Sabtu, 07 Agustus 2021

CTF - Chapter 112

Consort of A Thousand Faces

Chapter 112 : Membawanya Jalan-Jalan

"Hamba kembali dengan selamat. Pangeran Hao tidak perlu cemas." Su Xi-er melantunkan tiap katanya perlahan, ekspresinya tetap tenang.

Pengawal yang berdiri di samping pun terkejut, karena ada orang yang benar-benar berbicara seperti ini pada Pangeran Hao. Terlebih lagi, kapan Pangeran Hao menyebutkan sesuatu mengenai khawatir tentang dirinya? Ia memang terdengar agak mementingkan diri sendiri, tetapi itu tidak memancing reaksi apa pun dari Pangeran Hao.

Pei Qian Hao meletakkan dua mutiara berkilauan di tangannya di atas meja dan menyuruh pengawal di sebelahnya, "Siapkan kereta kuda."

Pengawal itu tidak mengerti keadaan sekarang ini, tetapi ia tahu ia harus mematuhi perintah Pangeran Hao. Ia langsung membungkuk hormat. "Bawahan ini mematuhi perintah."

"Diam-diam menyelinap keluar seperti maling. Pangeran ini akan membawamu jalan-jalan dengan cara papan atas." Setelah itu, Pei Qian Hao melangkah keluar dari aula, menuju pintu utama.

Beberapa pengawal menyadari Su Xi-er masih mengakar di tempat dan langsung mendesaknya, "Kenapa masih berdiri bengong di sini? Pangeran Hao tidak marah padamu, dan bahkan bersedia membawamu keluar. Ini adalah kehormatan besar, cepat susul dia!"

Su Xi-er melirik ke arah pengawal dan terpikirkan soal kedai teh sebelum melanjutkan ke pintu keluar, menghapuskan abu di wajahnya.

Sebuah kereta kuda sudah menanti saat Su Xi-er mencapai pintu gerbang rumah pos.

Kereta kudanya besar dan megah, dengan kerangka perak yang dilapisi dengan jumbai emas pucat memesona.

Pei Qian Hao naik ke atas kereta sementara Su Xi-er masih menaksir keretanya. Bahkan tali kekang kereta kudanya dibungkus dengan selapis benang emas.

"Belum naik juga?" Suara dalam terdengar dari dalam keretanya, menarik Su Xi-er dari lamunannya.

Su Xi-er segera naik ke atas kereta, merasakannya mulai bergerak segera setelah ia mendudukkan diri.

Su Xi-er masih mempertimbangkan desain keretanya selagi keretanya melaju cepat. Interior indahnya didekorasi dengan palet kuning pucat, dan bantalannya empuk juga nyaman. Kereta ini bukan berasal dari Bei Min, jadi ini pastilah kereta dari kediaman Yun Ruo Feng.

Paling banyak, ada dua kereta kuda semacam ini. Mengikuti hukum di Nan Zhao, bahkan mereka yang berada di posisi agung, tidak boleh memiliki begitu banyak kereta kuda yang fantastis. Bahkan, Kaisar saja hanya punya dua Kereta Kuda Naga.

"Arahkan ke jalanan paling ramai." Pei Qian Hao memerintahkan si kusir sebelum melihat ke arah Su Xi-er, memerhatikan si gadis menaksir kereta kudanya tanpa henti.

"Kau terus saja memandanginya tanpa henti semenjak kau naik. Apakah kau sangat menyukai kereta kuda ini?"

Su Xi-er menarik pandangannya dan menanggapi, "Ada pintalan emas di dinding bagian dalam kereta kudanya. Bantal ini juga diberi perlakuan yang sama, dan sulaman yang ada di sisi-sisinya tampak begitu detail. Pangeran Hao, Nan Zhao benar-benar dermawan."

"Memang dermawan. Ini adalah kereta kuda Pangeran Yun. Kenapa kau pergi ke jalanan teramai tanpa membawa uang sepeser pun? Bukankah kau tahu kalau di sana, di tempat yang makmur, pasti akan ada rumah bordil? Dan kau sangat jelas bukan, apa yang paling dibutuhkan oleh rumah bordil?"

Su Xi-er menanggapi dengan eskspresi serius, "Dengan gaya berpakaian hamba, rumah bordil tidak akan tertarik padaku, meski jika aku tidak menutupi wajahku dengan abu. Terlebih lagi, hamba hanya melihat-lihat dari kejauhan dan menikmati keramaian saja."

"Pangeran ini membawamu jalan-jalan, mengapa kau tidak memoleskan lebih banyak abu ke wajahmu lagi?"

"Tidak perlu. Dengan adanya Pangeran Hao, tidak ada yang perlu ditakutkan." Su Xi-er sengaja tersenyum setelah mengatakan ini. Sanjungan yang diperlukan tetap harus diberikan.

Pei Qian Hao bersandar lagi ke dinding kereta dan merespon, "Menjilat dengan tidak tahu malunya untuk mendapatkan apa yang kau inginkan." Dengan mengatakan itu, ia tidak menunjukkan tanda-tanda menyalahkan Su Xi-er.

"Jika Pangeran Hao tidak menyukainya, hamba akan mengurangi berbicara dengan cara seperti itu," Su Xi-er menjawab dengan hormat.

Kilatan samar terpancar dari mata Pei Qian Hao sebelum ia memejamkan matanya, tidak meliriknya lagi.

Kereta kudanya terus melaju ke jalan-jalan ramai. Saat mereka hampir sampai ke kedai teh, Su Xi-er menatap baju kasar yang dikenakannya. Walaupun bukan aku yang membunuh Wei Bersaudari, pelayannya akan mengenali pakaian ini.

Apabila ia mengeksposnya di tempat, tidak akan berakhir baik. Memikirkan bagaimana caranya menghindari ini, Su Xi-er mengangkat tangannya dan melepaskan sanggulnya.

Rambut Su Xi-er yang terurai di seluruh bahunya layaknya sungai obsidian, wajah mungil halusnya mengintip dari baliknya. Bibir memerahnya agak lebih pucat dari biasanya, pertanda bahwa ia masih belum pulih benar dari flunya.

Angin dingin bertiup dan menyibakkan tirai kereta kudanya, mengizinkan cahaya bulan masuk dan meliputi Su Xi-er dalam sinarnya. Keanggunan pemandangan ini tampak seperti sesuatu yang berasal dari mimpi.

Kereta kudanya memilih saat ini untuk berhenti, membuat pemandangan ini menjadi hal pertama yang dilihat Pei Qian Hao kala ia membuka matanya.

Su Xi-er menundukkan kepalanya sewaktu menyisir rambutnya. Dengan jari-jarinya menari bak peri dan beberapa putaran di pergelangan tangannya, Sanggul Bunga Persik pun selesai dalam sekejap.

Apabila ia menggunakan riasan Bunga Persik dan mengenakan gaun bunga persik, ia pasti sudah menampilkan gaya yang benar-benar berbeda.

Setelah pengawal yang mengendarai kereta kudanya menghentikannya, ia menyadari tak ada pergerakan dari dalam selama beberapa waktu. Kemudian, ia pun melihat ke arah kekacauan di dalam kedai teh. Tampaknya telah terjadi peristiwa yang besar.

Pengawalnya tidak berani menganggap enteng urusan ini, dan segera melaporkannya pada Pangeran Hao. "Pangeran Hao, tampaknya terjadi kasus pembunuhan di dalam kedai tehnya. Tempat ini dikerumuni oleh para petugas kehakiman, dan banyak warga sipil yang berdiri di sekitarnya. Jasad juga dibawa keluar dari kedai teh."

Pei Qian Hao mengabaikan si pengawal, malah menatap Su Xi-er. "Tiba-tiba saja berdandan. Memangnya, kau kira, kemana Pangeran ini akan membawamu?"

Sesudah merapikan pakaiannya, Su Xi-er menjawab, "Pengawal kekaisaran baru saja bilang kalau ada kedai teh di depan sana. Namun, kasus pembunuhan itu menghalangi kita masuk."

"Siapa bilang kita tidak bisa masuk?" Pei Qian Hao mengangkat tirai kereta, berniat turun.

Su Xi-er langsung menarik tangannya dan melanjutkan, "Dengan pembunuhan yang baru terjadi, tampaknya agak tidak pantas untuk muncul sekarang. Pengawal juga menyebutkan para petugas kehakiman mengerumuni kedai tehnya."

"Kasus pembunuhan merupakan peristiwa lepas, dan tak punya pengaruh pada siapa pun yang ingin minum teh dan makan kue." Pei Qian Hao malah menggenggam tangan Su Xi-er dalam tangannya, ingin membawanya keluar dari kereta.

Keras kepala seperti biasa, Su Xi-er terus menariknya kembali. "Pangeran Hao, hamba melihat dua wanita bertengkar hebat demi mendapatkan perhatian Anda. Jika Anda muncul sekarang, itu pasti akan menambahkan kekacauan yang sekarang. Mengapa tidak tetap berada di kereta kuda dan mengamati situasi di luar sana dari dalam sini?"

Pei Qian Hao menatap Su Xi-er saksama sebelum mundur lagi ke dalam kereta. Dengan ekspresi lesu, Pei Qian Hao bertanya, "Kau takut?"

"Hamba ini bodoh dan tidak mengerti apa maksud Pangeran Hao."

"Apakah kau sungguh tidak mengerti? Pangeran ini akan ikut dalam permainanmu kali ini; hanya saja, Pangeran ini curiga ...." Pei Qian Hao berhenti dan tidak melanjutkan kalimatnya, tetapi malah memilih menatap ke luar jendela kereta kuda, mengamati situasi di luar kedai teh.

Kedai tehnya dikelilingi kerumunan besar, membuatnya mustahil untuk diakses. Sebaris petugas kehakiman berdiri di pintu masuk kedai teh, menghalangi penonton untuk masuk.

Kedua jenazah ditutupi dengan dua helai kain putih. Melihat ke arah dua sosok itu, orang pun bisa menebak kalau mereka berdua adalah wanita, satunya gemuk dan satunya kurus.

Seorang pria berambut keabuan gemetaran selagi dengan pelan ia mengangkat ujung kain putihnya. Saat ia memastikan dua jenazah itu adalah putrinya, ia tidak mampu menghentikan air matanya bercucuran. Ia tidak punya putra, hanya dua orang putri.

Putrinya mungkin jelek, tetapi mereka adalah yang paling penting baginya. Keluarga mereka awalnya miskin, menjadi kaya raya, akhirnya datang ke ibu kota dan membangun sebuah kediaman melalui koneksi mereka dengan Wei Mo Hai. Bisa dikatakan pula kalau mereka menikmati posisi berpangkat di ibu kota.

Aku terlalu memanjakan kedua putriku, menyebabkan mereka jadi tak terkendali dan keras kepala, tetapi mereka tidak pernah berbuat apa pun yang menyebabkan kerusakan. Kenapa Langit membawa pergi kedua putriku? Siapa yang membunuh putri-putriku?!

"Tuan Tanah Wei, sayang sekali karena kedua nona itu meninggal dunia. Turut berduka cita, tetapi kami pasti akan mengusut jelas masalah ini."

Wei Guang menatap si petugas kehakiman yang berbicara, air matanya mengering, hanya menyisakan jejak di wajahnya. "Aku hanya punya dua putri dan tidak ada putra. Rasa sakit dari orang tua yang harus menyaksikan kematian yang muda. Aku harus membalaskan dendam mereka! Temukan pembunuhnya untukku! Ia akan mati dengan mengerikan!"

Wei Guang menggertakkan giginya, mengepalkan tinjuannya kencang selagi mengutarakan kalimat terakhirnya.

"Kedua Nona Wei sudah dibawa menuju Kantor Pemerintahan Provinsi agar tim koroner bisa memeriksa tubuh mereka. Setelah kami selesai menentukan penyebab kematiannya, kau bisa melanjutkannya prosesi pemakaman mereka." 

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar