Jumat, 03 Desember 2021

CTF - Chapter 145

Consort of A Thousand Faces

Chapter 145 : Lebih Baik Jangan

Hanya dengan pemandangan dan keharuman dari banyaknya bunga segar yang dijual sudah mampu membuat orang merasa tenang dan rileks.

Mata Su Xi-er setengah terpejam selagi ia tampaknya menikmati keheningan saat ini.

Pei Qian Hao memerhatikannya saat sudut mulutnya agak terangkat; Su Xi-er kelihatan ceria.

"Kenapa? Apakah kau sangat senang?" Pei Qian Hao bertanya.

Su Xi-er membuka sedikit matanya ketika ia mendengar Pei Qian Hao dan tersenyum padanya. "Pangeran Hao, tidakkah menurut Anda harumnya bunga-bunga ini mampu membuat Anda merasa senang?"

Kebanyakan, setiap kali Su Xi-er tersenyum, itu adalah topeng senyuman sopan palsu yang selalu dikenakannya. Apa yang dilihat Pei Qian Hao hari ini merupakan senyuman asli Su Xi-er.

Untuk menenangkan dirinya, ia meniru Su Xi-er dan menghirup harumnya bunga-bunga yang melayang dari luar. Memang benar-benar harum.

"Pangeran Hao, bukankah Anda merasa lebih santai?" Su Xi-er bertanya dan menatap Pei Qian Hao seolah ia harus mendengarkan sebuah jawaban darinya.

Pei Qian Hao melihat bahwa ia sedang memerhatikannya dengan serius, dan jantungnya berdebar-debar sebelum kembali normal.

Ia menjawab, "Pangeran ini memang merasa jauh lebih santai, tetapi Pangeran ini bahkan akan merasa jauh lebih santai apabila Pangeran ini bisa menamparmu satu-dua kali."

Apakah ia tengah mengatakan kalau aku terlalu banyak bicara? Pikir Su Xi-er. Aku bukan orang bodoh yang meminta untuk ditampar.

Ia pun mengangkat tirai keretanya diam-diam, berpura-pura ia tidak memahami apa maksud Pei Qian Hao dan berujar, "Pangeran Hao, Anda sedang mempermainkan hamba lagi."

Pei Qian Hao mendengus pelan, tetapi tidak mengatakan apa-apa lagi.

Su Xi-er tahu kalau pria ini bukanlah seseorang yang dapat disinggung dengan santainya. Aku memanggilnya 'jalang kecil' sebelumnya, dan takutnya ia masih marah. Aku sungguh tidak boleh menyinggungnya di saat begini. Kalau aku tetap diam, maka ia tidak punya alasan untuk marah.

Selain bunga-bunga, ada banyak sekali pedagang dan pejalan kaki di luar sana, menciptakan suasana hiruk-pikuk yang ramai.

Dengan aroma dari bunga magnolia coco, melati, dan juga berbagai bunga yang berada di sekitarnya, Su Xi-er nyaris bisa membayangkan kalau dirinya sedang berdiri di tengah-tengah satu lapangan penuh dengan bunga bermekaran, banyak kupu-kupu berterbangan di sekelilingnya. Membuatnya merasa benar-benar santai.

Akan tetapi, senyumnya menghilang dengan cepat. Aku tidak bisa tinggal dan menikmati masa yang disebut kedamaian ini. Lian Chen masih dikendalikan oleh Yun Ruo Feng; Ning An Lian masihlah si Putri Pertama Kekaisaran; dan Yun Ruo Feng masih si Prince Regent.

Aura damai yang tadinya menyelimutinya menghilang dalam sekejap, digantikan dengan aura dingin mirip iblis yang langsung datang dari neraka.

Berada begitu dekat dengannya, secara alami Pei Qian Hao menyadari hawa dingin di sekitar Su Xi-er. Dalam keadaannya saat ini, pergerakan tiba-tiba apa pun akan langsung membuatnya waspada.

Sebagai Prince Regent dari Bei Min, ia sudah pernah melalui berbagai macam situasi, dan dipaksa untuk membuat keputusan sepersekian detik di bawah kondisi mengancam nyawa. Niat membunuh yang terpancar dari Su Xi-er sangatlah jelas, tetapi niatan membunuh itu bukan terarah kepadanya.

Dengan Pei Qian Hao yang tak repot-repot menyembunyikan tatapan panas membaranya itu, Su Xi-er bisa merasakannya dengan jelas. Ia memutar kepalanya dan bertemu dengan mata gelapnya yang tampak seolah mereka mampu menghisap orang ke dalamnya dengan kemampuan ajaib mereka.

Jantung Su Xi-er berdebar, dan dendam di matanya langsung lenyap.

Ia memandanginya dan bertanya dengan nada kebingungan. "Pangeran Hao, apa yang Anda lihat? Apakah ada sesuatu yang kotor di wajah hamba?"

Su Xi-er sengaja mengusap pipinya sewaktu ia berbicara, berpura-pura bodoh.

"Pangeran ini hanya sedang penasaran saja, apa yang sedang diam-diam kau sumpah-serapahi. Apakah kau sedang mengatakan sesuatu yang buruk tentang Pangeran ini?"

"Mana mungkin hamba berani?" Su Xi-er menjawab dengan hormat.

"Lebih baik jangan ...." Pei Qian Hao tidak meneruskannya, tetapi tatapan penuh makna di matanya memperjelas implikasi dalam perkataannya.

Mengingat masa-masa yang mereka habiskan bersama, Pei Qian Hao tahu kalau Su Xi-er merupakan seorang wanita unik, yang tidak takut mengutarakan pikirannya, dan bukan orang yang pemalu dan penakut seperti dayang lainnya. Meskipun aku bisa membaca banyak orang dengan mudahnya, dialah satu-satunya yang tak bisa kutebak dengan sekilas pandang saja.

***

Kereta kudanya berjalan agak lama sebelum akhirnya berhenti di satu tempat yang bernama 'Toko Bunga Zhao'.

Pei Qian Hao baru turun dari kereta, ketika ia berbalik, ingin membantu Su Xi-er turun juga.

Akan tetapi, Su Xi-er tidak melihatnya. Sebaliknya, ia mengangkat tirai kereta sebelum dengan gesit turun sendiri.

Wajah Pei Qian Hao menggelap sewaktu ia menarik tangannya yang terulur tanpa kata. Mengalihkan perhatiannya pada toko bunga, samar-samar ia dapat melihat bunga-bunga yang menjulurkan kepala mereka keluar layaknya gadis cantik kecil yang pemalu.

Pengawal kekaisaran di sebelah mereka menyadari kalau aura di sekitar mereka terasa aneh, tetapi wajah Su Xi-er tetap tenang.

Ketika Paman Zhao, si pemilik toko, melihat para tamu terhormat tiba, ia langsung keluar dari ruangannya dan tersenyum lebar menyambut mereka. "Hei, pelanggan yang terhormat, apakah kalian kemari untuk mencari bunga? Toko kecilku ini punya berbagai jenis bunga berbeda yang semuanya bermekaran, dan sangat cantik."

Pei Qian Hao menatap Su Xi-er dan berujar dengan suara dalam. "Ayo, masuk ke dalam dan melihat-lihat."

Sebelum ia melangkah maju, suara tapak kuda terdengar di depan mereka. Seorang pengawal kekaisaran dari Kediaman Pangeran Hao datang dengan seekor kuda, berekspresi serius. Dengan cepat turun dari kuda, ia menyerahkan satu surat kepada Pangeran Hao dan berbisik, "Yang Mulia, surat dari Komandan Wu."

Pei Qian Hao mengambil surat tersebut, melirik Su Xi-er, dan menginstruksikan, "Masuklah duluan, Pangeran ini akan segera ke sana."

"Oh." Su Xi-er tidak tetap tinggal, dan mengikuti Paman Zhao ke dalam toko.

Walaupun Paman Zhao tidak pernah meninggalkan Provinsi Bulan, ia masih bisa mengetahui orang yang ada di depannya adalah seorang bangsawan. Hanya melihat watak pria itu saja, ia tahu, entah apakah ia adalah orang kaya atau seorang bangsawan dari tempat besar seperti ibu kota.

Ditambah lagi, gadis di sebelahnya cantik dan mengenakan pakaian mahal. Tidak sulit mengetahui kalau pasangan ini luar biasa.

Mengingat ini, Paman Zhao tidak berani bertindak ceroboh, dan dengan hati-hati menjawab para tamu terhormat ini.

"Nona, ada semua jenis bunga di toko kecil ini. Jenis bunga apa yang kau butuhkan? Orang rendahan ini bisa membawamu ke sana untuk melihat-lihatnya."

Su Xi-er melambaikan tangannya. "Tidak perlu. Aku hanya melihat-lihat saja sampai Tuan Muda dari kediamanku masuk."

"Oh, bagus, bagus." Meski ia berkata begitu, Paman Zhao masih tidak berani bersikap ceroboh, dan dengan hati-hati melayaninya. Ia mengikuti dua langkah di belakang Su Xi-er dan menjelaskan berbagai hal.

***

Di luar sana, Pei Qian Hao memegangi surat dari Wu Ling di tangannya. Seluruhnya berisi tentang tulisan Wu Ling mengenai setiap kejahatan yang diperbuat oleh Pei Yong. Bahkan, salah satu dari kejahatan ini saja sudah cukup untuk menjatuhi Pei Yong dengan hukuman mati yang mengerikan!

Wajahnya berubah gelap dan dingin. Ia melihat ke arah pengawal di sebelahnya dan menginstruksikan, "Kau, sampaikan titah lisan Pangeran ini dan pergilah ke provinsi kecil lewat perbatasan. Temui Wu Ling dan kembali ke ibu kota Bei Min untuk menangkap Pei Yong!"

Pengawal tersebut mengangguk tergesa. "Baik."

Pei Qian Hao baru berbalik dan masuk ke dalam toko bunga ketika pengawalnya sudah jauh.

Su Xi-er hanya melihat-lihat sambil lalu dan tidak melihatnya berjalan masuk dari luar.

Ia baru saja berjalan ke hadapan satu tandan bunga magnolia coco, tampak seperti nona muda yang tenang seraya memandangi kelopak bunga mereka yang putih alami.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar