Senin, 13 Juli 2020

TMPW - Chapter 7 Part 1

The Man's Perfect Wife - Chapter 7 Part 1


"Mari kita punya anak, Min Yuan."

Yuan tersentak bangun. Ia melihat langit-langit yang akrab di atasnya. Dengan cepat, ia duduk tegak.

"Mari kita punya anak, Min Yuan."

Seo Joon Hun pasti mengucapkan kata-kata itu selagi ia mengelus pipinya.

Masih dengan syok yang tertinggal di matanya, Yuan melihat ke sekelilingnya. Ranjangnya ... ia ada di kamarnya. Tirainya tertutup, menyelimuti kamar itu dalam kegelapan. Jam berapa ini? Apa yang terjadi? Ia ingat Joon Hun membawanya kembali ke kamarnya. Ia tiba-tiba teringat apa yang telah mereka lakukan di ruang makan pagi itu.

Ya Tuhan! Apa tepatnya yang mereka ... Apa yang ...!

Pandangannya berubah gelap gulita. Ia tidak tahu kapan sesuatu mulai berbelok jadi lebih buruk. Pertama-tama, ia harus menguasai dirinya sendiri. Apapun yang terjadi ...

"Hng."

Sewaktu Yuan bergegas turun dari ranjang, ia merasakan sakit di perut bagian bawahnya dan pinggulnya dua kali lipat. Itu adalah hasil dari aksi intens mereka dari yang kemarin dan hari ini.

Ini adalah pertama kalinya tubuhnya jadi lemah seperti ini. Itu semua berkat fakta bahwa ia telah berhenti berolah raga dua tahun lalu, takut tertangkap basah. Yuan menggertakkan giginya dan bangun dari duduknya. Ia melihat ke arah ponsel pintarnya di nakas sebelah tempat tidur dan melihat kalau itu pukul empat sore lewat. Berpikir bahwa ia tidur sampai setelat ini ... Dan ia harus pergi ke rumah Hyun Jin untuk makan malam hari ini ...

Saat itu, ia mendengar seseorang mengetuk pintunya.

"Nyonya Muda?"

Itu adalah Choi Myung.

"Ah, iya?"

"Anda sudah bangun?"

"Iya."

"Mobilnya akan pergi pukul enam sore. Mohon bersiap-siap dan datang ke aula makan. Anda harus makan sesuatu yang ringan sebelum Anda pergi."

Yuan tidak bergerak dan hanya memandangi pintunya. Ia teringat Joon Hun memberitahunya bahwa ia berencana untuk mentransfer Sekretaris Yoon ke kantor utama. Apakah ia sungguh melakukannya?

"Nyonya Muda?"

"Ah ... baiklah." Yuan cepat-cepat menjawab dan berdiri.

Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi ia harus bersiap-siap untuk sekarang. Tampaknya, setelah Joon Hun mengacaukannya, ia tertidur. Yuan mengambil beberapa langkah menuju ke kamar mandi. Tiba-tiba saja, sesuatu mulai mengalir keluar darinya.

Syok, Yuan berhenti di jalannya. Itu adalah sperma Joon Hun. Sialan ...

Yuan menggerutu. Ia teringat suara Joon Hun sewaktu pria itu mengungkit soal mempunyai anak.

Tidak pernah. Sudah pasti tidak. Cucu Seo Jae Hyuk ... Jika ia akan mengandung pewaris berikutnya untuk keluarga Seo, Yuan lebih baik gantung diri.

Ia harus mengakhiri segalanya sesegera mungkin. Apapun yang terjadi.

Yuan mengelap uap di cermin. Ia melihat pantulan dari wajah pucatnya yang ketakutan.

Mengapa kau seperti ini? Apa kau gila? Apa kau lupa mengapa kau bahkan menikahi Seo Joon Hun? Apapun yang terjadi, kau tidak boleh bersamanya.

Ia membuka kabinet dan mengeluarkan USB dan sebuah pena tipis. Ia harus pergi, apapun yang terjadi. Tangannya mulai bergetar.

***


Dua jam setelahnya, Yuan tampak sesempurna biasanya selagi ia mendekati mobil hitam itu. Setelan atasan-bawahan Prusia berwarna biru yang bersih itu sesuai dengan warna kulitnya yang pucat. Rambutnya terikat ke belakang dengan rapi, setiap helaian rambutnya berada di tempatnya. Ia memegang sebuah tas biru dengan sulaman emas sementara ia menunggu Choi Myung untuk membukakan pintu mobilnya. Dengan hati-hati, ia masuk ke dalam.

"Aku akan membantu Anda untuk sementara waktu."

Saat ia mendengar suara rajin Choi Myung, Yuan menjawab, "Aku ... akan berada dalam pengurusanmu."

Yuan tidak tahu harus bilang apa lagi.

Melalui jendela yang digelapkan, Yuan memperhatikan pemandangan kota Seoul yang berlalu. Di bawah penanda neon, orang-orang sibuk menyeberangi jalan. Memperhatikan orang-orang yang sibuk menyelesaikan hari mereka, Yuan merasa seolah mereka adalah bagian dari sebuah lukisan yang tenang. Ia mengepalkan tangannya yang dingin.

Sekali sebulan. Yuan harus mengunjungi mertuanya sekali sebulan untuk makan malam, dan itu selalu menyiksa. Menyembunyikan ambisi mereka, jauh di dalam hati mereka, anggota keluarga Hyun Jin selalu memakai senyuman palsu, tetapi mereka bukanlah alasan dari kengeriannya.

Seo Jae Hyuk. Yuan tidak tahan melihat pria itu.

Kilat dingin di mata Yuan perlahan-lahan lenyap.

Mobil itu berlomba di jalanan Seoul dan akhirnya tiba di distrik Seong Buk.

Tidak seperti Gang Nam, lingkungan di sini tenang dan sunyi. Hutan yang rimbun mengelilingi rumah-rumahnya. Seperti seekor dinosaurus yang sedang tidur, rumah-rumah hitam itu tampak seakan mereka bernapas dalam kegelapan.

Pintu garasinya perlahan-lahan naik ke atas dan mobilnya masuk ke dalam. Mobil Joon Hun masih belum di sini. Yuan keluar dari mobil dan menuju ke lift bersama Choi Myung.

"Apa kalian datang secara terpisah?"

Saat Yuan masuk ke dalam rumah, bibi Joon Hun, Kim Hyo Jung, menyapanya lebih dulu.

"Ah, iya. Apa kau baik-baik saja?" Yuan menundukkan kepalanya dengan sopan sementara ia menyapanya.

Setelah kematian ibu Joon Hun sekitar sepuluh tahun yang lalu, Presiden Seo tidak menikah lagi. Berkat itu, bibi Joon Hun, Kim Hyo Jung, menjadi nyonya rumah ini secara nyata.

"Yeah. Apa berat badanmu bertambah?"

Meski saat ia melirik ke sosok langsing Yuan, Hyo Jung yang duluan menembak dengan pertanyaannya.

"Itulah apa yang terjadi ketika seorang wanita hanya berada di dalam rumah dan bermalas-malasan. Apakah ada wanita lain di dunia ini yang bisa sebaik dirimu?"

Permusuhannya yang terbuka itu jelas terefleksikan di dalam matanya.

Yuan mengetahui bagaimana cara kerja di rumah ini. Tidak ada bedanya dengan rumah tangga R&K. Pemikiran menyebut orang-orang ini adalah keluarga, terasa sangat mengerikan. Mereka semua tidak menyembunyikan ambisi liar mereka.

Moto keluarga Presiden Seo dapat dijadikan satu frasa. 'Pemenang mendapatkan semuanya.' Itu dijalankan murni dari logika dan keuntungan. Seorang pria yang menghasilkan banyak, mendapatkan banyak sebagai gantinya. Namun, seorang pria yang kalah, bahkan tidak akan mendapatkan remahannya ...

Yuan mengetahui tentang bagaimana Joon Hun masuk ke dalam keluarga ini setelah pernikahan mereka.

Presiden Seo, yang tidak berminat pada pernikahan, berhubungan sebentar dengan seorang wanita. Karena ia telah melahirkan putranya satu-satunya, pria itu menerimanya sebagai istrinya. Namun, itulah batasan dari hubungan ayah-anak mereka. Seo Jae Hyuk hanya mempedulikan tentang apakah ia dapat menyerahkan perusahaan pada Joon Hun atau tidak.

Joon Hun dan sepupu-sepupunya, semuanya adalah saingan dalam memperebutkan untuk menjadi penerus perusahaan. Sejak usia muda, keterampilan dan prestasi mereka bertiga dianalisis secara menyeluruh, dan berdasarkan itu, mereka menerima saham perusahaan. Bagaimana mereka diperlakukan, tergantung pada seberapa cerdasnya proyek mereka dan seberapa banyak keuntungan yang diperoleh.

Memiliki kinerja terbaik, Joon Hun akan menjadi penerus perusahaan. Setelah bertahan hingga sekarang dengan kemampuan buruk mereka, hanya tinggal masalah waktu sebelum peran para sepupu di perusahaan itu diperkecil.

'The Tropical' adalah proyek Seo Joon Hun yang paling menjanjikan. Saat proyek itu terbakar, akan jadi seperti apakah masa depannya?

Pada akhirnya, Seo Joon Hun yang selalu menang, akan berakhir kehilangan segalanya. Dalam beberapa cara, Joon Hun menempatkan setengah dari asetnya dalam bahaya demi menyelamatkan proyek ini, bisa dimengerti. Akan tetapi ...

Yuan mengepalkan tangannya sementara ia cepat-cepat menghapus pemikiran itu. Apa yang dilakukan telah dilakukan.

"Sudahkah mengunjungi hotel baru pamanmu yang belum lama ini dibuka?"

Hyo Jung masuk ke ruang makan dan mulai menyesuaikan bunga hiasan di tengah meja.

"Iya, sudah. Bibi, kaulah orang yang mendekorasinya, kan? Interiornya sangat elegan."

"Bukankah begitu? Haa ... Apa kau tahu betapa sulitnya untuk mengedit desain itu? Setiap desain yang dibawakan padaku benar-benar kotoran anjing ... Brengsek, orang-orang rendahan itu dibayar sia-sia ..."

Sesuai dugaan, sudah dimulai. Perjamuan dari sumpah serapah kasar Kim Hyo Jung.

Itu seolah seseorang telah melukis sepotong kotoran. Yuan merasa seolah ia sungguh dapat mencium bau yang memuakkan itu. Ia tidak mengatakan apa-apa dan dengan tenang tetap berada di tempatnya.

Kim Hyo Jung terus mengumpat tanpa henti. Dari desain piring di atas meja, kebersihan dari ambang jendelanya, bahkan kelakuan para pegawainya. Ia punya banyak topik untuk diumpat. Tepat ketika Yuan sungguh mengira kalau ia akan kehilangan akal sehatnya, Presiden Seo, Paman Seo Moon Hyuk, dan Joon Hun masuk ke ruang makan.

Di saat itu, akhirnya Kim Hyo Jung menutup mulutnya. Yuan melirik ke arah Joon Hun. Ia tampak setenang biasanya. Ia sedang berbincang dengan ayahnya mengenai sesuatu. Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, hati Yuan terasa berat, tetapi bukan karena Seo Joon Hun. Ini adalah reaksi terhadap Seo Jae Hyuk, ayah mertuanya.

"Kau sudah datang?" Paman Joon Hun, Seo Moon Hyuk, menyapa Yuan duluan.

"Ah, iya. Bagaimana kabarmu?" Yuan menundukkan kepalanya dengan lembut.

Moon Hyuk tampak mirip sekali dengan Presiden Seo, tetapi ia bahkan lebih vulgar. Presiden Seo tidak menyapa Yuan dan hanya memandanginya. Yuan merasa seakan ada sebuah belati dingin yang membelah dadanya.

"Apakah kau sehat-sehat saja?" Yuan menghapuskan emosinya dan dengan tenang menyapanya.

"Iya."

Ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Namun, Presiden Seo meninggalkan Joon Hun dan mengampirinya. Dengan senyuman ramah di wajahnya, ia tampak sepenuhnya berbeda dari ketika ia berbicara dengan anggota keluarganya yang sebenarnya. Presiden Seo bahkan tidak memperlihatkan perhatian semacam ini pada putranya, sehingga Yuan pun jadi gugup.

"Ya?"

"Wajahmu jadi lebih kurus. Apa kau sakit?"

"Tidak, Pak."

Yuan menurunkan matanya seperti biasa dan merespon dengan sopan. Presiden Seo menatap Yuan sedikit sebelum berbicara. "Baiklah, kemari dan duduklah."

Yuan mengikutinya masuk dalam diam. Joon Hun dan Yuan, Presiden Seo, si bibi dan paman, dua anak mereka, dan masing-masing pasangan mereka. Ketika mereka bersembilan telah menemukan tempat duduk mereka di sekitar meja, hidangan perjamuan makan malam pun keluar.

Di dalam ruangan beraksen emas dengan banyak lukisan berharga di dindingnya, Yuan dihidangkan makanan yang dipersiapkan oleh koki-koki terbaik. Bahkan dengan semua ini, ia tidak dapat menemukan kepuasan apapun.

"Bagaimana jadinya masalah di Dubai?" Paman Joon Hun, Seo Moon Hyuk, mengangkat gelas minuman kerasnya selagi ia bertanya.

"Kau tidak berencana untuk kehilangan semua uang itu, kan? Semua pemegang saham sedang panik sekarang ini."

Matanya yang seperti ular itu beralih pada Presiden Seo sewaktu ia berbicara.

"Kalian semua mengklaim bahwa ini adalah seekor angsa emas, tetapi ini hanyalah sebuah situasi yang kacau."

"Jaga ucapanmu, Paman." Joon Hun berbicara dingin.

"Proyek itu bergerak maju seperti yang direncanakan, dan kami juga menemukan beberapa petunjuk terkait pelakunya."

Tangan Yuan yang sedang memegang garpunya pun berhenti bergerak.

"Kau dapat sesuatu? Siapa? Siapa bajingan ini?!" Suara si paman langsung jadi tajam.

"Selagi kami mengikuti jejak uangnya, kami menemukan satu nama yang aneh."

"Jadi, siapa itu?!"

"Aku tidak mungkin mengungkapkan itu di sini."

"Apa katamu?"

Sebuah pisau perak jatuh ke piring dengan bunyi dentingan.

"Keparat kau ..."

Boom! Seo Jae Hyuk menggebrakkan tangannya ke atas meja. Semuanya menegang karena kaget.

Mata mengancam Presiden Seo melirik Seo Moon Hyuk. Seo Moon Hyuk memalingkan kepalanya sementara ia berdeham dengan canggung. Presiden Seo pun mulai memotong steaknya dalam diam.

Yuan tidak bergerak seinci pun. Apa yang Joon Hun temukan? Nama siapa?

Yuan mendongakkan kepalanya dan meliriknya. Joon Hun sedang menatap Yuan. Kecemasan merayapi Yuan. Pria itu menatapnya dengan dingin seolah-olah ia mengetahui segalanya. Jantung Yuan terpilin di dalam dadanya.

"Kenapa kau tidak makan?"

Yuan mendengar suara Presiden Seo. Terkejut, Yuan menoleh menatapnya. Seakan-akan ia sungguh mencemaskan dirinya, Presiden Seo menatap Yuan penuh perhatian.

"Apakah makanannya tidak sesuai seleramu? Kau memakan ini dengan lahap terakhir kali, jadi aku secara khusus memilih hidangan ini lagi ..."

"Tidak, ini lezat." Yuan menjawab dengan hati-hati.

"Kalau kau tidak menyukainya, minta saja mereka untuk membuatkanmu sesuatu yang lain. Tidak perlu memaksakan dirimu untuk memakannya."

"... Iya, Pak." Yuan menjawab pelan dan memutar kembali kepalanya. Kebaikan Presiden Seo mengerikan. Alasannya memilih Yuan sebagai menantu wanitanya membuat Yuan sakit hingga ke perutnya. Sementara pria itu memandangi sisi sampingnya, malahan, Yuan dapat menerka, siapakah yang sedang dilihatnya, dan itu membuatnya bahkan lebih buruk.

Namun, Presiden Seo bukanlah masalah utamanya. Yuan tidak tahu petunjuk yang ditemukan Seo Joon Hun, dan itu membuatnya gila. Ia mengangkat kepalanya lagi. Mata hitam yang tak berujung itu masih menatapnya.

Tatapan itu agak berbeda dari yang tadi pagi. Ia merasa seolah itu akan membakarnya hidup-hidup. Yuan tidak bergerak sedikit pun.

Ia punya firasat buruk tentang ini.


(T/N : Update selanjutnya, tanggal 15 Juli 2020.)

1 komentar:

  1. Semakin penasaran,,, kayaknya joon hun berupaya selalu melindungi yuan. Sikapnya ini yg membuat yuan memahami bahwa joon hun menyayanginya, mencintainya

    BalasHapus