Apa? Apa katanya? Threesome? Bertukar pasangan?
"Apa yang barusan kau bilang?"
"Kenapa tidak? Aku hanya sedang memberikan beberapa ide untuk membumbui pernikahan kita yang menyenangkan."
"Bagaimana bisa kau menggambarkan pernikahan kita sebagai 'menyenangkan'? Aku pikir 'memuakkan' adalah kata yang lebih pantas. Apa kau sudah gila?"
"Aku memberitahumu kalau kau boleh memiliki kekasihmu dalam pernikahan ini, yang tidak kita pilih untuk miliki. Mengapa kau begitu marah?"
"Seo Joon Hun-ssi."
Joon Hun terkekeh selagi ia bangkit berdiri dari tempat duduknya.
Yuan merasakan adanya bahaya dan tersentak sebelum mundur. "Tetap di sana!"
"Min Yuan, cukup dengan aktingnya."
"Apa?"
Joon Hun mengitari meja dan menghampiri tempat duduk Yuan. Selagi ia menunduk menatapnya, Joon Hun mulai melonggarkan dasinya.
"Aku merasa seperti, aku sudah mengabaikanmu belakangan ini. Jika aku tahu kau mengalami waktu yang sesulit ini, aku akan lebih berusaha keras."
Mata dinginnya yang menatap ke bawah membuat Yuan gemetaran.
Tidak mungkin ...
"Apa katamu?" Yuan menggeram.
Meski jika mereka berada di dalam ruangan yang tertutup, ini adalah tempat umum. Mereka berada di dalam sebuah restoran. Siapa saja bisa masuk kapan saja.
"Apa kau sudah gila?"
Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tak peduli seberapa tidak terduganya Seo Joon Hun, tidak mungkin ...
Blus Yuan robek sewaktu Joon Hun menariknya ke arah berlawanan. Yuan membuka mulutnya kaget dan membeku. Kancing-kancing yang terlepas itu melayang ke segala arah. Tak repot untuk melepaskan bra Yuan, tangan Joon Hun masuk ke bawahnya dan mulai mengelus membelai payudaranya.
"Joon Hun-ssi!"
Yuan melepaskan jeritan tertahan dan meraih kedua pergelangan tangan suaminya. Namun, ia tidak bisa mengalahkan kekuatan pria itu. Tubuhnya mulai jatuh ke belakang.
"Hentikan."
"Shh. Apa kau sungguh ingin seorang pegawai untuk masuk memeriksa?"
"Berhenti ..."
Tangan Joon Hun masuk ke bawah roknya dan mendorong celana dalamnya ke samping.
Ya Tuhan! Apa yang sedang dilakukannya?
Semenjak malam pertama mereka saat bulan madu mereka, Joon Hun selalu menjadi kekasih yang agresif. Namun, ia masih menghormati keinginan Yuan.
Juga, sekarang ini mereka berada di sebuah restoran. Dan satu dindingnya terbuat dari kaca! Meski jika Joon Hun benar-benar jadi gila, mereka tidak bisa melakukannya di sini. Yuan berhasil lolos darinya dan mundur ke satu sudut di dalam ruangan. Tidak seperti dirinya yang biasa, Joon Hun bersikeras mendekatinya. Ini adalah pertama kalinya, Yuan melihat Joon Hun seperti ini. Selain itu, Joon Hun sangat marah.
"Itu cukup ..." Yuan ingin menyuruhnya berhenti, tetapi lidah Joon Hun masuk ke dalam mulutnya. Lidah berasa sake Joon Hun melilit lidahnya. Walau ia mencoba untuk melarikan diri, pria itu menghisapnya kembali dan mengigitnya. Yuan gemetaran selagi ia mencium aroma menyetrum Joon Hun.
Yuan telah menjaga jaraknya dari Joon Hun selama setengah tahun. Tubuh kelaparannya segera bereaksi atas bibir pria itu. Tiga hari yang lalu, ketika Joon Hun menciumnya, Yuan bermaksud untuk mencakar wajahnya, tetapi tangannya tidak bisa bergerak.
Seo Joon Hun.
Si pria terhormat yang selalu mundur ketika Yuan memberitahu padanya kalau ia terlalu lelah. Setelahnya, walau Yuan memberitahu pada dirinya sendiri kalau ia melakukan pekerjaan yang baik, tubuhnya menggeliat tak nyaman. Joon Hun selalu mundur ketika ia mengatakan ia tidak menginginkannya, jadi, kenapa pria itu begitu gusar sekarang?
Apa kau menikmati ini sekarang ini?
Apa kau sudah gila, Min Yuan? Dorong dia sekarang! Sekarang!
Yuan terigat Yoon Hee Soo dan kata-kata yang baru saja diucapkan Joon Hun padanya, tetapi itu bukan masalah. Panas yang berasal dari Joon Hun, perasaan tak beradab yang diberikan pria itu padanya ... Yuan tidak mampu melawannya.
Tidak, aku bilang tidak! Kuatkan dirimu, Min Yuan!
Namun, ia tidak dapat bergerak.
Yuan memalingkan kepalanya. Tanpa keraguan, jari panjang Joon Hun memasuki dirinya dengan cepat, menyebabkan arus listrik serasa menjalari tubuhnya.
"Haa!"
"Apa kau sungguh ingin aku untuk berhenti? Tolong, cobalah untuk jujur, sekali saja."
Joon Hun sudah mengetahui tubuh Yuan lebih baik daripada Yuan sendiri. Ia berbisik di telinganya sementara ia terus mengusap-usap sweet spot Yuan.
Tidak! Sekujur tubuh Yuan mulai bergetar.
"Kau menyukainya di sini. Kau bilang padaku kalau kau mencintai pria lain, tetapi kau jadi gila kapanpun aku menyentuhmu di sini." Selagi ia berbicara, Joon Hun memasukkan jari lainnya.
Tidak, tidak, jangan.
Yuan merapatkan kakinya dengan panik. Dengan putus asa, ia menurunkan kedua tangannya dan meraih tangan Joon Hun. Namun, jari pria itu dengan keras kepalanya, tetap di tempat mereka berada. Tidak, mereka terus saja mengusap-usap bagian dalamnya dan menggesek sweet spot-nya.
"Nn ..." Kepala Yuan tertunduk.
Pelayanan Joon Hun kasar dan tidak pantas. Dengan kejamnya ia bermain-main dengan tubuhnya, tetapi Yuan merasa seakan ia kehilangan akalnya. Pandangannya jadi kabur. Desain di langit-langit restorannya jadi terdistorsi.
Yuan menolehkan kepalanya ke samping. Ia masih didorong di satu sudut ruangan, tetapi jika seseorang mendekati kaca dan mengintip ke dalam, mereka akan dapat melihat apa yang sedang terjadi di antara mereka.
Tangan Yuan meraba-raba sekitar dinding kaca itu hingga ia berhasil mendorong pintu geser kertas itu tertutup. Dengan bunyi gedebuk, pintu geser kertas itu menutupi sepanjang dinding kaca. Bunga-bunga cerah yang menghiasi kertasnya tampak seperti sebuah ilusi. Berkat tindakannya, tubuh Yuan dan Joon Hun kini membelit dalam bayangan.
"Aahh!"
Di saat itu, Yuan mencapai puncaknya. Pandangannya jadi berkabut. Selagi ia mengap-mengap mengambil napas, orgasmenya membasahi jari-jari Joon Hun. Dari luar jendela yang hampir tidak berhasil ia tutupi, hanya kaki mereka yang terbelit yang dapat terlihat. Pria itu masih berpakaian lengkap, tetapi rok Yuan sudah disingkap ke atas, dan pahanya yang langsing dan betis pucat itu terekspos di bawah cahaya.
"Oh, Min Yuan sayang."
Joon Hun mengeluarkan jarinya dan memegangi mereka di depan Yuan. Cairan lengket berwarna putih itu menuruni jari-jarinya. Ia memasukkan jarinya ke dalam mulutnya dan menghisapnya.
"Kau pasti kelaparan." Suara acuh tak acuhnya terdengar dingin.
Kini Yuan menyadari kalau ada yang tidak beres. Mata Joon Hun tampak berbeda. Meskipun kata-katanya dingin, matanya membara.
Yuan mulai gemetaran. Melihat sisi tak beradab Joon Hun untuk pertama kalinya, secara naluriah, Yuan merasa ngeri.
"Joon Hun-ssi ..."
"Ssshh ... Tidak apa-apa. Aku tidak akan menyakitimu." Ia terkekeh seolah ia sedang menyihir Yuan.
Joon Hun tahu. Ia tahu bahwa ia sudah jadi setengah gila. Ia tidak bisa mendapatkan kembali kendalinya. Walaupun ia tahu kalau mustahil bagi Yuan untuk bertemu dengan Lee Tae Kyung sementara mereka menikah, ia tidak dapat menekan amarah yang menggelegak di dalam dirinya. Sekretaris Yoon selalu menempel di sisinya, dan ia terus-terusan diawasi dengan kamera pengintai sekaligus dengan para penjaga keamanan.
Tetapi, siapa yang tahu?
Biarpun itu dimulai dari sebuah ponsel di departement store hari ini, sebaliknya, malah akan ada seorang pria yang menunggu besok? Ini adalah wanita yang sudah menolaknya secara terus-menerus selama enam bulan. Apa ia pergi ke departement store untuk bertemu dengan bajingan itu? Apakah mereka melanjutkan hubungan mereka di dalam kamar mandi yang kotor itu?
Apakah bajingan itu memasuki dirimu?
Apakah ia menghisap dan menyentuhmu seperti aku menghisap dan menyentuhmu?
Aku akan membunuhnya.
Joon Hun tertawa dingin.
Jika pria itu melakukannya, Joon Hun akan membunuhnya. Ia akan membunuh Yuan juga.
Yuan merasakan dingin yang terpancar dari Joon Hun dan tersentak selagi ia membeku. Energi menakutkan yang terpancar dari Joon Hun sementara pria itu berdiri menjulangi dirinya, membuat Yuan lumpuh.
Joon Hun mengangkat dagu Yuan. Dengan bibirnya yang masih diselimuti dengan cairan Yuan, ia menabrakkan bibirnya ke bibir wanita itu. Itu berbeda dari yang terakhir kali. Ciuman itu kasar dan ganas, seolah pria itu tengah menyantapnya.
"Hnngg ..."
Tanpa sengaja, Yuan mengerang selagi ia membuka mulutnya. Ia dapat merasakan Joon Hun terkekeh di bibirnya. Namun, Yuan tidak bisa berhenti. Liur pria itu mengalir ke dalam tenggorokannya. Yuan menarik lengan bajunya sewaktu ia gemetaran.
"Cukup ..."
"Jangan malu-malu." Jari Joon Hun memasuki Yuan lagi.
Ah, Tuhan, tidak! Yuan mulai meronta. Namun, ia tidak bisa lolos dari stimulasi ini. Tubuhnya terpilin. Setiap kali jari Joon Hun bergerak, suara lengket dan tidak senonoh pun memenuhi ruangan. Yuan memutar kakinya, sementara ia mencoba untuk mencegah tangan Joon Hun. Namun, semakin ia meronta, semakin kasar pula jari Joon Hun bergerak.
"Kumohon, cukup ... Haa."
Apakah ini sungguh sebuah penolakan? Bahkan di telinga Yuan, suaranya terdengar lebih mirip seperti erangan yang terisak. Joon Hun tertawa menghina. Walaupun semestinya Yuan mendorongnya, rasa mengigil lainya menjalari sekujur tubuhnya. Yuan memalingkan kepalanya selagi ia bergetar. Joon Hun menempelkan bibirnya di tengkuk Yuan, dan ia bisa merasakan napas pria itu mengenainya.
"... Hentikan."
"Shh, sayang, diamlah."
"Minggir. Aargh ..."
Sekujur tubuh Yuan jadi kebas. Tubuhnya yang kering meleleh di bawah jari-jari Joon Hun. Meskipun Yuan dengan dingin menolaknya di luar, di malam-malam pria itu pergi, hanya Yuan yang tahu apa yang diperbuatnya di bawah selimut, dimana tak ada seorang pun yang dapat melihatnya.
Yuan tahu bagaimana jari-jarinya bergerak untuk membawakan kenikmatan bagi dirinya sendiri. Seperti apa suara rintihannya ketika ia sendirian. Betapa ketakutannya ia akan tindakannya sendiri ...
Yuan membenci dirinya sendiri. Ia tidak dapat memaafkan dirinya karena menerima Joon Hun dalam situasi yang tak bisa dijelaskan ini.
Yuan kaget mendengar suara ikat pinggang Joon Hun yang terlepas.
"Apa yang kau kira sedang kau lakukan?" Suara Yuan bergetar selagi ia bertanya.
"Aku tengah merayakan ulang tahun pernikahan kedua kita, sayang."
Penisnya yang kaku tampak lebih besar daripada yang biasanya.
Tidak mungkin. Di sini? Di restoran ini?
"Tidak bisa, Joon Hun-ssi."
"Kita akan lihat. Mari kita bicarakan setelah kau mencicipinya, Min Yuan-ssi." Ia meraih pinggul Yuan selagi ia bicara.
Walaupun Yuan memprotes dengan mulutnya, ia tidak merapatkan kakinya. Tidak pernah kalah saat itu tentang ketenangannya, kini Min Yuan membuka kakinya, menerima Joon Hun seolah ia adalah seorang pelacur. Tidak seperti kata-katanya yang tegas, kelopak merahnya berkedut-kedut sewaktu Joon Hun mendekat.
Apakah Yuan adalah orang yang sepenuhnya berpura-pura seperti yang dikatakan Joon Hun.
Ia benar. Yuan adalah seorang pembohong.
Dari awal hingga akhir, segala sesuatu tentang dirinya adalah sebuah kebohongan. Sewaktu Yuan mengingat ini samar-samar, ia tidak tahan lagi.
Tidak. Kuatkan dirimu sekarang.
Yuan memalingkan kepalanya sementara ia mencoba merapatkan kakinya. Namun, ia tidak dapat menghentikan pergerakan kuat Joon Hun.
Kejantanannya yang tumpul itu mendesak masuk ke celahnya. Dalam satu tarikan napas, pria itu menerobos masuk ke dalam dirinya. Yuan mencoba menahan erangannya dengan mengigiti bibirnya.
"Pembohong."
Kecaman Joon Hun membuatnya kesal. Namun, Yuan tidak sanggup mendorongnya. Sebaliknya, ia mengangkat tangannya dan melingkarkan mereka di sekitar leher pria itu.
"Min Yuan." Joon Hun menggeram sewaktu ia memanggil namanya.
Thrust!
Penisnya menusuk masuk ke dalam dirinya. Rasa nikmat yang intens pun menyapu sekujur tubuh Yuan seolah itu akan menghancurkannya.
Ia tidak tahu lagi. Yuan menengadahkan kepalanya. Merasakan tubuh suaminya lagi untuk pertama kali dalam enam bulan, terasa sangat intens.
"Aaargh." Meskipun Yuan menggertakkan giginya, erangan pun lolos.
Tubuh Yuan yang bersemangat menjepit Joon Hun dengan ketat. Tubuhnya sudah jadi gila akan kenikmatan yang diberikan pria itu padanya. Meskipun itu sakit dan ia menderita, kenikmatan yang mematikan pikiran ini membanjiri dirinya. Ia tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan.
Ia mendorong masuk lebih ke dalam Yuan. Seperti itu, tubuh Joon Hun dan Yuan pun menyatu dengan kasarnya. Skrotumnya yang berat pun menemukan tempatnya di antara paha Yuan. Demi memantapkan tubuhnya yang gemetaran, Yuan menggertakkan giginya. Ia menyembunyikan wajahnya di bahu Joon Hun dan berusaha sekuat tenaga untuk menahan rintihannya.
Dalam posisi ini, Joon Hun mulai bergerak. Ia memenuhi wanita itu seutuhnya dan terus mendorong kejantanannya yang panas, lebih jauh ke dalam seraya berbisik, "Beritahu aku. Bagaimana kekasihmu melakukannya?"
Joon Hun jelas-jelas menghinanya.
Yuan memelototinya dengan marah. Akan tetapi, Joon Hun hanya tertawa dingin.
"Beritahu aku, Min Yuan."
Joon Hun menarik diri. Sewaktu penis tebalnya meninggalkan tubuh Yuan, sensasi memusingkan menuruni punggung Yuan, menyebabkan sebuah erangan lolos dari bibirnya. Joon Hun tertawa. Ia mendadak kembali menusuk ke dalam, membuat tubuh Yuan gemetar.
"Itu cukup ... Aaargh."
Yuan tersentak dengan gangguan tiba-tiba itu yang sepertinya menembus hingga ke perutnya. Joon Hun mendorong dirinya ke dalam Yuan seolah-olah ia sedang mencoba menabrakkan tubuhnya ke dalam Yuan. Yuan merasa seolah ia akan larut, menyatu dengan dindingnya.
"Apakah rasanya nikmat?" Joon Hun bertanya tanpa ampun padanya.
"Vaginamu mencengkeramku dengan begitu ketat. Aku sedang bertanya padamu. Apa kau menyukainya, Min Yuan?"
Yuan mengepalkan jari-jarinya. Ia merasa seolah, setiap urat di dalam tubuhnya berada di ujung tanduk. Apa ini? Jenis siksaan tipe baru?
Joon Hun menarik diri lagi. Setiap kali pria itu keluar dari tubuhnya, ia melakukannya dengan begitu lambat, hingga Yuan merasa seakan dirinya jadi gila. Joon Hun menurunkan tangannya, mencari klitoris Yuan dan mulai menekannya dengan lembut dan memutar-mutarnya. Yuan mencoba untuk menahan rintihannya, tetapi ia tidak sanggup lagi menahannya, dan menggeliatkan pinggulnya dengan senang hati.
"Jawab aku, Min Yuan." Joon Hun berbisik lagi sewaktu ia memompa pinggulnya.
Saat dengan kuatnya Joon Hun menghantamkan tubuhnya pada Yuan, wanita itu mengerang lagi. Mata Yuan dipenuhi dengan dendam.
Ia balas memelototi Joon Hun dan menjawab, "Jauh dari itu."
"Apa?"
"Seo Joon Hun-ssi, apa kau pikir, aku akan merasa puas dengan sesuatu seperti ini?" Yuan mendidih penuh amarah. Ia nyaris tidak sanggup melihat lurus. Ia tidak akan memaafkan pria ini karena mengajukan pertanyaan semacam itu padanya sementara mereka melakukan hal semacam ini di tempat seperti ini.
Joon Hun balas menatapnya dengan mata yang dingin. Respon semacam apa yang diharapkan untuk didengarnya?
Pria bodoh.
"Kau masih harus menempuh jalan yang panjang, Seo Joon Hun. Apa kau sungguh berpikir kau dapat memuaskan diriku?" Yuan tertawa dingin selagi ia berbicara.
Joon Hun melingkarkan jari-jarinya di leher Yuan.
Yuan bisa mengetahui kalau pria itu haus darah dan ingin membunuhnya. Yuan tidak menghindari tangannya ataupun menghindari tatapannya.
Baik.
Bunuh aku.
Kau bisa selalu mencoba membunuhku.
Mata Yuan menjeritkan kata-kata itu pada Joon Hun.
Bunuh aku dengan belatimu......wkkkkk,malah salah tusuk...yg d tusuk d bwah perut
BalasHapus