao. Contohnya, Provinsi Bunga Teratai yang kita lewati di perjalanan kemari, terkenal akan Bunga Teratainya. Ada pula beberapa provinsi dengan pemandangan yang unik." Analisis detail Pei Qian Hao sangat mengejutkan Su Xi-er.

Aku pernah mengundang Pangeran Hao untuk datang berkunjung beberapa kali sewaktu aku masih Ning Ru Lan, tetapi tawaranku tidak pernah diterimanya. Mengejutkan karena ia mengetahui kerajaan ini dengan sangat baik, walau belum pernah kemari sebelumnya.

Ia akan menjadi musuh yang menakutkan, orang yang tak akan pernah bisa dikalahkan oleh Nan Zhao.

"Apa, kau tidak mau pergi?" Pei Qian Hao melangkah mendekatinya selagi ia berbicara, menyebabkan Su Xi-er mundur secara refleks.

Pei Qian Hao hanya diam-diam memerhatikannya, tidak mendesak tentang hal itu seperti sebelumnya.

"Kemana Anda ingin pergi, Pangeran Hao?"

"Ada satu provinsi kecil dekat dengan ibu kota, disebut Provinsi Bulan. Ada banyak petani bunga di sana, dan itu juga disebut dengan 'Kota Bunga'. Ayo pergi ke sana."

Ketika Su Xi-er mendengar 'Provinsi Bunga', ia langsung teringat akan bunga Ling Rui. Itu adalah bunga cantik dari Provinsi Bulan, dengan teliti ditanam oleh para petaninya. Ia tahu kalau aku mencari bunga Ling Rui di Kediaman Shui.

Apakah ia sengaja menyarankan agar kami pergi ke Provinsi Bulan? Apakah ia membawaku ke sana karena ia tahu bahwa aku ingin melihat bunga Ling Rui? Apakah itu demi diriku, ataukah ia memang ingin melihatnya juga?

"Pergi ke kamarmu untuk berkemas; kita akan segera berangkat. Membosankan tetap berada di rumah posnya." Pei Qian Hao meliriknya sebelum menuju ke arah halaman.

Meskipun ia was-was, Su Xi-er ingin melihat bunga Ling Rui. Alhasil, dengan patuh ia mengikuti instruksinya, bersiap-siap.

***

Pei Qian Hao berdiri di halaman, mengagumi pemandangan sebelum satu pengawal mendatanginya dan membungkuk. "Pangeran Hao, merpati pos dari Komandan Wu sampai pagi ini."

Lalu, Pei Qian Hao menerima secarik kertas darinya, meliriknya dengan tatapan dingin di matanya. Si pengawal di sebelahnya begitu ketakutan sampai ia tidak berani menatap Pangeran Hao. Pesan apakah yang dikirimkan Komandan Wu? Pastinya kabar buruk, kan? Kalau tidak, mana mungkin wajah Pangeran Hao begitu gelap?

Dengusan enteng keluar dari bibir Pei Qian Hao sebelum ia menyerahkan secarik kertas itu kepada si pengawal. "Cepat dibakar."

Pengawal itu pun langsung mengiyakan, sebelum buru-buru memenuhi perintahnya, tidak berani bertanya lebih jauh.

Pei Qian Hao kembali memerhatikan pemandangannya, walau matanya kini ternoda oleh satu kesuraman selagi ia memikirkan tentang pesan dari Wu Ling.

Pangeran Hao, pejabat korup tersebut terkait dengan banyak sekali kelompok teroganisasi. Bawahan ini telah menginvestigasinya secara mendalam dan akhirnya menemukan bahwa ia berhubungan dengan Pei Yong dari keluarga cabang Kediaman Pei.

Langsung jelas mengapa Wu Ling tidak berhasil segera berkumpul lagi dengan anggota utama di Nan Zhao. Ternyata, Hakim Provinsi di perbatasan berkolusi dengan keluarga cabang Kediaman Pei; entah begitu, atau ia adalah bawahan Pei Yong.

Biarpun Pei Yong hanyalah bagian dari keluarga cabang Kediaman Pei, ia tak boleh dibiarkan lagi.

Sebelumnya, Pei Qian Hao menyelidiki Pei Yong karena Su Xi-er. Investigasinya mengungkapkan bahwa Pei Yong benar-benar suka bermain wanita, bahkan tidak melepaskan gadis muda dan anak-anak.

Hanya begitu saja, sudah cukup untuk dijatuhi hukuman mati. Aku tidak menyangka kalau ia akan berkolusi dengan seorang pejabat korup juga. Meski hanya provinsi kecil di perbatasan, keseriusan masalah ini terpampang nyata.

Perbatasan suatu kerajaan sangatlah penting. Walau keserakahan kecillah yang menyebabkan situasi ini, ambisi semacam itu akan tumbuh tiada henti hingga akhirnya, mereka akan berubah menjadi racun bagi bangsa tersebut.

Ketika ia memikirkan ini, atmosfer di sekitar Pei Qian Hao pun menjadi serius.

***

Di halaman belakang, Su Xi-er cepat-cepat mengemasi barangnya. Ia pergi ke kamar Pei Qian Hao dulu, untuk mengemasi baju-bajunya sebelum menuju kamarnya, melakukan hal yang sama.

Setelah selesai, ia mengambil dua buntalan baju dan berjalan ke arah halaman depan.

Si juru masak wanita baru saja selesai membuatkan makan siang saat ia melihat Su Xi-er berjalan keluar dengan dua buntalan pakaian. "Su Xi-er, apakah kalian semua meninggalkan rumah posnya?"

Su Xi-er berhenti berjalan dan menggeleng. "Pangeran Hao hanya ingin mengunjungi beberapa provinsi terdekat di Nan Zhao. Kami akan kembali sebelum perjamuan kerajaan Nan Zhao."

Si juru masak wanita mengangguk berulang-ulang. "Oh, begitu. Cepatlah pergi; jangan membuat Pangeran Hao menunggu." Kerap kali mendengar para pengawal kekaisaran mendesak Su Xi-er dengan kata-kata begitu, si juru masak wanita juga tanpa sadar mulai melakukan hal yang sama.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar