Tertegun
mendengar kata-katanya, Pei Qian Hao hanya bisa terus
menyeringai selagi ia memerhatikan Su Xi-er yang pingsan.
Aku
barusan saja berpikir kalau wanita ini tampak jauh lebih baik saat ia sedang mabuk,
tetapi aku tidak menyangka ia akan sekurang ajar ini sampai berani mencaciku
sebagai 'dasar jalang kecil'.
Namun,
kenapa kata-kata meremehkan ini tidak terdengar seperti itu sama sekali saat
mereka terlontar dari mulutnya? Benar-benar konyol.
Dengan
seberapa mabuknya Su Xi-er, mencoba membaca pikiran Pangeran Hao akan sia-sia
saja. Yang diketahuinya adalah ia merasa pusing dan agak panas.
Ia
menarik-narik bajunya, tetapi karena Pei Qian Hao yang begitu dekat, sama
sekali tidak menyejukkan dirinya. Pada akhirnya, ia sungguh mendorong Pei Qian
Hao. "Pergilah. Panas sekali."
Pei
Qian Hao lengah, dan mendadak merasakan sisi tubuhnya menabrak lantai kereta
kuda. Walaupun tidak terasa sakit, ketidaksenangan terbukti di roman mukanya.
Ia
memandangi Su Xi-er, hanya melihat gadis itu terus menarik-narik bajunya dengan tidak nyaman.
Anggur
kuat menghangatkan tubuh. Karena wanita ini sudah mabuk, tubuhnya juga pasti
terbakar seperti orang gila.
Pei
Qian Hao memeriksa wajahnya dengan hati-hati. Aku tidak berpikir kalau
ia akan minum tanpa memikirkan kesehatannya saat aku memintanya mencoba
sedikit.
Beruntungnya
kapasitas alkoholnya tinggi, dan kualitas anggurnya juga tidak buruk. Kalau ia
terus muntah dan dengan ceroboh membuat keributan, aku akan meninggalkannya
jauh, jauh sekali.
Saat
Pei Qian Hao memerhatikan, mau tak mau ia pun maju ke depan, menangkap
tangannya. Akan tetapi, mana mungkin orang mabuk mudah untuk dihalangi? Su
Xi-er meronta, membebaskan dirinya, dan mendorongnya.
Tiba-tiba
saja, kereta kudanya tersentak. Thud! Dagu Pei Qian Hao bertumburan
dengan gigi Su Xi-er.
Merasakan
sakitnya, Pei Qian Hao mengerutkan alisnya.
"Ada
apa?" Ia bertanya dengan amarah dalam suaranya.
Suara
bergetar terdengar dari luar sana. "Membalas Pangeran Hao, tiba-tiba saja
muncul batu di jalan, dan roda keretanya kebetulan menggelindasnya, menyebabkan
sentakan dadakan. Mohon maafkan aku, Pangeran Hao."
Pei
Qian Hao memandangi Su Xi-er, yang berada dalam pelukannya, dan tidak
berkomentar lebih jauh.
Kereta
kudanya terus berjalan cukup jauh sebelum akhirnya tiba di rumah pos.
Pesuruh
dan pelayan buru-buru keluar menyambut mereka, hanya melihat Pangeran Hao
membantu Su Xi-er yang mabuk turun dari kereta.
Para
pengawal kekaisaran memandangi Pangeran Hao yang memapah Su Xi-er sebelum saling
tatap dalam kebingungan.
Ada
begitu banyak hal yang melintas dalam benak mereka saat ini, tetapi mereka
tidak berani menyuarakan pemikiran mereka. Su Xi-er benar-benar berbeda
dari dayang lainnya. Pangeran Hao benar-benar memapahnya sendiri sewaktu ia turun
dari kereta kuda. Bahkan seorang Dayang Selir Kamar saja tidak akan menerima
perlakuan semacam ini, kan? Mereka semua berjuang keras mempertahankan
ekspresi
natural selagi mereka menonton adegan di hadapan mereka.
Setelah
menyaksikan adegan semacam ini, pelayan baru di rumah pos maju untuk membantu,
tetapi ditolak dingin oleh Pei Qian Hao, "Tidak perlu. Pangeran ini bisa
memapahnya."
Dua
pelayan itu merasa sangat canggung dan menarik tangan mereka, dengan malu
mundur ke satu sisi sewaktu mereka memerhatikan Pangeran Hao membantu Su Xi-er
masuk ke dalam.
Setelah
Pangeran Hao dan Su Xi-er masuk, satu pengawal pemberani tak mampu menahan
diri, setuju dengan temannya. "Sepertinya kau benar soal Su Xi-er yang
menjadi Dayang Selir Kamar-nya Pangeran Hao."
Orang
itu membalas dengan sikap senang, "Lihatlah betapa cantiknya Su Xi-er.
Kenapa Pangeran Hao masih belum menerimanya secara resmi? Kalau kau
memikirkannya, tidak mungkin Su Xi-er bisa selancang itu apabila posisinya
hanyalah seorang dayang. Bukankah ia bisa bertindak seperti itu karena Pangeran
Hao menyukai dan menyokongnya?"
Pengawal
lainnya pun mendadak paham. Sepertinya memang benar-benar begitu.
***
Suara-suara
diskusi terus berlanjut di luar sana sementara Pei Qian Hao memapah Su Xi-er
yang terhuyung tak stabil menuju ke kamar.
Sebelum
ia bisa membantunya mencapai ranjang, Su Xi-er sudah melepaskan diri dari
pegangannya sebelum berjalan maju beberapa langkah sembari bergoyang.
Ia
memutar tubuhnya dan terkikik mabuk dengan ekspresi bodoh. Kemudian, ia mulai
mengambil postur menari.
Ia
sungguh akan menari di dalam kamar!
Pei
Qian Hao melihat seringaian bodohnya dan langkah kaki berantakannya selagi
gadis itu berputar, berjinjit, kemudian berputar lagi, lengan pakaiannya yang besar berkibar dalam tariannya. Meskipun
kacau, kemahirannya dalam menari dapat dirasakan dari pergerakannya.
"Kemari,
ayo menari." Su Xi-er melambaikan tangannya, sudah lama melupakan siapa
orang yang berada di hadapannya.
Pei
Qian Hao tergerak oleh senyumannya. Sebelum ia maju ke depan, Su Xi-er sudah
menghampirinya sembari berputar-putar.
Dengan
betapa tak stabil dirinya, ia sudah merasa pusing ketika ia mencapai ke tempat
Pei Qian Hao. Dengan satu tekukan di lututnya, ia langsung jatuh ke tanah.
"Hati-hati
...."
Tangan
besar terulur, berhasil memeluknya. Tetapi, ia melihat Su Xi-er tersenyum tanpa
menahan diri sama sekali.
"Hehe
....
Kemari. Menari, menari ...." Ia
berputar keluar dari pelukan Pei Qian Hao.
Kali
ini, langkah kakinya jauh lebih stabil, seolah ia sudah menemukan hentakannya.
Sejujurnya,
ia tak lagi hanya menari, tetapi sungguh mulai melucuti pakaiannya.
Pelipisnya
dibasahi oleh keringat, tetapi ia tetap tersenyum. Jubah luarannya terjatuh di
samping kakinya, tetapi ia tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Ekspresi
di mata Pei Qian Hao langsung berubah, alisnya mengernyit selagi ia bergerak
untuk menghentikannya. Namun sebelum ia dapat melakukan apa-apa, satu baju
dalaman sudah melayang di udara, mengancam menutupi kepalanya.
Dengan
satu kibasan tangannya, Pei Qian Hao menangkap
baju dalaman itu.
Melihat
bolak-balik antara baju di tangannya dengan Su Xi-er yang tengah menari, Pei
Qian Hao hanya merasa kalau pelipisnya berdenyut menggila. Apakah
wanita ini sudah sinting?
Dengan
cepat ia melangkah ke depan dan melingkarkan tangannya di sekeliling
pinggangnya, memerintahkan, "Berhenti menari!"
Su
Xi-er tidak mengerti dan cemberut, memiringkan kepalanya ke satu sisi,
keheranan. "Kenapa aku tidak boleh menari lagi? Kau tidak tahu kalau aku
sangat pandai menari. Bagaimana kalau aku menari sekali lagi untuk kau
tonton?"
"Aku
tidak membutuhkannya!"
"Tetapi,
apa yang harus kuperbuat, karena aku benar-benar ingin menari?" Su Xi-er
bertanya dengan suara lembut, bertingkah genit pada Pei Qian Hao.
Ini
adalah kali pertama Pei Qian Hao melihat sisi berbeda dari Su Xi-er. Selain
merasa terkejut, ia juga merasa agak senang.
Bibirnya
agak melengkung ke atas. "Kau benar-benar ingin menari?"
Su
Xi-er mengangguk dengan kencang. "Iya, iya. Aku benar-benar suka menari.
Lebih baik lagi kalau kau menari bersamaku!"
Pei
Qian Hao merasa pelipisnya terus berdenyut, hanya mendengar kikikan Su Xi-er
selagi gadis itu menyentuh hidungnya. "Dasar jalang kecil! Kau, jalang
kecil! Hehe ....
jalang kecil ...."
Menyentuh
seluruh tubuhnya, Su Xi-er merasa sangat bahagia; sebenarnya, ia berakhir
mendorong Pei Qian Hao ke atas ranjang saking bersemangatnya.
"Hehe,
jalang kecil. Dasar jalang kecil ...."
Ia
melihat dari atas ke bawah tubuh Pei Qian Hao sewaktu tangannya mulai mencari
sesuatu secara acak.
Tangannya
berpindah dari pinggang menuju ke dadanya, kemudian ke lehernya, dimana ia
mencoba menarik-narik bajunya, sebelum akhirnya terhenti di wajahnya.
Kemudian,
ia tersenyum dan memberitahu orang di bawahnya. "Hehe ....
Aku tidak menyangka kalau kulit si jalang kecil ini akan selembut ini ...."
Wajah
Pei Qian Hao berubah dari putih menjadi merah, kemudian menghitam. Ia tidak
mampu mendeskripsikan emosi aneh yang dirasakannya sewaktu sepasang tangan
lembut itu mengusap-usap pipinya.
Namun,
ia tidak bisa menikmati perasaan itu terlalu lama. Su Xi-er mendadak mengangkat
tangannya, senyumannya tiba-tiba saja berubah jadi wajah penuh amarah.
Tetapi,
ketika ia baru saja akan menurunkan tangannya, efek anggurnya menyerang indranya,
menyebabkannya pingsan di atas tubuh Pei Qian Hao.
Pei
Qian Hao menatap ke arah orang yang tak sadarkan diri itu dan memikirkan
tentang masalah malam itu. Ia menghela napas tak berdaya sebelum membalikkan
dan membaringkan Su Xi-er di atas ranjang.
Suara
napasnya yang teratur pun terdengar. Menatap ke arah Su Xi-er yang berbaring di
atas ranjang, tiba-tiba saja Pei Qian Hao tersenyum. Ia menyadari bahwa,
meskipun Su Xi-er telah menyinggung majikannya, ia merasa gadis itu manis,
nakal, dan benar-benar berbeda.
Hanya
saja, ia sungguh memanggilku jalang kecil!
x
0 comments:
Posting Komentar