The Man's Perfect Wife - Chapter 3 Part 1
"Kita telah memutuskan menahannya untuk sekarang."
Tiga hari kemudian, Presiden Min menelepon putrinya.
Tangan Yuan gemetaran sewaktu ia memegangi telepon itu di telinganya. "Apa?"
Hujan musim semi yang luar biasa lebat telah berhenti, dan ia dapat melihat pohon birch berdiri di luar jendelanya. Tampak seperti dilukis di atas kanvas menggunakan sebuah kuas. Hari-hari yang hangat telah berlalu, dan musim semi tampak indah hari ini. Anginnya sudah terasa berbeda.
"Hyun Jin membuat sebuah kesepakatan."
Kesepakatan? Apa maksudnya ini? Ketika itu soal uang, ayah mertuanya hanya tahu bagaimana caranya menggenggamnya erat di dadanya. R&K telah memberikan pukulan tak termaafkan kepada Hyun Jin, jadi mengapa mereka menawarkan sebuah kesepakatan? Itu tidak masuk akal.
"Sebuah kesepakatan?"
"Mereka pasti merasa bertanggung jawab atas semua ini."
Merasa bertanggung jawab? Omong kosong.
"Apa ..."
Presiden Min menyela Yuan enteng. "Bukankah belum lama ini ulang tahun pernikahan kalian?"
Yuan mengigiti bibirnya. Setelah suaminya mengucapkan kata-kata yang meresahkan itu, ia merasa gelisah. Ia menatap ke bawah ke lukisan yang tengah dikerjakannya.
Di dalam hutan yang gelap, seorang gadis yang tersesat menatap ke atas langit. Ia telah mengerjakan lukisan ini selama tiga hari. Cabang-cabangnya kusut seperti sarang laba-laba. Yuan merasa, monster yang tersembunyi sedang mencekiknya.
"... Iya."
Meskipun cabang itu ada di atas kertas, ia merasa seolah mereka sedang meraih dan mencekiknya. Krek. Akankah lehernya menghasilkan suara itu ketika akhirnya patah?
"Hadiah yang kukirimkan untuk Menantu Lelaki Seo akan segera sampai di sana. Berikan itu padanya dengan benar dan pastikan ia tidak kecewa."
Yuan mengepalkan tangannya yang sedang memegangi ponselnya. Ia tidak percaya bahwa rencananya tidak bekerja.
"Aku mengerti."
"Satu lagi."
Meskipun Yuan ingin mematikan teleponnya, tampaknya ia masih belum bisa.
"Bukankah sudah waktunya kami mendapatkan seorang cucu darimu?"
Apa?
Yuan begitu syok hingga ia menurunkan ponselnya dan memandanginya.
"Itu ..."
"Aku percayakan padamu untuk menyelesaikannya."
Aku percayakan padamu.
Hanya dengan kata-kata ini, teleponnya berakhir. Ia menatap kosong ke bawah, ke ponselnya dan menekankan bibirnya bersamaan. Seorang anak darinya dan Seo Joon Hun? Omong kosong apa ini? Sampai sekarang, Seo Joon Hun tidak pernah lupa untuk memasang kondom.
Yuan juga mengambil tindakan. Setiap tiga bulan, ia melakukan suntikan kontrasepsi. Ia masih punya dua bulan tersisa sebelum dosisnya habis. Ia tidak akan bisa punya anak selama masa itu.
Jadi, Hyun Jin membuat sebuah kesepakatan. Apa artinya itu? Ia menekan pagernya dan bangkit dari tempat duduknya. Ia tidak bisa membiarkannya seperti ini.
"Kau memanggilku?" Dengan tampang aneh di wajahnya, Sekretaris Yoon menerima panggilan tersebut dan bergegas kemari.
Yuan berjalan masuk ke lemari pakaiannya dan mengeluarkan sebuah mantel tipis sebelum mengenakannya. "Aku harus keluar."
"Kau akan pergi kemana?"
Ke department store. Apa yang harus dibelinya di sana?
"Ulang tahun pernikahan ..." Tanpa berpikir, kata-kata itu keluar dari mulutnya. "Aku masih belum mempersiapkan sebuah hadiah ulang tahun pernikahan untuk Joon Hun-ssi."
"Ah, oke. Aku akan panggilkan mobilnya." Mendengar kata-kata Yuan, Sekretaris Yoon menundukkan kepalanya.
Yuan nyaris tidak berhasil menenangkan pikirannya dan mengencangkan sabuk di mantelnya. Setelah mobilnya sampai, Yuan masuk dan memejamkan matanya.
Di luar sana, itu adalah hari yang indah di bulan April, tetapi Yuan menderita sakit kepala yang mengerikan. Ia merasa seolah mataharinya sedang mendidihkan darah di balik matanya.
"Jangan menangis, Min Yuan." Suara yang dingin berbunyi di dalam benaknya. "Jika kau menangis, aku akan mencungkil matamu."
Bayangan mengerikan itu melintas di benaknya.
"Tidak!"
"Apa?"
Yuan segera mendapatkan kembali kesadarannya. Ia menyadari kalau ia sedang duduk di kursi belakang mobil. Melalui kaca spion, Sekretaris Yoon menatap warna wajah Yuan bertanya-tanya.
"Bu-bukan apa-apa."
Yuan hampir tidak bisa merespon dengan tenang. Namun, jantungnya berdetak dengan cepat di dalam dadanya. Ketakutan dan teror. Emosi-emosi ini bergemuruh di dalam dirinya. Yuan menggertakkan giginya dan menatap ke luar jendela.
Mobilnya menuju ke Cheongdam-dong. Sama seperti tahun lalu, mereka tidak meminta pendapatnya mau kemana untuk pergi membelikan hadiah ulang tahun pernikahan Joon Hun.
"Apa kau merasa tidak sehat?" Sekretaris Yoon bertanya lembut.
Yuan balik menatapnya dari kaca spion dan berhasil menjawab sambil tertawa kecil. "Bukan apa-apa. Aku baik-baik saja."
Suara seseorang bisa begitu jagonya dalam berbohong. Sekretaris Yoon memperhatikannya seolah ia sedang mencemaskan dirinya. Yuan menjawab dengan tenang sementara ia mengatur pernapasannya. Mereka semua adalah pembohong yang handal.
Yuan memalingkan kepalanya dan menatap ke luar jendela. Mereka berada di jembatan, melewati Sungai Han. Mobilnya mengeluarkan suara yang keras ketika menyeberangi jembatannya. Ia merasa seolah ia adalah gadis muda yang menatap ke atas langit selagi ia memandangi melalui balok-balok jembatan tersebut. Berlari sekencang yang ia mampu, bertelanjang kaki, di sepanjang jembatan ... Yuan dengan cepat memiringkan kepalanya lagi dan memejamkan matanya.
Ia menjalin jari-jemarinya di atas pangkuannya. Sudah berapa tahun yang dibutuhkan untuk sampai di titik ini?
Tercekik dalam penderitaan dan amarah, mencari sebuah jalan keluar yang tidak ada di sana ... Berapa lama ia sudah menahannya?
Itu cukup.
Yuan tertawa pahit. Emosi tidak akan membantu dalam situasi apapun. Kecemasan, kesedihan, ketakutan, bahkan penderitaan. Mereka sama sekali tidak membantu. Mereka hanya menghambatnya. Ia tidak memerlukan sesuatu seperti itu.
"Nyonya Muda?"
Yuan mengangkat kepalanya ketika ia mendengar suara Sekretaris Yoon. Segala jejak kecemasan sudah meninggalkan wajah Yuan.
Yuan keluar dari mobil dengan entengnya dan memasuki pintu masuk mewah department store tersebut. Para pengawal sudah keluar dari mobil di belakangnya. Yuan tidak melihat mereka sama sekali, tetapi mereka sudah melihat-lihat ke sekitarnya secara alami.
Seolah mereka sudah diberitahukan tentang kedatangannya, pintu toko jam tangan bermerek terbaik terbuka. Merupakan suatu kebiasaan bagi toko ini agar hanya mengizinkan satu pelanggan VVIP dalam satu waktu. Segera setelah Yuan masuk, daun pintu masuk tokonya diturunkan, dan manajer tokonya maju dan dengan sopan memperkenalkan dirinya.
Yuan menatap wanita itu tanpa kata. Wanita itu sudah mengetahui apa yang ingin dibelinya dan apa yang dicarinya.
"Hanya ada dua jam tangan baru yang dapat kami tunjukkan untuk Anda tahun ini. Yang satunya diambil oleh Direktur Seo ketika ia datang kemari terakhir kali karena ia merasa itu sesuai dengan seleranya." Di belakangnya, dua orang sedang memegangi jam-jam tangan itu seolah mereka adalah perhiasan yang berharga. Seperti seharusnya. Satu jam tangan di sini akan berharga 100 juta won. Mereka bahkan mempunyai jam tangan yang harganya sampai 600 juta won.
Yuan memilih jam tangan yang terlihat paling kasual di antara keduanya.
Tiba-tiba saja, Sekretaris Yoon berbicara. "Direktur Seo sudah mempunyai jam tangan yang mirip dengan ini, Nyonya Muda."
Perasaan yang berduri melesat di dada Yuan. Rasanya seperti amarah yang hebat. Yuan sendiri saja kaget. Ia tidak dapat menghadang ketidaksenangan beracun yang melanda dirinya. Menurutmu, apa yang sedang kau lakukan, Yoon Hee Soo? Apa kau sedang memamerkan kalau kau mengenali suamiku lebih baik daripada aku?
Yoon Hee Soo sering melakukan hal-hal seperti ini. Dengan sebuah cara yang tidak akan tertangkap oleh mata orang lain. Dengan cerdasnya, ia akan menyelipkan fakta bahwa ia mengenali Seo Joon Hun lebih baik daripada Yuan.
Rasanya seperti sampah.
Namun, dalam situasi ini, Yuan tidak bisa meneruskan dengan pilihannya. Tetapi, ia tidak ingin membiarkan Sekretaris Yoon memilihkan jam tangannya juga.
"Begitukah? Sejujurnya, aku juga tidak benar-benar menyukai pilihan-pilihan ini. Bisakah kau menunjukkan padaku jam tangan yang lainnya?" Yuan berujar dingin.
Ia merasakan mata Sekretaris Yoon di punggungnya. Meskipun Yuan tidak mengatakannya secara eksplisit, pesannya sudah diterima dengan keras dan jelas.
Jangan ikut campur.
Segala sesuatu yang ada hubungannya dengan Seo Joon Hun, pertama-tama, melalui Sekretaris Yoon. Wanita itu mengetahui kesukaan Seo Joon Hun dan minatnya baru-baru ini. Ia yang paling berpengalaman saat itu tentang pria itu. Tipe hadiah yang disukai Joon Hun, gaya pakaian yang disukainya, bahkan detail halus dalam hubungan pria itu dengan orang lainnya. Saat itu tentang hal-hal ini, Yuan harus meminta saran Sekretaris Yoon.
Kenapa ia merasa begitu kesal?
Yuan memperhatikan kosong selagi pegawainya pergi untuk mengembalikan jam-jam itu kembali ke tempat mereka. Mereka kembali dengan satu jam tangan.
"Ini adalah sesuatu yang kami ..."
"Aku ambil." Yuan menyela manajer itu dan bangkit dari tempat duduknya.
Tidak masalah apa yang dipilihnya. Hadiah ulang tahun pernikahan itu bisa saja ke neraka, ia tidak peduli.
Yuan menginginkan sesuatu yang lain.
"Aku harus ke kamar kecil sebentar."
"Kita akan pergi ke lounge VIP di lantai tiga." Mendengar kata-kata Yuan, Sekretaris Yoon pun memperingatkan para pengawal.
Semua kericuhan ini hanya untuk satu orang. Itu tidak praktis dan agak menggelikan, tetapi Yuan tidak mengungkapkan pemikiran ini. Orang-orang ini hanya sedang melakukan pekerjaan mereka.
Yuan mengikuti mereka ke dalam lift. Sementara ia berada di dalam lift, tidak ada orang lain yang boleh naik. Semua orang memandangi mereka dengan lirikan penasaran, tetapi Yuan tidak terpengaruh oleh itu karena ia sudah terbiasa.
Bagi orang lain, itu tampak seperti seorang nyonya muda dari rumah tangga chaebol yang sedang memamerkan pengaruhnya. Sebelum seseorang bisa memotret dengan ponsel mereka, para pengawal dengan cerdasnya menyembunyikan Yuan di belakang mereka.
Apa mereka tahu?
Yuan bertanya-tanya.
Bahwa ia juga tidak menyukai ini ... Biarpun ia berjalan kesana-kemari seolah ia pemilik tempat ini, ia bahkan tidak bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Walaupun terlihat seolah ia sedang dilindungi oleh banyak orang, sebenarnya, ia sedang diawasi oleh mereka. Meskipun tampaknya seolah uang akan membawakan kebebasan, sebenarnya itu adalah sebuah pengekang.
Mereka tidak mengetahuinya.
Yuan cemburu pada mereka. Ia jauh menginginkan lebih dari apapun, agar menjalani kehidupan yang biasa seperti mereka. Ia ingin menjadi seorang putri yang disayangi dari sebuah keluarga. Ia ingin tertawa, menangis, mengungkapkan kemarahannya, dan mencintai sesuai keinginannya. Ia ingin mengetahui, seperti apa rasanya hidup dalam kedamaian.
"Sebelah sini."
Lounge berkarpet itu luas. Tidak tampak berbeda dari ruang keluarga sebuah apartemen. Fakta bahwa itu merupakan sebuah kamar kecil nyaris sulit untuk dipercaya.
Di satu sisi, ada sebuah sofa dan kursi berlengan. Di sisi lainnya ada sebaris cermin rias. Jauh lebih ke dalam adalah kamar mandinya. Karena ruang ini hanya dipergunakan oleh wanita-wanita elit, semuanya mewah dan bersih. Yang paling penting, tidak ada siapapun di sini.
Bahkan, Sekretaris Yoon tidak bisa masuk. Saat Yuan di dalam, cepat-cepat ia meletakkan tasnya di atas meja dan menggantungkan jaketnya di atas kursi.
0 comments:
Posting Komentar