Jumat, 03 Desember 2021

CTF - Chapter 146

Consort of A Thousand Faces

Chapter 146 : Dibiarkan di Luar Pintu


"Bunga magnolia coconya sangat cantik," Su Xi-er bergumam.

Di sisinya, Paman Zhao nyengir. "Walaupun bunga magnolia coco ini cantik, mereka sangat biasa dikarenakan betapa mudahnya mereka tumbuh. Di lain pihak, bunga Ling Rui tidak ada harganya di Nan Zhao, tetapi sangat berharga di kerajaan lain. Ini dikarenakan mereka hanya dapat tumbuh di Nan Zhao. Banyak orang dari kerajaan lain datang ke Nan Zhao, ingin mentransplantasikan bunga itu di kerajaan mereka, tetapi tak satu pun dari mereka yang berhasil."

Paman Zhao teringat, "Dulu, ada seorang wanita cantik di Nan Zhao yang sangat menyukai bunga Ling Rui hingga ia datang sendiri ke Provinsi Bulan untuk membeli dan membawa mereka ke istana kekaisaran. Semua orang menyebutnya dewi dari kahyangan, tetapi ingatanku sudah cacat setelah sekian lama, dan aku tidak bisa mengingat wajahnya."

Senyum Su Xi-er membeku, tangannya sedang menyentuh kelopak bunga lembut dan halus dari bunga magnolia coconya.

Su Xi-er tahu jelas siapakah wanita yang tengah dibicarakannya. Itu adalah Ibunda Permaisurinya, Permaisuri Nan Zhao. Ia sendiri masih menjadi Putri Pertama Kekaisaran, Ning Ru Lan, dan bukannya Su Xi-er.

Ibunda Permaisuri merupakan salah satu Man yi, dan ia sangat cantik. Ketika Ayahanda Kaisar melihat Ibunda Permaisuri, ia jatuh hati pada pandangan pertama. Akhirnya ia menikahinya dan menyayanginya.

(T/N: sebutan yang merujuk pada kelompok etnis minoritas di Cina kuno.)

Tetapi, setelah Ibunda Permaisuri meninggal dunia, Ayahanda Kaisar melupakan wanita yang pernah sangat dicintainya. Kemudian, ia sepenuhnya mengabaikan segala sesuatu di antara dirinya dan Ibunda Permaisuri, mengangkat selir silih berganti, masuk ke dalam istana kekaisaran.

Biasanya, Ayahanda Kaisar kerap mengutarakan seberapa besar ia mencintai Ibunda Permaisuri, dan bagaimana ia akan membuatnya menjadi wanita paling bahagia di muka bumi ini. Meski pada akhirnya, ia berpindah hati dengan begitu cepatnya dan mengkhianati kepercayaan wanita yang sangat mencintainya, hingga ajalnya!

Pria adalah lelucon. Mereka akan bilang bahwa mereka mencintaimu, kemudian melupakannya saat diperlukan; bahkan sampai membunuhmu tanpa ada sejejak pun penyesalan. Ayahanda Kaisarku plin-plan dalam cinta. Meskipun jika Ayahanda Kaisar mencintaiku, aku tetap tak sanggup memaafkannya karena hal ini.

Tangannya mendadak mengetat dan mematahkan batang bunga magnolia coco tersebut.

Perubahan tiba-tiba Su Xi-er menakuti Paman Zhao, dan jantungnya berdebar-debar. Saat ia melihat si pria terhormat perlahan-lahan mendekat kemari, buru-buru ia berpindah ke samping. 

Su Xi-er menyadari kalau Pei Qian Hao menghampiri ketika ia sudah masuk ke dalam toko, berhasil mengendalikan emosinya tepat waktu. Akan tetapi, apa yang tak mampu disembunyikannya adalah, si bunga magnolia coco yang patah di tangannya.

"Apa yang terjadi? Kau marah?" Pei Qian Hao bertanya, nada suara datarnya terisi oleh ketegasan yang tak terbantahkan.

Su Xi-er menggelengkan kepalanya sembari memasang senyum kecil di wajahnya. "Mana mungkin? Hamba hanya terlalu gembira dan tanpa sengaja mematahkan batang bunganya."

Pei Qian Hao mempertahankan ketenangannya sewaktu ia mengambil bunga magnolia coco dari tangannya dan berjalan di depan Paman Zhao. "Aku dengar, ada satu jenis bunga yang bernama bunga Ling Rui, yang hanya bisa tumbuh di Nan Zhao. Penjaga toko, apakah kau punya bunga itu di sini?"

Paman Zhao segera mengangguk. "Benar, benar, benar. Pelanggan yang terhormat, silakan ikuti aku."

***

Sementara itu di Kediaman Pangeran Yun.

Yun Ruo Feng sedang duduk di ruang depan ketika seseorang mendadak datang.

Orang itu langsung berlutut. "Pangeran Yun, Pangeran Hao dari Bei Min membawa dayangnya menuju Provinsi Bunga."

Ekspresi Yun Ruo Feng tidak berubah sewaktu ia mendengarkan ini, hanya melambaikan tangannya seraya menyuruh orang itu keluar. "Mmm, Pangeran ini sudah mengingatnya. Mundurlah."

Tangannya menopang rahangnya enteng, dan tak seorang pun mengetahui apa yang sedang dipikirkan olehnya.

Ketika ia memikirkan tentang Su Xi-er yang minum-minum malam itu, Yun Ruo Feng menyadari kalau ia sudah menghabiskan banyak waktu pada wanita ini.

Pikirannya jadi berantakan karena ia terpikirkan tentang Ning Ru Lan. Alasan mengapa aku memerhatikan Su Xi-er adalah karena auranya mirip dengan Ning Ru Lan.

Kalau bukan karena itu, mengapa aku bahkan akan memerhatikan seorang dayang? Walaupun ia sangat cantik, itu hanya kulit luarnya saja.

Namun, biarpun dayang tersebut mirip dengan Ning Ru Lan, aku tetap terlalu memerhatikan dirinya.

Mungkinkah itu karena aku masih merasakan sesuatu terhadapnya ....?

Mana mungkin? Aku sendiri yang membunuhnya dan mengakhiri hubungan kami. Mana mungkin aku masih menyimpan perasaan untuk dirinya setelah menginjak-injak kebanggaannya dan segala hal yang diterapkannya di kerajaan ini?

Tetapi, selain dari ini, mengapa aku begitu perhatian terhadap seorang dayang yang mirip dengan Ning Ru Lan?

Kepala Yun Ruo Feng sakit; ia tidak mampu memahaminya. Aura lembut yang biasanya mengelilinginya pun berangsur berubah menjadi rasa frustasi yang dingin. Jika ada seseorang di sekitar, mereka dapat melihat bahwa keadaannya kini jauh berbeda daripada dirinya yang biasa.

Di saat ini, pengawal lainnya tiba-tiba saja maju ke depan.

"Pangeran Yun, Putri Pertama Kekaisaran sudah tiba dan sedang menunggu di luar pintu."

Satu jejak kejengkelan yang tak terlihat melintas di wajah Yun Ruo Feng sewaktu ia melambaikan tangannya. "Suruh Putri Pertama kembali. Beritahu padanya bahwa Pangeran ini sibuk dengan urusan negara dan tidak menemui siapa pun hari ini."

Si pengawal terdiam sedetik sebelum mengangguk ketika ia melihat ekspresi tidak senang di wajah Pangeran Yun. "Baik!"

***

Ning An Lian sedang menunggu penuh semangat di luar ruangan. Saat ia melihat si pengawal keluar, ia pun maju dua langkah dan bertanya, "Bagaimana? Apakah Pangeran Yun mengundang Putri ini untuk masuk?"

Ning An Lian sudah siap berjalan masuk bahkan sebelum si pengawal menjawabnya.

Biarpun ia menggunakan statusnya sebagai Putri Pertama Kekaisaran untuk menekan si pengawal, Ning An Lian tetap tidak akan bisa menerobos masuk ke dalam Kediaman Pangeran Yun. Mengingat bagaimana pengawal sebelumnya yang dipecat karena dipaksa menerima perak dari Piao Xu, tak ada satu pun dari mereka yang akan mempedulikan status agungnya. Sebagai hasilnya, ia tak punya pilihan selain menunggu dengan sabar di pintu masuk utama seperti orang lainnya.

Si pengawal menggelengkan kepalanya dan menghadang jalan Ning An Lian. "Putri Pertama, mohon ampuni aku. Pangeran Yun mengatakan bahwa ia sibuk dengan urusan negara, dan tidak akan bertemu dengan siapa pun hari ini. Silakan kembali, Yang Mulia."

"Apa?" Ning An Lian ingin menghentakkan kakinya marah. "Apakah Pangeran Yun benar-benar mengatakan itu?"

"Benar. Putri Pertama, silakan kembali!" Si pengawal mengulurkan tangannya untuk menghadang jalannya.

Ning An Lian menatap ke pengawal yang kaku dan merasakan amarahnya mengancam untuk meluber. Ia ingin masuk secara paksa, tetapi tidak bisa.

"Tidak bisakah Putri ini masuk saat akulah Putri Pertama Kekaisaran kerajaan ini?" Ning An Lian bertanya geram.

Si pengawal mengabaikannya dan kembali ke tempatnya semula. Apabila Ning An Lian mencoba masuk secara paksa, maka ia akan naik dan menghadangnya.

Saat Piao Xu melihat ini, ia hanya bisa menghadang Ning An Lian dan menghiburnya. "Putri Pertama, kita kembali saja dulu. Pangeran Yun sedang sibuk sekarang, dan tidak punya waktu untuk menyambut Anda. Saat Pangeran Yun telah menyelesaikan urusannya, ia pasti akan masuk ke istana kekaisaran dan meminta maaf pada Anda."

Ning An Lian tak berdaya dan hanya bisa pergi dengan marah.

Walau aku tidak tahu kapankah ini dimulai, aku dapat mengetahui dengan pasti bahwa jarak antara Yun Ruo Feng dan diriku melebar. Mungkinkah aku benar-benar tidak mampu lagi menangkap hati pria ini?

Ning An Lian geram ketika ia kembali ke istana kekaisaran. Satu-satunya yang ada dalam benaknya adalah masa-masa yang mereka habiskan bersama, begitu pula dengan berbagai pertengkaran kecil antara ia dan Yun Ruo Feng yang mana membawanya pada keadaan sekarang ini.

Ia memikirkan Ning Ru Lan lagi. Si jalang itu. Yun Ruo Feng pasti sedang memikirkan tentang si jalang Ning Ru Lan.

Ia tidak berani melakukan hal semacam ini pada Ning Ru Lan, tetapi ini sudah terjadi padaku beberapa kali!

Ning An Lian dengan marah mengambil satu vas di dalam istana peristirahatannya dan melemparkannya ke lantai, membuatnya pecah berkeping-keping.

Lalu, ia pun terus melakukan hal yang sama pada teko teh, glasir keramik, ornamen berukir, dan beberapa benda lainnya yang ada di dalam ruangan tersebut. Ning An Lian tidak menghemat energinya.

Piao Xu memerhatikan Putri Pertama melempar-lempar barang dan mencoba menghentikannya. "Putri, jangan hancurkan mereka, jangan hancurkan mereka lagi."

Akan tetapi, Ning An Lian tengah mengamuk dan tak akan repot-repot mendengarkan orang lain. Ketika Piao Xu mencoba menghentikannya, Ning An Lian baru saja mengambil satu vas porselen. Daripada melemparkannya ke lantai seperti yang lainnya, vas porselen itu berakhir pecah di kepala Piao Xu.

Prang! Darah langsung mulai mengalir dari sayatan baru di kepala Piao Xu.

Kesakitan, Piao Xu pun menutupi kepalanya, dan tak mampu melakukan apa-apa selain meyaksikan majikannya terus saja melampiaskan amarahnya.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar