Consort of A Thousand Faces
Chapter 148 : Dimanakah Kakak Perempuan Pertama Kekaisaran
Kilau
tak menyenangkan berkerlip di mata Ning An Lian. Tinjunya terkepal di dalam
lengan jubahnya selagi dadanya kembang-kempis seiring dengan napas terengahnya,
berusaha tenang sekuat tenaga. "Yang Mulia, bagaimana mungkin Anda mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh Putri
ini? Berlajarlah dengan giat dari Guru Besar, kalau tidak, aku tak akan tenang
apabila kerajaan ini diserahkan pada Anda di masa
mendatang."
Perkataan
ini sepenuhnya merupakan penghinaan terhadap Ning Lian Chen. Mana
mungkin aku, si Putri Pertama Kekaisaran, tahu lebih sedikit daripada kaisar
yang dikurung sepertimu?
Ning
Lian Chen di masa lalu pasti sudah meledak akibat provokasi ini, tetapi
semenjak Ning Ru Lan meninggal dunia, ia sudah berubah menjadi orang yang
berbeda. Ia masih tampak muda di luar, tetapi kepribadiannya telah berubah. Ia
mulai bersikap lebih dingin, tidak pernah benar-benar berbicara maupun
tersenyum dari hatinya.
Ia
belajar untuk berbohong. Ia belajar untuk bersembunyi. Ia belajar untuk menanti
kesempatan yang tepat untuk membalas dendam.
"Sepertinya,
cinta Kakak Perempuan Pertama Kaisar ini, untuk Pangeran Yun,
sungguh teramat dalam. Tetapi, tidak mudah untuk menebak apa yang ada dalam
benaknya. Meski jika kau tidak mempercayai apa yang diucapkan oleh Kaisar ini,
semestinya kau mencoba melihat kenyataannya. Dengan sejarang itu kau berjumpa
dengan Pangeran Yun, Kaisar ini kaget jikalau ia masih memikirkan dirimu.
Sementara untuk menikahimu? Berapa lama lagi kau akan menunggu?" Ning Lian
Chen berbicara seolah ia hanya sedang bergosip dengan seorang teman, tetapi
setiap ucapannya seperti belati tajam yang menancap dalam di hati Ning An Lian.
Hatiku
sudah berdarah. Aku akan hancur apabila aku terus mendengarkan ini.
Ning
An Lian mengacungkan satu jarinya ke arah Ning Lian Chen, "Keluar dari
sini! Kembali ke istana peristirahatanmu! Putri ini tidak ingin melihatmu!
Enyah!" Ia pun mengamuk, jarinya bergetar seraya menunjuk ke arah pintu.
Ning
Lian Chen tersenyum enteng. "Kakak, apa gunanya marah-marah pada Kaisar
ini. Sebaliknya, mengapa tidak pergi mencari Pangeran Yun saja? Barangkali, ia
akan memberitahukan padamu kapan ia akan menikahimu; atau mungkin saja ia akan
menjelaskan mengapa ia memblokir semua informasi mengenai hubungan kalian agar
jangan sampai tersebar. Apakah ia bahkan ingin menikahimu ....?"
"Cukup!
Kalau bukan karena dirimu, ia sudah lama menikahiku. Kalau ...."
Ning
Lian Chen menyelanya. "Kakak, Pangeran Yun merupakan anak tunggal. Calon Wang Fei-nya harus bisa melahirkan anak
untuknya, tetapi,
apakah kau bisa?"
"Apa!"
Kepala Ning An Lian langsung
terangkat. Bagaimana ia mengetahuinya? Hanya Yun Ruo Feng, dirinya, dan beberapa tabib kekaisaran berpangkat tinggi di dalam Institut Tabib
Kekaisaran saja yang mengetahui ini. Bagaimana Ning Lian Chen mengetahuinya?!
"Jangan
kaget begitu. Meski jika Kaisar ini mengetahuinya, aku tidak akan
membocorkannya. Kakak, terkadang, kau tidak bisa hidup dalam penyangkalan. Itu
saja yang ingin Kaisar ini sampaikan hari ini. Kau tidak perlu mengantarku
keluar." Ning Lian Chen awalnya tidak tahu kalau Ning An Lian tidak bisa
punya anak, tetapi kini setelah ia mengetahuinya dengan pasti, ia pun puas, beranjak pergi dengan tujuannya yang
tercapai.
Ning
Lian Chen baru berjalan beberapa langkah ketika ia mendengarkan jeritan kencang datang dari belakangnya. Pikiran Ning An
Lian sudah gila. Setelah mendengarkan semua yang diucapkan Ning Lian Chen, ia
tak mampu lagi menahan api yang membumbung di dalam hatinya.
Ini
sangat memuaskan Ning Lian Chen. Kakak Pertamaku sudah tiada, jadi aku
akan pastikan kalau hari-hari Ning An Lian di dalam istana kekaisaran akan
lebih buruk daripada kematian. Yun Ruo Feng, jangan pikir kau bisa lolos juga.
Aku pasti akan membalas dendam padamu karena membunuh Kakakku dengan begitu
kejamnya.
Ning
Lian Chen membubarkan semua kasim dan berjalan seorang diri di jalan setapak istana. Sebelum ia menyadarinya, ia
sudah tiba di tengah-tengah Taman Kekaisaran. Melihat ke arah paviliun kecil di
tengahnya, ia merasakan nostalgia, seakan-akan Kakaknya masih berada di
sisinya.
Saat ia nakal, Kakaknya tidak akan memarahinya, tetapi
menepuk pelan kepalanya dan tersenyum. "Lian Chen, kalau kau
terus-terusan nakal, kakakmu ini akan mengabaikanmu."
Ia
tidak takut Ayahanda Kaisar, Ibunda Permaisuri mengabaikannya. Ia takut kalau
Kakaknya akan mengabaikannya. Kebanyakan, selama masa kecilnya, Kakaknya adalah
temannya.
Ibunda
Permaisuri sudah meninggal dunia, Ayahanda Kaisar pun telah mangkat. Peperangan
pecah di Nan Zhao, dan kerusuhan menyebar baik di dalam dan di luar istana. Aku
ingat bahwa alis Kakak selalu tertaut.
Pada
akhirnya, Kakak, seorang diri, menurunkan beberapa pejabat. Setelahnya, ia
menuju ke medan perang bersama Yun Ruo Feng untuk merencanakan peperangan.
Dulu, aku selalu menunggu Kakak di dalam istana kekaisaran; tetapi saat aku
mulai terlalu merindukannya, aku akan mengabaikan semuanya, dan pergi
mengunjunginya ke kemah militer.
Kapan pun
Kakak melihatnya, ia akan menegurnya dengan mata dipenuhi kebahagiaan. Kakaknya
tak membiarkannya berada di sana, mengatakan kalau ia adalah masa depan—harapan
Nan Zhao.
Masa
depan dan harapannya masih ada di sini, tetapi Kakak, kemanakah perginya
dirimu? Bagaimana bisa kau meninggalkan Lian Chen seorang diri? Nan Zhao sudah
tidak lagi berada dalam keadaan rusuh, tetapi tanpa adanya Kakaknya, semua tak
ada arti baginya.
Satu-satunya
keterikatan emosionalnya hilang. Benar-benar hilang. Ning Lian Chen merasakan
gelombang kesedihan membanjiri hatinya. Sewaktu ia melihat ke arah paviliun di
kejauhan, tanpa diketahui, air mata memenuhi matanya, mengancam untuk menitik
menuruni wajahnya.
Ning
Lian Chen mengangkat kepalanya ke atas dan menatap ke arah langit biru, air
matanya langsung jatuh lagi ke dalam matanya. Bahkan, sebagai seorang Kaisar,
hasrat yang paling dihargainya namun sederhana dalam hatinya adalah untuk
bertemu lagi dengan orang paling penting dalam hidupnya. Tetapi, ia
sudah tiada.
Ia
begitu benci menerima kematian Kakaknya, bahkan sampai sekarang, ia masih dalam
penyangkalan. Kakak sangat mencintaiku, bagaimana bisa ia
meninggalkanku? Kakak sangat kuat, tidak mungkin ia meninggal. Ia tidak akan ....
Merasakan
aura menyedihkan mengelilingi majikannya, kasim kecil yang berdiri di kejauhan
pun hanya bisa mengerutkan alisnya. Ia sudah melayani Kaisar semenjak Putri
Pertama Kekaisaran terdahulu masih hidup.
Ia
tahu betapa dalamnya hubungan kasih sayang di antara Putri Pertama terdahulu
dan sang Kaisar. Yang Mulia tidak bisa menerima fakta bahwa kakaknya
telah tiada, bahkan akan menjeritkan namanya di tengah malam.
Setiap
kali ia berjaga di luar kamar tidurnya, hatinya akan merasa sakit. Kasihan
sekali Yang Mulia. Saat Putri Pertama terdahulu meninggal dunia, Yang Mulia
terkurung di istana peristirahatannya dan dijaga oleh Pasukan Tentara Kekaisaran.
Sama sekali tidak mungkin baginya untuk keluar.
Yang
Mulia menyerahkan cap kekaisaran, berpikir bahwa
Pangeran Yun akan melepaskan Ning Ru Lan. Siapa sangka kalau Pangeran Yun akan
berbohong pada Yang Mulia dan dengan kejamnya tetap membunuh Ning Ru Lan.
Si
kasim kecil tidak akan mampu melupakan kepedihan yang tergurat di roman wajah
Kaisar malam itu. Saat ia mendengar kabar kematian Ning Ru Lan, ia
bahkan tidak menangis. Ia hanya bediri dingin di sana, seolah ia sudah
kehilangan jiwanya.
Si
kasim kecil tidak ingin melihat Kaisar berada dalam keadaan semacam itu lagi.
Terlalu tragis. Terlalu menyedihkan.
Pada
saat itu, anginnya bertiup dan si kasim kecil menghela napas. Aku tidak
boleh membiarkan Yang Mulia berdiri di sana terlalu lama.
Oleh
sebab itulah, dengan berani ia melangkah maju dan membungkuk hormat, "Yang
Mulia, sudah waktunya kembali ke istana peristirahatan Anda."
Ning
Lian Chen menjawab dengan senyum masam. "Benar, sudah waktunya kembali,
atau Guru Besar Liu akan mengomeli Kaisar ini lagi."
Guru
Besar Liu membantunya menghalangi Yun Ruo Feng menikahi Ning An Lian, jadi
terkena dampaknya selama prosesnya.
Mulai
saat itu, tugasnya adalah untuk mendidik Kaisar di Istana Kekaisaran, tidak
diizinkan untuk pulang ke rumah. Tak ada bedanya dengan penjara.
Meski
berusia tua, Guru Besar Liu punya seorang putri yang sekarang ini berusia
sepuluh tahun. Ia telah menantikan ayahnya pulang selama ini, tetapi sudah
berapa siang dan malam berlalu tanpa adanya tanda-tanda dari ayahnya?
Ning
Lian Chen merasa Guru Besar Liu patut dikasihani, tetapi iri juga
padanya. Paling tidak, putrinya masih menunggunya di rumah. Bagaimana
denganku? Dimanakah Kakak? Apakah ia sedang menungguku?
"Kembali
ke istana peristirahatanku." Ning Lian Chen
berujar pelan dan melanjutkan perjalanan.
Si
kasim kecil langsung mengikutinya. Ia merasakan bahwa
setiap langkah yang diambil Kaisar itu berat. Alangkah luar biasanya
apabila Putri Pertama terdahulu masih hidup? Paling tidak, Yang Mulia tidak
akan berada dalam keadaan seperti ini.
Akan
tetapi, apa yang tidak diketahui oleh si kasim kecil adalah hipotesis beraninya
itu benar. Kakak yang begitu dirindukan oleh Ning Lian Chen sekarang ini tengah
berada di Provinsi Bulan.
0 comments:
Posting Komentar