Consort of A Thousand Faces
Chapter 104 : Kekacauan
Su Xi-er ditekan di bawah, dan sebelum ia bisa melepaskan
diri, ia mendengar suara tamparan dan membeku. Ia menampar Pei Qian Hao di
wajahnya, tetapi pria itu menampar bokongnya ....
Meskipun Pei Qian Hao hanya menamparnya satu kali, ia
menggunakan cukup tenaga untuk membuatnya meringis kesakitan. Kemudian, ia
kembali bersandar di dinding kereta kuda dengan mata terpejam.
Kereta kudanya baru saja meninggalkan Provinsi Bunga
Teratai. Su Xi-er duduk tegak di kereta, bokongnya masih agak nyeri. Tepat saat
ia mulai tenang, kereta kudanya berhenti, dan suara rendah namun menusuk Pei
Qian Hao pun terdengar.
"Hentikan keretanya." Kata-katanya jelas, dan
pengawal yang mengendarai kereta pun segera menarik tali kekangnya,
menghentikan kereta.
Su Xi-er memandanginya heran, tidak tahu mengapa mereka
berhenti. Ia membuka matanya perlahan, tatapannya mirip kolam tak berdasar.
"Turun, dan pergi ke kereta kuda di bagian
belakang." Kalimat itu meluncur perlahan dari bibir tipisnya. Ia mengusir
Su Xi-er dari kereta kuda lagi.
Su Xi-er mengangguk, dan langsung meninggalkan kereta
kuda tanpa keraguan. Selagi ia berjalan menuju kereta kuda di bagian belakang,
kebetulan sekali angin berembus dan menyibak tirai kereta. Saat Pei Qian Hao
melihat ekspresi tenangnya, mau tak mau menertawai dirinya sendiri. Lupakan
soal menampar wajahku, wanita lain yang bicara selancang itu padaku pasti sudah
mati sekarang. Tetapi, aku tetap membiarkannya hidup sampai sekarang.
Setelah Su Xi-er naik ke kereta kuda biasa, rombongannya
mulai bergerak lagi. Dengan anggota masing-masing kerajaan mendengarkan
perintah Pei Qian Hao, Yun Ruo Feng memberikan kehormatan besar pada Bei Min.
Pasukan Nan Zhao menyadari ini semua dan hanya bisa
berbisik, "Pangeran Hao itu berpikiran sempit atau gila? Begitu piciknya
terhadap seorang wanita dengan berulang-ulang mempersulitnya, ia benar-benar
tidak bisa dibandingkan dengan Pangeran Yun kita."
"Benar sekali, Pangeran Yun selalu sopan dan
tersenyum pada semua wanita, meskipun mereka pengemis. Namun, Pangeran Hao,
mengenakan ekspresi dingin, bahkan kerap kali menghukum orang-orangnya. Aku
benar-benar tidak mengerti, kenapa ada begitu banyak wanita yang berebut ingin
mendekatinya?"
Saat Yun Ruo Feng mendengarkan diskusi di antara
pasukannya, ia mengangkat tirai kereta kudanya dan memerintahkan, "Jangan
terlalu banyak menggosipkan tentang orang dari kerajaan lain dan urusan
mereka."
Kedua pengawal itu langsung menjawab dengan hormat,
"Bawahan ini mematuhi perintah."
Yun Ruo Feng menutup tirai kereta, tanpa sadar, wajah Su
Xi-er muncul dalam benaknya. Penampilannya jelas sekali berbeda, tetapi
memberikan perasaan kalau mereka sangat mirip.
Tiba-tiba saja, kepalanya mulai berdenyut sakit. Ketika
ia mulai memijat kepalanya pelan, ia teringat ucapan Su Xi-er. "Kesalahan".
Kenangan ini membuat dadanya mengencang.
Di saat ini, aura lembutnya lenyap, matanya berubah
dingin, dan sudut mulutnya agak terangkat. Seluruh hidupku ini adil dan
jujur. Semua yang kumiliki hari ini adalah apa yang pantas kudapatkan.
Kereta kuda biasa itu adalah untuk menempatkan
barang-barang. Su Xi-er sendiri hanya bisa menemukan tempat kecil untuknya
duduk, dengan setiap titik sudah ditempati barang lain.
Pandangannya menyapu semua benda di sana. Semuanya
berasal dari Bei Min. Setiap kerajaan harus mematuhi etika dan
mempersiapkan hadiah ketika menghadiri perjamuan kerajaan lain.
Perjalanannya terus dilanjutkan dengan rombongan berjalan
selama siang hari, beristirahat di dalam kereta kuda atau tenda sederhana di
malam hari. Selama beberapa hari ke depan, Su Xi-er tidak melihat Pei Qian Hao,
ataupun pria itu menyuruhnya melakukan sesuatu. Namun, pengawal dari Kediaman
Pangeran Hao akan tetap membawakan ramuan obat untuk menyembuhkan penyakitnya.
Hasilnya, kondisinya membaik dengan pesat.
Seperti itu saja, rombongannya berpindah dengan tenang
semakin mendekati ibu kota Nan Zhao. Demikian pula, emosi Su Xi-er tetap tenang
sepanjang perjalanan.
Setelah mereka hanya tinggal tiga mil jauhnya dari ibu kota,
Su Xi-er menyibak salah satu tirai di kereta, melihat pemandangan di pinggiran
kota.
Setiap tumbuhan dan semaknya masih sama familier serta
anehnya. Tahun itu, saat kerusuhan baru saja berakhir di Nan Zhao, ia kembali
dengan pawai yang meriah. Ia sangat senang dan optimis bagi masa depan Nan Zhao
pada saat itu, meyakini kalau akhir dari perjuangan pahit adalah hari-hari yang
bahagia.
Semua harapan tak berujung itu pada akhirnya tidak
berubah jadi apa pun. Benar-benar 'hari-hari yang bahagia'.
Su Xi-er mencibir sarkas. Kereta kuda Yun Ruo Feng berada
tepat di belakangnya. Bukankah ia suka sekali menunggang kuda, kenapa
ia duduk di dalam kereta kuda sepanjang perjalanan?
Ia tidak membuat pergerakan selama beberapa hari, tapi
kini ... Su Xi-er mengeluarkan satu jarum pinus tipis dan tajam dari lengan
bajunya. Diam-diam ia memungutnya dari jalanan, memastikan dengan cermat untuk
memilih jarum pinus yang super 'tebal dan kuat'. Selama aku mengerahkan
cukup banyak tenaga, maka seharusnya tak akan ada masalah dengan menancapkannya
ke kaki kuda itu.
Mari kita lihat, bagaimana ia bisa tetap istirahat dengan
tenang di dalam kereta kuda tersebut.
Satu kilatan terpancar di mata Su Xi-er, dan ia
cepat-cepat mengangkat tirai, memandangi sekitar. Semua pengawal berada di atas
kuda menatap lurus ke depan, tanpa ada seorang pun yang memerhatikan keadaan
sekitar mereka.
Kalau tidak kulakukan sekarang, aku tak akan punya
kesempatan lain lagi. Mata Su Xi-er agak menyipit; menggunakan cukup tenaga, ia
memutar pergelangan tangannya, mengirimkan jarum pinus itu lurus mengenai kaki
kudanya.
Kuda yang tertusuk kakinya itu mendadak meringkik dan
mengangkat kepalanya seakan terprovokasi oleh sesuatu, berlari menggila menuju
ke semak-semak di sisi jalanan.
Kekacauan segera terjadi, dengan begitu banyak pasukan
Nan Zhao memanggil-manggil Yun Ruo Feng selagi mereka mendesak kuda-kuda mereka
mengejar kereta kudanya.
Su Xi-er mengerutkan alisnya. Hanya jarum pinus.
Meski jika aku menggunakan banyak tenaga, paling-paling kudanya hanya akan
meringkik dan berlutut setelah kakinya gemetaran. Tidak mungkin sampai
ketakutan seperti itu.
Di tengah pemikirannya, terdengar suara derapan kuda
ditemani dengan siulan panah yang melesat. Su Xi-er bahkan tidak punya waktu
membuka tirai keretanya saat ia mendengar bunyi hantaman beberapa panah yang
menyerang ganas keretanya.
Su Xi-er langsung waspada, menghindar ke kiri selagi satu
panah menembus kereta dan menancap di dindingnya.
Dengan situasi di luar menjadi semakin kacau, berada di
dalam kereta hanya akan jadi semakin berbahaya seiring berjalannya waktu. Aku
harus segera keluar. Dengan pemikiran ini dalam benaknya, Su Xi-er menundukkan
kepalanya dan langsung keluar.
Saat ia turun dari kereta, satu panah mendadak terbang ke
arah kepalanya. Su Xi-er langung bergerak mengelak, tetapi saat panahnya kian
mendekat, panah itu tertembak oleh panah lainnya.
Ding! Kedua panahnya mendarat di
tanah. Su Xi-er mendongak dan tanpa sengaja melihat Pei Qian Hao menurunkan
busurnya. Ia adalah orang yang telah menyelamatkannya saat ia berada dalam
bahaya.
"Ada yang mencoba melakukan pembunuhan!" Suara
lantang bisa terdengar dari arah semak-semak. Kemudian, seekor kuda
berlari keluar dari semak—itu adalah kuda yang menarik kereta Yun Ruo Feng.
Tali kekangnya sudah jatuh ke tanah, dan keretanya sudah terpisah dari kuda.
Tak terpengaruh, Pei Qian Hao mendesak kudanya menuju ke
arah Su Xi-er, menarik tangannya dan melemparkannya ke kuda lain.
"Menunduk, berbaring di punggung kudanya, dan tarik
tali kekangnya." Setelah itu, Pei Qian Hao mengangkat cambuknya, mencambuk
kuat bokong kudanya.
Kuda itu berlari menuju ke arah ibu kota.
Su Xi-er menolehkan kepala untuk melihat ke belakangnya.
Pria-pria yang mengenakan serba hitam bermunculan dari segala arah, bertarung
dengan pengawal kekaisaran Bei Min dan para tentara Nan Zhao.
Orang-orang itu pasti sudah menanti kesempatan semenjak
pagi ini. Bukan jarum pinusku yang membuat kudanya menggila, tetapi orang-orang
inilah yang sudah meracuni kudanya.
Kebetulan sekali bagi orang-orang ini menjalankan aksi
mereka saat Pei Qian Hao baru saja akan masuk ke ibu kota Nan Zhao.
Su Xi-er agak menyipitkan matanya sebelum duduk tegak
setelah kudanya berlari cukup lama. Kakinya menjepit kuda itu sementara tangan
kanannya menarik tali kekangnya ke belakang, dan tangan kirinya menepuk-nepuk
kepala kuda.
Kefamilieran dalam gerakannya menunjukkan kalau tak hanya
ia bisa menunggang seekor kuda, ia bahkan bisa menungganginya dengan baik.
Akhirnya, kudanya perlahan-lahan menjadi patuh dan berhenti di bawah
perintahnya.
Su Xi-er memutar kudanya menuju ke arah berlawanan di
pinggiran kota. Karena mereka bersembunyi dalam kegelapan, aku pun bisa
melakukan hal yang sama. Siapakah dalang di balik penyerangan ini? Apakah Yun
Ruo Feng yang sengaja membuat sandiwara, ataukah ini sungguh percobaan
pembunuhan?
0 comments:
Posting Komentar