Consort of A Thousand Faces
Chapter 146 : Dibiarkan di Luar Pintu
"Bunga
magnolia
coconya
sangat cantik," Su Xi-er bergumam.
Di
sisinya, Paman Zhao nyengir. "Walaupun bunga magnolia
coco
ini cantik, mereka sangat biasa dikarenakan betapa mudahnya mereka tumbuh. Di
lain pihak, bunga Ling Rui tidak ada harganya di Nan Zhao, tetapi sangat
berharga di kerajaan lain. Ini dikarenakan mereka hanya dapat tumbuh di Nan
Zhao. Banyak orang dari kerajaan lain datang ke Nan Zhao, ingin
mentransplantasikan bunga itu di kerajaan mereka, tetapi tak satu pun dari
mereka yang berhasil."
Paman
Zhao teringat, "Dulu, ada seorang wanita cantik di Nan Zhao yang sangat
menyukai bunga Ling Rui hingga ia datang sendiri ke Provinsi Bulan untuk
membeli dan membawa mereka ke istana kekaisaran. Semua orang menyebutnya dewi
dari kahyangan, tetapi ingatanku sudah cacat setelah sekian lama, dan aku tidak
bisa mengingat wajahnya."
Senyum
Su Xi-er membeku, tangannya sedang menyentuh kelopak bunga lembut dan halus
dari bunga magnolia
coconya.
Su
Xi-er tahu jelas siapakah wanita yang tengah dibicarakannya. Itu adalah Ibunda
Permaisurinya, Permaisuri Nan Zhao. Ia sendiri masih menjadi Putri Pertama
Kekaisaran, Ning Ru Lan, dan bukannya Su Xi-er.
Ibunda
Permaisuri merupakan salah satu Man yi, dan ia sangat
cantik. Ketika Ayahanda Kaisar melihat Ibunda Permaisuri, ia jatuh hati pada
pandangan pertama. Akhirnya ia menikahinya dan menyayanginya.
(T/N:
sebutan yang merujuk pada kelompok etnis minoritas di Cina kuno.)
Tetapi,
setelah Ibunda Permaisuri meninggal dunia, Ayahanda Kaisar melupakan wanita
yang pernah sangat dicintainya. Kemudian, ia sepenuhnya mengabaikan segala
sesuatu di antara dirinya dan Ibunda Permaisuri, mengangkat selir silih
berganti, masuk ke dalam istana kekaisaran.
Biasanya,
Ayahanda Kaisar kerap mengutarakan seberapa besar ia mencintai Ibunda
Permaisuri, dan bagaimana ia akan membuatnya menjadi wanita paling bahagia di
muka bumi ini. Meski pada akhirnya, ia berpindah hati dengan begitu cepatnya
dan mengkhianati kepercayaan wanita yang sangat mencintainya, hingga ajalnya!
Pria
adalah lelucon. Mereka akan bilang bahwa
mereka mencintaimu, kemudian melupakannya saat diperlukan; bahkan sampai
membunuhmu tanpa ada sejejak pun penyesalan. Ayahanda Kaisarku plin-plan dalam
cinta. Meskipun jika Ayahanda Kaisar mencintaiku, aku tetap tak sanggup memaafkannya karena hal ini.
Tangannya
mendadak mengetat dan mematahkan batang bunga magnolia
coco
tersebut.
Perubahan
tiba-tiba Su Xi-er menakuti Paman Zhao, dan jantungnya berdebar-debar. Saat ia
melihat si pria terhormat perlahan-lahan mendekat kemari, buru-buru ia
berpindah ke samping.
Su
Xi-er menyadari kalau Pei Qian Hao menghampiri ketika ia sudah masuk ke dalam
toko, berhasil mengendalikan emosinya tepat waktu. Akan tetapi, apa yang tak
mampu disembunyikannya adalah, si bunga magnolia coco
yang patah di tangannya.
"Apa
yang terjadi? Kau marah?" Pei Qian Hao bertanya, nada suara datarnya
terisi oleh ketegasan yang tak terbantahkan.
Su
Xi-er menggelengkan kepalanya sembari memasang senyum kecil di wajahnya.
"Mana mungkin? Hamba hanya terlalu gembira dan tanpa sengaja mematahkan
batang bunganya."
Pei
Qian Hao mempertahankan ketenangannya sewaktu ia mengambil bunga magnolia
coco
dari tangannya dan berjalan di depan Paman Zhao. "Aku dengar, ada satu
jenis bunga yang bernama bunga Ling Rui, yang hanya bisa tumbuh di Nan Zhao.
Penjaga toko, apakah kau punya bunga itu di sini?"
Paman
Zhao segera mengangguk. "Benar, benar, benar. Pelanggan yang terhormat,
silakan ikuti aku."
***
Sementara
itu di Kediaman Pangeran Yun.
Yun
Ruo Feng sedang duduk di ruang depan ketika seseorang mendadak datang.
Orang
itu langsung berlutut. "Pangeran Yun, Pangeran Hao dari Bei Min membawa
dayangnya menuju Provinsi Bunga."
Ekspresi
Yun Ruo Feng tidak berubah sewaktu ia mendengarkan ini, hanya melambaikan
tangannya seraya menyuruh orang itu keluar. "Mmm, Pangeran ini
sudah mengingatnya. Mundurlah."
Tangannya
menopang rahangnya enteng, dan tak seorang pun mengetahui apa yang sedang
dipikirkan olehnya.
Ketika
ia memikirkan tentang Su Xi-er yang minum-minum malam itu, Yun Ruo Feng
menyadari kalau ia sudah menghabiskan banyak waktu pada wanita ini.
Pikirannya
jadi berantakan karena ia terpikirkan tentang Ning Ru Lan. Alasan
mengapa aku memerhatikan Su Xi-er adalah karena auranya mirip dengan Ning Ru
Lan.
Kalau
bukan karena itu, mengapa aku bahkan akan memerhatikan seorang dayang? Walaupun
ia sangat cantik, itu hanya kulit luarnya saja.
Namun,
biarpun dayang tersebut mirip dengan Ning Ru Lan, aku tetap terlalu memerhatikan
dirinya.
Mungkinkah
itu karena aku masih merasakan sesuatu terhadapnya ....?
Mana
mungkin? Aku sendiri yang membunuhnya dan mengakhiri hubungan kami. Mana
mungkin aku masih menyimpan perasaan untuk dirinya setelah menginjak-injak
kebanggaannya dan segala hal yang diterapkannya di kerajaan ini?
Tetapi,
selain dari ini, mengapa aku begitu perhatian terhadap seorang dayang yang
mirip dengan Ning Ru Lan?
Kepala
Yun Ruo Feng sakit; ia tidak mampu memahaminya. Aura lembut yang biasanya
mengelilinginya pun berangsur berubah menjadi rasa frustasi yang dingin. Jika
ada seseorang di sekitar, mereka dapat melihat bahwa
keadaannya kini jauh berbeda daripada dirinya yang biasa.
Di
saat ini, pengawal lainnya tiba-tiba saja maju ke depan.
"Pangeran
Yun, Putri Pertama Kekaisaran sudah tiba dan sedang menunggu di luar
pintu."
Satu
jejak kejengkelan yang tak terlihat melintas di wajah Yun Ruo Feng sewaktu ia
melambaikan tangannya. "Suruh Putri Pertama kembali. Beritahu padanya bahwa Pangeran ini sibuk dengan urusan negara dan tidak
menemui siapa pun
hari ini."
Si
pengawal terdiam sedetik sebelum mengangguk ketika ia melihat ekspresi tidak
senang di wajah Pangeran Yun. "Baik!"
***
Ning
An Lian sedang menunggu penuh semangat di luar ruangan. Saat ia melihat si
pengawal keluar, ia pun maju dua langkah dan bertanya, "Bagaimana? Apakah
Pangeran Yun mengundang Putri ini untuk masuk?"
Ning
An Lian sudah siap berjalan masuk bahkan sebelum si pengawal menjawabnya.
Biarpun
ia menggunakan statusnya sebagai Putri Pertama Kekaisaran untuk menekan si
pengawal, Ning An Lian tetap tidak akan bisa menerobos masuk ke dalam Kediaman
Pangeran Yun. Mengingat bagaimana pengawal sebelumnya yang dipecat karena
dipaksa menerima perak dari Piao Xu, tak ada satu pun dari mereka yang akan
mempedulikan status agungnya. Sebagai hasilnya, ia tak punya pilihan selain
menunggu dengan sabar di pintu masuk utama seperti orang lainnya.
Si
pengawal menggelengkan kepalanya dan menghadang jalan Ning An Lian. "Putri
Pertama, mohon ampuni aku. Pangeran Yun mengatakan bahwa
ia sibuk dengan urusan negara, dan tidak akan bertemu dengan siapa pun
hari ini. Silakan kembali, Yang Mulia."
"Apa?"
Ning An Lian ingin menghentakkan kakinya marah. "Apakah Pangeran Yun
benar-benar mengatakan itu?"
"Benar.
Putri Pertama, silakan kembali!" Si pengawal mengulurkan
tangannya untuk menghadang jalannya.
Ning
An Lian menatap ke pengawal yang kaku dan merasakan amarahnya mengancam untuk
meluber. Ia ingin masuk secara paksa, tetapi tidak bisa.
"Tidak
bisakah Putri ini masuk saat akulah Putri Pertama Kekaisaran kerajaan
ini?" Ning An Lian bertanya geram.
Si
pengawal mengabaikannya dan kembali ke tempatnya semula. Apabila Ning An Lian
mencoba masuk secara paksa, maka ia akan naik dan menghadangnya.
Saat
Piao Xu melihat ini, ia hanya bisa menghadang Ning An Lian dan menghiburnya.
"Putri Pertama, kita kembali saja dulu. Pangeran Yun sedang sibuk
sekarang, dan tidak punya waktu untuk menyambut Anda. Saat Pangeran Yun telah
menyelesaikan urusannya, ia pasti akan masuk ke istana kekaisaran dan meminta
maaf pada Anda."
Ning
An Lian tak berdaya dan hanya bisa pergi dengan marah.
Walau
aku tidak tahu kapankah ini dimulai, aku dapat mengetahui dengan pasti bahwa jarak antara Yun Ruo Feng dan diriku
melebar. Mungkinkah aku benar-benar tidak mampu lagi menangkap hati pria ini?
Ning
An Lian geram ketika ia kembali ke istana kekaisaran. Satu-satunya yang ada
dalam benaknya adalah masa-masa yang mereka habiskan bersama, begitu pula
dengan berbagai pertengkaran kecil antara ia dan Yun Ruo Feng yang mana
membawanya pada keadaan sekarang ini.
Ia
memikirkan Ning Ru Lan lagi. Si jalang itu. Yun Ruo Feng pasti sedang
memikirkan tentang si jalang Ning Ru Lan.
Ia
tidak berani melakukan hal semacam ini pada Ning Ru Lan, tetapi ini sudah
terjadi padaku beberapa kali!
Ning
An Lian dengan marah mengambil satu vas di dalam istana peristirahatannya dan
melemparkannya ke lantai, membuatnya
pecah berkeping-keping.
Lalu,
ia pun terus melakukan hal yang sama pada teko teh, glasir keramik, ornamen
berukir, dan beberapa benda lainnya yang ada di dalam ruangan tersebut. Ning An
Lian tidak menghemat energinya.
Piao
Xu memerhatikan Putri Pertama melempar-lempar barang dan mencoba
menghentikannya. "Putri, jangan hancurkan mereka, jangan hancurkan mereka
lagi."
Akan
tetapi, Ning An Lian tengah mengamuk dan tak akan repot-repot mendengarkan
orang lain. Ketika Piao Xu mencoba menghentikannya, Ning An Lian baru saja
mengambil satu vas porselen. Daripada melemparkannya ke lantai
seperti yang lainnya, vas porselen itu berakhir pecah di kepala Piao Xu.
Prang! Darah langsung mulai mengalir dari
sayatan baru di kepala Piao Xu.
Kesakitan,
Piao Xu pun menutupi kepalanya, dan tak mampu melakukan apa-apa selain
meyaksikan majikannya terus saja melampiaskan amarahnya.
0 comments:
Posting Komentar