Kamis, 09 Juli 2020

TMPW - Chapter 6 Part 1

The Man's Perfect Wife - Chapter 6 Part 1


Kenapa kau melakukan hal seperti itu?

Apa kau benar-benar sudah kehilangan akal sehatmu?

***


Pagi berikutnya, Yuan memandangi wajah kacaunya di cermin kamar mandi sementara ia memarahi dirinya sendiri. Ini bukan waktunya untuk melakukan hal semacam itu bersama dirinya. Seo Joon Hun sudah menghancurkan semuanya dan sedang mendekatinya sekarang!

Siapa yang menyangka kalau ia akan mempertaruhkan setengah asetnya! Berkat itu, proyek Dubai yang tenggelam, sudah mendapatkan angin keduanya lagi. Bukannya terpisah, R&K dan Hyun Jin berada dalam kondisi yang lebih baik setelah melewati rintangan ini bersama-sama.

Dan kau menaikinya dan menungganginya sementara semua ini terjadi? Sementara dengan hebatnya kau memutar-mutar pinggulmu dan menggodanya?

Dasar idiot, Min Yuan.

Semalam, Yuan tidak tidur barang sekejap pun. Ia mencemaskan tentang Tae Kyung, tetapi ia tidak dapat menghubunginya karena ponselnya sudah disita. Ia berhasil menyimpan sesuatu dari terungkap lebih jauh dengan mengklaim Tae Kyung adalah kekasihnya, tetapi jika pria itu tertangkap, akan sulit baginya untuk lolos dengan hidupnya yang utuh.

Yuan harus membantu Tae Kyung kabur, apapun yang terjadi.

Untuk berjaga-jaga, Yuan harus membuatnya keluar dari Korea. Oppa sudah pasti bilang kalau ia harus pergi bersamanya, tetapi jika Yuan menghilang bersamanya, itu bahkan akan tampak lebih mencurigakan.

Apa yang akan dilakukan Yuan? Bagaimana Yuan menghubungi Tae Kyung?

"Baiklah, aku mengerti sekarang. Kalau begitu, bersenang-senanglah bertemu dengan Lee Tae Kyung, Min Yuan. Jangan menghubunginya di kamar mandi seperti itu. Itu tidak sesuai denganmu. Jika kau merasa bosan dengan pasangan kita, bagaimana kalau kita mencoba threesome? Mungkin kita bahkan bisa mencoba berganti pasangan. Aku akan mengaturnya jika kau merasa ingin melakukannya."

Tiba-tiba saja, Yuan teringat kata-kata Joon Hun padanya sebelum pria itu membuatnya hampir pingsan kemarin. Apa? Bersenang-senang dengan Lee Tae Kyung? Jadi ia sedang mengatakan bahwa tidak masalah untuk menemuinya di muka umum begitu saja, kan? Dan jika kami merasa bosan, kami bisa memanggil pasangan kami kemari dan melakukan threesome atau bertukar?

Joon Hun akan mengizinkan itu semua, tetapi tidak sebuah perceraian?

Itu tidak masuk akal. Yuan tidak sanggup lagi. Ia tidak bisa terus memainkan peran sebagai istri Joon Hun.

Kemarin malam itu aneh. Setelah insiden semalam, atmosfer yang aneh berkembang di antara mereka. Kapan saja mereka saling bersentuhan, ada arus yang menjelajah ke tempat mereka bersentuhan. Setelah kejadian kemarin, menusuk kulit Yuan.

"Kuatkan dirimu, Min Yuan."

Yuan memperingatkan dirinya sendiri sementara ia melihat pantulan dirinya sendiri di cermin. Pertama-tama, ia harus memberitahukan Tae Kyung-oppa apa yang diketahuinya. Mereka harus mengambil 500 miliar won itu sebelum keberadaannya diketahui. Kalau mereka memiliki uang itu, mereka mungkin dapat mencari kesempatan lain di masa yang akan datang.

Ketika Yuan meninggalkan kamar mandi, ia melihat Yoon Hee Soo berdiri seperti biasanya. Yuan tidak tahu apa yang mungkin dipikirkannya saat ini, tetapi wajah dinginnya yang dibingkai dengan potongan rambut bob-nya itu tidak mengungkapkan apapun.

"Direktur sedang menunggumu di ruang makan."

Suaranya Yoon Hee Soo tidak lain dari biasanya. Yuan tidak menjawab dan hanya duduk diam saja di depan cermin riasnya dan mulai memakai anting-antingnya.

Hari ini, Yuan mengenakan gaun sewarna gading yang sederhana, dengan anting mutiara. Ia menyukai gayanya yang tenang dan seimbang. Ia berencana untuk membunuh dan mengubur si penggoda dari tadi malam.

"Apa yang mau kau lakukan dengan hadiah ulang tahun pernikahannya?"

Yuan mendengar suara Yoon Hee Soo lagi. Untuk beberapa alasan, itu terdengar seperti diselimuti dengan duri. Tentu saja. Setelah melihat mereka semalam, tidak mungkin Yoon Hee Soo merasa nyaman dengan ini.

Apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan ...

Yuan melirik Sekretaris Yoon melalui cermin dan menjawab, "Serahkan padaku kotaknya. Aku berikan saja padanya sekarang."

Tiba-tiba saja, kotak jam tangan itu terjatuh dari meja rias dengan bunyi gedebuk. Segera, Yuan mendengar suara angkuh Yoon Hee Soo sewaktu ia bertatap pandang dengannya melalui cermin.

"Ah, maafkan aku. Tanganku tergelincir ..."

Yuan menatapnya dingin. Apa masalahnya? Tak peduli apa hubungan yang dimiliki Joon Hun dengan wanita ini, atau tak peduli seberapa besarnya wanita ini membencinya, bagaimanapun juga, itu akan berakhir.

"Juga, kau akan makan malam di rumah utama, dijadwalkan untuk hari ini."

Yuan sudah melupakan tentang itu. Sewaktu ia terpikirkan tentang ayah mertuanya, Seo Jae Hyuk, roman mukanya menegang.

"Apakah itu hari ini?"

"Iya."

Sebulan sekali, anggota keluarga Hyun Jin akan berkumpul bersama di rumah utama dan makan bersama. Mereka semua bertemu di dalam nama konyol tentang harmoni keluarga sembari mereka memperbincangkan berapa banyak uang yang mereka hasilkan selagi mereka saling mengoyak.

"Sekretaris Yoon, tolong urus hadiahnya untuk itu seperti yang selalu kau lakukan."

"Baik, aku mengerti."

Yuan tidak mau menyiapkan hadiah formal yang mesti dibawanya untuk sesuatu seperti itu.

Memungut hadiah Joon Hun, Yuan bangkit dari kursinya dan keluar dari kamar. Ia berjalan di sepanjang koridor. Seperti hari-hari lainnya, Sekretaris Yoon berjalan dengan cepat di belakangnya. Rasanya hampir mirip dengan si mantan istri yang sedang membawakan kekasih suaminya padanya. Membuat mual. Seluruh situasi ini, terasa seperti sampah.

Tak peduli apa pun ...

Selagi ia berjalan di sepanjang koridor indah itu, Yuan berpikir sendiri.

Tak peduli apa pun, mari kita akhiri situasi menyebalkan ini.

Cahaya matahari musim semi masuk melalui jendelanya. Di luar jendela, Yuan dapat melihat bunga rapeseed kuning yang mekar dan bunga peoni merah, yang menandakan musim semi yang baru. Selagi ia masuk ke ruang makan, ia melihat kalau Seo Joon Hun sudah duduk di depan meja yang lebar itu.

Rambut hitamnya disisir ke samping seperti biasanya, gaya yang bersih. Matanya yang dingin tidak mendongak menatapnya sementara pria itu membaca dokumennya. Mengenakan kemeja putih berkerah, dengan dasi abu-abu muda, di bawah setelan jasnya, ia tampak seperti pebisnis yang keluar dari sebuah majalah mode.

Yuan merasa seolah semuanya sudah kembali normal.

Namun, kini ia mengetahui, pria macam apakah yang ada di balik topeng itu. Tiba-tiba saja, ia teringat bagaimana tampaknya mata Joon Hun semalam, sewaktu pria itu mendekatinya. Rambutnya yang berantakan, matanya yang biasanya dingin itu terbakar di dalam api, bayangannya menutupi dirinya sementara pria itu menatapnya penuh hasrat ...

Deg deg, jantung Yuan mulai berdebar.

Gila, Min Yuan, hentikan!

Yuan mencengkeram kotak jam tangan itu.

"Kau tidur nyenyak?" Beruntungnya, suara Yuan terdengar sama seperti biasanya.

"Tidak." Suara Joon Hun terdengar sama seperti biasanya juga, tetapi jawabannya berbeda.

"Apa?"

"Aku tidak tidur nyenyak." Ia menolehkan kepalanya dan menatap Yuan. "Berkat dirimu."

Yuan tersipu. Ia mengatupkan bibirnya selagi ia agak memelototi Joon Hun. Mata coklat gelap Joon Hun balas menatapnya. Sialan. Ia cepat-cepat berpaling. Yuan bahkan tidak ingin mengetahui kenapa Joon Hun bilang begitu.

"Tolong berikan aku kopi." Dengan suara yang rendah, Yuan berbicara pada Choi Myung.

Seperti biasa, ia menuangkan kopinya dengan rajin.

Sementara kopinya memenuhi cangkir, aroma hangatnya menguar di udara. Sendok tehnya berdenting di cangkirnya selagi Yuan menambahkan gula. Satu-satunya suara lain di ruang makan itu adalah suara gemerisik kertas sewaktu Joon Hun membaca dokumennya.

"Ini ..."

Setelah ia menyesap kopinya, Yuan menurunkan cangkir tersebut dan mendorong kotak yang dibawanya ke arah Joon Hun. "Itu hadiah ulang tahun pernikahanmu."

Joon Hun mendongak.

Ia menghadiahkan Yuan dengan berlian kelas atas. Itu adalah seuntai kalung dengan dua ikatan yang terkait dengan sempurna. Nama dari kalung itu adalah 'Keabadian'. Karena maknanya adalah cinta abadi, Yuan merasa ngeri, tetapi tidak sopan juga untuk mengembalikannya pada pria itu.

"Itu adalah jam tangan." Tanpa membuka kotaknya, Joon Hun menebak dengan tepat.

Sebuah jam tangan adalah cara paling gampang bagi seorang pria untuk memamerkan status mewahnya, jadi Joon Hun langsung mengenali merknya.

"Aku menyukainya." Joon Hun tidak melihat ke arah jam tangan itu dan berbicara.

Tulus sekali.

"Aku ... senang." Yuan menjawab dingin sementara ia mengangkat cangkir kopinya lagi. Ia merasa agak rileks. Ia menyukai atmosfer normal yang kering ini.

Selagi ia terus melihat-lihat dokumennya, Joon Hun angkat bicara, "Sekretaris Yoon, tinggalkan ruangan."

Mendengar perkataannya, Yoon Hee Soo kaget dan mengangkat kepalanya. "Maaf?"

"Aku memintamu untuk meninggalkan kami. Tunggu di luar."

Mendengar ucapan Joon Hun, wajah Yoon Hee Soo jadi lebih dingin dari biasanya. Hingga kemarin, Joon Hun tidak pernah berbicara sebegitu dinginnya padanya di depan umum.

Namun, Joon Hun jelas-jelas adalah bosnya. Sekretaris Yoon menundukkan kepalanya dan meninggalkan ruang makan.

"Mulai hari ini, aku akan menugaskan Sekretaris Yoon untuk bekerja di kantor utama." Tak lama setelah Yoon Hee Soo meninggalkan ruang makan, Joon Hun memberitahukan kabar itu pada Yuan dengan acuh tak acuh.

"Apa?" Tangan Yuan terhenti selagi ia baru saja akan menyesap lagi kopinya.

"Bukannya kau tidak nyaman dengannya?" Joon Hun mengangkat matanya dan memandangi Yuan.

Jari Yuan terkepal di pegangan cangkirnya. Ia tidak tahu bagaimana harus mengintepretasikan ini. Lalu kenapa? Apa kau mau bilang padaku bahwa dengan menugaskannya di kantor utama, kau ingin membuatnya berada di sisimu?

Yuan nyaris tidak berhasil menghentikan kata-kata itu meninggalkan mulutnya.

"Kenapa? Aku tidak masalah." Yuan pelan-pelan menyeruput kopinya dan menelannya.

"Tampaknya, tidak terlihat seperti itu kemarin malam ..."

"Privasi kita." Yuan berbicara dengan suara yang rendah sementara ia menurunkan cangkirnya dan meletakkannya kembali ke atas meja.

"Bukankah kita setuju untuk tidak mempedulikannya?" Yuan mengenakan senyum samar, tetapi ia masih berbicara dengan suaranya yang dingin.

Keheningan yang dingin pun bercokol di dalam ruangan. Joon Hun terus menatapnya. Apa yang kau inginkan?

Orang-orang yang ada di dalam ruangan itu masih bergerak kesana-kemari di sekitar mereka. Kamera pengintai di ruang makan juga masih merekam mereka.

"Bisakah semuanya meninggalkan kami sebentar?" Tiba-tiba saja, Joon Hun berbicara.

Semuanya membeku dan menghentikan apa yang sedang mereka lakukan.

Apa? Yuan mengangkat sebelah alisnya.

Ini sudah waktunya pergi kerja. Ia penasaran, kenapa Joon Hun melakukan ini. Joon Hun dan Yuan selalu tepat waktu ketika itu tentang jadwal kerja mereka. Choi Myung mulai meninggalkan ruangan dan asisten lainnya mengikuti.

Joon Hun mengeluarkan ponsel pintarnya dan menelepon. "Tolong matikan semua kamera yang ada di dalam rumah."

Yuan memandanginya syok. Mematikan kamera? Kenapa?

Tiba-tiba saja, pria itu berdri. Selagi Yuan menatapnya kebingungan, ia tiba-tiba saja mengenali tatapan di mata pria itu. Tidak mungkin ...

"Joon Hun-ssi!"

Ia mendengar suara syok istrtinya, tetapi Joon Hun sudah tidak tahan lagi. Ia meraih pinggul Yuan dan meletakkanya di atas meja. Vas bunga musim semi yang harum itu berderak, dan hidangan yang mahal itu berdenting selagi mereka tergoncang, tetapi Joon Hun tidak bisa apa-apa lagi soal itu.

"Kenapa kau melakukan ini?"

Kenapa kau melakukan ini? Joon Hun ingin mengajukan pertanyaan yang sama itu pada Yuan. Mengapa kau benar-benar melakukan ini, Min Yuan?

Sesuatu sudah jelas terjadi kemarin malam. Sesuatu yang sepenuhnya berbeda. Sesuatu, yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

Tetapi, Yuan kembali ke dirinya yang dingin dan menghilang di balik temboknya. Seperti satu lagu yang tiada berakhir, Yuan kembali bertransformasi menjadi istri kontraknya.

Apa kau tidak merasakan apapun semalam?

Apa yang kau perbuat padaku kemarin?

Joon Hun bukan seorang remaja yang dikuasai oleh gairah seksualnya. Juga , bukannya ia tidak familier dengan wanita. Namun, Min Yuan yang kemarin, mengalahkan setiap pengalaman yang pernah dimiliki Joon Hun dengan kehebatannya.

"Jangan bergerak."

Siapa yang akan percaya bahwa suara Yuan sungguh membuatnya lumpuh? Siapa yang akan mempercayai bahwa ia, Seo Joon Hun, telah menjadi makhluk buas yang penurut dengan satu kata selagi Yuan menjambak rambutnya?

Apakah ia memiliki kecenderungan masokis? Tidak, sudah pasti tidak. Kalau wanita lain mana pun yang mengatakan itu padanya, sudah pasti ia akan meledak penuh amarah.

Jadi, Min Yuan adalah masalahnya.

Seolah-olah Yuan sedang mempermalukan dirinya ... Ketika dengan dinginnya, Yuan memandang rendah dirinya dan menjambaknya, Joon Hun tidak dapat menjelaskan mengapa ia merasakan mengigil menuruni tulang punggungnya.

Ada sesuatu yang salah. Satu dari banyaknya penjelasan yang dapat terpikirkan oleh Joon Hun adalah bahwa ada kerusakan di otaknya.

Namun, apa yang terjadi setelah itu, adalah masalahnya. Tubuhnya tidak bisa tenang sepanjang malam. Suara istrinya, matanya, tubuhnya ... Setiap kali Joon Hun teringat bayangan-bayangan itu, penisnya mengeras.

Kecuali ia sudah gila, hilangnya kendali ini adalah hal yang mustahil. Joon Hun mengerang sepanjang malam, selagi ia mencoba untuk menenangkan penisnya yang berdenyut. Bahkan setelah mandi air dingin lima atau enam kali, ia masih belum bisa tertidur.

Sialan. Ini tidak masuk akal.

Sekitar fajar, Joon Hun berdiri di depan pintu kamar tidur istrinya. Ia mengetahui kalau Yuan sudah mengunci pintunya, bahkan meletakkan satu bangku di belakangnya agar memastikan dirinya tidak bisa masuk ke dalam.

Akan tetapi, pagi ini, Yuan menghampirinya dengan ekspresi yang tenang dan jernih. Seolah-olah semalam hanyalah mimpi yang singkat, kini ia mengenakan sebuah gaun sederhana dengan anting mutiara. Tak peduli bagaimana seseorang melihatnya, ia tampak seperti seorang istri yang berbudi.

Kemudian, Yuan mengatakannya. Ia bilang kalau mereka tidak perlu ikut campur dalam privasi masing-masing.

Apa? Privasi? Privasi sialan itu. Yuan sudah membuatnya benar-benar gila dan kini ingin membunuhnya juga.

"Joon Hun-ssi!"

Kaget, Yuan menghadangnya dengan kedua tangannya. Tangan pucatnya ke bagian atas jas Joon Hun. Ia masih belum memakai cincin pernikahannya.

Tawa pun lepas dari bibirnya. Dirinya, Yuan, pernikahan sialan ini. Ia ingin membuang semuanya.

"Mengapa kau melakukan ini?"

"Seharusnya aku memberitahukan ini dengan jelas padamu kemarin, tetapi aku rasa, aku terlalu menggebu-gebu dan lupa memberitahukannya padamu."

"Mundur dulu."

"Yoon Hee Soo bukanlah kekasihku."

Yuan menegang. "Apa?"

"Aku tidak tahu bagaimana kau sampai di kesalahpahaman itu, tetapi aku tidak tertarik sama sekali dengan Yoon Hee Soo. Jika aku tertarik, aku tidak akan pernah menempatkannya di sisimu. Kau anggap aku apa, seorang psikopat?"

Tapi ...

Kalau begitu, malam itu soal apa?

"Namun, aku sangat tertarik padamu." Tangan Joon Hun meluncur di atas kaki Yuan.

Yuan terkesiap kaget dan cepat-cepat menarik tangan Joon Hun. "Kenapa kau seperti ini? Apa kau tahu jam berapa ini? Ini waktunya pergi bekerja ..."

Joon Hun tidak menjawab dan tanpa kata, menyibakkan rok gaunnya ke atas.

Terkejut, Yuan menghadang tangannya. "Kau gila? Kau tidak boleh melakukan ini."

"Itu apa yang kau katakan semalam." Di bawah celana dalam berenda warna gadingnya, Joon Hun melihat sekelebat rambut kritingnya.

"Joon Hun-ssi!"

Joon Hun menyodokkan tangannya ke bawah celana dalam Yuan. Tidak seperti keberatan Yuan, di dalamnya ...

Yuan basah.

Kaget, mereka berdua menarik napas dan saling bertatapan. Mata mereka berbicara jauh lebih banyak daripada seratus kata selagi mereka saling memandang satu sama lain.

1 komentar:

  1. Hadehh...gemezz....ini orang kapan pada sadarnya sih.....

    BalasHapus