Consort of A Thousand Faces
Chapter 143 : Jalang Kecil
Su
Xi-er kelewat terkejut. Apakah aku benar-benar mengatakan itu? Aku
memanggilnya jalang kecil? Tidak perlu ia memberitahuku apa perasaannya kala
itu. Aku mampu membayangkan matanya menembakkan tatapan membekukan dan wajahnya
yang benar-benar menggelap. Ia pasti sangat berang, ingin mencekikku sampai
mati.
Tetapi,
apakah aku sungguh mengatakan itu? Ia tidak sedang mempermainkanku?
Kalau
Pei Qian Hao tahu apa yang tengah dipikirkannya, ia mungkin lebih ingin
mencekiknya lagi. Ia akan berpikir, 'Apakah Pangeran ini adalah
seseorang yang akan sembarangan mengarang sesuatu tentang diriku sendiri?'
"Pangeran
Hao, Anda keliru."
Pei
Qian Hao tergelak dan berjalan mendekatinya. "Bukan Pangeran ini yang
mabuk semalam. Mana mungkin aku keliru?"
Su
Xi-er mundur beberapa langkah dan menjawab sopan, "Hamba mabuk. Mana boleh
Pangeran Hao menganggap serius perkataanku?"
"Apakah
kau lupa pada pepatah, 'dalam anggur terdapat kebenaran'?" Pei Qian Hao
mengangkat satu tangan, hendak menahannya dari melarikan diri.
Akan
tetapi, ucapan Su Xi-er membuatnya terhenti, atmosfer canggung nyaris
membekukan sekeliling mereka.
"Dalam
anggur terdapat kebenaran? Hamba ingat bahwa aku memanggil
Anda dengan sebutan Ibu semalam, barangkali, sebelum memanggil Anda 'jalang
kecil.' Apakah Pangeran Hao ingin bilang bahwa Anda adalah ibu
hamba? Bahwa Anda juga adalah seorang jalang kecil?"
Pei
Qian Hao menatap mata tak berkedipnya dan menurunkan tangannya yang terangkat.
Lagi, dengan cerdasnya ia memasang jebakan dan menanti dirinya melompat masuk
ke dalamnya. Kalah dalam permaianan kata-kata lagi, ia merasa sangat tidak
senang.
"Su
Xi-er, mulutmu itu jadi semakin pandai, sama sekali tidak mempedulikan
kesopanan perkataanmu. Kalau kau terus melakukannya, bukankah kau perlu
diberikan pelajaran?" Pei Qian Hao mengangkat cangkir teh dengan kedua
tangan dan menyeruputnya lagi.
"Hamba
tidak melakukan sesuatu yang salah. Hamba hanya mengikuti instruksi untuk minum
semalam; bukan salahku kalau aku tidak mampu menoleransi anggurnya. Walau ada
beberapa kata-kata tak pantas yang terucap sementara hamba mabuk, aku pasti
tidak sengaja karena aku sedang tidak sadar. Jadi, mohon, jangan tersinggung,
Pangeran Hao. Sudah pasti, Anda bukanlah jalang kecil di dalam hati hamba
ini."
Pei
Qian Hao berpikir bahwa ia sudah sangat
toleran karena tidak memecahkan cangkir tehnya di kepala Su Xi-er.
"Apakah
anggur dari Kediaman Pangeran Yun enak? Kalau kau menyukainya, kita akan
membawa pulang beberapa guci saat kita kembali ke Bei Min." Pei Qian Hao
menurunkan cangkir tehnya di atas meja dan berujar lambat.
Karena
ia berinisiatif untuk mengubah topik pembicaraan, artinya, ia tak lagi
berencana untuk meributkan soal yang terjadi semalam.
Su
Xi-er menggelengkan kepalanya. "Setelah pengalaman ini, hamba tidak akan
minum-minum lagi." Meskipun Nan Zhao adalah bangsa yang terkenal akan
anggurnya, minuman kesukaan Su Xi-er adalah teh.
Anggur
bisa disesap perlahan, tetapi kegembiraannya hilang apabila tiap kali aku minum
banyak. Namun, teh berbeda. Rasa yang tersisa setelah minum teh, masih bisa
dinikmati dalam jangka waktu yang panjang. Bahkan
aromanya akan perlahan-lahan muncul dan menghangatkan seseorang dari dalam.
Namun,
Nan Zhao bukanlah kerajaan yang terkenal akan tehnya.
"Pangeran
ini berpikir bahwa anggur Nan Zhao hebat. Dapat dinikmati oleh pria
dan wanita, dan ada berbagai macam anggur spesial di sini. Ada banyak hal yang
masih perlu dipelajari Bei Min dari Nan Zhao." Pei Qian Hao berbicara
dengan gaya yang terus terang selagi tatapannya mendarat pada halaman di luar
sana.
Ada
banyak menteri di Nan Zhao yang menolak belajar dari bangsa lain, berpikir bahwa Nan Zhao sudah sempurna. Su Xi-er terkesan karena, meskipun menjadi pria paling berkuasa di Bei
Min, ia berpikiran sangat terbuka.
"Su
Xi-er, apakah masih ada tempat yang ingin kau kunjungi untuk
bersenang-senang?" Tatapan Pei Qian Hao mendarat pada Su Xi-er lagi.
Kenapa
ia mengajukan pertanyaan ini padaku? Apakah ia ingin keluar bersenang-senang?
Melihat
kalau Su Xi-er tetap diam, ia meneruskan, "Ada banyak tempat unik di Nan
Zhao. Contohnya, Provinsi Bunga Teratai yang kita lewati di perjalanan kemari,
terkenal akan Bunga Teratainya. Ada pula beberapa provinsi dengan pemandangan
yang unik." Analisis detail Pei Qian Hao sangat mengejutkan Su Xi-er.
Aku
pernah mengundang Pangeran Hao untuk datang berkunjung beberapa kali sewaktu
aku masih Ning Ru Lan, tetapi tawaranku tidak pernah diterimanya. Mengejutkan
karena ia mengetahui kerajaan ini dengan sangat baik, walau belum pernah kemari
sebelumnya.
Ia
akan menjadi musuh yang menakutkan, orang yang tak akan pernah bisa dikalahkan
oleh Nan Zhao.
"Apa,
kau tidak mau pergi?" Pei Qian Hao melangkah mendekatinya selagi ia
berbicara, menyebabkan Su Xi-er mundur secara refleks.
Pei
Qian Hao hanya diam-diam memerhatikannya, tidak mendesak tentang hal itu
seperti sebelumnya.
"Kemana
Anda ingin pergi, Pangeran Hao?"
"Ada
satu provinsi kecil dekat dengan ibu kota, disebut
Provinsi Bulan. Ada banyak petani bunga di sana, dan itu juga disebut dengan
'Kota Bunga'. Ayo pergi ke sana."
Ketika
Su Xi-er mendengar 'Provinsi Bunga', ia langsung teringat akan bunga Ling Rui.
Itu adalah bunga cantik dari Provinsi Bulan, dengan teliti ditanam oleh para
petaninya. Ia tahu kalau aku mencari bunga Ling Rui di Kediaman Shui.
Apakah
ia sengaja menyarankan agar kami pergi ke Provinsi Bulan? Apakah ia membawaku
ke sana karena ia tahu bahwa aku ingin
melihat bunga Ling Rui? Apakah itu demi diriku, ataukah ia memang ingin
melihatnya juga?
"Pergi
ke kamarmu untuk berkemas; kita akan segera berangkat. Membosankan tetap berada
di rumah posnya." Pei Qian Hao meliriknya sebelum menuju ke arah halaman.
Meskipun
ia was-was, Su Xi-er ingin melihat bunga Ling Rui. Alhasil, dengan patuh ia
mengikuti instruksinya, bersiap-siap.
***
Pei
Qian Hao berdiri di halaman, mengagumi pemandangan sebelum satu pengawal
mendatanginya dan membungkuk. "Pangeran Hao, merpati pos dari Komandan Wu
sampai pagi ini."
Lalu,
Pei Qian Hao menerima secarik kertas darinya, meliriknya dengan tatapan dingin
di matanya. Si pengawal di sebelahnya begitu ketakutan sampai ia tidak berani
menatap Pangeran Hao. Pesan apakah yang dikirimkan Komandan Wu?
Pastinya kabar buruk, kan? Kalau tidak, mana mungkin wajah Pangeran Hao begitu
gelap?
Dengusan
enteng keluar dari bibir Pei Qian Hao sebelum ia menyerahkan secarik kertas itu
kepada si pengawal. "Cepat dibakar."
Pengawal
itu pun langsung mengiyakan, sebelum buru-buru memenuhi perintahnya, tidak
berani bertanya lebih jauh.
Pei
Qian Hao kembali memerhatikan pemandangannya, walau matanya kini ternoda oleh
satu kesuraman selagi ia memikirkan tentang pesan dari Wu Ling.
Pangeran Hao,
pejabat korup tersebut terkait dengan banyak sekali kelompok teroganisasi.
Bawahan ini telah menginvestigasinya secara mendalam dan akhirnya menemukan
bahwa ia berhubungan dengan Pei Yong dari keluarga cabang Kediaman Pei.
Langsung
jelas mengapa Wu Ling tidak berhasil segera berkumpul lagi dengan anggota utama
di Nan Zhao. Ternyata, Hakim Provinsi di perbatasan berkolusi dengan keluarga
cabang Kediaman Pei; entah begitu, atau ia adalah bawahan Pei Yong.
Biarpun
Pei Yong hanyalah bagian dari keluarga cabang Kediaman Pei, ia tak boleh
dibiarkan lagi.
Sebelumnya,
Pei Qian Hao menyelidiki Pei Yong karena Su Xi-er. Investigasinya mengungkapkan
bahwa Pei Yong benar-benar suka bermain wanita, bahkan
tidak melepaskan gadis muda dan anak-anak.
Hanya
begitu saja, sudah cukup untuk dijatuhi hukuman mati. Aku tidak menyangka kalau
ia akan berkolusi dengan seorang pejabat korup juga. Meski hanya provinsi kecil
di perbatasan, keseriusan masalah ini terpampang nyata.
Perbatasan
suatu kerajaan sangatlah penting. Walau keserakahan kecillah yang menyebabkan
situasi ini, ambisi semacam itu akan tumbuh tiada henti hingga akhirnya, mereka
akan berubah menjadi racun bagi bangsa tersebut.
Ketika
ia memikirkan ini, atmosfer di sekitar Pei Qian Hao pun menjadi serius.
***
Di
halaman belakang, Su Xi-er cepat-cepat mengemasi barangnya. Ia pergi ke kamar
Pei Qian Hao dulu, untuk mengemasi baju-bajunya sebelum menuju kamarnya,
melakukan hal yang sama.
Setelah
selesai, ia mengambil dua buntalan baju dan berjalan ke arah halaman depan.
Si
juru masak wanita baru saja selesai membuatkan makan siang saat ia melihat Su
Xi-er berjalan keluar dengan dua buntalan pakaian. "Su Xi-er, apakah
kalian semua meninggalkan rumah posnya?"
Su
Xi-er berhenti berjalan dan menggeleng. "Pangeran Hao hanya ingin
mengunjungi beberapa provinsi terdekat di Nan Zhao. Kami akan kembali sebelum
perjamuan kerajaan Nan Zhao."
Si
juru masak wanita mengangguk berulang-ulang. "Oh, begitu. Cepatlah pergi;
jangan membuat Pangeran Hao menunggu." Kerap kali mendengar para pengawal
kekaisaran mendesak Su Xi-er dengan kata-kata begitu, si juru masak wanita juga
tanpa sadar mulai melakukan hal yang sama.
0 comments:
Posting Komentar