Ten Miles of Peach Blossoms
Chapter 20 Part 4
Ia memindahkan
bibirnya ke rahangku, menjepitnya lembut. Aku mengatupkan bibirku dan menahan
napas agar berhenti terengah-engah. Aku merasa seakan ada sesuatu dalam diriku
yang tumbuh mengakar dengan cepat dan bertunas, mungkin juga tiba-tiba meledak
menjadi pohon yang tinggi. Dan semua yang diinginkan oleh pepohonan ini adalah
memeluk Ye Hua, membungkus erat dirinya di sekitar Ye Hua.
Bibirnya
bergerak di sekitar rahangku dan menuju ke mulutku. Ia menciumku lembut
sejenak, sebelum memagut bibir bawahku, yang menyebabkan gigiku terbuka. Aku
terlalu diliputi oleh hasrat daripada menahan diriku. Aku balas menciumnya
dengan penuh gairah dan terlebih dahulu menyelipkan lidahku ke dalam mulutnya.
Awalnya, ia tampak terkejut, tetapi setelahnya, tangan yang mengelus bagian
punggung bawahku mulai diusap lebih kuat. Aku begitu dipenuhi dengan hasrat
sampai gemetaran dan benar-benar lupa menggerakkan lidahku. Di saat aku
tersadar, ia sudah mendorong masuk lidahnya ke dalam mulutku.
Aku kewalahan,
penuh gairah dan penasaran berapa lama lagi aku mampu menahan godaan yang kian
memuncak darinya. Sewaktu ia menarik lidahnya dari mulutku, aku tak bisa
menghentikan diriku.
“Aku
menginginkanmu sekarang!” bisikku.
Mendengarkan
kata-kata lambat dan panas keluar dari mulutku sendiri, menyentakku.
Ia tertawa
kaget dan berkata, “Tanganku tidak begitu stabil, Qian Qian. Kau harus bergerak
lebih masuk lagi ke ranjangnya.”
Aku menyukai
betapa dalam suaranya terdengar. Terasa seolah-olah aku termangu. Kepalaku
kacau selagi ia berbicara dan bergerak lebih ke bagian dalam ranjang.
Ketika ia
memasukiku, aku kehilangan kendali atas apa yang dilakukan oleh tanganku, dan
kukuku menancap di punggungnya. Ia mengerang, lalu mendekatkan mulutnya ke
telingaku.
“Besok, aku
akan memangkas kukumu,” engahnya.
***
Setelahnya, aku
berbaring dalam pelukan Ye Hua. Ia tidur menyamping, bermain-main dengan
rambutku, tampak sedang melamun. Aku merasa seakan kepalaku dipenuhi bubur nasi
yang diaduk-aduk, dan otakku terasa sebingung biasanya.
Aku berbaring
bingung di sana sejenak sebelum mendadak tersadar akan sesuatu yang sangat
penting.
Kakak Keempat
tidak sepenuhnya salah tentang penilaiannya terhadapku: setiap 10.000 tahun
atau lebih, aku bisa jadi sangat tidak menyadarinya. Aku datang ke Jiu Chong
Tian untuk merawat Ye Hua, dan meskipun menghabiskan sepanjang waktu
bersama-sama dengannya, aku benar-benar melupakah hal terpenting yang harus
kuberitahukan padanya.
Aku berbalik
untuk berhadapan dengannya, menekankan diriku ke dadanya.
Aku menatap
lurus ke matanya dan berkata, “Apakah kau masih ingat apa yang kukatakan padamu
di Laut Barat tentang ingin membatalkan pertunangan kita?”
Tubuhnya
menegang.
Ia menurunkan
matanya dan berkata, “Iya, aku ingat itu.”
Aku
mencondongkan diri dan menciumnya, ujung
hidungku menyentuh ujung hidungnya.
“Waktu itu, aku tidak menyadari apa yang benar-benar kurasakan. Tolong
jangan masukkan ke dalam hati atas apa yang kukatakan. Kita saling
mencintai—tentu saja kita tidak perlu membatalkan pernikahannya. Saat aku duduk
di Laut Barat tanpa mengerjakan apa pun, aku mulai memikirkan hari yang cocok
dan terpikirkanlah tanggal 2 September. Itu adalah sebuah hari baik untuk
pembangunan, hari baik untuk menyembelih ternak, hari baik untuk mengadakan
upacara, sebuah hari yang benar-benar baik untuk semua hal. Apakah kau mau aku
menemui kakekmu untuk menanyakan apakah kita bisa mengadakan pernikahan kita di
tanggal itu?”
Ia mengangkat matanya tajam, bola mata sehitam jelaganya merefleksikan
setengah wajahku. Ia memandangiku selama sesaat sebelum berucap dengan suara
serak.
“Apa yang baru saja kau katakan?” tanyanya.
Aku memikirkan kembali semua hal yang baru kukatakan tetapi tidak
berpikir kalau aku sudah melangkahi batasan. Aku bertanya-tanya apakah
peraturan Istana Langit mengharuskan Ye Hua-lah yang harus menemui Tian Jun dan
memutuskan tanggal pernikahannya. Mungkin agak kurang sopan jika aku yang
mengusulkan untuk bertemu dengannya?
Aku mengelus wajahnya dan berkata, “Aku tidak mempertimbangkannya dengan
baik. Sudah jelas akan lebih sesuai apabila kau yang melakukannya. Atau kalau
kau tidak mau, aku bisa bicara dengan Ayah dan Ibu dan meminta mereka
mendatangi Tian Jun. Bagaimanapun juga, pernikahan kita akan menjadi peristiwa
besar. Mungkin akan lebih baik membiarkan mereka yang mendiskusikannya.”
Segera setelah aku selesai berbicara, aku megap-megap, merasa kesulitan
bernapas, dan menyadari ia sedang membekapku dengan pelukan yang kelewat erat.
Ia sadar sudah terlalu kuat dan memelukku di dadanya dengan lebih lembut.
“Katakan lagi padaku, apa yang kau ingin agar kita lakukan,” katanya.
Aku sedikit kaget. Bukankah aku sudah menjelaskannya dengan sangat
jelas?
Aku baru saja akan mengulanginya saat mendadak aku bertanya-tanya apakah
Ye Hua melakukan apa yang kukira sedang dilakukannya
dan sengaja mencoba membuatku mengutarakan kata-kata manis padanya.
Rambut hitam
pekatnya bercampur dengan rambutku. Matanya pun sepekat rambutnya, sedalam
kolam. Di dalam tirai ranjang, aku bisa mencium aroma samar bunga persik. Aku
merasa wajahku memerah bersamaan dengan ekspresi cinta yang merambati
tenggorokanku.
Aku menahan
kata-kata itu selagi aku terjatuh di bawah entah mantra apa, dan sebelum aku
mengetahui apa yang terjadi, keluarlah kata-kata, “Aku mencintaimu. Aku ingin bersamamu
selamanya.”
Ia tak
mengatakan apa-apa.
Wanita-wanita
Qingqiu selalu terus terang dan tulus: kami akan menyebut A ya A. Tetapi, Ye
Hua dibesarkan dalam atmosfer terkekang dan konservatif Jiu Chong Tian, dan aku
bertanya-tanya apakah ia menganggap ucapanku terlalu sembrono dan kurang ajar?
Selagi aku
berputar-putar tentang ini, ia tetap diam, tetapi setelahnya, mendadak ia
berputar dan menindihku dan menggerakkan tubuhnya di atasku. Aku memindahkan
tanganku dan melingkarkan mereka di sekitar punggung halusnya. Ia memelukku
begitu erat hingga aku tak tahu lagi mana tubuhku dan mana tubuhnya.
Saat ia
mengigiti lubang telingaku, ia berkata pelan, “Qian Qian, mari kita punya bayi
lagi.”
Aku mendengar
gemuruh yang memekakkan telinga selagi darah melonjak ke telingaku. Telingaku
terbakar seakan-akan mereka baru saja dicelupkan di dalam minyak cabai segar.
Aku tahu ada yang ganjil dari kalimat ini, tetapi aku tidak bisa memikirkan apa
itu saat ini.
Kami tetap
terjaga sepanjang malam, dan baru ketika Mao si Dewa Matahari bertugaslah,
akhirnya kami tertidur pulas.
***
Saat aku
terbangun, kamar tidurnya gelap dan Ye Hua masih tidur lelap. Aku senang karena
terbangun sebelum dirinya, memberiku kesempatan untuk menatapnya dengan saksama.
Aku pindah agak
mendekat, mendekatkan wajahku ke wajahnya agar dapat melihatnya dengan jelas.
Wajahnya mirip dengan guruku, Mo Yuan, tetapi aku tidak pernah menganggapnya
sebagai Mo Yuan. Memandanginya sekarang, aku melihat perbedaan samar antara
penampilan mereka. Mata Mo Yuan tidak segelap milik Ye Hua, yang mana mirip
seperti kolam air prasejarah yang dalam dan tenang.
Aku selalu
merasa hormat akan wajah serius dan bermartabat Mo Yuan, namun belakangan ini,
melihat wajah Ye Hua, menunjukkan padaku elemen yang membuatku merasa gembira.
Aku
menghabiskan beberapa waktu memandangi wajahnya dari jarak dekat seperti ini
sebelum akhirnya terlelap lagi. Ketika terbangun, kukira ia masih tidur, dan
berbalik untuk memandanginya lagi.
Ia mengulurkan
tangan dan menarikku kembali dalam pelukannya, membuatku terkejut.
“Kau boleh
terus memandangiku,” katanya, matanya masih terpejam.
“Tetapi,
setelah kau selesai, berbaringlah lagi dalam pelukanku sebentar. Bersandar di
dinding tidak akan sehangat dalam pelukanku.”
Telingaku pun
memerah.
Aku tertawa
canggung dan berkata, “Ada nyamuk di wajahmu. Um, aku baru saja hendak mengusirnya, tetapi kau menakutinya saat
kau mulai berbicara.”
“Kau masih
punya tenaga untuk memukul nyamuk, itu mengesankan,” katanya, menarikku secara
paksa ke arahnya.
“Bangun, atau
tidur lagi?”
Salah satu
tanganku di sebelah bahunya, dan aku memastikan tidak menekannya terlalu keras
selagi aku membelai hidungnya dengan tanganku yang lainnya.
“Aku ingin
tidur lagi, tapi merasa terlalu lengket. Bisakah kita memanggil dayang untuk
membawakan beberapa ember air dan mandi sebelum kembali tidur?”
Ia bangun,
mengenakan pakaian, dan meninggalkan ranjang guna meminta air. Setelah malam
penuh gairah kami, tampaknya cedera Ye Hua sudah agak mendingan. Aku merasa
sangat tenang dan bertanya-tanya perlukah aku mengurangi dosis pil suplemen
penambah tenaga yang diam-diam kumasukkan ke dalam tehnya.
Pertunanganku
dengan Ye Hua sudah tertulis oleh Tian Jun, yang mengirimkan kami beberapa
hadiah kecil, tetapi kami masih belum ditunangkan secara resmi. Aku mulai
merencanakannya dalam kepalaku.
Aku sudah
memilih hari yang sesuai. Sekarang aku perlu Ayah diam-diam menemui Tian Jun
dan mencoba mendesaknya, memintanya meresmikan pertunangan kami, dan memilih
hari. Tentu saja, tanggal 2 September adalah yang sudah kutetapkan dalam hati.
Kurangnya
penempaan energi Ye Hua membuatku khawatir. Aku cemas, ia tidak akan sanggup
menanggung tradisi besar sembilan guntur dan delapan puluh satuu sambaran petir
ketika ia mewarisi posisi Tian Jun. Ini merupakan cara tradisional yang dijalani
Tian Jun dan Tian Hou baru sejak zaman dahulu kala. Tujuanku adalah menikahi Ye
Hua secepatnya dan menanggung guntur serta sambaran petir itu mewakilinya.
Walaupun
pertarunganku dengan Qing Cang bisa dianggap sudah mengurangi persediaan
penempaan energiku sendiri, aku yakin aku masih bisa menghadapi guntur dan
sambaran petir. Satu-satunya masalah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
caraku menipu Ye Hua untuk tetap berada di dalam; ia tidak senaif dan mudah
ditipu sepertiku ketika seusianya.
Setelah mandi,
aku banyak sekali memikirkan ini, dan setelahnya berangsur kembali terlelap.
***
Aku berpikir,
masalah ini nantinya pasti akan ada jalan keluarnya, dan aku cukup mengikuti
arusnya saja. Aku tidak menyangka apa yang akan Ye Hua beritahukan, kata-katanya
ketika ia terbangun itu akan menjungkirbalikkan semua rencana di kepala.
Ia mengangkatku
ke dalam pelukannya dan memberitahuku dengan muram kalau tanggal 2 September
tidak akan bisa. Kami harus menunggu dua bulan lagi sampai bisa menikah.
Ini dikarenakan
ia harus turun ke dunia manusia selama dua bulan untuk menjalani ujian
kehidupan.
Ujian ini
merupakan hukumannya karena membantai keempat monster di Ying Zhou.
Meskipun itu
dilakukan atas perintah Tian Jun, hingga Ye Hua ke Ying Zhou untuk menghancurkan
rumput abadi yang tumbuh di sana, Tian Jun tidak menyuruhnya untuk membantai
keempat monster yang merupakan peninggalan Ayah Semesta.
Karena Ayah
Semesta sudah kembali ke kehampaan, semua hal yang pernah digunakannya, semua
barang pecah belahnya, bahkan, cangkirnya yang terkelupas pun, dibawa ke Jiu
Chong Tian oleh para anggota Klan Langit, dimana mereka dianggap sebagai benda
suci. Dan ini hanyalah benda-benda pecah belah yang pernah digunakannya untuk
makan dan minum, tak sebanding dengan keempat monster yang diberkahi dengan
setengah kekuatan luar biasanya.
Ye Hua
menunjukkan jasa besar dengan menghancurkan rumput abadi Ying Zhou, karena
itulah mendapatkan banyak kebajikan. Tetapi dengan membunuh keempat monster
yang menjaga rumputnya, ia telah melakukan kesalahan serius. Saat ditimbang,
kesalahannya melebihi jasa besarnya. Tak ada lagi yang dapat dilakukan: ia
terpaksa turun ke dunia manusia untuk menjalani hukumannya.
Beruntungnya,
dari jutaan dunia manusia di seluruh semesta, dunia manusia yang dipilih oleh
si tua Tian Jun untuk Ye Hua adalah sebuah dunia yang memiliki skala waktu yang
jauh berbeda dari dunia makhluk abadi, Empat Lautan dan Delapan Dataran, dan
satu hari di dunia kami sama dengan satu tahun di dunia itu. Ini artinya,
walaupun Ye Hua akan menjalani masa 60 tahun reinkarnasi untuk ujian
kehidupannya, ia dan aku hanya akan terpisah sekitar dua bulanan.
Biarpun aku
tahu itu hanya untuk beberapa bulan, aku tak sanggup membayangkan jauh darinya.
Aku tidak bisa bilang kapankah perasaanku padanya ini menjadi sebegini kuatnya,
tetapi aku merasakannya, manis bercampur kesedihan.
Aku berharap
untuk segera menikahi Ye Hua, dan fakta bahwa kami harus menunggu membuatku
muram.
“Bisakah kau
menungguku selama dua bulan?” Ye Hua bertanya.
Aku menggunakan
tanganku untuk menghitung waktunya.
“Kau akan turun
ke dunia manusia di awal bulan Agustus, dan kau akan bereinkarnasi selama
kurang lebih dua bulan. Itu artinya, kita bisa memindahkan pernikahan kita ke
bulan Oktober. Oktober dikenal sebagai musim semi kecil. Akan ada banyak buah
persik dan bunga prem. Sepertinya bukan waktu yang buruk untuk pernikahan.”
Memikirkan
tentang ujian kehidupannya, aku pun jadi cemas.
“Aku hanya
perlu menunggumu selama beberapa bulan, tetapi kau akan mengalaminya seperti
seumur hidupmu. Apakah Si Ming sudah membiarkanmu melihat takdir yang
dituliskannya untukmu?”
Aku pernah
berkesempatan membaca takdir yang ditulis Si Ming untuk Yuan Zhen dan
benar-benar terkesan akan tulisannya.
Shao Xin
mempercayakanku pergi ke dunia manusia dan mengubah nasib Yuan Zhen dan
mencampuri drama besar yang sudah susah payah diatur oleh Si Ming,
menghalanginya terjadi dengan benar. Aku tidak yakin apakah ia mendendam padaku
karena hal ini atau tidak.
Bagaimana kalau
ia menggunakan Ye Hua untuk membalasku dengan menyusun cinta segitiga? Seluruh
tubuhku mendingin, dan aku mengigil keras.
Ye Hua tertawa
kecil dan mencium keningku.
“Si Ming tidak
bertanggung jawab atas takdirku saat aku ke dunia manusia. Setelah
mendiskusikannya, Tian Jun dan para penasihat seniornya memerintahkan Si Ming
agar membiarkan halaman buku takdirku kosong. Bagaimana takdirku terungkap akan
sepenuhnya tergantung pada tindakanku sendiri.”
Aku sedikit
tenang, tetapi untuk memastikan tak ada hal yang salah, aku bertanya satu hal
lagi padanya.
“Aku tahu kau
akan meminum Air Sungai Pelupa Si Ming di alam baka nantinya saat kau kembali
dari ujian ini, namun tetap saja, kau tidak boleh menikah saat berada di bawah
sana.”
Ia tak
mengatakan apa-apa.
Setelah
ragu-ragu, aku berkata, “Aku tidak mencemaskan apa pun selain ... benar-benar,
hanya saja kau ... yah ... hanya
saja, ujian kehidupan reinkarnasi ini mungkin akan menyeretmu pada pengalaman
percintaan. Aku tidak begitu toleran jika sudah tentang hal semacam ini. Aku benci mendapati pasir di mataku.”
(T/N : tidak
suka ada hal yang mengganggu.)
Ia menggunakan
jarinya, menyisir rambut dari mataku.
Mengelus
wajahku, ia berkata, “Bahkan masih belum ada bayangan akan percintaan, dan kau
sudah cemburu?”
Aku berdeham
canggung. Aku yakin akan cinta Ye Hua padaku, dan kalau ia bereinkarnasi dengan
ingatannya padaku dalam benaknya, aku tidak akan merasa begini risau. Tetapi,
ada peraturan aneh ini, sebelum seorang makhluk abadi dikirimkan ke dunia
manusia untuk menjalani ujian kehidupannya, mereka harus meminum secangkir
besar air dari Sungai Pelupa, yang akan membuat mereka melupakan semua hal yang
pernah terjadi sebelumnya. Hanya setelah mereka kembali ke wujud abadi mereka,
barulah dapat mengingat detail kehidupan lama mereka.
Ia mengambil
rambutku dan tertawa.
“Jika aku
terlibat dalam percintaan dengan orang lain, apa yang akan kau lakukan?”
Setelah
memikirkannya, aku putuskan inilah waktunya untuk pembicaraan serius. Aku
menatapnya tajam dengan ekspresi muram.
“Jika itu yang
terjadi, aku akan turun ke bawah, menyeret dan menculikmu ke Qingqiu, dimana
aku akan mengurungmu di Gua Rubah. Hanya akulah satu-satunya orang yang akan
kau lihat. Saat kau makan, hanya akan bersamaku, saat kau membaca, hanya akan
bersamaku, saat kau melukis, hanya akan bersamaku. Aku akan terus mengurungmu,
dan hanya akulah satu-satunya orang yang akan kau jumpai. Aku tidak peduli kau
akan nyaman atau tidak dengan pengaturan ini. Aku nyaman-nyaman saja, dan
itulah yang penting.”
Aku menempatkan
diri diposisinya dan memikirkannya lebih jauh, kemudian menambahkan, “Ya, aku
akan nyaman saja.”
Matanya
berbinar bercahaya. Ia menggunakan satu tangan untuk menyisir rambut dari
keningku dan mencium batang hidungku.
“Dilihat dari
caramu berbicara, terdengar seolah kau benar-benar berencana untuk turun dan
menculikku,” katanya sungguh-sungguh.
Lanjut please....
BalasHapus