The Man's Perfect Wife - Chapter 1 Part 2
PERINGATAN : NSFW KONTEN SEKSUAL EKSPLISIT
"Hnnng."
Erangan pertama seorang wanita selalu sebuah pertanda yang bagus.
Meskipun jika ia mencoba menahannya, itu tidak bisa ditahan, sehingga Yuan pun menghela napas.
Selagi ia merintih, kepala istrinya pun jatuh ke belakang. Yukatanya pun tersebar secara acak di atas seprai.
Kelopak bunga wisteria tersangkut di belakang lehernya. Joon Hun berbaring dan mengigiti kelopak bunga itu. Baik kelopak bunga dan kulitnya sama-sama terasa remuk di antara giginya. Rasa yang manis menyebar di mulutnya seperti zat perangsang.
"Haa ..."
Tangan Yuan menggenggam yukatanya yang terabaikan. Joon Hun sudah menggoda putingnya, dan putingnya pun berkilauan selagi mereka mencuat. Dengan gejolak hasrat lainnya, sekali lagi, Joon Hun menangkup payudaranya.
Tubuh istrinya sangat indah. Semulus sebuah lukisan. Payudaranya yang terasa kenyal sempurna, tangan dan kakinya yang panjang dan jenjang. Lebih dari itu, bagian yang paling menawan adalah keharumannya dan kulitnya yang pucat dan lembut yang tampak seolah meleleh di bawah tangan ini.
"Kau cantik."
Yuan sepertinya tidak tersentuh dengan kata-kata Joon Hun. Tak ada alasan baginya untuk merespon dengan 'Kau juga' hanya demi bersikap sopan. Tetapi, tak satu pun dari itu yang penting. Wajah Yuan yang angkuh dan mata dinginnya itu. Semuanya. Joon Hun menyukai semuanya. Dan mulai hari ini, semuanya akan menjadi miliknya.
"Ahh."
Bahkan rintihannya pun terdengar cantik. Suara-suara desahan yang dicoba ditahan Yuan pun keluar tanpa disadari, dan mereka menyebabkan Joon Hun merinding. Ereksinya terasa menyakitkan, tetapi karena Yuan menyuruhnya untuk melakukannya dengan baik, ia tidak akan secara sembarangan melakukannya.
Setelah bibirnya mengemut tengkuk Yuan dan kelopak bunga itu, bibirnya pun perlahan-lahan bergerak menuruni tubuhnya. Bibirnya melewati ceruk tulang selangkanya dan kembali ke payudaranya, menghisap mereka. Bibirnya kemudian berpindah ke pinggang dan pinggul Yuan yang mulus, melintasi garis halus dari bagian belakangnya, sebelum mengigit kecil di antara pahanya yang empuk.
"Uhuu ..."
Yuan tersentak dan merapatkan kakinya dan bahkan itu saja membuat Joon Hun kegirangan. Untuk memujinya akan erangannya yang menggemaskan, pria itu meraih kakinya dan kembali melebarkannya.
Yuan sudah basah. Kelopak pucatnya tertutup. Cairan jernih menetes dari celahnya, mengenai seprai. Bagaimana rasanya berada di dalamnya? Joon Hun membuka jalan masuknya dengan jarinya.
Klitoris Yuan mencuat, dan bibir bagian dalamnya terasa lebih basah lagi. Warnanya merah muda lembut yang menyenangkan.
Joon Hun menurunkan bibirnya. Ia merasakan tubuh Yuan mengerut ke belakang sambil terkesiap. Keharuman manis yang menggoda pun menyala dan memanggil-manggil dirinya. Joon Hun menyapukan lidahnya dari bawah ke atas sementara ia menjilatinya. Ketika ia melepaskan desahan mengerangnya, Yuan merapatkan pahanya di sekitar kepala Joon Hun.
"Jangan ..."
"Shh ..."
Kenikmatan terbaik selalu dimulai dari tempat ini. Ia pun menjilati Yuan lagi. Ia menjilati pintu masuknya, ujungnya, dan lipatan bagian dalamnya. Ia menjilatinya dalam-dalam, kukuh, dan perlahan-lahan.
"Ahh."
Yuan menjambak rambut Joon Hun sementara ia mengerang.
"Cukup. Tolong, itu cukup."
Tetapi, berhenti di sini akan salah.
Joon Hun menarik pergelangan tangan Yuan sementara ia menarik rambut pria itu. Kemudian, pria itu lanjut menjilatinya dengan dalam sebelum mengisapnya dan mengigit-gigit kecilnya. Tiba-tiba saja, pintu masuk Yuan bergetar dan Joon Hun merasakan kenikmatan Yuan yang menyembur keluar. Saat aroma memabukkan memenuhi udara, kelopaknya yang membengkak pun bergetar.
Joon Hun tidak pernah terpikirkan untuk menjilati kemaluan seorang wanita sebelumnya. Tetapi, ia merasa kalau ia harus mencicipi bunga semanis ini. Dengan mendalam, sepenuhnya, secara sempurna, dan tanpa ampun ...
Pekikan memenuhi kamar tersebut. Istrinya sudah jadi kaku dan mencoba untuk meloloskan diri.
"Jangan ..."
Yuan tampak menyedihkan selagi ia mencoba melawan Joon Hun.
Tanpa ampun, Joon Hun melahap kemaluannya. Cairan cintanya membasahi bibir Joon Hun. Sebelum Yuan bisa apa-apa, kemaluannya mulai berkedut lagi. Ini adalah pertama kalinya ia mengalami sesuatu yang begitu menakjubkan. Joon Hun lanjut menjilatinya selama orgasmenya.
Akhirnya, ia mendongakkan kepalanya dan melihat ke bawah pada Yuan. Ekspresi dingin wanita itu sudah lama runtuh. Ia tampak terkejut dan malu, wajahnya merona penuh kenikmatan. Matanya terpejam rapat, menahan air matanya, dan ia sedang mengigiti bibirnya.
Ini dia.
Anehnya merasa puas, bibir Joon Hun pun melengkung membentuk seulas senyuman. Ia tidak bisa memaafkan bibir pemberani itu, yang menanyakan padanya, apakah hari pertama bulan madu berarti sesuatu. Dengan bibirnya yang masih terlumuri dengan cairan Yuan, ia menundukkan kepalanya dan membajak mulut Yuan.
"Nnng."
Ia meronta seolah ia sedang berusaha untuk menghadang Joon Hun, tetapi ia tidak bisa menang melawan tenaganya. Joon Hun merendahkan tubuhnya, masuk ke dalam pelukan Yuan. Ia sangat cocok dengan lekuk tubuh Yuan. Joon Hun merasa seolah ia akan jadi gila, berada di dalam kelembutannya yang mencekik.
Brengsek. Joon Hun berpikir pada dirinya sendiri.
Apa-apaan ini?
Ia memasukkan jarinya ke dalam tubuh Yuan yang gemetaran. Yuan pun kembali menciut mundur.
Kenapa?
"Sakit."
Sakit?
Kaget, Joon Hun mengangkat kepalanya. Ia mencari wajah Yuan di antara rambutnya yang kusut dan melihat rasa malunya. Sakit? Istrinya berusia dua puluh enam tahun. Apakah dia ...
"Apa kau perawan?"
Mata Yuan tampak mengeras sebagai responnya.
"Aku tidak bilang kalau itu buruk. Kau harus memberitahukannya padaku. Saat pertamamu akan sedikit sulit bagimu."
Biarpun Joon Hun bicara seperti ini, ia tidak bisa menghentikan semburan suka cita di dalam hatinya. Yuan tidak pernah memiliki orang lain. Bagi wanita ini, ia adalah pria pertamanya.
Itu menggelikan. Itu adalah suatu perasaan primitif, tetapi Joon Hun tidak tahan. Itu seperti mengambil langkah pertama di sepetak salju yang jernih.
"Aku hanya tidak punya kesempatan."
"Iya, sayang sekali."
Tidak seperti kata-katanya, Joon Hun senang karena Yuan tidak punya kesempatan lainnya. Ia pun terkekeh pelan.
Selagi ia berlutut, ranjangnya berderit. Bersandar di bantal putih di ranjang king-sized, istrinya telanjang bulat. Meskipun ia dalam keadaan setidak berdaya itu, matanya tampak menantang.
Matanya yang menatap Joon Hun dengan cemas pun tertunduk. Setelah melihat ereksi Joon Hun baik-baik, mata Yuan bertemu dengan matanya lagi.
"Itu hanya akan sulit di saat pertama saja. Akan membaik."
Jarinya kembali masuk ke dalam pintu masuknya. Tetapi, kali ini ia memasukkan dua jari.
"Haa."
Bibir Yuan bergetar menyedihkan. Namun, itu harus dilakukan. Penisnya lebih besar daripada pria rata-rata, bahkan, wanita berpengalaman saja, kesulitan menerimanya. Biarpun ia mengendurkan Yuan, wanita itu masih akan kesulitan saat ia memasukinya, jadi, Joon Hun harus sedikit lebih agresif dalam mempersiapkannya.
Joon Hun meletakkan satu tangan di sebelah kepala Yuan sementara ia melihat ke bawah padanya. Ia ingin melihat wajah Yuan yang terpilin penuh kenikmatan. Ia ingin melihat wajah Yuan saat ia memasukinya untuk pertama kalinya.
Dua jari dimasukkan ke dalam lubangnya. Ekspresi berkerutnya sewaktu ia melepaskan rintihan lembut, itu indah. Keningnya yang sedikit mengerut, rambutnya yang basah akan keringat, bibirnya, alisnya, mereka semua tampak cantik.
Ini gawat ...
Joon Hun berpikir pada dirinya sendiri.
Mengapa wanita ini begitu cantik?
Bukannya ia hanya cantik saja. Ia tidak seperti aktris ataupun model. Meski ketika ia mengerutkan dahinya atau mengigit bibirnya, aura yang diberikannya berbeda. Bahkan saat ia membuat ekspresi ini, ia tampak berkelas dan bermartabat. Itu benar-benar luar biasa.
Joon Hun mengerahkan lebih banyak tenaga di tangannya. Jari lembut tetapi tanpa ampunnya memasuki Yuan dan akhirnya menemukan kelemahannya.
"Haa, ugh."
Mata istrinya terbelalak kaget. Mata indah, berwarna coklat pucatnya. Joon Hun merendahkan kepalanya dan menatap dalam ke matanya. Bibir tipisnya yang bergetar tampak menyedihkan. Joon Hun menjilati bibir Yuan sementara dengan kasarnya, ia menekan zona sensitif seksual Yuan yang baru ditemukan.
"Aaaagh."
Tubuh Yuan melonjak. Joon Hun terus menggesek-gesekkan jarinya di dalam Yuan. Sementara ia menyaksikan tubuh istrinya mengerut ke atas dan jatuh lagi ke bawah, Joon Hun mengulum payudara Yuan yang bergetar. Lebih banyak desahan yang memenuhi kamar tersebut.
Aahh, rasanya seakan-akan seluruh tubuh Yuan memancarkan keharuman. Keharuman samar dari bunga-bunga. Aroma menawan yang membuat Joon Hun kehilangan segala rasionalitasnya. Sekali lagi, badainya datang dan berlalu. Orgasme pertama Yuan pun mengikuti di detik berikutnya.
"Aahh."
Tiba-tiba saja, cairan cinta Yuan membasahi jari-jarinya. Kali ini, Joon Hun memasukkan tiga jari dan mulai memompa mereka secara ritmis. Yuan menggeliatkan pinggulnya, sementara ia dibanjiri rasa haus yang tidak dipahaminya.
"Apa kau suka itu?"
Mendengar pertanyaannya, istrinya mengigit bibirnya.
"Jawab aku, Yuan. Kau tidak berpikir kalau seks adalah sesuatu yang kau lakukan seorang diri, bukan?"
Yuan hanya merintih saja sebagai tanggapannya. Wajahnya, selagi ia dengan keras kepalanya menolak untuk menjawab, terlihat manis sekali. Sementara pintu masuk bagian bawahnya menjepit jari-jarinya dengan begitu ketatnya ...
Namun, yang jadi masalah bukan istrinya. Joon Hun merasa seakan-akan ia akan meledak kalau ia tidak memasuki Yuan sekarang juga. Ia nyaris tidak berhasil menemukan kondom yang disediakan pihak hotelnya. Selagi ia menggulungnya, tangannya terus saja tergelincir, seolah-olah ini juga adalah saat pertamanya.
Haa, kendalikan dirimu, Seo Joon Hun.
Berkat pasangan yang memerah itu, suhu di dalam kamar tidur itu terasa panas. Joon Hun membuka kaki Yuan. Terbuka lebar, kelopaknya yang bengkak bergetar.
Perlahan-lahan, ia mulai memasukkan kejantanannya. Itu menguji tekad dan kesabarannya, tetapi ia berhasil masuk sedikit demi sedikit. Pelan-pelan, sedikit lagi, sedikit lebih dalam. Hanya sedikit lagi.
"Aaahh."
Akhirnya Joon Hun merasakan kehangatan yang basah. Tubuh istrinya gemetaran di bawah sinar rembulan. Mereka berdua basah oleh keringat.
Joon Hun meraih seprai di bawah mereka, membuat seprainya berkerut. Wajah istrinya berpaling darinya, jadi ia terus menatap sisi sampingnya. Di lehernya yang jenjang, ada titik merah dimana ia mengigit kelopak bunga tadi. Ia menarik diri, tetapi hanya untuk masuk lagi ke dalamnya.
Thrust!
Kini, Joon Hun sepenuhnya berdiam di dalam Yuan.
"Aagh!"
Istrinya memekik sementara tubuhnya melengkung. Gemetaran, ada getaran yang mengguyur punggung Joon Hun. Tidak bisa dipercaya. Tidak bisa dijelaskan. Tubuh istrinya luar biasa.
Begitu luar biasa.
Bagaimana mungkin? Apakah aku sudah kehilangan akalku karena aku terlalu kecapekan? Darimana datangnya kenikmatan ini? Kami baru bertemu dua kali sebelumnya, dan pada dasarnya adalah orang asing. Apa artinya ini?
Ini tidak mungkin nyata.
Ia menarik diri. Penisnya berkilauan terselimuti cairan Yuan, begitu pula dengan segaris darah samar sewaktu penisnya meninggalkan pintu masuk Yuan. Rambut kemaluan mereka terurai secara kasar sewaktu ia menarik diri. Istrinya mengigiti bibirnya untuk menahan rasa sakit. Ini akan jadi sulit bagi Yuan. Namun, Joon Hun juga dalam keadaan kaget.
"Lingkarkan tanganmu di leherku. Dengan begitu, kau akan merasa lebih baik."
Mendengarkan suara rendahnya, istrinya nyaris tidak kuat mengangkat tangannya, dan memeluk lehernya. Joon Hun meremas bokong Yuan dengan tangannya.
Joon Hun sudah tidak melihat apa-apa lagi. Ia sudah lama tidak memikirkan apapun. Ia hanya melihat wanita yang ada di depannya. Joon Hun tidak bisa berpikir jernih.
Brengsek, aku pikir, aku akan jadi gila.
Joon Hun menggertakkan giginya dan memeluk Yuan lebih dekat padanya.
Thrust.
Tubuh mereka bersatu. Rasa merinding luar biasa, sekali lagi menuruni punggungnya. Joon Hun menatap ke bawah, ke tubuh gemetaran wanita itu. Pinggulnya yang berombak dan pusarnya yang cantik. Joon Hun tidak bisa mempercayai bahwa, kenikmatan yang menyesakkan dan menyengat ini adalah nyata.
Dengan kuat ia memutar pinggul Yuan. Ia menarik keluar sepenuhnya, sebelum memasukkannya dengan cepat lagi. Tubuh terhuyung Yuan bergetar penuh kenikmatan. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, sensasi yang ketat, menjelajah turun di tubuhnya, membuatnya jadi kaku.
"Ha!"
Itu begitu sulit dipercaya sampai-sampai Joon Hun tidak tahan untuk tertawa. Ia memutar pinggulnya sewaktu ia mulai menumbuk ke dalam Yuan. Bagian dalamnya yang lengket, menyebabkan rasa nikmat mengguncang tubuh Joon Hun. Tak sanggup mengendalikan gairahnya untuk menusuk sekali lagi, ia kembali menguburkannya ke rahim Yuan. Skrotum Joon Hun mengenai paha Yuan selagi ia jatuh dalam ritmenya.
Ya Tuhan.
Joon Hun menangkup payudara Yuan. Lupa menahan dirinya, pinggul Joon Hun pun memompa lebih cepat.
Thrust, thrust, thrust, thrust.
Suara dari tubuh mereka yang saling menampar jadi kian cepat. Joon Hun terus menggenjotnya seperti orang gila, sampai kenikmatan putih yang membutakan, meledak di dalam dirinya seperti kembang api.
"Aah! Haa, ugh!"
Yuan tidak sanggup mengalahkan tenaga Joon Hun, dan gemetaran. Wajahnya memerah selagi ia terengah-engah. Sekali lagi, ia mencoba melarikan diri dari Joon Hun, tetapi ia tidak bisa meninggalkan pelukan Joon Hun yang intens.
Sekali lagi, tubuh Yuan melengkung. Joon Hun meraih pantatnya dan dengan ganasnya menyodok masuk ke dalam. Tubuh Yuan menyelimuti Joon Hun di dalam dirinya, selagi ia menjerit. Joon Hun tidak bisa melihat dengan jernih. Ia tidak bisa mendengar apa-apa. Ia hanya bisa menggeram dengan kuat, layaknya seekor binatang, sementara ia lanjut memompa ke dalam Yuan.
(T/N : *berkeringat dingin* Ini pertama kali saya nerjemahin seeksplisit ini. Mohon maklumi kalo kata2nya terasa aneh atau kaku. ðŸ¤)
0 comments:
Posting Komentar