Sabtu, 21 Agustus 2021

CTF - Chapter 130

Consort of A Thousand Faces

Chapter 130 : Anjing Jantan Menggila


Keduanya masuk ke dalam Rumah Aprikot Keberuntungan. Saat si pelayan melihat pemilik baru berkunjung lagi, ia langsung berubah hormat.

Su Xi-er berkata pada si pelayan, "Bawakan seteko teh lagi yang kuminum sebelumnya."

Si pelayan ragu-ragu, tetapi dengan cepat menurutinya saat ia melihat kalau pemilik baru tidak mengajukan keberatan.

Segera saja, seteko teh dibawakan ke meja tersebut.

Pria berbaju biru mengambil satu cangkir teh sambil lalu dan mulai mengisinya, tatapannya tak pernah lepas dari Su Xi-er.

Su Xi-er memelankan suaranya. "Aku merasa kalau kematian kedua Nona Wei mencurigakan. Bagaimana menurutmu?"

Aku melihatnya mengintai mencurigakan di hari dimana kedua Nona Wei mati. Walaupun akulah yang mengikat mereka sewaktu mereka masih hidup, kematian mereka sama sekali tak ada sangkut pautnya denganku.

Aku tidak sebaik itu hingga mencoba menegakkan keadilan demi mereka, tetapi aku benar-benar ingin mengetahui mengapa pria ini membunuh mereka.

Apakah karena kedua Nona Wei menyinggungnya? Atau mereka mengucapkan sesuatu yang menghina? Apa yang mungkin mereka katakan?

"Nona, apakah kau mencurigai orang rendahan ini?" Ia mengosongkan cangkir tehnya sebelum melanjutkan, tidak menunggu jawaban Su Xi-er.

"Nona, apakah menurutmu aku bodoh? Membeli Rumah Aprikot Keberuntungan setelah membunuh orang agar aku bisa menarik kecurigaan semua orang kepadaku? Apakah menurutmu, aku ingin menggali satu lubang agar aku bisa melompat masuk ke dalamnya?"

Ia benar. Meskipun ini juga adalah apa yang Su Xi-er pikirkan, ia tidak berkomentar apa-apa.

Membeli kedai teh setelah membunuh kedua Nona Wei sama saja dengan mencari masalah dengan menarik semua kecurigaan pada dirinya sendiri. Dikatakan begitu pun, ada pepatah mengatakan, bahwa tempat paling berbahaya juga adalah tempat yang paling aman.

Membeli Rumah Aprikot Keberuntungan serupa dengan berjalan masuk ke dalam jebakannya sendiri, tetapi sebaliknya, ini juga membantunya lepas dari kecurigaan.

Ada kilatan terpancar di mata Su Xi-er. Ia bangun, menuangkan pria itu secangkir teh lagi selagi berkomentar, "Kau adalah orang yang pandai."

Ia tidak menjelaskannya, tetapi ia yakin bahwa satu kalimat ini sudah cukup untuk membuatnya menebak tujuannya.

"Nona, kau sangat cantik. Kalau kau benar-benar takut tidak bisa menikah, kau bisa mencariku." Pria berbaju biru sekali lagi menghabiskan teh di cangkirnya sebelum bangkit, beranjak tanpa kata lainnya.

Saat kepalanya berpaling dari Su Xi-er, pria itu memperlihatkan ekspresi kebencian di bawah cadarnya. Kematian kedua Nona Wei itu sama sekali bukan hal yang patut dikasihani; mereka pantas mati. Semua orang yang terus bergosip, memfitnah, dan menyakitinya, pantas mati.

Mungkin, satu-satunya orang yang akan memahami pemikiran pria ini hanya dirinya sendiri.

Su Xi-er memerhatikannya selagi ia pergi, jadi semakin mencurigainya.

Tetapi, ini waktunya bagiku untuk pulang ke rumah pos. Setelah ia membayarkan tagihannya, ia langsung bergegas menuju ke rumah pos.

***

Ia sampai di kamarnya, dan baru saja akan menghapus pemerah pipi di wajahnya saat suara satu pengawal terdengar dari luar.

"Su Xi-er, Pangeran Hao menyuruhmu membawakan teh."

Bagaimana ia bisa tahu kalau aku sudah pulang? Apakah ia menyuruh orang untuk mengawasiku sepanjang waktu?

Su Xi-er mengelap kesepuluh bintik di wajahnya dan menjawab, "Baik, aku akan segera ke sana."

Su Xi-er tidak sempat memikirkannya, meletakkan pemerah pipi yang dijatuhkan oleh Piao Xu sebelum menuju ke dapur belakang. Mengambil satu teko teh, ia cepat-cepat menuju ke arah kamar Pei Qian Hao.

Pintu kamarnya tidak tertutup, membuat Pei Qian Hao melihat Su Xi-er bahkan sebelum ia masuk.

"Pergi kemana kau hari ini?"

Su Xi-er berjalan masuk dan meletakkan tehnya di atas meja. "Hamba hanya berjalan-jalan santai saja."

Ia berani menjawabku acuh tak acuh begitu .... Mata Pei Qian Hao menyipit.

"Oh? Berjalan-jalan santai? Jadi, apakah kau membeli baju, perhiasan, pemerah pipi, dan alas bedak? Berapa banyak perak yang diberikan Pangeran ini yang telah kau habiskan?"

"Melapor pada Yang Mulia, hamba tidak membeli baju, perhiasan, pemerah pipi, maupun alas bedak." Su Xi-er mengeluarkan sisa peraknya dan menyerahkannya pada Pei Qian Hao.

Kamarnya mendadak jadi hening. Su Xi-er mengulurkan sekantong uang itu, tetapi Pei Qia Hao tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengambilnya.

Pemandangannya canggung. Pei Qian Hao benar-benar ingin menyeret Su Xi-er keluar untuk dipukuli. Aku adalah Pangeran Hao dari Bei Min yang bermartabat. Mungkinkah aku kekurangan tael perak yang tak seberapa ini?

Tiba-tiba saja, suara ribut-ribut terdengar dari arah halaman sewaktu seorang pengawal kekaisaran yang kebingungan masuk sembari terhuyung.

"Melapor pada Pangeran Hao, seekor anjing jantan yang dipelihara di halaman belakang menjadi gila dan menggigiti semua orang."

Melihat ke arah pengawal yang berlutut di tanah, tatapan mendalam di mata Pei Qian Hao menghilang. "Kau memerlukan Pangeran ini untuk mengurusi seekor anjing gila yang mengigiti orang?"

Di bawah tatapan tak ramah Pei Qian Hao, napas si pengawal pun jadi semakin pendek.

"Anjingnya mendadak menggila setelah keluar dari kamar Su Xi-er. Sebagai hasilnya, bawahan ini mengira, mungkin akan pantas datang dan melaporkannya." Si pengawal bicara begitu cepat, tidak berani berhenti sewaktu ia menyelesaikan kalimatnya dalam satu tarikan napas.

Mata Pei Qian Hao menyipit. Ini aneh. Ia melirik ke arah Su Xi-er sebelum berjalan keluar dari kamar.

Dengan canggung Su Xi-er menarik lagi tangan yang memegangi kantong uang peraknya dan mengikuti di belakang Pei Qian Hao? Bagaimana anjingnya jadi gila setelah masuk ke kamarku ....?

Masuk ke halaman, acuh tak acuh, Pei Qian Hao melihat ke arah anjing yang diikatkan ke sebatang tiang dan masih menyalak tanpa pandang bulu. "Apakah kau menemukan penyebabnya?"

"Yang Mulia, investigasi awal menunjuk pada sekotak pemerah pipi di kamar Su Xi-er," jawab salah satu pengawal.

Karena sekotak pemerah pipi! Ekspresi Su Xi-er sedikit berubah. Mungkinkah ada yang salah dengan pemerah pipi itu?

Aku tahu kalau pemerah pipi yang kubeli tertukar dengan pemerah pipi Piao Xu, tetapi aku belum sempat memeriksa apa yang sebenarnya dibeli olehnya. Su Xi-er terkejut karena insiden ini berhubungan dengan pemerah pipi dari kamarnya.

Kalau ternyata sungguh ada masalah dengan pemerah pipinya, akankah Pei Qian Hao mencurigai sesuatu dan menggali lebih dalam?

Kalau begitu, maka aku benar-benar tidak bisa menghindari ini. Selain itu, aku baru saja memberitahunya kalau aku tidak membeli pemerah pipi ataupun alas bedak.

"Karena sekotak pemerah pipi? Apa yang sebenarnya terjadi?" Wajah Pei Qian Hao menggelap sewaktu ia mengalihkan tatapannya pada Su Xi-er. Bukankah ia bilang kalau ia tidak membeli pemerah pipi atau alas bedak? Wanita ini berbohong lagi padaku.

Semua pengawal merasa kalau suhunya menurun selagi mereka melihat kemarahan Pei Qian Hao terhadap Su Xi-er yang terlihat jelas. Haaahh. Pangeran Hao marah lagi gara-gara Su Xi-er, dan kita, para bawahannya sekali lagi terjebak dalam baku hantamnya.

Pei Qian Hao menunjuk satu pengawal. "Lebih spesifik."

Si pengawal yang ditunjuk langsung menjawab, tidak berani menunda. "Yang Mulia, kotak pemerah pipinya sangat berbeda, mengandung aroma yang unik. Hidung tajam anjing tersebut membawanya ke kamar Su Xi-er dimana di sana, ia menjatuhkan kotak pemerah pipinya ke tanah. Setelah tanpa sengaja terkena pemerah pipi itu di hidungnya, anjingnya jadi seperti ini ...."

Setelah mendengarkan penjelasan si pengawal, Su Xi-er tertegun sejenak. Secara kasar, aku bisa menebak tipe pemerah pipi apakah itu.

Tidak banyak pemerah pipi dengan wangi yang spesial; lebih sedikit lagi yang bisa membuat seekor anjing menggila dan mulai menggigiti orang. Dengan semua yang dikatakan, itu hanya mungkin adalah pemerah pipi wewangian pekasih!

Dalam konsentrasi rendah, pemerah ini tidak berbahaya, dan bisa digunakan untuk meningkatkan suasana di kamar tidur. Tetapi, jika digunakan pada seekor anjing, sulit menebak apa yang akan terjadi. Hanya menggila saja masih bisa dianggap masalah kecil ....

Namun, apa yang ingin kuketahui sekarang adalah, mengapa Ning An Lian meminta Piao Xu untuk membeli wewangian pekasih. Mungkinkah ia berencana menggunakannya pada Yun Ruo Feng?

Yun Ruo Feng sangat mencintainya, bahkan sampai menghamilinya, meski tak ada satu pun bayi yang bertahan. Bagaimana bisa keduanya membutuhkan wewangian pekasih?

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar