Selasa, 07 Juli 2020

TMPW - Chapter 5 Part 2

The Man's Perfect Wife - Chapter 5 Part 2


WARNING: NSFW

Peringatan : Konten Seksual Eksplisit



Yuan tidak mau kalah. Ia hanya tidak mau kalah dari pria ini. Kau pikir, siapa dirimu? Berani-beraninya kau mempermalukanku seperti ini!

Seo Joon Hun, kau bukan apa-apa. Kau hanyalah sebuah alat yang kumanfaatkan demi mencapai tujuanku. Kita tidak ada artinya terhadap satu sama lain! Sama sekali tidak ada!

Thrust!

Suara kulit yang bertabrakan memenuhi ruangan sementara Joon Hun menusuk ke dalam Yuan. Itu adalah gerakan yang kejam, yang tak lagi mengandung pengendalian maupun cemoohan. Yuan memejamkan matanya dengan erat sementara ia diam-diam tertawa.

Iya, seperti itu. Jangan bertingkah seolah kau lebih baik dariku, Seo Joon Hun. Kau sama saja seperti pria lainnya. Kau akan melompat di kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak uang atau untuk memuaskan hasratmu. Kalian semua, anak-anak pelacur tolol yang akan jadi buta akan amarah dan kecemburuan.

Sekarang, semuanya mulai goyah. Semuanya jadi sinting. Yuan tidak lagi mempedulikan tentang yang lainnya selain dari hujaman-hujaman Joon Hun yang cepat dan bertenaga. Yuan merasa seolah ia kehilangan akal sehatnya. Joon Hun terus memompa ke dalam dirinya dengan kenikmatan yang menyiksa!

"Arrgh!"

Yuan melengkungkan punggungnya. Benih Joon Hun terasa seperti lava cair selagi pria itu menemukan pelepasannya di dalam dirinya. Betapa terkejutnya Yuan, ia menyadari bahwa Joon Hun lupa memasang kondom. Ini adalah pertama kalinya pria itu menyemburkan benih di dalam dirinya, dan itu adalah perasaan yang aneh.

"Kondom ..."

Yuan berbisik, tetapi tidak ada respon. Joon Hun benar-benar sudah kehilangan akalnya. Ia mengeluarkan dirinya dari Yuan dan segera membalik tubuh wanita itu. Sebelum Yuan bisa menarik napas, ia menerjang masuk lagi ke dalam Yuan dari belakang.

"Joon Hun ..."

Yuan mencengkeram matras jerami itu kaget, dan memanggil namanya. Meskipun Joon Hun baru orgasme, ia tidak melembek sedikit pun. Sebaliknya, ia terus jadi lebih tebal. Yuan merasa seakan-akan ia dikoyak.

Haa.

Yuan mulai terengah. Pandangannya jadi putih sebelum itu mulai bergoncang sekali lagi. Ia mengulurkan tangannya dan meletakkan tangannya di pintu geser kertas tersebut. Bunga peoni terang di depan matanya mulai memutarbalikkannya dengan pusing.

Yuan sungguh berpikir ia akan kehilangan akalnya seperti ini. Ia melihat ke bawah, dan melihat paha Joon Hun yang berotot dan penisnya yang besar. Di bawah itu, Yuan dapat melihat dengan jelas skrotum Joon Hun yang bergoyang seiring dengan pergerakannya. Yuan melihat cairan mereka yang menyatu, mengalir turun dan menetes di lantai.

Ya Tuhan.

Yuan mengepalkan jari-jarinya di lantai. Ia merasa seolah sensasi intens itu akan membuatnya gila. Namun, ia tidak mau Joon Hun mengetahuinya. Ia tidak ingin runtuh lebih daripada yang sudah dilakukannya.

Saat itu, Joon Hun meraih payudaranya dan bagian belakang lehernya dan menariknya tegak.

"Ti ... tidak."

Tubuh Yuan sudah mencapai puncaknya. Penis Joon Hun menusuk masuk kembali ke dalam dirinya. Sudah mencapai batasannya, Yuan tidak dapat menangkisnya lebih lama lagi.

Aku rasa, aku bisa gila!

Dengan panik, Yuan berusaha untuk melepaskan tangannya. Di hujaman Joon Hun yang lambat, bertenaga, pandangan Yuan mulai memutih.

"Aargh!"

Yuan mencoba untuk melepaskan dirinya dari pelukan Joon Hun. Namun, ia masih terperangkap di dalam lengannya dan tidak bisa bergerak sama sekali. Salah satu tangan pria itu menangkap payudaranya dan meremasnya, sementara tangan yang lainnya mulai menjelajah ke sela pahanya.

"Arrgh!"

Tidak sanggup menerima lebih banyak penghinaan, Yuan memejamkan matanya erat-erat. Seolah ini akan menghilang setelah ia memejamkan matanya. Sewaktu pria itu terus memompa ke dalam dirinya, Yuan merasakan tubuhnya mendaki ke puncak sekali lagi.

Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Cukup!

Akan tetapi, tubuhnya sudah tidak punya rasa malu lagi setelah mengalami kekeringan yang panjang. Klimaks Yuan melanda dirinya layaknya sebuah tsunami, menyebabkannya memekik.

"Aaaahhh!"

Erangan Yuan merupakan bukti paling jelas atas kenikmatannya.

Cairannya membasahi pahanya. Yuan tidak dapat menghentikan tubuhnya agar tidak roboh sewaktu ia mengejang. Sekujur tubuhnya jadi lemas seolah ia sudah meleleh. Air mata kenikmatan, suka cita, dan penghinaan, tumpah dari matanya. Yuan membenci Joon Hun. Ia tidak akan pernah memaafkan Joon Hun karena membuatnya seperti ini.

"Kenapa kau terlihat seperti itu? Sepertinya, kau pasti menikmatinya."

Yuan gemetaran mendengar bisikannya. Joon Hun memutar kepala Yuan dan mengigit bibirnya. Sudah pasti Yuan merasakan pria itu keluar lagi di dalam dirinya, benihnya memenuhi dirinya sebelum menetes keluar dari dalamnya. Namun, pria itu tidak berhenti.

"Joon Hun-ssi, kumohon ..." Yuan menangis sewaktu ia memohon padanya.

Yuan berpikir kalau ini berlangsung terus, ia akan benar-benar kehilangan akalnya. Sensasi yang intens ini membuatnya gila.

"Aku bersalah, jadi kumohon ... cukup ..."

"Terlambat, Min Yuan." Joon Hun menjilat bibirnya.

Suara basah itu mulai meningkat. Yuan merasa jalan masuknya terisi penuh sementara kehangatan mulai meresap ke tubuh bagian bawahnya. Yuan meronta, tetapi sekali lagi, ia roboh. Rasa merinding menjalar dari atas kepala hingga ke ujung kakinya.

"Uaahh! Aaaah!"

Aagh, apa yang yang harus kulakukan? Sungguh, apa yang harus kulakukan?!

"Haa, haaa, haaa."

Yuan serasa terbakar. Ia benar-benar merasa seakan semuanya jadi memutih dan ia menghilang. Seluruh dunia mengilang. Keadaan sekelilingnya, Tae Kyung, bahkan 500 miliar sialan itu. Ia tidak bisa melihat apa-apa. Hanya dirinya, dan tubuh mendominasi Joon Hun yang terasa sangat nyata.

Di kesenangan tanpa napas ini, Yuan menegang. Sekujur tubuhnya jadi kaku. Lalu ia jatuh.

Apa ... ini?

Yuan menundukkan kepalanya sementara bibirnya bergetar.

Merasa seolah ia sudah mati dan hidup kembali, Yuan mengangkat kelopak matanya yang bergetar. Ia melihat lantai matras tatami restoran tersebut. Ia membenci dirinya karena dikalahkan oleh penghinaan dan kenikmatan. Ia ingin berbalik dan membunuh Seo Joon Hun.

Pria itu masih berada di dalamnya. Yuan masih kejang di sekitarnya selagi ia terus mencengkamnya dengan erat. Aroma seks pun meresap di ruangan tersebut. Ia tidak ingat, berapa kali mereka sudah mencapai klimaks.

Bagaimana Yuan akan mengatasi ini untuk bergerak maju? Ia bertanya-tanya apakah ia bahkan sanggup untuk meninggalkan tempat ini. Ia tidak bisa tahu apa-apa. Tangannya mulai bergetar sewaktu ia terus menopang dirinya di lantai.

Di saat itulah.

Yuan terkejut, mengetahui kalau pintu geser kertas itu masih terbuka, tak lebih dari satu sentimeter. Melalui celahnya, ia bisa melihat sosok seseorang.

Seseorang sedang menonton mereka!

Mereka melihat semuanya!

Rasa mengigil yang mengejutkan pun menjelajahi tulang belakangnya.

Di saat itu, satu orang masuk ke dalam benaknya.

Itu tidak masuk akal. Namun, Yuan punya sebuah firasat, bahwa orang yang ada di balik pintu itu adalah Yoon Hee Soo. Satu-satunya orang yang tidak akan bisa melepaskan matanya darinya dan Joon Hun ... Orang yang masuk ke lounge ketika ia mendengar suara Joon Hun ... Yoon Hee Soo membeku sewaktu ia menonton mereka.

Tiba-tiba saja, bibir yang panas menekan tengkuk leher Yuan. Itu adalah bibir Joon Hun yang masih belum mendingin. Suaminya terobsesi dengan bagian belakang lehernya dan selalu mengigit kecil dirinya di situ, selama afterplay mereka. Penisnya masih berada di dalam dirinya dan berkedut-kedut sementara ia terus menggosok-gosokkan dirinya di tubuh Yuan.

Mata Yuan masih tertuju pada pintu geser kertas yang sedikit terbuka itu.

"Direktur Seo sudah punya jam tangan yang mirip dengan ini, Nyonya Muda."

Yuan teringat mata arogan Yoon Hee Soo ketika ia mengucapkan kata-kata ini.

Yuan tidak bisa mempercayainya. Wanita ini pastinya gila juga. Namun, amarah mulai mengambil alih. Pelacur itu hanya menonton sewaktu Joon Hun menyetubuhinya layaknya seekor binatang.

Yuan tidak bisa memaafkan Yoon Hee Soo. Ia tidak bisa memaafkan mereka berdua. Ia lepas dari kabut kenikmatan sewaktu matanya jadi waspada dan dingin.

Yuan memindahkan tubuhnya. Joon Hun mengulurkan tangan untuk menangkap perut bagian bawahnya lagi, tetapi ia menyingkirkan tangannya sewaktu ia memungut mantelnya yang ada di lantai. Ia memakai mantel itu di bahunya. Yuan berbalik dan menghadap Joon Hun sewaktu ia duduk.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Melihat prilakunya yang tidak menentang, Joon Hun mengangkat satu alisnya.

"Kau tidak berpikir kalau seks adalah sesuatu yang kau lakukan seorang diri, kan?" Yuan menanyainya dingin sebelum memeluk leher pria itu.

Dari sudut pandang Yoon Hee Soo, ia hanya bisa melihat punggung Joon Hun dan kaki Yuan yang mengangkang. Ia tidak akan bisa melihat tempat penyatuan mereka.

"Jadi, kau mengatakan bahwa kau ingin babak lainnya?"

"Sepertinya, aku masih belum cukup." Bibir Yuan terpilin sewaktu ia menjambak rambut Joon Hun.

Terkejut, Joon Hun menyipitkan matanya. Menyadari makna di balik kata-kata mencemooh Yuan, ekspresinya pun berubah dingin. Tetapi itu tidak jadi soal.

Yuan sedang tidak waras. Di dalam kepalanya, ia hanya berpikir tentang membuat Yoon Hee Soo kesal.

Itu benar. Inilah diriku.

Yuan tidak akan terus menjalani kehidupan secara diam-diam setelah mendapatkan pukulan. Dari suaminya ataupun dari Yoon Hee Soo.

Matanya mulai dipenuhi dendam. Seperti itu saja, ia menurunkan tubuhnya dan menelan penis Joon Hun. Penis tegang Joon Hun masih keras, tetapi karena ia sudah berulang kali melakukkan pelepasan di dalam Yuan, itu masih diselimuti dengan cairan mereka, dan dengan lancarnya masuk ke dalam tubuh Yuan.

Sewaktu Joon Hun mulai bergerak, Yuan memerintahkannya diam-diam. "Jangan bergerak."

Dengan itu, Yuan menjambak rambut Joon Hun dan menarik kepalanya ke belakang.

Gila, ini benar-benar gila. Merasa seolah ia sudah menarik makhluk buas dengan satu tangan, kesenangan yang mendebarkan menyebar di dalam dadanya. Selama dua tahun pernikahan mereka, Yuan tidak pernah menyerang Seo Joon Hun seperti ini.

Entah apakah Joon Hun juga syok atau apakah dirinya yang seintens itu, Yuan tidak yakin, tetapi pria itu jadi kaku dan tidak bergerak.

Yuan menurunkan tubuhnya. Ia menerima pria itu hingga ke pangkalnya. Sewaktu ia melakukan ini, ia tidak melepaskan matanya dari pria itu. Mata Joon Hun yang hitam dan berkabut. Mereka tampak kosong dan dingin, tetapi sudah pasti mereka adalah mata dari makhluk buas.

Yuan memutar-mutar pinggulnya dan menurunkannya lagi. Untuk sesaat, mata Joon Hun berkedut. Menyaksikan reaksi itu, Yuan mulai dengan mulusnya memutar pinggulnya membentuk lingkaran.

"Ugh." Joon Hun melepaskan erangan kecil.

Ini adalah pertama kalinya ia mengerang selain dari ketika ia klimaks. Merasa seolah dirinya mendominasi Joon Hun, Yuan mulai merasa lebih baik. Ia mengendurkan cengkeramannya di rambut pria itu, dan mulai mengelus-elus leher maskulinnya, dan bahunya yang lebar sementara ia memutar pinggulnya.

Secara perlahan-lahan. Seolah ia adalah wanita yang paling diinginkan di dunia ini.

Bersamaan dengan suara basah itu, penis Joon Hun bahkan lebih mengeras lagi. Setiap kali pinggul Yuan bergerak, bagian dalamnya serasa menjilat dan menghisap dirinya. Yuan tidak tahu kalau tubuhnya melakukan ini, begitu pula dengan Joon Hun. Yuan bergerak seakan ia sedang berusaha untuk menghisap keluar jiwa Joon Hun.

Wajah Joon Hun mengerut. Warna merah mulai merayapi lehernya. Yuan terkejut dengan respon yang tak terduga ini, dan pergerakannya jadi kian berani. Setiap kali ia menstimulasi pria itu, ada letupan kecil yang meledak di dalam dirinya. Rasanya seperti balon air panas yang meletus, terisi kembali, dan meletus lagi.

"Aah." Yuan melemparkan kepalanya ke belakang. Tak sanggup menahan pergerakannya, blusnya yang sobek itu meluncur turun dan mengekspos salah satu bahunya. Satu gerakan itu tampak elegan dan indah. Setiap gerakan Yuan tampak sensual.

"Yuan!" Joon Hun menjeritkan namanya.

Namun, tidak ada dingin yang tersisa di dalam suara Joon Hun. Suaranya terdengar seperti orang demam, seperti seorang pria yang telah kehilangan jiwanya.

Tubuh Yuan tersentak dan mulai bergerak lagi. Ia tidak tahu suara macam apa yang akan dibuat Joon Hun saat pria itu terangsang. Ia tidak tahu bagaimana cara untuk menggambarkan seperti apa rasanya, mencengkeramnya dengan erat di dalam dirinya.

Suara dari kulit mereka yang bertumburan menggema di dalam ruangan tersebut, dengan ganasnya, Joon Hun mengangkat pinggulnya ke arah Yuan. Sebelum Yuan bisa mendapatkan kembali kesadarannya, Joon Hun menarik diri dan kembali menusuk ke dalam.

Yuan mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Yoon Hee Soo. Meskipun mustahil untuk mengetahuinya, Yuan dapat merasakan kalau mata mereka bertemu. Terlepas dari apa yang terjadi, pria ini tergila-gila padaku. Tidak bisakah kau melihatnya?

"Yuan!" Joon Hun memanggil namanya.

Joon Hun memanggil seolah ia sedang memanggilnya untuk pertama kalinya. Seakan ia terhipnotis, ia memanggil, dan terus memanggil nama Yuan. Tubuh mereka berdua saling membelit seperti ular. Mereka tidak tahu lagi, tangan atau kaki ini milik siapa. Mereka berbaur dan bersatu hingga tidak ada jarak di antara mereka.

"Haa!"

Yuan terbakar. Ia meleleh di dalam api yang membara. Dagingnya, tulangnya, jari-jarinya yang menggenggam pundak Joon Hun, ujung jari kakinya yang menggores lantai. Semuanya lenyap.

Semuanya menghilang ke kejauhan.

Apa yang baru saja kulakukan?

Akhirnya Yuan menyadari bertapa gilanya ia sudah bertingkah, dan mengangkat kepalanya. Itu adalah satu hal, untuk merasakan rasa mengigil yang kuat menjalari sekujur tubuhnya untuk pertama kalinya seumur hidupnya, tetapi bagaimana bisa ia menjelaskan, mengapa ia sepenuhnya menggila setelah berpikir Yoon Hee Soo tengah menonton mereka?

Entah apakah amarahnya sudah mereda dikarenakan syoknya sendiri, Yuan tidak tahu, tetapi Joon Hun sekarang ini tengah membantu Yuan mengenakan bajunya yang sobek dengan perhatian yang luar biasa. Kalau bukan karena mantelnya, mereka tidak akan bisa menutupi tubuh Yuan. Celana dalam Yuan sudah berubah jadi kain tua yang tak dapat digunakan, dan ia tidak akan bisa memakainya lagi.

Untuk beberapa alasan, aura di sekitar pasangan itu sepertinya telah berubah. Kapanpun jari Joon Hun menyentuhnya saat membantu dirinya berpakaian, kulit Yuan terasa kebas, seperti terbakar.

Semuanya terlalu membingungkan. Tidak seperti ini waktu pertama kali mereka melakukan seks, tetapi ini masih terasa baru. Ini adalah pertama kalinya Yuan yang berinisiatif. Ini adalah pertama kalinya Yuan merayu Joon Hun.

Ia ingin kehilangan semua ingatan tentang insiden ini. Namun, itu tidak akan terjadi. Yuan terus teringat-ingat akan bayangan wajah Joon Hun di depan matanya. Ekspresinya yang agak mengerutkan dahi, erangan yang tak dapat ditahan pria itu. Rambut Joon Hun yang disisir dengan jari-jarinya.

"Kau baik-baik saja?" Suara Joon Hun tenang selagi ia bertanya pada Yuan.

Yuan tidak dapat menemukan jejak dari amarah yang membara begitu ganasnya yang telah melanda mereka.

"Aku baik-baik saja." Yuan menjawab kosong.

"Kalau kau lelah, aku bisa menggendongmu."

"Sudah pasti tidak."

Yuan buru-buru berlari keluar dari ruangan. Tidak ada siapa-siapa di koridornya. Kini, ia menyadari kalau seluruh restorannya kosong. Apa yang terjadi? Apakah Joon Hun ...

Yuan berbalik dan bertanya, "Apa kau memesan seluruh restorannya hari ini?"

Joon Hun tergelak mendengar pertanyaannya.

Apakah itu berarti bahwa, tidak ada seorang pun yang akan bisa melihat ke dalam ruangan mereka melalui jendelanya?

"Tetap saja, seorang pegawai dapat melihatnya."

Mendengar kata-kata penuh celaan Yuan, Joon Hun mengangkat bahunya.

"Semua orang mengetahui apa arti sebenarnya dari makan malam ulang tahun pernikahan."

'Siapa yang akan mengetahui itu?' Yuan ingin balas meneriakinya, tetapi sudah terlambat untuk mendebatkan soal ini sekarang.

Yoon Hee Soo sudah memanggil mobil di luar sana. Matanya tampak lebih dingin dari biasanya. Meskipun ekspresi ini enak sekali untuk dilihat, mendadak Yuan merasa kalau Joon Hun patut dibenci. Apa yang diperbuatnya ... dengan semua ini?

Vrroomm.

Mobilnya mulai bergerak. Yuan memalingkan kepalanya dan melihat ke luar jendela seperti biasa. Benih Joon Hun masih menggenang di dalam dirinya, dan itu terasa tidak nyaman. Wangi Joon Hun yang kental menyelimuti tubuhnya seperti parfum dan membiarkan mereka mengetahui apa yang baru saja mereka lakukan.

Joon Hun meletakkan tangannya di atas paha Yuan. Kaget, Yuan menolehkan kepalanya dan memandanginya. Sementara Joon Hun memandang keluar jendela, ia mendorong tangannya ke sela paha Yuan.

Plak!

Dengan galaknya, Yuan memukul tangan Joon Hun.

Pfft.

Sewaktu ia tertawa terbahak-bahak, wajahnya tidak kelihatan seperti wajah normal seorang Seo Joon Hun.

0 comments:

Posting Komentar