Consort of A Thousand Faces
Chapter 103 : Mengikatnya
Su Xi-er menggelengkan kepalanya ke arah Pangeran Yun, tetapi sebelum ia bisa menolaknya, pengawal Pangeran Hao tiba-tiba turun dari kudanya dan menyerahkan seutas tali tebal dan panjang padanya.
"Ikatkan talinya di sekitar tanganmu. Aku akan
mengikatkan ujung satunya di kereta kuda." Si pengawal menatap serius ke
arah tali sebelum memberi isyarat padanya untuk bergegas.
Su Xi-er sedikit mengguncangkan tali itu dengan
tangannya. "Apakah kau sudak ketakutan sampai jadi dungu karena Pangeran
Hao? Bagaimana bisa aku mengikat tanganku sendiri? Aku tetap harus merepotkanmu
untuk mengikatkannya."
Si pengawal pun mendadak merasa malu. Bagaimana
mungkin aku melupakan soal ini? Namun, mengingat ia adalah seorang wanita,
tampaknya agak tidak pantas bagiku menyentuh tangannya untuk mengikatnya ....
Di titik ini, Yun Ruo Feng bertanya, "Mengapa
Pangeran Hao menghukummu? Apa kesalahan yang kau perbuat?"
Su Xi-er tetap diam dan mengangkat kedua tangannya,
menatap si pengawal dengan 'tulus'. "Kau harus cepat-cepat mengikat
tanganku. Kalau tidak, hukumanmu tak akan terpikirkan saat Pangeran Hao
mengetahui kau tidak efisien."
Si pengawal pun gemetaran dan cepat-cepat mulai
mengikatkan tangan Su Xi-er.
Tiba-tiba saja Yun Ruo Feng bersuara, menghentikannya.
"Kembali dan katakan pada Pangeran Hao karena kita sudah berada di
perbatasan Nan Zhao sekarang, segala ketidakpuasannya semestinya tak ada
hubungannya dengan dayang ini, dan harusnya ditujukan pada Nan Zhao. Memandang
Pangeran ini, semestinya ia mengampuninya."
Yun Ruo Feng turun dari kereta kudanya setelah itu, masih
mengenakan serba putih, dan memberikan aura kelembutan juga kehangatan.
"Jika Pangeran Hao menyalahkanmu, minta ia mencari
Pangeran ini." Yun Ruo Feng mengulurkan tangannya ke arah Su Xi-er dan
tersenyum padanya, "Kau boleh naik ke kereta kuda Pangeran ini."
"Terima kasih banyak Pangeran Yun, tetapi hambalah
yang bersalah, jadi aku harus menerima hukuman." Su Xi-er menolaknya.
Kemudian, ia mengangkat kedua tangannya untuk membiarkan si pengawal
mengikatnya.
Si pengawal langsung bersiap mengikat tangan Su Xi-er.
Di saat ini, suara menekan seorang pria pun terdengar.
"Pangeran ini hanya sedang menghukum seorang dayang, tetapi tidak
menyangka kalau ini membuat Pangeran Yun jadi waspada."
Dengan banyaknya pejalan kaki di jalanan, bisa ditebak
kalau tadinya penuh dengan aktivitas yang ramai. Namun, setelah Pei Qian Hao
dan Yun Ruo Feng muncul, tiba-tiba saja jadi sunyi senyap.
Rasanya seakan udaranya membeku, bahkan suara napas saja
tak terdengar.
Semua pengawal diutus untuk membubarkan kerumunan.
Mendadak, kereta kuda dan para pasukan sudah mengambil alih seluruh jalanannya.
Semua pejalan kaki sudah pergi, dan kios-kios pun tutup.
Yun Ruo Feng tersenyum sopan saat ia berbicara, "Nan
Zhao diperintah dengan kebajikan. Karena itulah, akan sangat kejam untuk
mengikat seorang wanita agar berjalan di belakang sebuah kereta kuda."
Kejam .... Su Xi-er
mencibir sendiri, lagi-lagi ia mengenakan topeng luarnya dan membohongi
semua orang.
Pei Qian Hao mengabaikan ucapannya dan mencibir sendiri.
"Pangeran Yun, kau bergantung pada kemampuanmu sendiri untuk merangkak
dari seorang tentara biasa ke pangkat Jenderal. Kau bahkan sudah menamai dirimu
dengan gelar Pangeran, dan menjadi pria paling berkuasa di Nan Zhao. Bagaimana
mungkin dirimu tidak kejam? Mengapa tiba-tiba kau menjadi sangat berhati
lembut?"
Semua orang gemetaran mendengarkan ini. Sementara para
pasukan dari Kediaman Pangeran Hao tetap mempertahankan ketenangan mereka, para
pasukan yang berada di bawah Pangeran Yun mengerutkan alis mereka berbarengan
dengan genggaman pada pedang mereka yang mengencang.
Pangeran Hao menjadi kelewat arogan, sama sekali tidak
menghormati Pangeran Yun!
Yun Ruo Feng tidak menunjukkan jejak amarah sedikit pun
pada wajahnya, sebaliknya, terus tersenyum lembut. "Bukannya berhati
lembut. Hanya saja, jika ada hukuman, pastilah ada alasannya. Kejahatan apa
yang telah diperbuat oleh dayang ini?"
"Kejahatan apa?" Pei Qian Hao terkekeh dan
menatap Su Xi-er, tatapannya berpindah dari wajahnya sewaktu ia berkata,
"Tentu saja ada alasannya mengapa Pangeran ini menghukumnya. Akan tetapi,
tak peduli apa pun alasannya, tetap saja ini adalah urusan Pangeran ini.
Sepertinya, Pangeran Yun sudah mencampuri urusan orang lain."
Setelah ia selesai bicara, Pei Qian Hao berjalan dan
menarik pergelangan tangan Su Xi-er, membawanya ke sebelah kereta kuda.
Yun Ruo Feng berdiri diam, tampak termenung selagi
memperhatikan kedua tangan mereka yang saling menggenggam.
Su Xi-er bisa tahu kalau Pei Qian Hao mengamuk karena
marah, hingga memancar keluar dari seluruh tubuhnya. Darimana datangnya
amarahnya ini? Apakah karena aku berbincang dengan Yun Ruo Feng? Ia
cepat-cepat menghempaskan teori ini.
Pei Qian Hao memegangi pinggangnya sewaktu ia
menaikkannya ke atas kereta kudanya. Tak lama setelahnya, rombongan tersebut
kembali maju.
Anehnya, terasa senyap sekali di dalam kereta kuda.
Setelah Pei Qian Hao masuk, ia berhenti memerhatikan Su Xi-er dan hanya
membiarkannya duduk di sana dalam diam.
Sudah pasti, Su Xi-er juga tidak berinisiatif untuk
berbicara dengannya. Ia duduk bersandar di dinding kereta kuda dan mengamati
jalanan melalui celah di antara tirainya.
Provinsi Bunga Teratai tidak banyak berubah dari
sebelumnya. Di bawah kebijakan baru, Nan Zhao diperintah dengan kemurahatian.
Tampaknya, Yun Ruo Feng tidak menghapuskan bagian ini dari pemerintahan.
Bagaimana dengan bagian lainnya dari kebijakan baru itu?
Logikanya, pastinya ia menghapuskan beberapa hal dari
kebijakan baru. Kalau tidak, Yun Ruo Feng tidak akan bisa menaklukkan
orang-orang kaya dan berkuasa.
"Su Xi-er, apakah kau mengakui kejahatanmu?"
Pei Qian Hao bertanya dingin. Semenjak ia naik ke atas kereta kuda, ia melamun
memandang keluar jendela, sama sekali tidak menunjukkan kecenderungan untuk
memohon pengampunan.
Apakah ia benar-benar lupa kalau ia sudah menamparku?
Su Xi-er menjawab hormat, "Hamba mengakui kalau aku
telah melakukan kejahatan. Pangeran Hao, apakah wajah Anda masih sakit?"
Kalimat pertamanya sudah diduga, tetapi kalimat keduanya
mengejutkan. Haruskah aku bilang kalau wajahku sakit, atau tidak? Kalau
kubilang sakit, akan terdengar seolah aku selemah itu hingga satu tamparan saja
bisa menyakitiku—tidak mungkin. Jika aku bilang tidak sakit, sama saja artinya
aku mengakui harus melepaskannya dengan hukuman ringan karena ini hanya masalah
kecil?
Tak peduli yang mana pun jawabanku, tetap Su Xi-er yang
diuntungkan. Mulut yang cerdas sekali!
Ada kilatan tajam di mata Pei Qian Hao, "Apakah
masalah, sakit atau tidaknya? Jangan bilang kalau kau ingin agar Pangeran ini
juga menamparmu? Pangeran ini tidak punya hobi memukuli wanita."
Su Xi-er menjawab, "Anda tidak secara langsung
memukul seorang wanita, tetapi Anda akan menghukum mereka."
Serangan balik pelan ini tepat sekali.
Pei Qian Hao melengkungkan sudut mulutnya, nada bicaranya
meninggi. "Pangeran ini bisa membuat pengecualian untukmu. Aku belum
pernah mencoba memukuli wanita secara pribadi. Kemari dan angkat
kepalamu."
Ia memintaku maju dan mengangkat kepalaku tinggi-tinggi
untuk ditamparnya? Apakah ia sungguh akan menamparku? Aku secara impulsif
menamparnya, tetapi aku tidak menyesalinya. Setelah
berkontempelasi sejenak, Su Xi-er diam-diam bergerak maju, kepalanya terangkat
tinggi dan matanya terpejam. Jika ia ingin menamparku, maka biarkan saja.
Setelah menanti sekian lama, ia masih belum merasakan
tamparannya.
Tiba-tiba saja, aroma seorang pria melayang ke dalam
hidungnya. Su Xi-er cepat-cepat membuka matanya, menemukan wajah tampannya
dalam jarak dekat.
Ia bersandar dan mencoba bergerak ke belakang dengan
cepat, tetapi punggungnya menyentuh dinding kereta kuda yang dingin: tidak ada
tempat untuk mundur.
"Kau memejamkan matamu, jadi mana mungkin Pangeran
ini memukulmu? Jelas-jelas kau terlihat seperti ingin dicium."
"Apa yang harus hamba lakukan agar dapat membuat
Pangeran Hao puas?" Apakah aku harus berlutut di tanah dan
berpura-pura memohon untuk ditampar? Jelas sekali ia yang memintaku maju dan
mengangkat kepalaku. Ia tidak bilang apakah aku boleh memejamkan mataku atau
tidak.
"Semestinya kau sudah pernah melihat bagaimana
seorang pelayan dicambuk." Pei Qian Hao mengingatkannya dengan nada datar.
Su Xi-er langsung paham. Seseorang yang dicambuk
harus bersujud di atas tanah dengan kepala terangkat tinggi selagi menerima
pukulan. Jadi inilah maksudnya.
Tetapi, bagaimana ia akan menamparku jika aku bersujud di
tanah dengan kepalaku terangkat? Bukankah ia akan merasa itu canggung? Ataukah
....
Mendadak, ia terpikirkan kemungkinan lainnya.
"Saat kau menampar Pangeran ini, mengapa kau tidak
memikirkan tentang bagaimana kau akan dihukum? Dirimu kemarin, mengingatkanku
pada wanita yang kutemui di hutan sebelah Istana Samping." Matanya dalam
dan tak terbaca, dengan sejejak keisengan.
Ia menyebut soal hutan sebelah Istana Samping lagi. Aku
tidak akan mengakui itu adalah aku. Menamparnya itu satu hal, tetapi membuatnya
pingsan, lain lagi.
Kali ini, Pei Qian Hao tidak menunggu jawaban Su Xi-er.
Ia menggunakan tangannya untuk mengendalikan tubuh Su Xi-er, dan menggunakan
tenaga di kakinya untuk menindihnya di lantai kereta kuda.
Pengawal yang sedang mengendarai kereta kudanya merasakan
sentakan di dalam kereta dan ekspresinya berubah. Apa yang sedang
dilakukan Pangeran Hao di dalam kereta kuda? Mengapa keretanya tiba-tiba saja
bergetar?
0 comments:
Posting Komentar