Jumat, 17 Juli 2020

TMPW - Chapter 8

The Man's Perfect Wife - Chapter 8



Telinga Yuan berdengung.

Benaknya kosong.

Akan lebih baik apabila Joon Hun mengamuk ... Kalau Joon Hun memberitahunya kalau ia tidak akan pernah bisa lolos dari ini. Akan lebih baik jika Joon Hun hanya mengancam untuk membunuh Lee Tae Kyung.

"Karena aku tidak mau terpisah darimu."

Itu tidak masuk akal. Yuan tidak pernah memimpikan bahwa Joon Hun akan mengucapkan sesuatu seperti ini.

"Tak peduli apapun yang terjadi, aku tidak mau terpisah darimu. Apakah jawaban itu cukup untukmu?"

Tidak. Yuan menggelengkan kepalanya. Joon Hun tidak serius.

"Yuan. Cepat dan beritahu aku dimana uangnya."

Itu hanya omongan manis. Bukankah semua orang mengatakan kalau ia adalah pria yang dingin dan perhitungan? Bahwa ia mempercayai wanita itu menggelikan? Bukankah pernikahan ini adalah hasil dari sebuah kontrak?

Seo Joon Hun, tidak seharusnya kau bertindak seperti ini. Ini curang.

"Yuan!" Joon Hun menarik tangannya dan memanggil.

Masih membeku, Yuan menatapnya. Joon Hun berbicara jujur. Mata gelapnya yang muram. Wajah pucatnya. Ia sudah pasti syok dan marah besar, tetapi ia masih berupaya untuk memperbaiki ini.

"... Baiklah."

Joon Hun tidak seharusnya bertindak seperti ini. Yuan tidak bisa mempercayai reaksi pria itu. Semestinya, kau tidak begini, Seo Joon Hun-ssi.

"Oke. Beritahu aku. Dimana uangnya? Luxembourg? Zurich?"

Yuan membuka tasnya. Ada sebuah USB dan sebuah pena tipis di dalamnya. Ia mengeluarkan USB tersebut dan menyerahkannya pada Joon Hun.

"Jika kau melihat ke dalam sini, kau akan dapat menemukannya."

Joon Hun terdiam dan menatapnya. Alisnya tertaut. Keberadaan uang 500 miliar won ada di dalam USB ini ...?

Tiba-tiba saja, Joon Hun merasakan tusukan di lehernya. Terkejut, ia mendongakkan kepalanya. Yuan menatapnya aneh. Ia sedang memegangi sebuah pena perak di tangannnya.

"... Maafkan aku," bisik Yuan.

Apa yang sedang dibicarakannya?

Joon Hun mengangkat tangannya dan menyentuh lehernya.

"... Dosisnya sudah diatur sesuai dengan berat badanmu, jadi kau akan terbangun dalam waktu satu jam. Joon Hun-ssi, maafkan aku."

Suara Yuan mulai menghilang. Joon Hun tidak mengerti apa yang sedang dikatakannya.

Sungai Han tampak hitam dan biru seperti biasanya. Yuan duduk dalam diam di kursi penumpang dan melihat ke luar ke sungainya. Siapa yang tahu apa yang mengalir di dalam air berwarna kehitaman itu? Ia tidak tahu mengapa ia merasa begitu mengerikan. Mengapa tangannya gemetaran seperti ini? Mengapa ia tidak membuka saja pintunya dan menghilang?

Ia menolehkan kepalanya dan memandangi Joon Hun. Tak sadarkan diri, kepalanya miring ke samping. Yuan berpikir, suaminya tampak berbeda dari ketika pertama mereka bertemu.

Saat Joon Hun tiba di pertemuan pernikahan mereka, ia tampak bersih, dari kalangan jetset, dan sangat dingin. Kini ia tampak ... Yuan tidak tahu bagaimana cara untuk mendeskripsikannya. Mengapa ia tidak mau berpisah darinya setelah mengetahui segala yang diperbuatnya? Mengapa ia mencoba menutupi segala kesalahannya ...?

Yuan menatap mata Joon Hun yang terpejam, bayangan dari bulu matanya, hidung mancungnya, dan bibirnya. Rambutnya, bahunya, tangannya yang lemas ...

Mulai dari malam pertama pernikahan mereka sampai pagi ini, ia telah dipeluk olehnya, tak terhitung jumlahnya. Kadang-kadang sakit, kadang-kadang mengejutkannya, beberapa malam, Yuan jadi gila dan kehilangan dirinya sendiri ...

Yuan, apa yang sedang kau lakukan? Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu? Keluar. Buka pintunya dan tinggalkan dia. Pikirkan tentang Tae Kyung. Ia berada dalam bahaya sekarang ini.

Yuan meraih pegangan pintu. Terbuka dengan bunyi klik. Angin dingin musim semi menerpa lengan bajunya. Jika ia membuka pintu ini dan pergi, apakah ia tidak akan pernah bertemu dengan Joon Hun lagi?

Entah apakah Joon Hun menceraikannya atau tidak, Yuan tidak akan pernah bisa kembali ke sisinya.

Yuan ingin melihat ke belakang. Ia ingin melihat Joon Hun untuk yang terakhir kalinya. Sebenarnya, apa yang sedang kau lakukan? Mengapa kau hampir menangis? Yuan menggertakkan giginya. Ia membuka pintunya dan keluar dari mobil. Kemudian, ia meninggalkan Joon Hun di dalam mobil dan berjalan pergi.

Pintu mobilnya tertutup dengan bunyi gedebuk. Angin malam yang dingin berhembus ke arahnya. Pemandangan malam hari dari cahaya-cahaya cemerlang Seoul tampak begitu asing hari ini. Karena hanya mereka berdua yang pergi keluar hari ini, tidak ada pengawal yang hadir. Kamera pengintai yang terpasang di antara lampu-lampu jalan pucat di Taman Sungai Han sudah pasti akan merekam dirinya.

Yuan membenarkan kerahnya dan mulai berjalan. Suara dari hak sepatunya yang berbunyi pun memudar sewaktu ia berjalan menjauh dari mobil. Beberapa pengendara sepeda melewati dirinya dengan embusan udara. Ia dapat mendengar suara tawa dari orang tua yang membawa anak-anak mereka ke taman. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Yuan merasa seolah akhirnya ia bebas.

Tiba-tiba saja, sesuatu mengalir menuruni pipinya. Terkejut, Yuan mengangkat tangannya dan menyentuh pipinya. Kemudian, ia menyadari bahwa pipinya basah akibat air matanya sendiri.

Apa ini?

Tercengang, Yuan menurunkan tangannya.

Ia tidak tahu mengapa ia menangis. Apakah karena ia merasa takut? Barangkali seperti itu. Ia membuat kekacauan sebesar itu dan tertangkap basah. Ia begitu ketakutan hingga ia mati rasa, jadi tentu saja ia akan menitikkan air mata.

Itu sudah pasti bukan karena ia meninggalkan Seo Joon Hun. Itu sudah pasti bukan karena hatinya yang terasa sakit. Kepergiannya memang sudah tidak dapat dihindari sejak awal. Joon Hun akan berakhir membenci dirinya atas apa yang diperbuatnya. Itu semua tidak dapat dielakkan.

"Jangan menangis, Min Yuan."

Tiga belas tahun yang lalu, selama musim dingin ketika seluruh kehidupannya jungkir-balik, ibunya berbicara padanya.

"Kalau kau menangis, aku akan mencungkil matamu."

Penyihir jahat. Monster yang bersembunyi di dalam hutan.

Yuan membenci ibunya. Semenjak ia masih muda, ia tidak pernah melihat ibunya dalam keadaan waras. Meskipun ia terlahir dengan kecantikan dan bakat, ia adalah seorang wanita yang membuang semua itu.

Ibunya adalah seorang pecandu alkohol. Ia membenci semua orang yang ada di rumah itu, dan itu termasuk putrinya satu-satunya, Yuan. Saat ibunya muda, ia adalah seorang artis jenius yang terkenal. Yuan tidak pernah memahami kenapa seseorang seperti itu, berubah jadi begini.

"Tolong kendalikan dirimu sendiri."

Selama musim dingin tahun itu, Yuan berusia lima belas tahun. Ibunya mabuk-mabukan sepanjang malam dan tergeletak. Yuan menusuk ibunya dengan suara dinginnya. Tak peduli seberapa keras ia berusaha, tak peduli seberapa banyak ia memohon, ibunya terus hancur sedikit demi sedikit, setiap harinya.

"Ibu, apa kau sungguh ingin hidup seperti ini?"

Ibunya membuka matanya. Matanya bahkan tampak lebih gelap daripada biasanya.

"Apa aku ingin hidup seperti ini? Ha ... hahahaha. Siapa yang mau hidup seperti ini?"

"Ibu."

"Kau tahu apa?"

"Apa yang kutahu? Setidaknya, aku tahu kalau aku tidak semestinya menjalani kehidupanku seperti dirimu."

Wajah ibunya membeku. Ia mengangkat kepalanya dan menatap Yuan. Mata cantiknya yang berwarna coklat terang. Rambut panjangnya yang menjuntai di punggungnya. Yuan mirip ibunya, dan ia sangat mencintainya. Namun, ibunya hanya memperlihatkan sisi dirinya yang ini pada Yuan, dan Yuan benci melihatnya.

Kuatkan dirimu. Kumohon padamu, kuasai dirimu sendiri!

Ia benar-benar ingin menangis.

Ia tahu kalau ibunya membenci ayahnya. Ia tahu betapa sulitnya untuk hidup dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Namun, ia tidak mengerti bagaimana seseorang sanggup sepenuhnya menghancurkan diri mereka sendiri seperti ini. Tidak bisakah ia mencari sesuatu yang membawakannya kebahagiaan? Ada begitu banyak orang yang hidup sesuai keinginan mereka di bumi ini!

Namun, Yuan tidak tahu. Ia baru lima belas tahun. Tentu saja ia tidak mengerti dalamnya kehidupan seseorang. Tidak, Yuan tidak mengerti itu, tak peduli berapa tahun telah berlalu, ia tidak akan pernah mengerti rasa sakit orang lain. Karena ia tidak mengetahui ini, ia kejam.

"Ibu, apa kau membenci semuanya yang kau lihat? Semua orang adalah hama bagimu, kan? Kenapa kau sangat membenci orang? Apakah kebencian itu akan mengubah apapun? Siapa dirimu, menilai orang seperti itu? Lihat saja dirimu sendiri! Lihat apa yang kau lakukan dari pagi hingga malam!"

Ibunya tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya terus saja memandangi Yuan.

Kemudian, ia berbisik. "Min Yuan. Apa yang akan kau lakukan jika kau bukanlah Min Yuan?"

"Apa?"

Sekarang, ia benar-benar sudah kehilangan kewarasannya.

"Bagaimana kalau kau bukanlah Min Yuan? Bagaimana kalau kau bahkan bukanlah seorang Min sama sekali? Bagaimana kalau ayahmu bukanlah ayahmu yang sebenarnya?"

Ibunya benar-benar sudah kehilangan kewarasannya.

"Ibu!"

"Apa yang akan kau perbuat jika pria yang kau panggil ayah adalah pria yang membunuh ayahmu yang sebenarnya?"

Ia gila! Ia benar-benar sudah gila!

"Apa yang akan kau lakukan jika, putra paman Woo Kyung, Tae Kyung, sebenarnya adalah kakak lelakimu?"

Yuan gemetaran selagi ia menatap ibunya. Orang yang menjijikkan sekali! Mengapa ia melakukan ini? Apa yang membuatnya seperti ini?

"Pria yang kau yakini adalah ayahmu, Min Dae Yup ... Apa yang akan kau lakukan, jika aku beritahukan padamu, kalau si bajingan itulah, orang yang membuatku jadi begini? Apakah kau masih akan berbicara padaku seperti itu? Dasar jalang. Kaulah si jalang. Kau tidak tahu kalau aku bertahan dengan kehidupan menyedihkan ini demi dirimu, kan?"

"Apa kau gila? Kenapa kau seperti ini?"

"Gila? Aku harap, aku benar-benar gila."

Ibunya mendadak bangun. Mereka dapat mendengar suara mobil yang berhenti di luar sana. Ayahnya sudah pulang ke rumah. Kedengarannya, seperti ada tamu lain juga yang sampai.

Yuan menghindari ibunya, yang berbau alkohol samar, dan mencoba untuk meninggalkan ruangan tersebut. Namun, ibunya melonjak dan menangkap tangan Yuan. Cengkeramanya keras, seperti orang yang tidak sepenuhnya waras.

"Ibu!"

Bahkan setelah mendengarkan suara kesal Yuan, ibunya masih memeganginya dan menjejalkannya ke dalam kloset di dalam kamar.

"Ibu!"

"Tonton dan lihat. Lihat apa yang akan terbeberkan. Lihat bagaimana aku menjalani kehidupan hingga kini! Lihat dengan matamu sendiri kenyataannya. Lihatlah monster macam apakah Min Dae Yup ... Aku mohon padamu. Lihat. Lihat orang-orang macam apakah mereka. Aku memintamu untuk melihat warna asli mereka!"

Bang!

Pintu klosetnya tertutup sewaktu kamar tidurnya terbuka. Pintu klosetnya adalah pintu kayu louvered. Ini artinya, mereka yang di luar tidak bisa melihat ke dalam, tetapi Yuan dapat melihat dengan jelas keluar.

Kenapa ia melakukan ini? Mengapa ia bertingkah seperti orang gila?! Yuan ingin menjerit, tetapi sudah terlambat.

Yuan gemetaran di dalam kloset. Syok, ia mengintip keluar dari panel pintunya. Untuk beberapa alasan, ia merasakan kengerian yang berat yang membuatnya sulit untuk bernapas. Ayahnya tidak sendirian. Ia bersama dengan seorang pria yang familier. Ia pernah melihat pria ini beberapa kali di dalam rumahnya.

Presiden Seo ...? Kenapa Presiden Seo berada di dalam kamar ibunya bersama ayahnya selarut ini?

Para lelaki itu berbicara sedikit. Mereka menertawakan sesuatu. Mereka sepenuhnya mengabaikan ibunya dan terus saja mengobrol. Ekspresi kosong ibunya sewaktu ia memperhatikan mereka, tampak aneh bagi Yuan.

Ia tidak dapat memahami satu pun dari ini. Akan tetapi, ketika ayahnya meninggalkan kamar itu, meninggalkan Presiden Seo, Yuan tidak bisa bernapas.

Tidak.

Ia mendengar suara yang mengerikan. Ia teringat semua pria aneh yang pernah mengunjungi rumah mereka. Tawa mereka, lirikan mereka ... Ia teringat bagiamana mereka berjabat tangan dengan ayahnya.

Tidak!

Yuan jatuh ke lantai.

Ia harus pergi dari kloset ini sekarang juga. Ia harus pergi, tetapi ... jeritan yang mengerikan itu, suara dari baju yang robek, bunyi sabuk pria yang terbuka. Suara dari ranjang yang berdecit!

Tidak!

Yuan menggelengkan kepalanya.

Air matanya diam-diam menuruni pipinya.

Tidak, tidak.

Tidak. Tidak mungkin. Bagaimana mungkin ini ... Tidak. Ini tidak mungkin terjadi! Ini bohong. Tidak mungkin ini benar. Ini semua bohong! Yuan memejamkan matanya dan menutup telinganya sembari menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin! Ini semua bohong!

Ia tidak tahu berapa lama waktu berlalu.

Krek.

Pintunya terbuka. Ibunya menatap kosong ke bawah, kepada Yuan. Yuan merasa seolah ia berada dalam neraka. Ia tidak tahan lagi. Apa yang barusan terjadi? Ia tidak mengerti apa yang baru saja dilihat dan didengarnya. Yuan membenci semuanya. Ibunya, ayahnya, dan bahkan dirinya sendiri karena telah dibodohi.

"Jangan menangis, Min Yuan."

Ibunya berbicara dengan dingin seolah ia benar-benar sudah gila.

"Kalau kau menangis, aku akan mencungkil matamu."

Yuan tidak dapat mempercayainya.

Yuan memelototinya. Ia tidak mengasihaninya. Ia sama sekali tidak mengasihaninya. Ia tidak mengerti kenapa ibunya terus tinggal di sini meskipun ia diperlakukan seperti ini. Kenapa ia tidak melarikan diri saja? Yuan tidak dapat memaafkannya.

"Kotor."

Dengan satu kata itu, Yuan mendorong ibunya dan lari.

Dari kamar itu, dari rumah itu, dari orang-orang itu. Ia membuang semua itu dan lari bertelanjang kaki. Ia tidak tahu kemana ia pergi. Ia menangis dan menjerit sewaktu ia berlari di dalam malam seperti orang gila.

Ibunya bunuh diri.

Seseorang melihat Yuan lari tanpa alas kaki di atas Jembatan Sungai Han dan memanggil polisi. Ia duduk di kantor polisi yang dingin, sepenuhnya membeku, saat Tae Kyung datang menjemputnya. Itulah saat Tae Kyung memberitahunya.

Ibunya sudah meninggal. Ia menyayat pergelangan tangannya di kamar mandi.

"Aku tidak tahu apa yang kau lihat, tetapi kau tidak boleh bilang pada siapapun, Yuan."

Tae Kyung memberitahunya datar sewaktu ia memakaikan jasnya ke bahu Yuan.

"Tidak apa-apa. Kau tidak mengetahui apa-apa. Kau tidak perlu mengetahui apapun. Aku yang akan melakukan semuanya. Aku akan mengurus semuanya. Kau hanya perlu tetap diam, Yuan. Lupakan ... tentang apa yang terjadi pada Ibu. Aku akan mengurusnya sendiri. Lupakan itu, Yuan."

Lupakan apa? Melupakannya, bagaimana? Siapa kau? Siapa kau sebenarnya? Bagaimana dengan kata-kata yang disemburkan Ibu saat ia sedang kehilangan akalnya?

Yuan tidak mengatakan apa-apa. Tidak, sesungguhnya, ia tidak sanggup mengatakan apa-apa. Dikarenakan syok, Yuan jadi bisu dan harus menjalani perawatan selama satu tahun. Kenyataan itu menusuk hatinya dan merenggut ibu serta suaranya darinya.

Itu semua karena dirinya. Ini semua adalah salah Yuan. Alasan mengapa ibunya tidak sanggup lagi bertahan hidup di dunia ini adalah karena apa yang dikatakan Yuan. Karena apa yang telah diperbuatnya. Karena apa yang telah menimpa dirinya. Saat Yuan mencercanya dengan 'kotor', ibunya tak sanggup lagi.

Ini semua demi Yuan ... Ia telah menahan semua ini demi putrinya ... Tetapi, dengan satu kata dari Yuan, ibunya runtuh.

"Ugh!"

Membungkuk di tanah dekat Sungai Han yang dingin, Yuan memuntahkan semua makanan yang dimakannya di rumah Presiden Seo. Ia tidak sanggup menahan rasa mual yang membuat tubuhnya bergetar. Hanya melihat wajah Seo Jae Hyuk saja, sulit untuk ditahan.

Jadi, jangan menangis.

Yuan menyuruh dirinya sendiri dengan ganas.

Bahkan, jangan melihat ke belakang.

Pandangannya jadi kabur. Meski jika ia merasa seolah ia akan pingsan, Yuan mengerahkan seluruh tenaganya untuk bergerak semakin jauh dari Joon Hun.

Seo Joon Hun hanyalah putra Seo Jae Hyuk. Ia hanyalah putra dari pria itu. Pria yang tubuhnya ingin Yuan robek-robek, bahkan dengan itu, ia tidak akan merasa puas. Putra dari bangsat yang telah menghancurkan ibunya hingga ia berada dalam keadaan seperti itu. Joon Hun adalah putra dari binatang buas bermuka dua itu.

Joon Hun telah memandang dirinya sebagai sarana untuk mencapai kontrak bisnisnya. Begitu pula dengan Yuan, menganggapnya sebagai sarana untuk pembalasan dendamnya.

Ia telah menahan pernikahan ini selama dua tahun. Selama itu, ada ratusan kebohongan di antara mereka, tetapi satu hal tetap nyata.

Seo Joon Hun dan Min Yuan tidak akan pernah saling jatuh cinta. Mereka tidak akan bisa menjadi pasangan sejati di kehidupan ini. Meskipun jika langit runtuh dan buminya retak, Yuan tidak akan pernah bisa mencintainya. Oleh sebab itu, Joon Hun tidak boleh mencintainya. Dan pria itu tidak boleh memaafkan dirinya.

Joon Hun boleh membenci dan muak padanya sesukanya, tetapi pria itu tidak boleh mencintainya.




(T/N : jahat banget dua bapak2 edan itu, arghh)

(T/N : update selanjutnya tanggal 19 Juli 2020)

1 komentar: