Rabu, 21 Juli 2021

CTF - Chapter 104

Consort of A Thousand Faces

Chapter 104 : Kekacauan

Su Xi-er ditekan di bawah, dan sebelum ia bisa melepaskan diri, ia mendengar suara tamparan dan membeku. Ia menampar Pei Qian Hao di wajahnya, tetapi pria itu menampar bokongnya ....

Meskipun Pei Qian Hao hanya menamparnya satu kali, ia menggunakan cukup tenaga untuk membuatnya meringis kesakitan. Kemudian, ia kembali bersandar di dinding kereta kuda dengan mata terpejam.

Kereta kudanya baru saja meninggalkan Provinsi Bunga Teratai. Su Xi-er duduk tegak di kereta, bokongnya masih agak nyeri. Tepat saat ia mulai tenang, kereta kudanya berhenti, dan suara rendah namun menusuk Pei Qian Hao pun terdengar.

"Hentikan keretanya." Kata-katanya jelas, dan pengawal yang mengendarai kereta pun segera menarik tali kekangnya, menghentikan kereta.

Su Xi-er memandanginya heran, tidak tahu mengapa mereka berhenti. Ia membuka matanya perlahan, tatapannya mirip kolam tak berdasar.

"Turun, dan pergi ke kereta kuda di bagian belakang." Kalimat itu meluncur perlahan dari bibir tipisnya. Ia mengusir Su Xi-er dari kereta kuda lagi.

Su Xi-er mengangguk, dan langsung meninggalkan kereta kuda tanpa keraguan. Selagi ia berjalan menuju kereta kuda di bagian belakang, kebetulan sekali angin berembus dan menyibak tirai kereta. Saat Pei Qian Hao melihat ekspresi tenangnya, mau tak mau menertawai dirinya sendiri. Lupakan soal menampar wajahku, wanita lain yang bicara selancang itu padaku pasti sudah mati sekarang. Tetapi, aku tetap membiarkannya hidup sampai sekarang.

Setelah Su Xi-er naik ke kereta kuda biasa, rombongannya mulai bergerak lagi. Dengan anggota masing-masing kerajaan mendengarkan perintah Pei Qian Hao, Yun Ruo Feng memberikan kehormatan besar pada Bei Min.

Pasukan Nan Zhao menyadari ini semua dan hanya bisa berbisik, "Pangeran Hao itu berpikiran sempit atau gila? Begitu piciknya terhadap seorang wanita dengan berulang-ulang mempersulitnya, ia benar-benar tidak bisa dibandingkan dengan Pangeran Yun kita."

"Benar sekali, Pangeran Yun selalu sopan dan tersenyum pada semua wanita, meskipun mereka pengemis. Namun, Pangeran Hao, mengenakan ekspresi dingin, bahkan kerap kali menghukum orang-orangnya. Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa ada begitu banyak wanita yang berebut ingin mendekatinya?"

Saat Yun Ruo Feng mendengarkan diskusi di antara pasukannya, ia mengangkat tirai kereta kudanya dan memerintahkan, "Jangan terlalu banyak menggosipkan tentang orang dari kerajaan lain dan urusan mereka."

Kedua pengawal itu langsung menjawab dengan hormat, "Bawahan ini mematuhi perintah."

Yun Ruo Feng menutup tirai kereta, tanpa sadar, wajah Su Xi-er muncul dalam benaknya. Penampilannya jelas sekali berbeda, tetapi memberikan perasaan kalau mereka sangat mirip.

Tiba-tiba saja, kepalanya mulai berdenyut sakit. Ketika ia mulai memijat kepalanya pelan, ia teringat ucapan Su Xi-er. "Kesalahan". Kenangan ini membuat dadanya mengencang.

Di saat ini, aura lembutnya lenyap, matanya berubah dingin, dan sudut mulutnya agak terangkat. Seluruh hidupku ini adil dan jujur. Semua yang kumiliki hari ini adalah apa yang pantas kudapatkan.

Kereta kuda biasa itu adalah untuk menempatkan barang-barang. Su Xi-er sendiri hanya bisa menemukan tempat kecil untuknya duduk, dengan setiap titik sudah ditempati barang lain.

Pandangannya menyapu semua benda di sana. Semuanya berasal dari Bei Min. Setiap kerajaan harus mematuhi etika dan mempersiapkan hadiah ketika menghadiri perjamuan kerajaan lain.

Perjalanannya terus dilanjutkan dengan rombongan berjalan selama siang hari, beristirahat di dalam kereta kuda atau tenda sederhana di malam hari. Selama beberapa hari ke depan, Su Xi-er tidak melihat Pei Qian Hao, ataupun pria itu menyuruhnya melakukan sesuatu. Namun, pengawal dari Kediaman Pangeran Hao akan tetap membawakan ramuan obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Hasilnya, kondisinya membaik dengan pesat.

Seperti itu saja, rombongannya berpindah dengan tenang semakin mendekati ibu kota Nan Zhao. Demikian pula, emosi Su Xi-er tetap tenang sepanjang perjalanan.

Setelah mereka hanya tinggal tiga mil jauhnya dari ibu kota, Su Xi-er menyibak salah satu tirai di kereta, melihat pemandangan di pinggiran kota.

Setiap tumbuhan dan semaknya masih sama familier serta anehnya. Tahun itu, saat kerusuhan baru saja berakhir di Nan Zhao, ia kembali dengan pawai yang meriah. Ia sangat senang dan optimis bagi masa depan Nan Zhao pada saat itu, meyakini kalau akhir dari perjuangan pahit adalah hari-hari yang bahagia.

Semua harapan tak berujung itu pada akhirnya tidak berubah jadi apa pun. Benar-benar 'hari-hari yang bahagia'.

Su Xi-er mencibir sarkas. Kereta kuda Yun Ruo Feng berada tepat di belakangnya. Bukankah ia suka sekali menunggang kuda, kenapa ia duduk di dalam kereta kuda sepanjang perjalanan?

Ia tidak membuat pergerakan selama beberapa hari, tapi kini ... Su Xi-er mengeluarkan satu jarum pinus tipis dan tajam dari lengan bajunya. Diam-diam ia memungutnya dari jalanan, memastikan dengan cermat untuk memilih jarum pinus yang super 'tebal dan kuat'. Selama aku mengerahkan cukup banyak tenaga, maka seharusnya tak akan ada masalah dengan menancapkannya ke kaki kuda itu.

Mari kita lihat, bagaimana ia bisa tetap istirahat dengan tenang di dalam kereta kuda tersebut.

Satu kilatan terpancar di mata Su Xi-er, dan ia cepat-cepat mengangkat tirai, memandangi sekitar. Semua pengawal berada di atas kuda menatap lurus ke depan, tanpa ada seorang pun yang memerhatikan keadaan sekitar mereka.

Kalau tidak kulakukan sekarang, aku tak akan punya kesempatan lain lagi. Mata Su Xi-er agak menyipit; menggunakan cukup tenaga, ia memutar pergelangan tangannya, mengirimkan jarum pinus itu lurus mengenai kaki kudanya.

Kuda yang tertusuk kakinya itu mendadak meringkik dan mengangkat kepalanya seakan terprovokasi oleh sesuatu, berlari menggila menuju ke semak-semak di sisi jalanan.

Kekacauan segera terjadi, dengan begitu banyak pasukan Nan Zhao memanggil-manggil Yun Ruo Feng selagi mereka mendesak kuda-kuda mereka mengejar kereta kudanya.

Su Xi-er mengerutkan alisnya. Hanya jarum pinus. Meski jika aku menggunakan banyak tenaga, paling-paling kudanya hanya akan meringkik dan berlutut setelah kakinya gemetaran. Tidak mungkin sampai ketakutan seperti itu.

Di tengah pemikirannya, terdengar suara derapan kuda ditemani dengan siulan panah yang melesat. Su Xi-er bahkan tidak punya waktu membuka tirai keretanya saat ia mendengar bunyi hantaman beberapa panah yang menyerang ganas keretanya.

Su Xi-er langsung waspada, menghindar ke kiri selagi satu panah menembus kereta dan menancap di dindingnya.

Dengan situasi di luar menjadi semakin kacau, berada di dalam kereta hanya akan jadi semakin berbahaya seiring berjalannya waktu. Aku harus segera keluar. Dengan pemikiran ini dalam benaknya, Su Xi-er menundukkan kepalanya dan langsung keluar.

Saat ia turun dari kereta, satu panah mendadak terbang ke arah kepalanya. Su Xi-er langung bergerak mengelak, tetapi saat panahnya kian mendekat, panah itu tertembak oleh panah lainnya.

Ding! Kedua panahnya mendarat di tanah. Su Xi-er mendongak dan tanpa sengaja melihat Pei Qian Hao menurunkan busurnya. Ia adalah orang yang telah menyelamatkannya saat ia berada dalam bahaya.

"Ada yang mencoba melakukan pembunuhan!" Suara lantang bisa terdengar dari arah semak-semakKemudian, seekor kuda berlari keluar dari semak—itu adalah kuda yang menarik kereta Yun Ruo Feng. Tali kekangnya sudah jatuh ke tanah, dan keretanya sudah terpisah dari kuda.

Tak terpengaruh, Pei Qian Hao mendesak kudanya menuju ke arah Su Xi-er, menarik tangannya dan melemparkannya ke kuda lain.

"Menunduk, berbaring di punggung kudanya, dan tarik tali kekangnya." Setelah itu, Pei Qian Hao mengangkat cambuknya, mencambuk kuat bokong kudanya.

Kuda itu berlari menuju ke arah ibu kota.

Su Xi-er menolehkan kepala untuk melihat ke belakangnya. Pria-pria yang mengenakan serba hitam bermunculan dari segala arah, bertarung dengan pengawal kekaisaran Bei Min dan para tentara Nan Zhao.

Orang-orang itu pasti sudah menanti kesempatan semenjak pagi ini. Bukan jarum pinusku yang membuat kudanya menggila, tetapi orang-orang inilah yang sudah meracuni kudanya.

Kebetulan sekali bagi orang-orang ini menjalankan aksi mereka saat Pei Qian Hao baru saja akan masuk ke ibu kota Nan Zhao.

Su Xi-er agak menyipitkan matanya sebelum duduk tegak setelah kudanya berlari cukup lama. Kakinya menjepit kuda itu sementara tangan kanannya menarik tali kekangnya ke belakang, dan tangan kirinya menepuk-nepuk kepala kuda.

Kefamilieran dalam gerakannya menunjukkan kalau tak hanya ia bisa menunggang seekor kuda, ia bahkan bisa menungganginya dengan baik. Akhirnya, kudanya perlahan-lahan menjadi patuh dan berhenti di bawah perintahnya.

Su Xi-er memutar kudanya menuju ke arah berlawanan di pinggiran kota. Karena mereka bersembunyi dalam kegelapan, aku pun bisa melakukan hal yang sama. Siapakah dalang di balik penyerangan ini? Apakah Yun Ruo Feng yang sengaja membuat sandiwara, ataukah ini sungguh percobaan pembunuhan?

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar