Selasa, 03 Agustus 2021

3L3W TMOPB - Chapter 20 Part 4

Ten Miles of Peach Blossoms

Chapter 20 Part 4


Ia memindahkan bibirnya ke rahangku, menjepitnya lembut. Aku mengatupkan bibirku dan menahan napas agar berhenti terengah-engah. Aku merasa seakan ada sesuatu dalam diriku yang tumbuh mengakar dengan cepat dan bertunas, mungkin juga tiba-tiba meledak menjadi pohon yang tinggi. Dan semua yang diinginkan oleh pepohonan ini adalah memeluk Ye Hua, membungkus erat dirinya di sekitar Ye Hua.

Bibirnya bergerak di sekitar rahangku dan menuju ke mulutku. Ia menciumku lembut sejenak, sebelum memagut bibir bawahku, yang menyebabkan gigiku terbuka. Aku terlalu diliputi oleh hasrat daripada menahan diriku. Aku balas menciumnya dengan penuh gairah dan terlebih dahulu menyelipkan lidahku ke dalam mulutnya. Awalnya, ia tampak terkejut, tetapi setelahnya, tangan yang mengelus bagian punggung bawahku mulai diusap lebih kuat. Aku begitu dipenuhi dengan hasrat sampai gemetaran dan benar-benar lupa menggerakkan lidahku. Di saat aku tersadar, ia sudah mendorong masuk lidahnya ke dalam mulutku.

Aku kewalahan, penuh gairah dan penasaran berapa lama lagi aku mampu menahan godaan yang kian memuncak darinya. Sewaktu ia menarik lidahnya dari mulutku, aku tak bisa menghentikan diriku.

“Aku menginginkanmu sekarang!” bisikku.

Mendengarkan kata-kata lambat dan panas keluar dari mulutku sendiri, menyentakku.

Ia tertawa kaget dan berkata, “Tanganku tidak begitu stabil, Qian Qian. Kau harus bergerak lebih masuk lagi ke ranjangnya.”

Aku menyukai betapa dalam suaranya terdengar. Terasa seolah-olah aku termangu. Kepalaku kacau selagi ia berbicara dan bergerak lebih ke bagian dalam ranjang.

Ketika ia memasukiku, aku kehilangan kendali atas apa yang dilakukan oleh tanganku, dan kukuku menancap di punggungnya. Ia mengerang, lalu mendekatkan mulutnya ke telingaku.

“Besok, aku akan memangkas kukumu,” engahnya.

***

Setelahnya, aku berbaring dalam pelukan Ye Hua. Ia tidur menyamping, bermain-main dengan rambutku, tampak sedang melamun. Aku merasa seakan kepalaku dipenuhi bubur nasi yang diaduk-aduk, dan otakku terasa sebingung biasanya.

Aku berbaring bingung di sana sejenak sebelum mendadak tersadar akan sesuatu yang sangat penting.

Kakak Keempat tidak sepenuhnya salah tentang penilaiannya terhadapku: setiap 10.000 tahun atau lebih, aku bisa jadi sangat tidak menyadarinya. Aku datang ke Jiu Chong Tian untuk merawat Ye Hua, dan meskipun menghabiskan sepanjang waktu bersama-sama dengannya, aku benar-benar melupakah hal terpenting yang harus kuberitahukan padanya.

Aku berbalik untuk berhadapan dengannya, menekankan diriku ke dadanya.

Aku menatap lurus ke matanya dan berkata, “Apakah kau masih ingat apa yang kukatakan padamu di Laut Barat tentang ingin membatalkan pertunangan kita?”

Tubuhnya menegang.

Ia menurunkan matanya dan berkata, “Iya, aku ingat itu.”

Aku mencondongkan diri dan menciumnya, ujung hidungku menyentuh ujung hidungnya.

“Waktu itu, aku tidak menyadari apa yang benar-benar kurasakan. Tolong jangan masukkan ke dalam hati atas apa yang kukatakan. Kita saling mencintai—tentu saja kita tidak perlu membatalkan pernikahannya. Saat aku duduk di Laut Barat tanpa mengerjakan apa pun, aku mulai memikirkan hari yang cocok dan terpikirkanlah tanggal 2 September. Itu adalah sebuah hari baik untuk pembangunan, hari baik untuk menyembelih ternak, hari baik untuk mengadakan upacara, sebuah hari yang benar-benar baik untuk semua hal. Apakah kau mau aku menemui kakekmu untuk menanyakan apakah kita bisa mengadakan pernikahan kita di tanggal itu?”

Ia mengangkat matanya tajam, bola mata sehitam jelaganya merefleksikan setengah wajahku. Ia memandangiku selama sesaat sebelum berucap dengan suara serak.

“Apa yang baru saja kau katakan?” tanyanya.

Aku memikirkan kembali semua hal yang baru kukatakan tetapi tidak berpikir kalau aku sudah melangkahi batasan. Aku bertanya-tanya apakah peraturan Istana Langit mengharuskan Ye Hua-lah yang harus menemui Tian Jun dan memutuskan tanggal pernikahannya. Mungkin agak kurang sopan jika aku yang mengusulkan untuk bertemu dengannya?

Aku mengelus wajahnya dan berkata, “Aku tidak mempertimbangkannya dengan baik. Sudah jelas akan lebih sesuai apabila kau yang melakukannya. Atau kalau kau tidak mau, aku bisa bicara dengan Ayah dan Ibu dan meminta mereka mendatangi Tian Jun. Bagaimanapun juga, pernikahan kita akan menjadi peristiwa besar. Mungkin akan lebih baik membiarkan mereka yang mendiskusikannya.”

Segera setelah aku selesai berbicara, aku megap-megap, merasa kesulitan bernapas, dan menyadari ia sedang membekapku dengan pelukan yang kelewat erat. Ia sadar sudah terlalu kuat dan memelukku di dadanya dengan lebih lembut.

“Katakan lagi padaku, apa yang kau ingin agar kita lakukan,” katanya.

Aku sedikit kaget. Bukankah aku sudah menjelaskannya dengan sangat jelas?

Aku baru saja akan mengulanginya saat mendadak aku bertanya-tanya apakah Ye Hua melakukan apa yang kukira sedang dilakukannya dan sengaja mencoba membuatku mengutarakan kata-kata manis padanya.

Rambut hitam pekatnya bercampur dengan rambutku. Matanya pun sepekat rambutnya, sedalam kolam. Di dalam tirai ranjang, aku bisa mencium aroma samar bunga persik. Aku merasa wajahku memerah bersamaan dengan ekspresi cinta yang merambati tenggorokanku.

Aku menahan kata-kata itu selagi aku terjatuh di bawah entah mantra apa, dan sebelum aku mengetahui apa yang terjadi, keluarlah kata-kata, “Aku mencintaimu. Aku ingin bersamamu selamanya.”

Ia tak mengatakan apa-apa.

Wanita-wanita Qingqiu selalu terus terang dan tulus: kami akan menyebut A ya A. Tetapi, Ye Hua dibesarkan dalam atmosfer terkekang dan konservatif Jiu Chong Tian, dan aku bertanya-tanya apakah ia menganggap ucapanku terlalu sembrono dan kurang ajar?

Selagi aku berputar-putar tentang ini, ia tetap diam, tetapi setelahnya, mendadak ia berputar dan menindihku dan menggerakkan tubuhnya di atasku. Aku memindahkan tanganku dan melingkarkan mereka di sekitar punggung halusnya. Ia memelukku begitu erat hingga aku tak tahu lagi mana tubuhku dan mana tubuhnya.

Saat ia mengigiti lubang telingaku, ia berkata pelan, “Qian Qian, mari kita punya bayi lagi.”

Aku mendengar gemuruh yang memekakkan telinga selagi darah melonjak ke telingaku. Telingaku terbakar seakan-akan mereka baru saja dicelupkan di dalam minyak cabai segar. Aku tahu ada yang ganjil dari kalimat ini, tetapi aku tidak bisa memikirkan apa itu saat ini.

Kami tetap terjaga sepanjang malam, dan baru ketika Mao si Dewa Matahari bertugaslah, akhirnya kami tertidur pulas.

***

Saat aku terbangun, kamar tidurnya gelap dan Ye Hua masih tidur lelap. Aku senang karena terbangun sebelum dirinya, memberiku kesempatan untuk menatapnya dengan saksama.

Aku pindah agak mendekat, mendekatkan wajahku ke wajahnya agar dapat melihatnya dengan jelas. Wajahnya mirip dengan guruku, Mo Yuan, tetapi aku tidak pernah menganggapnya sebagai Mo Yuan. Memandanginya sekarang, aku melihat perbedaan samar antara penampilan mereka. Mata Mo Yuan tidak segelap milik Ye Hua, yang mana mirip seperti kolam air prasejarah yang dalam dan tenang.

Aku selalu merasa hormat akan wajah serius dan bermartabat Mo Yuan, namun belakangan ini, melihat wajah Ye Hua, menunjukkan padaku elemen yang membuatku merasa gembira.

Aku menghabiskan beberapa waktu memandangi wajahnya dari jarak dekat seperti ini sebelum akhirnya terlelap lagi. Ketika terbangun, kukira ia masih tidur, dan berbalik untuk memandanginya lagi.

Ia mengulurkan tangan dan menarikku kembali dalam pelukannya, membuatku terkejut.

“Kau boleh terus memandangiku,” katanya, matanya masih terpejam.

“Tetapi, setelah kau selesai, berbaringlah lagi dalam pelukanku sebentar. Bersandar di dinding tidak akan sehangat dalam pelukanku.”

Telingaku pun memerah.

Aku tertawa canggung dan berkata, “Ada nyamuk di wajahmu. Um, aku baru saja hendak mengusirnya, tetapi kau menakutinya saat kau mulai berbicara.”

“Kau masih punya tenaga untuk memukul nyamuk, itu mengesankan,” katanya, menarikku secara paksa ke arahnya.

“Bangun, atau tidur lagi?”

Salah satu tanganku di sebelah bahunya, dan aku memastikan tidak menekannya terlalu keras selagi aku membelai hidungnya dengan tanganku yang lainnya.

“Aku ingin tidur lagi, tapi merasa terlalu lengket. Bisakah kita memanggil dayang untuk membawakan beberapa ember air dan mandi sebelum kembali tidur?”

Ia bangun, mengenakan pakaian, dan meninggalkan ranjang guna meminta air. Setelah malam penuh gairah kami, tampaknya cedera Ye Hua sudah agak mendingan. Aku merasa sangat tenang dan bertanya-tanya perlukah aku mengurangi dosis pil suplemen penambah tenaga yang diam-diam kumasukkan ke dalam tehnya.

Pertunanganku dengan Ye Hua sudah tertulis oleh Tian Jun, yang mengirimkan kami beberapa hadiah kecil, tetapi kami masih belum ditunangkan secara resmi. Aku mulai merencanakannya dalam kepalaku.

Aku sudah memilih hari yang sesuai. Sekarang aku perlu Ayah diam-diam menemui Tian Jun dan mencoba mendesaknya, memintanya meresmikan pertunangan kami, dan memilih hari. Tentu saja, tanggal 2 September adalah yang sudah kutetapkan dalam hati.

Kurangnya penempaan energi Ye Hua membuatku khawatir. Aku cemas, ia tidak akan sanggup menanggung tradisi besar sembilan guntur dan delapan puluh satuu sambaran petir ketika ia mewarisi posisi Tian Jun. Ini merupakan cara tradisional yang dijalani Tian Jun dan Tian Hou baru sejak zaman dahulu kala. Tujuanku adalah menikahi Ye Hua secepatnya dan menanggung guntur serta sambaran petir itu mewakilinya.

Walaupun pertarunganku dengan Qing Cang bisa dianggap sudah mengurangi persediaan penempaan energiku sendiri, aku yakin aku masih bisa menghadapi guntur dan sambaran petir. Satu-satunya masalah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caraku menipu Ye Hua untuk tetap berada di dalam; ia tidak senaif dan mudah ditipu sepertiku ketika seusianya.

Setelah mandi, aku banyak sekali memikirkan ini, dan setelahnya berangsur kembali terlelap.

***

Aku berpikir, masalah ini nantinya pasti akan ada jalan keluarnya, dan aku cukup mengikuti arusnya saja. Aku tidak menyangka apa yang akan Ye Hua beritahukan, kata-katanya ketika ia terbangun itu akan menjungkirbalikkan semua rencana di kepala.

Ia mengangkatku ke dalam pelukannya dan memberitahuku dengan muram kalau tanggal 2 September tidak akan bisa. Kami harus menunggu dua bulan lagi sampai bisa menikah.

Ini dikarenakan ia harus turun ke dunia manusia selama dua bulan untuk menjalani ujian kehidupan.

Ujian ini merupakan hukumannya karena membantai keempat monster di Ying Zhou.

Meskipun itu dilakukan atas perintah Tian Jun, hingga Ye Hua ke Ying Zhou untuk menghancurkan rumput abadi yang tumbuh di sana, Tian Jun tidak menyuruhnya untuk membantai keempat monster yang merupakan peninggalan Ayah Semesta.

Karena Ayah Semesta sudah kembali ke kehampaan, semua hal yang pernah digunakannya, semua barang pecah belahnya, bahkan, cangkirnya yang terkelupas pun, dibawa ke Jiu Chong Tian oleh para anggota Klan Langit, dimana mereka dianggap sebagai benda suci. Dan ini hanyalah benda-benda pecah belah yang pernah digunakannya untuk makan dan minum, tak sebanding dengan keempat monster yang diberkahi dengan setengah kekuatan luar biasanya.

Ye Hua menunjukkan jasa besar dengan menghancurkan rumput abadi Ying Zhou, karena itulah mendapatkan banyak kebajikan. Tetapi dengan membunuh keempat monster yang menjaga rumputnya, ia telah melakukan kesalahan serius. Saat ditimbang, kesalahannya melebihi jasa besarnya. Tak ada lagi yang dapat dilakukan: ia terpaksa turun ke dunia manusia untuk menjalani hukumannya.

Beruntungnya, dari jutaan dunia manusia di seluruh semesta, dunia manusia yang dipilih oleh si tua Tian Jun untuk Ye Hua adalah sebuah dunia yang memiliki skala waktu yang jauh berbeda dari dunia makhluk abadi, Empat Lautan dan Delapan Dataran, dan satu hari di dunia kami sama dengan satu tahun di dunia itu. Ini artinya, walaupun Ye Hua akan menjalani masa 60 tahun reinkarnasi untuk ujian kehidupannya, ia dan aku hanya akan terpisah sekitar dua bulanan.

Biarpun aku tahu itu hanya untuk beberapa bulan, aku tak sanggup membayangkan jauh darinya. Aku tidak bisa bilang kapankah perasaanku padanya ini menjadi sebegini kuatnya, tetapi aku merasakannya, manis bercampur kesedihan.

Aku berharap untuk segera menikahi Ye Hua, dan fakta bahwa kami harus menunggu membuatku muram.

“Bisakah kau menungguku selama dua bulan?” Ye Hua bertanya.

Aku menggunakan tanganku untuk menghitung waktunya.

“Kau akan turun ke dunia manusia di awal bulan Agustus, dan kau akan bereinkarnasi selama kurang lebih dua bulan. Itu artinya, kita bisa memindahkan pernikahan kita ke bulan Oktober. Oktober dikenal sebagai musim semi kecil. Akan ada banyak buah persik dan bunga prem. Sepertinya bukan waktu yang buruk untuk pernikahan.”

Memikirkan tentang ujian kehidupannya, aku pun jadi cemas.

“Aku hanya perlu menunggumu selama beberapa bulan, tetapi kau akan mengalaminya seperti seumur hidupmu. Apakah Si Ming sudah membiarkanmu melihat takdir yang dituliskannya untukmu?”

Aku pernah berkesempatan membaca takdir yang ditulis Si Ming untuk Yuan Zhen dan benar-benar terkesan akan tulisannya.

Shao Xin mempercayakanku pergi ke dunia manusia dan mengubah nasib Yuan Zhen dan mencampuri drama besar yang sudah susah payah diatur oleh Si Ming, menghalanginya terjadi dengan benar. Aku tidak yakin apakah ia mendendam padaku karena hal ini atau tidak.

Bagaimana kalau ia menggunakan Ye Hua untuk membalasku dengan menyusun cinta segitiga? Seluruh tubuhku mendingin, dan aku mengigil keras.

Ye Hua tertawa kecil dan mencium keningku.

“Si Ming tidak bertanggung jawab atas takdirku saat aku ke dunia manusia. Setelah mendiskusikannya, Tian Jun dan para penasihat seniornya memerintahkan Si Ming agar membiarkan halaman buku takdirku kosong. Bagaimana takdirku terungkap akan sepenuhnya tergantung pada tindakanku sendiri.”

Aku sedikit tenang, tetapi untuk memastikan tak ada hal yang salah, aku bertanya satu hal lagi padanya.

“Aku tahu kau akan meminum Air Sungai Pelupa Si Ming di alam baka nantinya saat kau kembali dari ujian ini, namun tetap saja, kau tidak boleh menikah saat berada di bawah sana.”

Ia tak mengatakan apa-apa.

Setelah ragu-ragu, aku berkata, “Aku tidak mencemaskan apa pun selain ... benar-benar, hanya saja kau ... yah ... hanya saja, ujian kehidupan reinkarnasi ini mungkin akan menyeretmu pada pengalaman percintaan. Aku tidak begitu toleran jika sudah tentang hal semacam ini. Aku benci mendapati pasir di mataku.”

(T/N : tidak suka ada hal yang mengganggu.)

Ia menggunakan jarinya, menyisir rambut dari mataku.

Mengelus wajahku, ia berkata, “Bahkan masih belum ada bayangan akan percintaan, dan kau sudah cemburu?”

Aku berdeham canggung. Aku yakin akan cinta Ye Hua padaku, dan kalau ia bereinkarnasi dengan ingatannya padaku dalam benaknya, aku tidak akan merasa begini risau. Tetapi, ada peraturan aneh ini, sebelum seorang makhluk abadi dikirimkan ke dunia manusia untuk menjalani ujian kehidupannya, mereka harus meminum secangkir besar air dari Sungai Pelupa, yang akan membuat mereka melupakan semua hal yang pernah terjadi sebelumnya. Hanya setelah mereka kembali ke wujud abadi mereka, barulah dapat mengingat detail kehidupan lama mereka.

Ia mengambil rambutku dan tertawa.

“Jika aku terlibat dalam percintaan dengan orang lain, apa yang akan kau lakukan?”

Setelah memikirkannya, aku putuskan inilah waktunya untuk pembicaraan serius. Aku menatapnya tajam dengan ekspresi muram.

“Jika itu yang terjadi, aku akan turun ke bawah, menyeret dan menculikmu ke Qingqiu, dimana aku akan mengurungmu di Gua Rubah. Hanya akulah satu-satunya orang yang akan kau lihat. Saat kau makan, hanya akan bersamaku, saat kau membaca, hanya akan bersamaku, saat kau melukis, hanya akan bersamaku. Aku akan terus mengurungmu, dan hanya akulah satu-satunya orang yang akan kau jumpai. Aku tidak peduli kau akan nyaman atau tidak dengan pengaturan ini. Aku nyaman-nyaman saja, dan itulah yang penting.”

Aku menempatkan diri diposisinya dan memikirkannya lebih jauh, kemudian menambahkan, “Ya, aku akan nyaman saja.”

Matanya berbinar bercahaya. Ia menggunakan satu tangan untuk menyisir rambut dari keningku dan mencium batang hidungku.

“Dilihat dari caramu berbicara, terdengar seolah kau benar-benar berencana untuk turun dan menculikku,” katanya sungguh-sungguh.

Related Posts:

1 komentar: