Rabu, 21 Juli 2021

CTF - Chapter 103

Consort of A Thousand Faces

Chapter 103 : Mengikatnya

Su Xi-er menggelengkan kepalanya ke arah Pangeran Yun, tetapi sebelum ia bisa menolaknya, pengawal Pangeran Hao tiba-tiba turun dari kudanya dan menyerahkan seutas tali tebal dan panjang padanya.

"Ikatkan talinya di sekitar tanganmu. Aku akan mengikatkan ujung satunya di kereta kuda." Si pengawal menatap serius ke arah tali sebelum memberi isyarat padanya untuk bergegas.

Su Xi-er sedikit mengguncangkan tali itu dengan tangannya. "Apakah kau sudak ketakutan sampai jadi dungu karena Pangeran Hao? Bagaimana bisa aku mengikat tanganku sendiri? Aku tetap harus merepotkanmu untuk mengikatkannya."

Si pengawal pun mendadak merasa malu. Bagaimana mungkin aku melupakan soal ini? Namun, mengingat ia adalah seorang wanita, tampaknya agak tidak pantas bagiku menyentuh tangannya untuk mengikatnya ....

Di titik ini, Yun Ruo Feng bertanya, "Mengapa Pangeran Hao menghukummu? Apa kesalahan yang kau perbuat?"

Su Xi-er tetap diam dan mengangkat kedua tangannya, menatap si pengawal dengan 'tulus'. "Kau harus cepat-cepat mengikat tanganku. Kalau tidak, hukumanmu tak akan terpikirkan saat Pangeran Hao mengetahui kau tidak efisien."

Si pengawal pun gemetaran dan cepat-cepat mulai mengikatkan tangan Su Xi-er.

Tiba-tiba saja Yun Ruo Feng bersuara, menghentikannya. "Kembali dan katakan pada Pangeran Hao karena kita sudah berada di perbatasan Nan Zhao sekarang, segala ketidakpuasannya semestinya tak ada hubungannya dengan dayang ini, dan harusnya ditujukan pada Nan Zhao. Memandang Pangeran ini, semestinya ia mengampuninya."

Yun Ruo Feng turun dari kereta kudanya setelah itu, masih mengenakan serba putih, dan memberikan aura kelembutan juga kehangatan.

"Jika Pangeran Hao menyalahkanmu, minta ia mencari Pangeran ini." Yun Ruo Feng mengulurkan tangannya ke arah Su Xi-er dan tersenyum padanya, "Kau boleh naik ke kereta kuda Pangeran ini."

"Terima kasih banyak Pangeran Yun, tetapi hambalah yang bersalah, jadi aku harus menerima hukuman." Su Xi-er menolaknya. Kemudian, ia mengangkat kedua tangannya untuk membiarkan si pengawal mengikatnya.

Si pengawal langsung bersiap mengikat tangan Su Xi-er.

Di saat ini, suara menekan seorang pria pun terdengar. "Pangeran ini hanya sedang menghukum seorang dayang, tetapi tidak menyangka kalau ini membuat Pangeran Yun jadi waspada."

Dengan banyaknya pejalan kaki di jalanan, bisa ditebak kalau tadinya penuh dengan aktivitas yang ramai. Namun, setelah Pei Qian Hao dan Yun Ruo Feng muncul, tiba-tiba saja jadi sunyi senyap.

Rasanya seakan udaranya membeku, bahkan suara napas saja tak terdengar.

Semua pengawal diutus untuk membubarkan kerumunan. Mendadak, kereta kuda dan para pasukan sudah mengambil alih seluruh jalanannya. Semua pejalan kaki sudah pergi, dan kios-kios pun tutup.

Yun Ruo Feng tersenyum sopan saat ia berbicara, "Nan Zhao diperintah dengan kebajikan. Karena itulah, akan sangat kejam untuk mengikat seorang wanita agar berjalan di belakang sebuah kereta kuda."

Kejam .... Su Xi-er mencibir sendiri, lagi-lagi ia mengenakan topeng luarnya dan membohongi semua orang.

Pei Qian Hao mengabaikan ucapannya dan mencibir sendiri. "Pangeran Yun, kau bergantung pada kemampuanmu sendiri untuk merangkak dari seorang tentara biasa ke pangkat Jenderal. Kau bahkan sudah menamai dirimu dengan gelar Pangeran, dan menjadi pria paling berkuasa di Nan Zhao. Bagaimana mungkin dirimu tidak kejam? Mengapa tiba-tiba kau menjadi sangat berhati lembut?"

Semua orang gemetaran mendengarkan ini. Sementara para pasukan dari Kediaman Pangeran Hao tetap mempertahankan ketenangan mereka, para pasukan yang berada di bawah Pangeran Yun mengerutkan alis mereka berbarengan dengan genggaman pada pedang mereka yang mengencang.

Pangeran Hao menjadi kelewat arogan, sama sekali tidak menghormati Pangeran Yun!

Yun Ruo Feng tidak menunjukkan jejak amarah sedikit pun pada wajahnya, sebaliknya, terus tersenyum lembut. "Bukannya berhati lembut. Hanya saja, jika ada hukuman, pastilah ada alasannya. Kejahatan apa yang telah diperbuat oleh dayang ini?"

"Kejahatan apa?" Pei Qian Hao terkekeh dan menatap Su Xi-er, tatapannya berpindah dari wajahnya sewaktu ia berkata, "Tentu saja ada alasannya mengapa Pangeran ini menghukumnya. Akan tetapi, tak peduli apa pun alasannya, tetap saja ini adalah urusan Pangeran ini. Sepertinya, Pangeran Yun sudah mencampuri urusan orang lain."

Setelah ia selesai bicara, Pei Qian Hao berjalan dan menarik pergelangan tangan Su Xi-er, membawanya ke sebelah kereta kuda.

Yun Ruo Feng berdiri diam, tampak termenung selagi memperhatikan kedua tangan mereka yang saling menggenggam.

Su Xi-er bisa tahu kalau Pei Qian Hao mengamuk karena marah, hingga memancar keluar dari seluruh tubuhnya. Darimana datangnya amarahnya ini? Apakah karena aku berbincang dengan Yun Ruo Feng? Ia cepat-cepat menghempaskan teori ini.

Pei Qian Hao memegangi pinggangnya sewaktu ia menaikkannya ke atas kereta kudanya. Tak lama setelahnya, rombongan tersebut kembali maju.

Anehnya, terasa senyap sekali di dalam kereta kuda. Setelah Pei Qian Hao masuk, ia berhenti memerhatikan Su Xi-er dan hanya membiarkannya duduk di sana dalam diam.

Sudah pasti, Su Xi-er juga tidak berinisiatif untuk berbicara dengannya. Ia duduk bersandar di dinding kereta kuda dan mengamati jalanan melalui celah di antara tirainya.

Provinsi Bunga Teratai tidak banyak berubah dari sebelumnya. Di bawah kebijakan baru, Nan Zhao diperintah dengan kemurahatian. Tampaknya, Yun Ruo Feng tidak menghapuskan bagian ini dari pemerintahan. Bagaimana dengan bagian lainnya dari kebijakan baru itu?

Logikanya, pastinya ia menghapuskan beberapa hal dari kebijakan baru. Kalau tidak, Yun Ruo Feng tidak akan bisa menaklukkan orang-orang kaya dan berkuasa.

"Su Xi-er, apakah kau mengakui kejahatanmu?" Pei Qian Hao bertanya dingin. Semenjak ia naik ke atas kereta kuda, ia melamun memandang keluar jendela, sama sekali tidak menunjukkan kecenderungan untuk memohon pengampunan.

Apakah ia benar-benar lupa kalau ia sudah menamparku?

Su Xi-er menjawab hormat, "Hamba mengakui kalau aku telah melakukan kejahatan. Pangeran Hao, apakah wajah Anda masih sakit?"

Kalimat pertamanya sudah diduga, tetapi kalimat keduanya mengejutkan. Haruskah aku bilang kalau wajahku sakit, atau tidak? Kalau kubilang sakit, akan terdengar seolah aku selemah itu hingga satu tamparan saja bisa menyakitiku—tidak mungkin. Jika aku bilang tidak sakit, sama saja artinya aku mengakui harus melepaskannya dengan hukuman ringan karena ini hanya masalah kecil?

Tak peduli yang mana pun jawabanku, tetap Su Xi-er yang diuntungkan. Mulut yang cerdas sekali!

Ada kilatan tajam di mata Pei Qian Hao, "Apakah masalah, sakit atau tidaknya? Jangan bilang kalau kau ingin agar Pangeran ini juga menamparmu? Pangeran ini tidak punya hobi memukuli wanita."

Su Xi-er menjawab, "Anda tidak secara langsung memukul seorang wanita, tetapi Anda akan menghukum mereka."

Serangan balik pelan ini tepat sekali.

Pei Qian Hao melengkungkan sudut mulutnya, nada bicaranya meninggi. "Pangeran ini bisa membuat pengecualian untukmu. Aku belum pernah mencoba memukuli wanita secara pribadi. Kemari dan angkat kepalamu."

Ia memintaku maju dan mengangkat kepalaku tinggi-tinggi untuk ditamparnya? Apakah ia sungguh akan menamparku? Aku secara impulsif menamparnya, tetapi aku tidak menyesalinya. Setelah berkontempelasi sejenak, Su Xi-er diam-diam bergerak maju, kepalanya terangkat tinggi dan matanya terpejam. Jika ia ingin menamparku, maka biarkan saja.

Setelah menanti sekian lama, ia masih belum merasakan tamparannya.

Tiba-tiba saja, aroma seorang pria melayang ke dalam hidungnya. Su Xi-er cepat-cepat membuka matanya, menemukan wajah tampannya dalam jarak dekat.

Ia bersandar dan mencoba bergerak ke belakang dengan cepat, tetapi punggungnya menyentuh dinding kereta kuda yang dingin: tidak ada tempat untuk mundur.

"Kau memejamkan matamu, jadi mana mungkin Pangeran ini memukulmu? Jelas-jelas kau terlihat seperti ingin dicium."

"Apa yang harus hamba lakukan agar dapat membuat Pangeran Hao puas?" Apakah aku harus berlutut di tanah dan berpura-pura memohon untuk ditampar? Jelas sekali ia yang memintaku maju dan mengangkat kepalaku. Ia tidak bilang apakah aku boleh memejamkan mataku atau tidak.

"Semestinya kau sudah pernah melihat bagaimana seorang pelayan dicambuk." Pei Qian Hao mengingatkannya dengan nada datar.

Su Xi-er langsung paham. Seseorang yang dicambuk harus bersujud di atas tanah dengan kepala terangkat tinggi selagi menerima pukulan. Jadi inilah maksudnya.

Tetapi, bagaimana ia akan menamparku jika aku bersujud di tanah dengan kepalaku terangkat? Bukankah ia akan merasa itu canggung? Ataukah ....

Mendadak, ia terpikirkan kemungkinan lainnya.

"Saat kau menampar Pangeran ini, mengapa kau tidak memikirkan tentang bagaimana kau akan dihukum? Dirimu kemarin, mengingatkanku pada wanita yang kutemui di hutan sebelah Istana Samping." Matanya dalam dan tak terbaca, dengan sejejak keisengan.

Ia menyebut soal hutan sebelah Istana Samping lagi. Aku tidak akan mengakui itu adalah aku. Menamparnya itu satu hal, tetapi membuatnya pingsan, lain lagi.

Kali ini, Pei Qian Hao tidak menunggu jawaban Su Xi-er. Ia menggunakan tangannya untuk mengendalikan tubuh Su Xi-er, dan menggunakan tenaga di kakinya untuk menindihnya di lantai kereta kuda.

Pengawal yang sedang mengendarai kereta kudanya merasakan sentakan di dalam kereta dan ekspresinya berubah. Apa yang sedang dilakukan Pangeran Hao di dalam kereta kuda? Mengapa keretanya tiba-tiba saja bergetar?

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar