Rabu, 21 Juli 2021

CTF - Chapter 102

Consort of A Thousand Faces

Chapter 102 : Ambil dan Usap Keringatnya

Su Xi-er sengaja menunjukkan ekspresi kagetnya, "Bagaimana mungkin Anda pernah melihat tarian ini sebelumnya? Hamba hanya mempelajarinya setelah diam-diam melihatnya di sanggar tari di Bei Min. Orang-orang dari sanggar tari itu bilang kalau tarian ini langka. Mungkinkah Anda salah, Pangeran Yun?"

Yun Ruo Feng menatapnya dalam-dalam, seakan-akan ia sepenuhnya tengah memandangi orang lain. "Tidak mungkin salah. Tarian ini memang langka." Orang lainnya yang mampu menampilkannya sudah tak lagi ada di sini. Sekarang ini, hanya si gadis pelayan ini saja yang bisa menampilkannya, jadi tentu saja tarian ini langka.

Saat ini, Pangeran Yun menghela napas. "Pangeran ini tidak mengira ada kemungkinan untuk menyaksikan tarian ini lagi dalam hidupku."

Mau tak mau, Su Xi-er pun mencibir kala ia mendengarkan sejejak kesedihan dalam nada bicaranya. Dengan kejamnya ia menusuk jantungku dengan panah malam itu, dan sekarang ia sedang bersandiwara, berlagak menyedihkan? Apakah ia berpura-pura menyedihkan juga di depan Lian Chen?

Tidak, mana mungkin Yun Ruo Feng repot-repot berpura-pura di depan Lian Chen, saat ia adalah orang yang memegang seluruh kekuasaan dan memerintah di Nan Zhao?

Tiba-tiba saja Yun Ruo Feng bertanya, "Sudah berapa lama kau melayani Pangeran Hao?"

"Mengapa Anda menanyakan itu, Pangeran Yun? Itu tidak ada hubungannya dengan Anda." Su Xi-er menjawab tegas sementara mengamati ekspresinya dengan saksama.

Yun Ruo Feng menyadari tatapan ingin tahu di matanya dan tanpa sadar tertawa, "Bahkan dayang Pangeran Hao bukanlah orang yang mudah. Pangeran ini tidak akan melakukan apa pun padamu. Aku hanya merasa, entah bagaimana, kau mirip dengan seseorang yang kukenal."

Su Xi-er melanjutkan, "Jadi, Pangeran Yun memikirkan orang itu karena kami mirip. Mengapa demikian? Apakah orang itu tak ada lagi di sini?"

Yun Ruo Feng tetap diam selama beberapa waktu. Angin malam bertiup lembut selagi cahaya bulan merefleksikan lingkaran cahaya keperakan dari jubah putihnya. Kalau saja ia tidak mengalami pengkhianatan sebelumnya, Su Xi-er menduga, ia pasti sudah tertipu oleh tampang luarnya. Ia sudah pernah terpikat olehnya, tetapi sayangnya bagi pria ini, ia tidak akan tertipu lagi.

Tatapan Su Xi-er tetap tenang, tidak memperlihatkan kekaguman. Yun Ruo Feng merasa tak mampu memahaminya saat ia menyadari hal ini. Apakah ini ... benar-benar seorang dayang? Wanita mana pun akan sulit tetap mempertahankan ketenangan semacam ini, tetapi ia tetap setenang ini semenjak pertemuan pertama kami.

Bahkan wanita angkuh dan penyendiri seperti Ning Ru Lan saja selalu diliputi kebahagiaan saat ia melihatku. Tetapi, mengapa wanita ini memandangiku begitu acuh padahal ia memancarkan aura yang mirip dengan Ning Ru Lan?

"Melihat sudah selarut ini, Pangeran Yun, hamba permisi dulu." Setelah Su Xi-er memberi salamnya, ia mulai berjalan menjauh. Aku tidak bisa pergi ke kamar Pei Qian Hao, jadi aku akan mencari kamar kosong di dekat sini dan tidur di sana untuk malam ini.

Beberapa langkah setelahnya, ia ditarik oleh tangan besar yang dingin. Tangannya selalu hangat dulu, kenapa sekarang begitu dingin?

"Jangan begitu tergesa untuk pergi. Tetaplah di sini dan berbincang dengan Pangeran ini." Nada suara Yun Ruo Feng tenang dan datar, dengan aura hangatnya yang biasa. Namun, aura hangat ini dinodai sejejak kepedihan.

Yun Ruo Feng melepaskan sebelum Su Xi-er mencoba membebaskan diri dari genggamannya, "Lupakan saja, Pangeran ini tidak punya hak membuatmu tetap tinggal. Kau boleh pergi."

Su Xi-er berbalik dan berujar pelan, "Pangeran Yun, ada sebuah pepatah kuno dari Bei Min. Bolehkah hamba membaginya dengan Anda?"

Yun Ruo Feng tidak memandanginya dan membalas lembut, "Katakan padaku."

"Pangeran Yun, saat hamba melihat Anda, ada suatu perasaan kesedihan. Barangkali itu disebabkan oleh posisi agung yang mengisolasi Anda, atau mungkin saja kesalahan masa lalu yang membuat Anda merasa bersalah." Tanpa meliriknya lagi, Su Xi-er pergi.

Tubuh Yun Ruo Feng bergetar dan jantungnya seakan berhenti berdetak selama sedetik. Kesedihan? Kesalahan? Apakah ucapan ini sungguh berasal dari mulut seorang dayang? Ia mendongak menatap langit malam dan bertanya-tanya, apakah aku pernah melakukan sesuatu yang salah hingga bisa merasa bersalah?

(T/N : gile lu ndro, masih ngga ngerasa bersalah padahal uda bunuh, khianatin ning ru lan, emang patut dibinasakan nih orang.)

Su Xi-er berjalan lurus hingga ia menemukan satu kamar kosong. Duduk di atas bangku kayu, ia membaringkan kepalanya di atas meja sebelum tertidur.

***

Hari berikutnya, Su Xi-er bangun pagi dan membersihkan diri. Pengawal kekaisaran dari Kediaman Pangeran Hao tiba segera setelahnya dan menyerahkan satu buntalan kain padanya.

"Titah lisan Pangeran Hao adalah mulai hari ini, kau tidak akan menaiki kereta kudanya maupun melayaninya sepanjang perjalanan."

Su Xi-er menerima buntalan kain itu dan menatap si pengawal. "Jadi, kemana aku pergi? Apakah aku harus berada di belakang dan mengikuti kereta kudanya?"

Pengawal itu menghela napas dan ada rasa simpati muncul dari ceruk matanya. "Kau bodoh sekali, bagaimana bisa kau memprovokasi Pangeran Hao? Kau tidak punya kereta kuda lain untuk diduduki, dan tak ada juga kuda untuk ditunggangi oleh wanita. Kau hanya bisa berjalan sepanjang jalan menuju ibu kota Nan Zhao."

Mereka membuatku berjalan sepanjang jalannya menuju ibu kota? Apakah mereka tidak takut kalau aku akan tersesat?

"Terlebih lagi, kau harus terus menjaga lajumu dengan kereta kuda terakhir, dan tidak boleh sampai tertinggal. Jika kau tertinggal, kami akan mengikatmu dengan seutas tali. Kau ... sendirian sekarang. Lebih baik hati-hati; tidak ada akhir yang bagus jika kau memprovokasi Pangeran Hao." Si pengawal pun goyah menjelang akhirnya, merasa ia tak tahan untuk menegurnya lagi. Wanita di depanku ini cukup cantik untuk dapat menarik tatapan semua orang tanpa terkecuali. Biarpun demikian, ia harus mengalami jenis hukuman kejam semacam ini.

Ini bisa dianggap penyiksaan kejam bagi seorang wanita cantik.

Yang mengejutkan si pengawal, Su Xi-er hanya tersenyum samar. "Aku akan berusaha keras untuk menyusulnya. Selama ada makanan dan minuman, sepatu baru untuk digantikan saat sepatu lamaku rusak, semestinya tidak akan ada masalah."

Si pengawal memandanginya dengan kekaguman. Akhirnya, ia menghela napas, dan pergi dengan cepat.

Kereta kudanya sudah siap berangkat setelah sarapan, tetapi Su Xi-er masih belum melihat Pei Qian Hao.

Mengikuti instruksi si pengawal, ia berjalan ke bagian belakang kereta kuda terakhir. Segera saja, iring-iringannya mulai bergerak. Banyak pelayan dari Kantor Pemerintahan Provinsi Bunga Teratai tahu kalau Pangeran Hao sedang menghukum Su Xi-er.

Mendadak, semua orang menyesalinya. Sesuai dugaan, menjadi dayang pribadi Pangeran Hao bukanlah pekerjaan semudah itu. Baru sekarang saja kita bisa melihat sisi lain dari koinnya dan melihat betapa beratnya itu.

***

Provinsi Bunga Teratai dikenal akan pemandangan indah dan uniknya. Ada tiga jalur utama, dan iring-iringan ini berjalan dengan menggunakan jalan utama paling besar dan ramai.

Dengan begitu banyaknya pejalan kaki dan kios-kios, kereta kudanya pun terpaksa melambat, membiarkan Su Xi-er mengejarnya. Ia sudah mengganti gaun lain hari ini, dan gaya rambut Falling Bun sudah digantikan dengan Sanggul Bundar, gaya rambut yang biasa dipakai oleh dayang dari Istana Samping.

Setelah beberapa lama, kombinasi dari berjalan berlebihan dan tubuh yang masih memulihkan diri dari flu, membuat wajahnya benar-benar merona dan tampak lembap.

Ia memancarkan tipe keanggunan lain yang menarik perhatian setiap pejalan kaki. Tadinya, mereka mengagumi kereta kudanya dan para pasukan gagahnya, tetapi kini mereka malah mengagumi si wanita cantik.

Para wanita di Provinsi Bunga Teratai kebanyakan adalah pengoleksi teratai yang berjalan di antara bunga-bunga teratai di danau, membiarkan kulit mereka tampak lembap. Tetapi, tidak ada tandingannya ketika dibandingkan dengan Su Xi-er.

Tidak mengetahui orang penting yang memimpin iring-iringannya, para pejalan kaki tidak berani berkomentar tentang kemungkinan tokoh potensial itu. Namun, wanita ini, lain ceritanya. Hasilnya, hadirlah arus percakapan tanpa henti mengenai Su Xi-er.

"Siapa si wanita cantik ini? Dengan gaun seperti itu, ia tidak tampak seperti seorang gadis dari keluarga biasa, jadi kenapa ia berjalan di bagian belakang rombongan?"

"Itu benar, tampaknya ia sedang dihukum. Ah, orang yang menghukum wanita secantik ini sungguh kejam. Semestinya mereka merayu dan menyanjungnya."

"Aku setuju, ia pasti lelah dan haus. Haruskah kita pergi dan memberikannya air?"

Satu kereta kuda besar dan mewah perlahan-lahan mendekati Su Xi-er dari belakang, tetapi kereta ini bukan milik Pangeran Hao.

Tirai jendela keretanya terangkat, memperlihatkan wajah tampan dan lembut Yun Ruo Feng. Ia sedang memegangi sehelai saputangan di tangannya.

"Ambil dan usap keringatmu." Ia mengatakannya selagi menyerahkan saputangan itu pada Su Xi-er.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar