Sabtu, 04 Desember 2021

CTF - Chapter 148

Consort of A Thousand Faces

Chapter 148 : Dimanakah Kakak Perempuan Pertama Kekaisaran


Kilau tak menyenangkan berkerlip di mata Ning An Lian. Tinjunya terkepal di dalam lengan jubahnya selagi dadanya kembang-kempis seiring dengan napas terengahnya, berusaha tenang sekuat tenaga. "Yang Mulia, bagaimana mungkin Anda mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh Putri ini? Berlajarlah dengan giat dari Guru Besar, kalau tidak, aku tak akan tenang apabila kerajaan ini diserahkan pada Anda di masa mendatang."

Perkataan ini sepenuhnya merupakan penghinaan terhadap Ning Lian Chen. Mana mungkin aku, si Putri Pertama Kekaisaran, tahu lebih sedikit daripada kaisar yang dikurung sepertimu?

Ning Lian Chen di masa lalu pasti sudah meledak akibat provokasi ini, tetapi semenjak Ning Ru Lan meninggal dunia, ia sudah berubah menjadi orang yang berbeda. Ia masih tampak muda di luar, tetapi kepribadiannya telah berubah. Ia mulai bersikap lebih dingin, tidak pernah benar-benar berbicara maupun tersenyum dari hatinya.

Ia belajar untuk berbohong. Ia belajar untuk bersembunyi. Ia belajar untuk menanti kesempatan yang tepat untuk membalas dendam.

"Sepertinya, cinta Kakak Perempuan Pertama Kaisar ini, untuk Pangeran Yun, sungguh teramat dalam. Tetapi, tidak mudah untuk menebak apa yang ada dalam benaknya. Meski jika kau tidak mempercayai apa yang diucapkan oleh Kaisar ini, semestinya kau mencoba melihat kenyataannya. Dengan sejarang itu kau berjumpa dengan Pangeran Yun, Kaisar ini kaget jikalau ia masih memikirkan dirimu. Sementara untuk menikahimu? Berapa lama lagi kau akan menunggu?" Ning Lian Chen berbicara seolah ia hanya sedang bergosip dengan seorang teman, tetapi setiap ucapannya seperti belati tajam yang menancap dalam di hati Ning An Lian.

Hatiku sudah berdarah. Aku akan hancur apabila aku terus mendengarkan ini.

Ning An Lian mengacungkan satu jarinya ke arah Ning Lian Chen, "Keluar dari sini! Kembali ke istana peristirahatanmu! Putri ini tidak ingin melihatmu! Enyah!" Ia pun mengamuk, jarinya bergetar seraya menunjuk ke arah pintu.

Ning Lian Chen tersenyum enteng. "Kakak, apa gunanya marah-marah pada Kaisar ini. Sebaliknya, mengapa tidak pergi mencari Pangeran Yun saja? Barangkali, ia akan memberitahukan padamu kapan ia akan menikahimu; atau mungkin saja ia akan menjelaskan mengapa ia memblokir semua informasi mengenai hubungan kalian agar jangan sampai tersebar. Apakah ia bahkan ingin menikahimu ....?"

"Cukup! Kalau bukan karena dirimu, ia sudah lama menikahiku. Kalau ...."

Ning Lian Chen menyelanya. "Kakak, Pangeran Yun merupakan anak tunggal. Calon Wang Fei-nya harus bisa melahirkan anak untuknya, tetapi, apakah kau bisa?"

"Apa!" Kepala Ning An Lian langsung terangkat. Bagaimana ia mengetahuinya? Hanya Yun Ruo Feng, dirinya, dan beberapa tabib kekaisaran berpangkat tinggi di dalam Institut Tabib Kekaisaran saja yang mengetahui ini. Bagaimana Ning Lian Chen mengetahuinya?!

"Jangan kaget begitu. Meski jika Kaisar ini mengetahuinya, aku tidak akan membocorkannya. Kakak, terkadang, kau tidak bisa hidup dalam penyangkalan. Itu saja yang ingin Kaisar ini sampaikan hari ini. Kau tidak perlu mengantarku keluar." Ning Lian Chen awalnya tidak tahu kalau Ning An Lian tidak bisa punya anak, tetapi kini setelah ia mengetahuinya dengan pasti, ia pun puas, beranjak pergi dengan tujuannya yang tercapai.

Ning Lian Chen baru berjalan beberapa langkah ketika ia mendengarkan jeritan kencang datang dari belakangnya. Pikiran Ning An Lian sudah gila. Setelah mendengarkan semua yang diucapkan Ning Lian Chen, ia tak mampu lagi menahan api yang membumbung di dalam hatinya.

Ini sangat memuaskan Ning Lian Chen. Kakak Pertamaku sudah tiada, jadi aku akan pastikan kalau hari-hari Ning An Lian di dalam istana kekaisaran akan lebih buruk daripada kematian. Yun Ruo Feng, jangan pikir kau bisa lolos juga. Aku pasti akan membalas dendam padamu karena membunuh Kakakku dengan begitu kejamnya.

Ning Lian Chen membubarkan semua kasim dan berjalan seorang diri di jalan setapak istana. Sebelum ia menyadarinya, ia sudah tiba di tengah-tengah Taman Kekaisaran. Melihat ke arah paviliun kecil di tengahnya, ia merasakan nostalgia, seakan-akan Kakaknya masih berada di sisinya.

Saat ia nakal, Kakaknya tidak akan memarahinya, tetapi menepuk pelan kepalanya dan tersenyum. "Lian Chen, kalau kau terus-terusan nakal, kakakmu ini akan mengabaikanmu."

Ia tidak takut Ayahanda Kaisar, Ibunda Permaisuri mengabaikannya. Ia takut kalau Kakaknya akan mengabaikannya. Kebanyakan, selama masa kecilnya, Kakaknya adalah temannya.

Ibunda Permaisuri sudah meninggal dunia, Ayahanda Kaisar pun telah mangkat. Peperangan pecah di Nan Zhao, dan kerusuhan menyebar baik di dalam dan di luar istana. Aku ingat bahwa alis Kakak selalu tertaut.

Pada akhirnya, Kakak, seorang diri, menurunkan beberapa pejabat. Setelahnya, ia menuju ke medan perang bersama Yun Ruo Feng untuk merencanakan peperangan. Dulu, aku selalu menunggu Kakak di dalam istana kekaisaran; tetapi saat aku mulai terlalu merindukannya, aku akan mengabaikan semuanya, dan pergi mengunjunginya ke kemah militer.

Kapan pun Kakak melihatnya, ia akan menegurnya dengan mata dipenuhi kebahagiaan. Kakaknya tak membiarkannya berada di sana, mengatakan kalau ia adalah masa depan—harapan Nan Zhao.

Masa depan dan harapannya masih ada di sini, tetapi Kakak, kemanakah perginya dirimu? Bagaimana bisa kau meninggalkan Lian Chen seorang diri? Nan Zhao sudah tidak lagi berada dalam keadaan rusuh, tetapi tanpa adanya Kakaknya, semua tak ada arti baginya.

Satu-satunya keterikatan emosionalnya hilang. Benar-benar hilang. Ning Lian Chen merasakan gelombang kesedihan membanjiri hatinya. Sewaktu ia melihat ke arah paviliun di kejauhan, tanpa diketahui, air mata memenuhi matanya, mengancam untuk menitik menuruni wajahnya.

Ning Lian Chen mengangkat kepalanya ke atas dan menatap ke arah langit biru, air matanya langsung jatuh lagi ke dalam matanya. Bahkan, sebagai seorang Kaisar, hasrat yang paling dihargainya namun sederhana dalam hatinya adalah untuk bertemu lagi dengan orang paling penting dalam hidupnya. Tetapi, ia sudah tiada.

Ia begitu benci menerima kematian Kakaknya, bahkan sampai sekarang, ia masih dalam penyangkalan. Kakak sangat mencintaiku, bagaimana bisa ia meninggalkanku? Kakak sangat kuat, tidak mungkin ia meninggal. Ia tidak akan ....

Merasakan aura menyedihkan mengelilingi majikannya, kasim kecil yang berdiri di kejauhan pun hanya bisa mengerutkan alisnya. Ia sudah melayani Kaisar semenjak Putri Pertama Kekaisaran terdahulu masih hidup.

Ia tahu betapa dalamnya hubungan kasih sayang di antara Putri Pertama terdahulu dan sang Kaisar. Yang Mulia tidak bisa menerima fakta bahwa kakaknya telah tiada, bahkan akan menjeritkan namanya di tengah malam.

Setiap kali ia berjaga di luar kamar tidurnya, hatinya akan merasa sakit. Kasihan sekali Yang Mulia. Saat Putri Pertama terdahulu meninggal dunia, Yang Mulia terkurung di istana peristirahatannya dan dijaga oleh Pasukan Tentara Kekaisaran. Sama sekali tidak mungkin baginya untuk keluar.

Yang Mulia menyerahkan cap kekaisaran, berpikir bahwa Pangeran Yun akan melepaskan Ning Ru Lan. Siapa sangka kalau Pangeran Yun akan berbohong pada Yang Mulia dan dengan kejamnya tetap membunuh Ning Ru Lan.

Si kasim kecil tidak akan mampu melupakan kepedihan yang tergurat di roman wajah Kaisar malam itu. Saat ia mendengar kabar kematian Ning Ru Lan, ia bahkan tidak menangis. Ia hanya bediri dingin di sana, seolah ia sudah kehilangan jiwanya.

Si kasim kecil tidak ingin melihat Kaisar berada dalam keadaan semacam itu lagi. Terlalu tragis. Terlalu menyedihkan.

Pada saat itu, anginnya bertiup dan si kasim kecil menghela napas. Aku tidak boleh membiarkan Yang Mulia berdiri di sana terlalu lama.

Oleh sebab itulah, dengan berani ia melangkah maju dan membungkuk hormat, "Yang Mulia, sudah waktunya kembali ke istana peristirahatan Anda."

Ning Lian Chen menjawab dengan senyum masam. "Benar, sudah waktunya kembali, atau Guru Besar Liu akan mengomeli Kaisar ini lagi."

Guru Besar Liu membantunya menghalangi Yun Ruo Feng menikahi Ning An Lian, jadi terkena dampaknya selama prosesnya.

Mulai saat itu, tugasnya adalah untuk mendidik Kaisar di Istana Kekaisaran, tidak diizinkan untuk pulang ke rumah. Tak ada bedanya dengan penjara.

Meski berusia tua, Guru Besar Liu punya seorang putri yang sekarang ini berusia sepuluh tahun. Ia telah menantikan ayahnya pulang selama ini, tetapi sudah berapa siang dan malam berlalu tanpa adanya tanda-tanda dari ayahnya?

Ning Lian Chen merasa Guru Besar Liu patut dikasihani, tetapi iri juga padanya. Paling tidak, putrinya masih menunggunya di rumah. Bagaimana denganku? Dimanakah Kakak? Apakah ia sedang menungguku?

"Kembali ke istana peristirahatanku." Ning Lian Chen berujar pelan dan melanjutkan perjalanan.

Si kasim kecil langsung mengikutinya. Ia merasakan bahwa setiap langkah yang diambil Kaisar itu berat. Alangkah luar biasanya apabila Putri Pertama terdahulu masih hidup? Paling tidak, Yang Mulia tidak akan berada dalam keadaan seperti ini.

Akan tetapi, apa yang tidak diketahui oleh si kasim kecil adalah hipotesis beraninya itu benar. Kakak yang begitu dirindukan oleh Ning Lian Chen sekarang ini tengah berada di Provinsi Bulan.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar