Pei
Qian Hao menatap Yun Ruo Feng, satu senyuman terlintas di matanya. "Apa
yang kau bicarakan, Pangeran Yun? Ini merupakan kehormatan bagi Pangeran ini
diundang ke kediamanmu untuk makan bersama."
"Pangeran
Hao, kau terlalu merendah. Justru ini adalah kehormatan Pangeran ini karena kau
bisa hadir." Yun Ruo Feng membalas dengan suara lembut.
Sementara
keduanya berbincang dengan sopan, mata Yun Ruo Feng secara tak sadar melirik ke
arah Su Xi-er.
Meskipun
Yun Ruo Feng berdiri berseberangan dengan Su Xi-er, ia sama sekali tidak
melihat ke arahnya sepanjang waktu ini. Akan tetapi, tidak jelas apakah tatapan
membaranya yang mendorong Su Xi-er bertemu pandang dengan tatapannya.
Selagi
Yun Ruo Feng memeriksanya dengan tatapan lembut, hanya Su Xi-er yang tahu
seberapa dalam kebenciannya untuk pria itu di balik ekspresi netralnya.
Kukunya
tertancap di dalam telapak tangan di bawah lengan bajunya, menyebabkan sakit
yang menusuk.
Su
Xi-er mencemooh dalam hatinya. Dibandingkan luka yang diberikan Yun Ruo
Feng padaku, mana bisa rasa sakit kecil ini diungkit?
Tatapan
Pei Qian Hao berubah agak dingin sewaktu ia menyadari interaksi di antara Su
Xi-er dan Yun Ruo Feng. Dari sudut pandangnya, keduanya tampak seolah mereka
diam-diam berkomunikasi tentang hubungan tersembunyi.
"Pangeran
Yun, berapa lama lagi kau berencana untuk menatap dayang Pangeran ini?"
suara membekukan Pei Qian Hao mendadak terdengar.
Su
Xi-er buru-buru mengembalikan akal sehatnya dan diam-diam memperingatkan diri
sendiri bahwa sekarang bukan saatnya menyerang Yun Ruo Feng, kecuali ia ingin
menarik perhatian yang tak diharapkan pada dirinya sendiri.
Yun
Ruo Feng tidak terpengaruh seraya tersenyum. "Pangeran ini hanya merasa
iri dengan Pangeran Hao. Bahkan seorang dayang biasa saja tampak begitu
cantik."
Pei
Qian Hao mengejek pada diri sendiri dalam hati, tetapi tidak ada perubahan
dalam penampilan luarnya.
Keduanya
tidak bicara lebih jauh sewaktu Yun Ruo Feng membimbing mereka masuk ke ruang
depan.
Karena
masih ada sedikit waktu sebelum perjamuannya, Yun Ruo Feng memerintahkan satu
pelayan untuk mempersiapkan teh bagi para tamunya.
Aroma
samar teh menguar masuk ke hidung mereka saat dua helai daun teh melayang di
atas permukaan airnya.
Pei
Qian Hao menghirupnya ringan sewaktu ia meletakkan cangkir teh tersebut dekat
dengan hidungnya dan memejamkan matanya, kelihatan seolah ia sangat
menikmatinya. Namun, ia tidak langsung meminumnya, sebaliknya malah bertanya,
"Apakah ini teh Tai Ping Hou Kui?"
(T/N
: teh terkenal di Tiongkok. Jika diterjemahkan
namanya jadi seperti 'Pemimpin Kera yang Damai'. Artikel terkait
tehnya: https://en.wikipedia.org/wiki/Taiping_houkui)
Pei
Qian Hao membuka matanya, tetapi perhatiannya tetap berada pada teh di
cangkirnya.
Yun
Ruo Feng agak kaget sebelum tersenyum. "Memang teh Tai Ping Hou Kui.
Langsung diproses setelah dipetik di kebun teh di atas pegunungan di awal musim
panas, jadi aromanya kaya dan tahan lama."
Su
Xi-er memerhatikan dingin di samping. Aku paling suka meminum teh Tai
Ping Hou Kui di kehidupanku sebelumnya. Namun, aku hampir tidak pernah melihat
Yun Ruo Feng meminumnya. Aku tidak menyangka ia akan mengadopsi kebiasaanku
setelah aku mati.
Meskipun
sudah memperingatkan diri sebelumnya, ia tidak bisa menghentikan tatapan
mengamatinya dari Yun Ruo Feng. Aku sungguh tidak bisa menebak pria kejam ini. Apa sebenarnya yang ia
lakukan?
Yun
Ruo Feng selalu bisa menangkap tatapan Su Xi-er. Kapan pun
ia memandanginya, ia selalu mengikutinya.
Mata
mereka bertemu lagi, meskipun kali ini, Su Xi-er cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
Tetapi,
walaupun kejadian ini begitu halus, Pei Qian Hao masih menyadarinya.
Ada
sedikit perubahan dalam ekspresi di matanya sebelum ia menoleh untuk
menginstruksikan Su Xi-er. "Pergi dan cuci perlengkapan makan yang akan
Pangeran ini gunakan di perjamuan makan malam ini."
Ia
menggumam dalam hatinya, ia bahkan mengharuskan peralatan makannya
dicuci secara khusus.
Pei
Qian Hao melanjutkan, "Perlengkapan makan yang akan digunakan Pangeran ini
harus dicuci olehmu."
Walaupun
aku agak enggan, tetap lebih baik untuk menuruti Pei Qian Hao sekarang.
Oleh
karenanya, Su Xi-er agak membungkuk dan menjawab dengan hormat,
"Baik."
Berseberangan
dengan mereka, ekspresi Yun Ruo Feng tetap lembut sewaktu ia tersenyum ke arah
Su Xi-er, matanya mengikutinya sewaktu ia pergi.
Su
Xi-er bisa merasakan tatapan yang tertuju pada dirinya, tetapi mempercepat
langkah kakinya demi melepaskan kecurigaan apa pun dari Pei
Qian Hao.
Akhirnya,
seorang gadis pelayan membawanya ke taman belakang. Saat Su Xi-er melihat ke tempat
yang sangat familier ini, ia menyadari kalau taman belakang tampaknya jadi
lebih besar. Ada berbagai macam jenis bunga yang ditanam di seluruh tempatnya.
Saat
aku memikirkannya, ini juga masuk akal. Mana mungkin ia membiarkan taman
belakangnya begitu terpencil dan sederhana ketika statusnya sudah melonjak
begitu tinggi, dari seorang jenderal menjadi seorang prince regent?
Gadis
pelayan melihat keterkejutan di matanya dan merasa agak bangga. "Siapa
namamu? Apakah kau merasa bahwa taman belakang
Pangeran Yun ataukah taman belakang Pangeran Hao yang lebih indah?"
Su
Xi-er tidak menyangka mendapat pertanyaan semacam itu darinya. Keduanya
adalah Prince Regent. Kediaman mereka didekorasi berdasarkan gaya unik kerajaan
mereka, sehingga dapat dikatakan kalau masing-masing punya kelebihannya. Namun,
aku tidak menduga kalau gadis pelayan kecil ini akan mencoba membandingkan
mereka.
Su
Xi-er menampilkan senyuman dalam raut wajahnya. "Namaku Su Xi-er.
Sementara untuk taman belakangnya, keduanya tampak indah, dan masing-masing
punya kelebihan mereka sendiri."
Tetapi,
si gadis pelayan ini sepertinya tidak merasa puas. "Tidak mungkin kalau
keduanya sama, kan? Pasti ada salah satu yang lebih baik daripada yang
lainnya."
Su
Xi-er tahu kalau ia berniat membandingkan. Yun Ruo Feng adalah puncak
dari orang-orang yang ada di kediaman ini, jadi mereka pasti berharap agar ia
lebih baik daripada Pei Qian Hao.
Melihat
pemandangan di hadapannya, ia menjawab acuh tak acuh, "Kita semua adalah
pelayan rendahan. Pemandangan dari kediaman pangeran bukanlah sesuatu yang bisa
kita komentari. Meskipun kita merasa kalau itu baik atau buruk, pendapat setiap
orang berbeda, berarti, tidak ada apa pun yang bisa
dibandingkan."
Ekspresi
gadis pelayan itu berubah saat ia mendengarkan jawaban Su Xi-er, mengeluarkan
senyuman malu. "Itu masuk akal juga."
Dapur
belakang Kediaman Pangeran Yun dipenuhi orang-orang yang sibuk mempersiapkan
perjamuan makan malam ini.
Gadis
pelayan itu melihat ke arah orang-orang di dapur dan menunjuk Su Xi-er.
"Ini adalah Nona Xi-er nya Pangeran Hao. Di bawah perintah Pangeran Hao,
ia kemari untuk mencucikan perlengkapan makan Pangeran Hao."
Semua
orang sudah pernah mendengarkan reputasi Pangeran Hao, hasilnya semua orang
bersatu padu menyapa sopan, "Salam pada Nona Xi-er."
Su
Xi-er hanya sedikit menganggukan kepalanya sebelum bergerak maju mengambil
perlengkapan makan Pangeran Hao, memastikan untuk mencuci mereka dengan
hati-hati.
Hanya
sebentar saja sebelum ia selesai. Melihat betapa sibuknya semua orang, ia pun
hanya bisa bertanya, "Apakah ada hal lainnya yang kalian ingin agar
kubantu?"
Mana
mungkin mereka berani meminta bantuan Su Xi-er? Ini adalah dayang yang
melayani di sisi Pangeran Hao. Karena Pangeran Hao membawanya sepanjang
perjalanan ke Nan Zhao, ia pastilah kesukaannya.
Oleh
sebab itu, banyak orang menggelengkan kepala mereka dan melambaikan tangan
mereka. "Tidak perlu, tidak perlu."
Berhadapan
dengan respon seperti ini, Su Xi-er juga memutuskan untuk tidak berada di dapur
lebih lama lagi. Namun, tepat saat ia baru saja akan pergi, seorang gadis
pelayan kecil berlari dengan tergesa mendekatinya dan menatapnya gelisah.
Gadis
pelayan ini berperingkat rendah, yang membelah kayu bakar di Kediaman Pangeran
Yun.
Si
gadis pelayan pembelah kayu bakar ini menarik tangan Su Xi-er dan meminta
dengan cemas, "Bagaimana kalau kau datang dan menolongku memindahkan kayu
bakarnya? Aku tidak bisa menanganinya sendirian."
Sebelum
Su Xi-er bisa menganggukkan kepalanya, gadis pelayan itu sudah menariknya
keluar dengan genggaman erat di pergelangan tangannya.
Segera
saja, keduanya keluar dari dapur.
Di
dalam dapur, orang-orang yang baru saja tersadar pun menghentikan apa yang
tengah mereka kerjakan dan bertanya, "Apakah Xiao Cui baru saja menarik
Nona Xi-er keluar?"
Realisasi
membuat mereka tersadar, tetapi mereka tidak berkomentar lebih jauh dan
meneruskan pekerjaan mereka.
***
Si
gadis pelayan pembelah kayu bakar, Xiao Cui, membawa Su Xi-er ke tempat penuh
dengan tumpukan kayu bakar. Dengan buru-buru ia mengambil beberapa kayu bakar
dan meletakkannya di atas tunggul kayu bundar yang digunakan untuk menahannya
tetap di tempatnya, mengisyaratkan agar Su Xi-er menirunya.
"Bawakan
kayu bakar itu kemari." Ia menunjuk ke area di sebelah tunggul kayu bundar
tersebut.
Su
Xi-er mengangguk. Membelah kayu bakar adalah pekerjaan berat, dan aku
tidak punya kerjaan sekarang ini. Aku mungkin bisa membantunya.
Selagi
Xiao Cui bekerja, ia bertanya, "Kau baru di sini, kan? Aku rasa aku belum
pernah melihatmu sebelumnya."
Su
Xi-er tidak menjawab, tanpa sadar mengabaikan kata-kata Xiao Cui sewaktu
benaknya dipenuhi dengan urusan lain.
Xiao
Cui juga sepertinya tidak keberatan Su Xi-er mengabaikannya. Lagipula,
pelayan baru semuanya pemalu. Mereka bahkan tidak berani bicara satu kata lebih
banyak. Sama sepertiku saat aku baru datang juga.
Akan
tetapi, setelah tinggal di Kediaman Pangeran Yun sekian lama dan merasa bahwa
Pangeran Yun adalah orang yang baik, Xiao Cui jadi lebih banyak bicara. Ia
tersenyum cerah pada Su Xi-er. "Mereka semua bilang kalau Pangeran Hao
handal baik dalam seni literatur dan ilmu bela dirinya, dan bahwa ia memiliki
penampilan yang luar biasa. Namun, ia punya banyak sekali selir di kediamannya.
Sebaliknya, aku sebenarnya merasa kalau pangeran kami jauh lebih baik ketimbang
Pangeran Hao."
(T/N
: oh ya, kau belum tahu saja wahai anak muda :/)
0 comments:
Posting Komentar