Sabtu, 11 Juli 2020

TMPW - Chapter 6 Part 2

The Man's Perfect Wife - Chapter 6 Part 2


WARNING: NSFW

Peringatan : Konten Seksual Eksplisit


Joon Hun mengeluarkan tangannya sebelum menggeser celana dalam Yuan ke samping. Di bawah sinar mentari, kemaluan Yuan sudah basah penuh cairannya.

Ugh, Yuan tanpa sengaja mengerang selagi ia mengigiti bibirnya.

"Kenapa sudah begini?"

"Lepaskan aku!"

"Apakah karena diriku?"

Joon Hun memasukkan jarinya ke dalam pintu masuknya. Yuan meronta dengan ganas sementara ia berusaha mendorong pria itu. Sewaktu melakukannya, cangkir kopinya jatuh dari meja dan berguling ke atas karpet.

"Joon Hun-ssi, kumohon."

"Kubilang padamu, agar berhenti bersikap malu-malu, Yuan. Aku bosan dengan itu."

Aku benar-benar akan kehilangan akalku. Yuan begitu marah hingga ia menarik kakinya ke belakang untuk menendang Joon Hun, tetapi malah berakhir berbaring di atas meja selagi melakukannya. Vas bunganya terjatuh. Airnya mengalir keluar sementara bunga-bunga musim seminya berceceran di sepanjang meja itu.

Joon Hun tertawa. Ia juga telah kehilangan akalnya. Sementara ia dilanda kecemburuan dan nafsu, istrinya juga tampak sangat cantik selagi ia terlentang di atas meja, di bawahnya.

"Yuan." Tanpa sadar, Joon Hun memanggil namanya.

Selagi Yuan menjerit, memintanya untuk berhenti, dengan cepat ia menekan teriakannya dengan menutupi mulut Yuan dengan mulutnya. Lidah mereka membelit sewaktu ia memasukkan jarinya lebih jauh ke dalam pintu masuknya.

"Haaa." Yuan mengerang.

Yuan masih sensitif dari yang kemarin. Kelopaknya yang bengkak menjepit jari Joon Hun dan bergetar. Dengan ibu jarinya, Joon Hun menekan bagian puncaknya dan mengusap-usapnya dengan cepat.

Suara basah itu, isak tangis Yuan, suara dari cangkir lainnya yang terbalik di atas meja ... Mengikuti suara-suara ini, Yuan mendengar Joon Hun melepaskan sabuknya.

"Tidak! Kau binatang ..." Yuan menggumamkan kata-kata itu di dalam mulut Joon Hun.

Ia mendengar tawa teredam Joon Hun. Penisnya yang membengkak pun menusuk masuk ke dalam pintu masuknya dan mejanya bergetar dengan kuat.

"Aah."

Yuan menggertakkan giginya guna menahan lonjakan kenikmatan yang kasar ini. Tubuhnya, masih bergairah dari kemarin, tersentak akan sensasinya.

"... Tidak."

Pandangannya jadi kabur. Klimaks yang intens, yang mirip dengan yang kemarin, terbentuk lagi. Yuan tidak bisa mempercayai ini.

Zreet.

Joon Hun membuka ritsleting gaunnya. Suara itu sendiri saja membuat Yuan jauh lebih bergairah lagi. Joon Hun menempelkan bibirnya di leher pucatnya. Ia mengigit leher Yuan dan menghisapnya dengan ganas.

"Agh, aaahhh, ah."

Yuan gemetaran ketika ia menyadari kalau rintihan aneh yang menggema di seluruh ruang makan adalah suara rintihanya sendiri. Sepatu hak yang dipakainya kini bergelantungan di kakinya sebelum terjatuh ke lantai.

Suara kulit mereka yang saling menampar semakin meningkat seiring dengan hujaman Joon Hun, sisa benda-benda yang ada di atas meja pun mulai bergoncang. Peralatan makan berderak sebelum pecah, jatuh ke lantai.

"J-Joon Hun-ssi!"

Seluruh tubuh Yuan memerah. Ia merasa seolah ia akan meleleh dan menghilang. Sementara Joon Hun terus saja menusukkan penisnya ke dalam dirinya, Yuan merasa sepertinya ia akan terbakar. Tidak, lebih seperti ia akan tersengat listrik. Tubuhnya tidak mau berhenti bergetar dan gemetaran.

"Aku tidak bisa lagi ... Cukup, kumohon, hentikan ..."

Yuan menjambak rambut Joon Hun dan mencoba menariknya menjauh. Namun, Joon Hun hanya menumbuknya lebih keras. Yuan tidak sanggup menghentikan erangannya. Ia merasa seolah ia akan kehilangan akal sehatnya. Seakan ia sungguh sudah gila, Joon Hun mendorong penisnya dengan kasar ke dalam Yuan.

Semuanya yang ada di atas meja mulai bergoncang dan berderak dengan keras. Yuan tidak tahan lagi dan melengkungkan pinggulnya. Selagi klimaksnya mulai melanda dirinya, Yuan mengigit punggung tangannya guna meredam pekikannya. Pergerakan Joon Hun jadi semakin kuat.

"Haa, nngh."

Yuan menggelengkan kepalanya, tetapi itu tidak menghentikan datangnya banjir kenikmatan tersebut. Gelombang intens menelan sekujur dirinya dan menghempasnya ke lantai sementara perut bagian bawahnya bergetar.

"Haa ... haaa ..."

Napas panas dan goyah Joon Hun menggelitiki telinganya. Pria itu membawanya ke dadanya dan memeluknya, menggendongnya dan membawanya ke sofa bergaya barok di dekat jendela. Dengan Joon Hun yang masih berada di dalam dirinya, Yuan gemetaran sewaktu ia merasakan skrotum pria itu menempel pada dirinya.

"Kerja ... Tolong pergi bekerja." Yuan memohon padanya.

Joon Hun mendorongnya ke atas sofa dan membaringkannya. Ia mengangkat kedua kaki Yuan dan meletakkannya di atas bahunya. Dengan tubuh bagian atas Yuan yang tenggelam di dalam sofa, pintu masuk Yuan mencengkeram Joon Hun dengan ketat sementara sinar matahari menyinarinya.

Dengan satu dorongan, penis Joon Hun pun masuk jauh lebih ke dalam.

Yuan mengangkat tangannya dan meraih tangan Joon Hun. Ia merasakan tekstur kasar dari setelan jas pria itu.

Joon Hun membungkukkan tubuhnya dan memeluk Yuan seutuhnya selagi ia mendominasi wanita itu. Dengan seluruh tubuhnya yang terkekang, Yuan tidak dapat bergerak. Ia tidak bisa menghentikan penetrasi Joon Hun.

"Hnnng."

Erangan pun sekali lagi lolos dari bibirnya. Jalur masuk Yuan yang berwarna merah muda yang tengah dibajak oleh penis Joon Hun, diterangi oleh sinar matahari.

Yuan mengepalkan tangannya di tangan Joon Hun, jari-jarinya jadi memutih akibat tenaganya. Sekali lagi, Joon Hun mulai bergerak dengan panik. Nalar dan kendali diri telah meninggalkan dirinya sepenuhnya. Sekarang ini, ia bergerak seperti seekor binatang buas.

Thrust, thrust, thrust, thrust.

Suara cepat dari kulit mereka yang bertumburan memenuhi ruangan tersebut. Suara rintihan mereka yang teredam itu terdengar tercekik. Perabotan di sekitar mereka mulai berguncang akibat kekuatan dari dorongannya dan gambar indah dari ruangan itu mulai bergoyang maju mundur.

Klimaks lainnya menghampiri mereka.

Kenikmatan mengguncang tubuh Yuan. Ia tidak sanggup menghadangnya dan membuka bibirnya. Ia berjuang keras untuk bernapas, nyaris seolah semua udara telah meninggalkan ruangan itu. Sepenuhnya tenggelam dalam kenikmatan, segala ketenangan sudah meninggalkan tubuhnya.

Engahan Joon Hun menyapu bibir basah Yuan yang bergetar. Seakan-akan, pria itu akan mati jika ia tidak berada di dalam Yuan, otot-otot Joon Hun menegang selagi ia menumbuk wanita itu.

Selamatkan aku.

Yuan gemetaran selagi ia berpikir pada dirinya sendiri.

Tolong, cukup.

Seseorang, tolong hadang sensasi ini!

Namun, harapan itu tidak jadi kenyataan. Segalanya yang berada di dalam ruangan itu hancur berkeping-keping. Tidak, segalanya yang berhubungan dengannya, telah dihancurkan. Rambutnya yang ditata dengan cermat, gaun berwarna gadingnya yang anggun, anting-anting mutiaranya yang bergoyang ... Semuanya seakan hilang.

Yuan tidak mampu memikirkan tentang apapun. Segalanya telah terhapus, dan hanya kegilaan ini saja yang tersisa. Sejak kemarin, ia mengendarai kereta yang tergelincir.

Tubuh Joon Hun panas sekali sewaktu pria itu memeluknya. Penisnya yang berada di dalam Yuan terasa lebih panas.

Pelukan pria itu tampaknya lebih hangat daripada biasanya sewaktu ia memegang kulit telanjang Yuan.

Nyaris terasa seakan-akan mereka sungguh menjadi satu.

"Tidak ..."

Yuan berbicara jujur.

Tidak. Tolong, itu tidak boleh terjadi. Senasi ini, perasaan ini, Seo Joon Hun yang ini! Itu tidak boleh terjadi.

Namun, Yuan tidak mampu menghentikannya. Ia tidak sanggup mendorongnya.

Joon Hun mendatanginya layaknya seekor binatang buas dan mengoyak dirinya. Sinar mentari terus bersinar sementara gordennya bergetar. Bunga musim semi yang didekorasi dengan cerahnya, bergetar seolah terjadi gempa bumi. Aroma dari tubuh mereka bercampur dengan keharuman yang manis. Perlahan-lahan, bau cairan mereka pun meresap di dalam ruangan itu.

"Mulai sekarang, jangan gunakan alat kontrasepsi."

Joon Hun menjilati cairan mereka yang bercampur dari antara paha Yuan selagi ia berbicara. Yuan begitu kelelahan hingga ia tidak bisa memahami apa yang sedang dikatakan pria itu.

Joon Hun mengangkat tubuhnya dan mencium bibirnya. Yuan tidak dapat memahami tatapan di matanya yang gelap dan dalam. Selagi bibir pria itu memasuki bibirnya, rasanya aneh.

"Mari kita punya anak, Min Yuan."

Ia menutup ritsleting gaun Yuan dan berusaha keras untuk meluruskan rambut Yuan yang kusut selagi ia berbicara. Yuan tergeletak di atas sofa, sepenuhnya kosong. Ia telah diporak-porandakan begitu tiba-tibanya, dan pada akhirnya, mereka melakukannya dua kali dalam waktu satu jam.

Yuan lelah mempertanyakan kewarasannya. Ia bahkan tidak sanggup mengangkat satu jari. Seolah ia merasa sedih karena harus pergi untuk bekerja, tangan Joon Hun masih berada di bawah gaun Yuan, mengelus-elus bokongnya.

Tiba-tiba saja, ponsel Joon Hun berdering. Dengan enggan Joon Hun melihat ke layarnya. Yuan dapat melihat ID peneleponnya dalam bahasa Inggris: 'Derrick'.

Joon Hun bangun dan menjawab panggilan tersebut.

"Ya."

Tanpa sapaan, ia langsung bicara ke intinya. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun dan hanya mendengarkan apa yang diucapkan oleh si penelepon. Sementara ia terus mendengarkan, Joon Hun melirik Yuan sejenak.

Apa itu? Yuan melihat ke atas padanya. Ia merasa seolah telepon itu ada hubungannya dengan dirinya.

"Telepon aku lagi nanti." Joon Hun berbicara agak dingin dan mengakhiri panggilannya.

"Bisakah kau berjalan kembali ke kamarmu?"

Yuan ingin mengatakan, 'Tentu saja.' Akan tetapi, ia tidak punya tenaga untuk menggerakkan bibirnya. Ia tidak sanggup bergerak sama sekali.

Sementara ia memandang ke bawah pada Yuan, Joon Hun menyeringai. Ia merendahkan bibirnya ke bibir Yuan sekali lagi. Sewaktu ia mencium bibirnya, Yuan merasa kesemutan. Ia memejamkan matanya dan memalingkan kepalanya.

Ia merasakan tangan Joon Hun di sekitar pinggulnya. Di saat Joon Hun mengangkatnya ke udara, Yuan sudah tertidur.

***


Berdiri di tengah ruangan yang berantakan itu, Yoon Hee Soo tidak bergerak sedikit pun. Semua pegawai di rumah di sekitarnya, sedang membersihkan kekacauan itu dan menggerutu tentang betapa parahnya pertengkaran pasangan ini sampai-sampai membuat seberantakan ini.

Yoon Hee Soo menatap ke arah vas bunga yang terbalik dan bunga musim semi yang berserakan, cangkir kopi yang sudah pecah di lantai, kursi yang terguling ... Matanya tertuju ke sofa.

Di bawah sofanya, ada satu noda kecil. Itu hampir terlihat seolah ada sesuatu yang menetes ke atas tempat itu dan mengering.

Ya Tuhan. Tanpa sadar, ia mengepalkan tangannya.

Tiba-tiba saja, ia teringat apa yang dilihatnya semalam melalui celah pintunya. Rambut panjang Min Yuan, satu bahunya yang terlihat, dan pemandangan dari sosok Seo Joon Hun sewaktu ia mengigit bahu Yuan, tak mampu menahan kenikmatannya.

Untuk sesaat, Yoon Hee Soo merasa seolah hatinya membeku.

Ia telah membayangkan beberapa kali, seperti apakah wajah Joon Hun ketika tengah berhubungan seks. Joon Hun memiliki beberapa kekasih, tetapi mereka semua mengatakan kalau ia terlalu dingin. Dingin? Wajah Joon Hun selamam, tidak ada jejak dinginnya sama sekali.

Seo Joon Hun, dengan wajahnya mengerut penuh gairah, rambutnya yang acak-acakan.

Apakah mereka ... pagi ini? Apakah Joon Hun melakukannya dengan wanita itu, di sini?

Yoon Hee Soo punya firasat buruk ketika ia tiba-tiba saja disuruh untuk meninggalkan ruang makan. Akan tetapi, ia hampir tidak percaya, ketika pria itu juga memerintahkan agar kamera di dalam rumah untuk dimatikan. Bagaimana bisa ia memerintahkan itu, mengetahui apa yang sedang terjadi sekarang ini?

Lima ratus miliar won, dari proyek Dubai, telah menghilang. Itu sudah pasti kerjaan dari operasi peretasan yang kuat. Hacker itu bahkan menggunakan ID pribadi Joon Hun. Server backup Hyun Jin berada di dalam ruang bawah tanah rumah ini, dan ID Joon Hun ...

Apakah ini benar-benar tidak ada hubungannya dengan Min Yuan?

Bukankah Joon Hun juga memiliki kecurigaan yang sama?

Yoon Hee Soo sulit mempercayainya, ketika Joon Hun menyerahkan ponsel pintar itu. Tepatnya, apa yang diperbuat Min Yuan di kamar mandi departement store? Tidak ada data yang tertinggal di ponsel pintar kosong itu. Chip-nya sudah dikeluarkan.

Akan tetapi, sebuah aplikasi terinstal di ponsel itu. CCT. Itu adalah sebuah aplikasi, yang dikembangkan di Amerika dan dikenal memiliki keamanan yang terbaik. Itu banyak digunakan oleh orang-orang yang punya rahasia untuk disembunyikan.

Siapa yang Min Yuan hubungi menggunakan aplikasi ini, dan mengapa?

Yoon Hee Soo tidak bisa mempercayai Min Yuan. Ia selalu tampak tenang, tetapi ia adalah nyonya muda Hyun Jin yang tidak pernah mengungkapkan pemikiran aslinya. Ia bertingkah dengan baik dan pantas, tetapi ia tidak pernah memperlihatkan rasa suka cita maupun kesedihannya.

Hee Soo sudah mengenal Joon Hun untuk waktu yang sangat lama. Mereka adalah teman semenjak SMA, dan sejujurnya, ia menyukai pria itu semenjak itu juga. Joon Hun dingin dan membuat semua orang merasa tegang, tetapi sebagai pewaris Hyun Jin, ia menarik semua orang di sekolah.

Ketika Yoon Hee Soo mengetahui bahwa ia dapat berada di sisi Joon Hun di dewan siswa, ia merasa gembira. Ia berhati-hati agar tidak mencoba memikat Joon Hun seperti semua jalang lainnya yang mencoba memenangkan dirinya. Ia mengetahui bahwa Joon Hun hanya memandang rendah wanita-wanita semacam ini, semakin mereka mencoba untuk merayunya.

Yoon Hee Soo berupaya keras untuk memahaminya, dan kapan pun Joon Hun menunjukkan minat pada sesuatu, ia memastikan untuk mengungkitnya di depannya demi menariknya. Yoon Hee Soo berbeda dari wanita lainnya. Ia tidak ingin mendekati Joon Hun sebagai seorang wanita, tetapi sebagai seorang partner yang memiliki tujuan yang sama dengannya.

Apakah strategi itu bekerja?

Joon Hun membagikan hal-hal tertentu, hanya padanya. Ekonomi, tren terbaru, rencana pemasaran merk dan strateginya ... Joon Hun membicarakan semua topik ini secara terbuka padanya.

Semua wanita lainnya, hanyalah partner seksnya, tetapi Joon Hun mengakuinya sebagai rekan. Hanya Tuhan yang tahu betapa kerasnya Yoon Hee Soo bekerja demi sampai di sini untuk dirinya.

Tetapi, apa ini?

Orang yang berdiri di sisinya adalah sebuah boneka bernama Min Yuan. Seorang wanita yang terlahir dengan sendok emas di mulutnya, yang satu-satunya pencapaiannya adalah terlahir sebagai putri dari R&K, telah menjadi istri Joon Hun.

Masalah rumah tangga R&K terkenal di seluruh dunia keuangan. Bagi dunia luar, itu mungkin tampak sepertinya, Presiden Min telah menikah, menduda, dan menikah lagi. Namun, di balik layar, ia bermain-main dengan banyak wanita, dan ada beberapa wanita yang meninggal setelah mereka tidak sanggup melawan kekerasan seksualnya.

Meskipun itu agak mendingan belakangan ini, gaya manajemen Presiden Min tidak ada bedanya dari gaya seorang gangster. Ia rela mengambil risiko apapun demi mendapatkan apa yang diinginkannya.

Jadi, itu jelas, akan seperti apa putri yang berasal dari rumah tangga semacam itu. Wanita bebal yang hanya berpura-pura untuk jadi anggun. Ia bertingkah sok malu-malu dan berpura-pura elegan, tetapi akan mundur sekalinya terjadi sesuatu.

Menjijikkan.

Yoon Hee Soo menggertakkan giginya selagi ia menghampiri sofa itu dan menunjuknya. "Buang ini."

"Maaf?" Seorang pegawai yang seang membersihkan pun mengangkat kepalanya. "Apa yang kau ... Ini adalah sebuah hadiah pernikahan dari R&K ..."

"Aku bilang, buang itu." Yoon Hee Soo berbicara pada si pegawai dengan suara yang dingin.

Berani-beraninya ia menolak perintahku?

Pegawai itu menjawab pahit bahwa ia mengerti.

Yoon Hee Soo mengalihkan matanya kembali ke sofa itu.

"Sekretaris Yoon."

Ia mendengar suara Sekretaris Kang di belakangnya.

Dengan cepat, Yoon Hee Soo menenangkan dirinya dan memasang senyum kecil sebelum berbalik. "Ya, Sekretaris Kang."

"Uh ..." Sekretaris Kang membenarkan kacamata di hidungnya sebelum pelan-pelan memilih kata-katanya.

Yoon Hee Soo sungguh membenci kebiasaannya ini. Kebiasaan dimana ia selalu gelisah dan dengan canggung melihat ke sekitar. Ia begitu juga saat sedang berhubungan seks.

"Aku agak terburu-buru, jadi bisakah kau mempercepatnya?"

"Direktur sudah menugaskanmu agar bekerja di kantor utama mulai hari ini."

"Apa?" Wajah Yoon Hee Soo mengeras. "Kenapa?"

Kantor utama? Apa-apaan ini, tiba-tiba?

"Tampaknya, ada terlalu banyak kekosongan di departemen perencanaan. Kita tidak bisa hanya mempekerjakaan orang baru di tempat seperti itu ..."

Berhenti bicara omong kosong. Kekosongan apanya? Ada begitu banyak orang yang handal di dalam Hyun Jin yang sudah siap saling sikut demi masuk ke dalam departemen itu ...

Mungkinkah ...

"Apakah nyonya muda mengatakan sesuatu?"

Mendengar pertanyaannya, Sekretaris Kang tersentak dan mengangkat kepalanya kaget.

"Tidak, ia tidak bilang apa-apa. Mereka hanya membutuhkan bala bantuan ..."

Pipi Sekretaris Kang memerah sementara ia menatap Yoon Hee Soo.

Betapa tololnya. Yoon Hee Soo menggertakkan giginya. Ini artinya bahwa ia akan ditempatkan lebih jauh dari Joon Hun ... jauh dari rumah ini.

Yoon Hee Soo menderitkan giginya dan mengepalkan tangannya. Ia teringat pemandangan dari Min Yuan melalui celah pintu itu. Ia jelas-jelas mengingat cara Yuan terlihat sewaktu ia menarik Seo Joon Hun ke dalam pelukannya.

1 komentar: