Jumat, 03 Desember 2021

CTF - Chapter 141

Consort of A Thousand Faces

Chapter 141 : Seseorang Berwajah Hitam Penuh Amarah

Tertegun mendengar kata-katanya, Pei Qian Hao hanya bisa terus menyeringai selagi ia memerhatikan Su Xi-er yang pingsan.

Aku barusan saja berpikir kalau wanita ini tampak jauh lebih baik saat ia sedang mabuk, tetapi aku tidak menyangka ia akan sekurang ajar ini sampai berani mencaciku sebagai 'dasar jalang kecil'.

Namun, kenapa kata-kata meremehkan ini tidak terdengar seperti itu sama sekali saat mereka terlontar dari mulutnya? Benar-benar konyol.

Dengan seberapa mabuknya Su Xi-er, mencoba membaca pikiran Pangeran Hao akan sia-sia saja. Yang diketahuinya adalah ia merasa pusing dan agak panas.

Ia menarik-narik bajunya, tetapi karena Pei Qian Hao yang begitu dekat, sama sekali tidak menyejukkan dirinya. Pada akhirnya, ia sungguh mendorong Pei Qian Hao. "Pergilah. Panas sekali."

Pei Qian Hao lengah, dan mendadak merasakan sisi tubuhnya menabrak lantai kereta kuda. Walaupun tidak terasa sakit, ketidaksenangan terbukti di roman mukanya.

Ia memandangi Su Xi-er, hanya melihat gadis itu terus menarik-narik bajunya dengan tidak nyaman.

Anggur kuat menghangatkan tubuh. Karena wanita ini sudah mabuk, tubuhnya juga pasti terbakar seperti orang gila.

Pei Qian Hao memeriksa wajahnya dengan hati-hati. Aku tidak berpikir kalau ia akan minum tanpa memikirkan kesehatannya saat aku memintanya mencoba sedikit.

Beruntungnya kapasitas alkoholnya tinggi, dan kualitas anggurnya juga tidak buruk. Kalau ia terus muntah dan dengan ceroboh membuat keributan, aku akan meninggalkannya jauh, jauh sekali.

Saat Pei Qian Hao memerhatikan, mau tak mau ia pun maju ke depan, menangkap tangannya. Akan tetapi, mana mungkin orang mabuk mudah untuk dihalangi? Su Xi-er meronta, membebaskan dirinya, dan mendorongnya.

Tiba-tiba saja, kereta kudanya tersentak. Thud! Dagu Pei Qian Hao bertumburan dengan gigi Su Xi-er.

Merasakan sakitnya, Pei Qian Hao mengerutkan alisnya.

"Ada apa?" Ia bertanya dengan amarah dalam suaranya.

Suara bergetar terdengar dari luar sana. "Membalas Pangeran Hao, tiba-tiba saja muncul batu di jalan, dan roda keretanya kebetulan menggelindasnya, menyebabkan sentakan dadakan. Mohon maafkan aku, Pangeran Hao."

Pei Qian Hao memandangi Su Xi-er, yang berada dalam pelukannya, dan tidak berkomentar lebih jauh.

Kereta kudanya terus berjalan cukup jauh sebelum akhirnya tiba di rumah pos.

Pesuruh dan pelayan buru-buru keluar menyambut mereka, hanya melihat Pangeran Hao membantu Su Xi-er yang mabuk turun dari kereta.

Para pengawal kekaisaran memandangi Pangeran Hao yang memapah Su Xi-er sebelum saling tatap dalam kebingungan.

Ada begitu banyak hal yang melintas dalam benak mereka saat ini, tetapi mereka tidak berani menyuarakan pemikiran mereka. Su Xi-er benar-benar berbeda dari dayang lainnya. Pangeran Hao benar-benar memapahnya sendiri sewaktu ia turun dari kereta kuda. Bahkan seorang Dayang Selir Kamar saja tidak akan menerima perlakuan semacam ini, kan? Mereka semua berjuang keras mempertahankan ekspresi natural selagi mereka menonton adegan di hadapan mereka.

Setelah menyaksikan adegan semacam ini, pelayan baru di rumah pos maju untuk membantu, tetapi ditolak dingin oleh Pei Qian Hao, "Tidak perlu. Pangeran ini bisa memapahnya."

Dua pelayan itu merasa sangat canggung dan menarik tangan mereka, dengan malu mundur ke satu sisi sewaktu mereka memerhatikan Pangeran Hao membantu Su Xi-er masuk ke dalam.

Setelah Pangeran Hao dan Su Xi-er masuk, satu pengawal pemberani tak mampu menahan diri, setuju dengan temannya. "Sepertinya kau benar soal Su Xi-er yang menjadi Dayang Selir Kamar-nya Pangeran Hao."

Orang itu membalas dengan sikap senang, "Lihatlah betapa cantiknya Su Xi-er. Kenapa Pangeran Hao masih belum menerimanya secara resmi? Kalau kau memikirkannya, tidak mungkin Su Xi-er bisa selancang itu apabila posisinya hanyalah seorang dayang. Bukankah ia bisa bertindak seperti itu karena Pangeran Hao menyukai dan menyokongnya?"

Pengawal lainnya pun mendadak paham. Sepertinya memang benar-benar begitu.

***

Suara-suara diskusi terus berlanjut di luar sana sementara Pei Qian Hao memapah Su Xi-er yang terhuyung tak stabil menuju ke kamar.

Sebelum ia bisa membantunya mencapai ranjang, Su Xi-er sudah melepaskan diri dari pegangannya sebelum berjalan maju beberapa langkah sembari bergoyang.

Ia memutar tubuhnya dan terkikik mabuk dengan ekspresi bodoh. Kemudian, ia mulai mengambil postur menari.

Ia sungguh akan menari di dalam kamar!

Pei Qian Hao melihat seringaian bodohnya dan langkah kaki berantakannya selagi gadis itu berputar, berjinjit, kemudian berputar lagi, lengan pakaiannya yang besar berkibar dalam tariannya. Meskipun kacau, kemahirannya dalam menari dapat dirasakan dari pergerakannya.

"Kemari, ayo menari." Su Xi-er melambaikan tangannya, sudah lama melupakan siapa orang yang berada di hadapannya.

Pei Qian Hao tergerak oleh senyumannya. Sebelum ia maju ke depan, Su Xi-er sudah menghampirinya sembari berputar-putar.

Dengan betapa tak stabil dirinya, ia sudah merasa pusing ketika ia mencapai ke tempat Pei Qian Hao. Dengan satu tekukan di lututnya, ia langsung jatuh ke tanah.

"Hati-hati ...."

Tangan besar terulur, berhasil memeluknya. Tetapi, ia melihat Su Xi-er tersenyum tanpa menahan diri sama sekali.

"Hehe .... Kemari. Menari, menari ...." Ia berputar keluar dari pelukan Pei Qian Hao.

Kali ini, langkah kakinya jauh lebih stabil, seolah ia sudah menemukan hentakannya.

Sejujurnya, ia tak lagi hanya menari, tetapi sungguh mulai melucuti pakaiannya.

Pelipisnya dibasahi oleh keringat, tetapi ia tetap tersenyum. Jubah luarannya terjatuh di samping kakinya, tetapi ia tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

Ekspresi di mata Pei Qian Hao langsung berubah, alisnya mengernyit selagi ia bergerak untuk menghentikannya. Namun sebelum ia dapat melakukan apa-apa, satu baju dalaman sudah melayang di udara, mengancam menutupi kepalanya.

Dengan satu kibasan tangannya, Pei Qian Hao menangkap baju dalaman itu.

Melihat bolak-balik antara baju di tangannya dengan Su Xi-er yang tengah menari, Pei Qian Hao hanya merasa kalau pelipisnya berdenyut menggila. Apakah wanita ini sudah sinting?

Dengan cepat ia melangkah ke depan dan melingkarkan tangannya di sekeliling pinggangnya, memerintahkan, "Berhenti menari!"

Su Xi-er tidak mengerti dan cemberut, memiringkan kepalanya ke satu sisi, keheranan. "Kenapa aku tidak boleh menari lagi? Kau tidak tahu kalau aku sangat pandai menari. Bagaimana kalau aku menari sekali lagi untuk kau tonton?"

"Aku tidak membutuhkannya!"

"Tetapi, apa yang harus kuperbuat, karena aku benar-benar ingin menari?" Su Xi-er bertanya dengan suara lembut, bertingkah genit pada Pei Qian Hao.

Ini adalah kali pertama Pei Qian Hao melihat sisi berbeda dari Su Xi-er. Selain merasa terkejut, ia juga merasa agak senang.

Bibirnya agak melengkung ke atas. "Kau benar-benar ingin menari?"

Su Xi-er mengangguk dengan kencang. "Iya, iya. Aku benar-benar suka menari. Lebih baik lagi kalau kau menari bersamaku!"

Pei Qian Hao merasa pelipisnya terus berdenyut, hanya mendengar kikikan Su Xi-er selagi gadis itu menyentuh hidungnya. "Dasar jalang kecil! Kau, jalang kecil! Hehe .... jalang kecil ...."

Menyentuh seluruh tubuhnya, Su Xi-er merasa sangat bahagia; sebenarnya, ia berakhir mendorong Pei Qian Hao ke atas ranjang saking bersemangatnya.

"Hehe, jalang kecil. Dasar jalang kecil ...."

Ia melihat dari atas ke bawah tubuh Pei Qian Hao sewaktu tangannya mulai mencari sesuatu secara acak.

Tangannya berpindah dari pinggang menuju ke dadanya, kemudian ke lehernya, dimana ia mencoba menarik-narik bajunya, sebelum akhirnya terhenti di wajahnya.

Kemudian, ia tersenyum dan memberitahu orang di bawahnya. "Hehe .... Aku tidak menyangka kalau kulit si jalang kecil ini akan selembut ini ...."

Wajah Pei Qian Hao berubah dari putih menjadi merah, kemudian menghitam. Ia tidak mampu mendeskripsikan emosi aneh yang dirasakannya sewaktu sepasang tangan lembut itu mengusap-usap pipinya.

Namun, ia tidak bisa menikmati perasaan itu terlalu lama. Su Xi-er mendadak mengangkat tangannya, senyumannya tiba-tiba saja berubah jadi wajah penuh amarah.

Tetapi, ketika ia baru saja akan menurunkan tangannya, efek anggurnya menyerang indranya, menyebabkannya pingsan di atas tubuh Pei Qian Hao.

Pei Qian Hao menatap ke arah orang yang tak sadarkan diri itu dan memikirkan tentang masalah malam itu. Ia menghela napas tak berdaya sebelum membalikkan dan membaringkan Su Xi-er di atas ranjang.

Suara napasnya yang teratur pun terdengar. Menatap ke arah Su Xi-er yang berbaring di atas ranjang, tiba-tiba saja Pei Qian Hao tersenyum. Ia menyadari bahwa, meskipun Su Xi-er telah menyinggung majikannya, ia merasa gadis itu manis, nakal, dan benar-benar berbeda.

Hanya saja, ia sungguh memanggilku jalang kecil!

x

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar