Consort of A Thousand Faces
Chapter 112 : Membawanya Jalan-Jalan
"Hamba kembali dengan selamat. Pangeran Hao tidak perlu cemas." Su Xi-er melantunkan tiap katanya perlahan, ekspresinya tetap tenang.
Pengawal yang berdiri di samping pun terkejut, karena ada
orang yang benar-benar berbicara seperti ini pada Pangeran Hao. Terlebih
lagi, kapan Pangeran Hao menyebutkan sesuatu mengenai khawatir tentang dirinya?
Ia memang terdengar agak mementingkan diri sendiri, tetapi itu tidak memancing
reaksi apa pun dari Pangeran Hao.
Pei Qian Hao meletakkan dua mutiara berkilauan di
tangannya di atas meja dan menyuruh pengawal di sebelahnya, "Siapkan
kereta kuda."
Pengawal itu tidak mengerti keadaan sekarang ini, tetapi
ia tahu ia harus mematuhi perintah Pangeran Hao. Ia langsung membungkuk hormat.
"Bawahan ini mematuhi perintah."
"Diam-diam menyelinap keluar seperti maling.
Pangeran ini akan membawamu jalan-jalan dengan cara papan atas." Setelah
itu, Pei Qian Hao melangkah keluar dari aula, menuju pintu utama.
Beberapa pengawal menyadari Su Xi-er masih mengakar di
tempat dan langsung mendesaknya, "Kenapa masih berdiri bengong di sini?
Pangeran Hao tidak marah padamu, dan bahkan bersedia membawamu keluar. Ini
adalah kehormatan besar, cepat susul dia!"
Su Xi-er melirik ke arah pengawal dan terpikirkan soal
kedai teh sebelum melanjutkan ke pintu keluar, menghapuskan abu di wajahnya.
Sebuah kereta kuda sudah menanti saat Su Xi-er mencapai
pintu gerbang rumah pos.
Kereta kudanya besar dan megah, dengan kerangka perak
yang dilapisi dengan jumbai emas pucat memesona.
Pei Qian Hao naik ke atas kereta sementara Su Xi-er masih
menaksir keretanya. Bahkan tali kekang kereta kudanya dibungkus dengan
selapis benang emas.
"Belum naik juga?" Suara dalam terdengar dari
dalam keretanya, menarik Su Xi-er dari lamunannya.
Su Xi-er segera naik ke atas kereta, merasakannya mulai
bergerak segera setelah ia mendudukkan diri.
Su Xi-er masih mempertimbangkan desain keretanya selagi
keretanya melaju cepat. Interior indahnya didekorasi dengan palet kuning pucat,
dan bantalannya empuk juga nyaman. Kereta ini bukan berasal dari Bei
Min, jadi ini pastilah kereta dari kediaman Yun Ruo Feng.
Paling banyak, ada dua kereta kuda semacam ini. Mengikuti
hukum di Nan Zhao, bahkan mereka yang berada di posisi agung, tidak boleh
memiliki begitu banyak kereta kuda yang fantastis. Bahkan, Kaisar saja hanya
punya dua Kereta Kuda Naga.
"Arahkan ke jalanan paling ramai." Pei Qian Hao
memerintahkan si kusir sebelum melihat ke arah Su Xi-er, memerhatikan si gadis
menaksir kereta kudanya tanpa henti.
"Kau terus saja memandanginya tanpa henti semenjak
kau naik. Apakah kau sangat menyukai kereta kuda ini?"
Su Xi-er menarik pandangannya dan menanggapi, "Ada
pintalan emas di dinding bagian dalam kereta kudanya. Bantal ini juga diberi
perlakuan yang sama, dan sulaman yang ada di sisi-sisinya tampak begitu detail.
Pangeran Hao, Nan Zhao benar-benar dermawan."
"Memang dermawan. Ini adalah kereta kuda Pangeran
Yun. Kenapa kau pergi ke jalanan teramai tanpa membawa uang sepeser pun?
Bukankah kau tahu kalau di sana, di tempat yang makmur, pasti akan ada rumah
bordil? Dan kau sangat jelas bukan, apa yang paling dibutuhkan oleh rumah
bordil?"
Su Xi-er menanggapi dengan eskspresi serius, "Dengan
gaya berpakaian hamba, rumah bordil tidak akan tertarik padaku, meski jika aku
tidak menutupi wajahku dengan abu. Terlebih lagi, hamba hanya melihat-lihat
dari kejauhan dan menikmati keramaian saja."
"Pangeran ini membawamu jalan-jalan, mengapa kau
tidak memoleskan lebih banyak abu ke wajahmu lagi?"
"Tidak perlu. Dengan adanya Pangeran Hao, tidak ada
yang perlu ditakutkan." Su Xi-er sengaja tersenyum setelah mengatakan
ini. Sanjungan yang diperlukan tetap harus diberikan.
Pei Qian Hao bersandar lagi ke dinding kereta dan
merespon, "Menjilat dengan tidak tahu malunya untuk mendapatkan apa yang
kau inginkan." Dengan mengatakan itu, ia tidak menunjukkan tanda-tanda
menyalahkan Su Xi-er.
"Jika Pangeran Hao tidak menyukainya, hamba akan
mengurangi berbicara dengan cara seperti itu," Su Xi-er menjawab dengan
hormat.
Kilatan samar terpancar dari mata Pei Qian Hao sebelum ia
memejamkan matanya, tidak meliriknya lagi.
Kereta kudanya terus melaju ke jalan-jalan ramai. Saat
mereka hampir sampai ke kedai teh, Su Xi-er menatap baju kasar yang
dikenakannya. Walaupun bukan aku yang membunuh Wei Bersaudari,
pelayannya akan mengenali pakaian ini.
Apabila ia mengeksposnya di tempat, tidak akan berakhir
baik. Memikirkan bagaimana caranya menghindari ini, Su
Xi-er mengangkat tangannya dan melepaskan sanggulnya.
Rambut Su Xi-er yang terurai di seluruh bahunya layaknya
sungai obsidian, wajah mungil halusnya mengintip dari baliknya. Bibir
memerahnya agak lebih pucat dari biasanya, pertanda bahwa ia masih belum pulih
benar dari flunya.
Angin dingin bertiup dan menyibakkan tirai kereta
kudanya, mengizinkan cahaya bulan masuk dan meliputi Su Xi-er dalam sinarnya.
Keanggunan pemandangan ini tampak seperti sesuatu yang berasal dari mimpi.
Kereta kudanya memilih saat ini untuk berhenti, membuat
pemandangan ini menjadi hal pertama yang dilihat Pei Qian Hao kala ia membuka
matanya.
Su Xi-er menundukkan kepalanya sewaktu menyisir
rambutnya. Dengan jari-jarinya menari bak peri dan beberapa putaran di
pergelangan tangannya, Sanggul Bunga Persik pun selesai dalam sekejap.
Apabila ia menggunakan riasan Bunga Persik dan mengenakan
gaun bunga persik, ia pasti sudah menampilkan gaya yang benar-benar berbeda.
Setelah pengawal yang mengendarai kereta kudanya
menghentikannya, ia menyadari tak ada pergerakan dari dalam selama beberapa
waktu. Kemudian, ia pun melihat ke arah kekacauan di dalam kedai teh. Tampaknya
telah terjadi peristiwa yang besar.
Pengawalnya tidak berani menganggap enteng urusan ini,
dan segera melaporkannya pada Pangeran Hao. "Pangeran Hao, tampaknya
terjadi kasus pembunuhan di dalam kedai tehnya. Tempat ini dikerumuni oleh para
petugas kehakiman, dan banyak warga sipil yang berdiri di sekitarnya. Jasad
juga dibawa keluar dari kedai teh."
Pei Qian Hao mengabaikan si pengawal, malah menatap Su
Xi-er. "Tiba-tiba saja berdandan. Memangnya, kau kira, kemana Pangeran ini
akan membawamu?"
Sesudah merapikan pakaiannya, Su Xi-er menjawab,
"Pengawal kekaisaran baru saja bilang kalau ada kedai teh di depan sana.
Namun, kasus pembunuhan itu menghalangi kita masuk."
"Siapa bilang kita tidak bisa masuk?" Pei Qian
Hao mengangkat tirai kereta, berniat turun.
Su Xi-er langsung menarik tangannya dan melanjutkan,
"Dengan pembunuhan yang baru terjadi, tampaknya agak tidak pantas untuk
muncul sekarang. Pengawal juga menyebutkan para petugas kehakiman mengerumuni
kedai tehnya."
"Kasus pembunuhan merupakan peristiwa lepas, dan tak
punya pengaruh pada siapa pun yang ingin minum teh dan makan kue." Pei
Qian Hao malah menggenggam tangan Su Xi-er dalam tangannya, ingin membawanya
keluar dari kereta.
Keras kepala seperti biasa, Su Xi-er terus menariknya
kembali. "Pangeran Hao, hamba melihat dua wanita bertengkar hebat demi
mendapatkan perhatian Anda. Jika Anda muncul sekarang, itu pasti akan
menambahkan kekacauan yang sekarang. Mengapa tidak tetap berada di kereta kuda
dan mengamati situasi di luar sana dari dalam sini?"
Pei Qian Hao menatap Su Xi-er saksama sebelum mundur lagi
ke dalam kereta. Dengan ekspresi lesu, Pei Qian Hao bertanya, "Kau
takut?"
"Hamba ini bodoh dan tidak mengerti apa maksud
Pangeran Hao."
"Apakah kau sungguh tidak mengerti? Pangeran ini
akan ikut dalam permainanmu kali ini; hanya saja, Pangeran ini curiga ...."
Pei Qian Hao berhenti dan tidak melanjutkan kalimatnya, tetapi malah memilih
menatap ke luar jendela kereta kuda, mengamati situasi di luar kedai teh.
Kedai tehnya dikelilingi kerumunan besar, membuatnya
mustahil untuk diakses. Sebaris petugas kehakiman berdiri di pintu masuk kedai
teh, menghalangi penonton untuk masuk.
Kedua jenazah ditutupi dengan dua helai kain putih.
Melihat ke arah dua sosok itu, orang pun bisa menebak kalau mereka berdua
adalah wanita, satunya gemuk dan satunya kurus.
Seorang pria berambut keabuan gemetaran selagi dengan
pelan ia mengangkat ujung kain putihnya. Saat ia memastikan dua jenazah itu
adalah putrinya, ia tidak mampu menghentikan air matanya bercucuran. Ia tidak
punya putra, hanya dua orang putri.
Putrinya mungkin jelek, tetapi mereka adalah yang paling
penting baginya. Keluarga mereka awalnya miskin, menjadi kaya raya, akhirnya
datang ke ibu kota dan membangun sebuah kediaman melalui koneksi mereka dengan
Wei Mo Hai. Bisa dikatakan pula kalau mereka menikmati posisi berpangkat di ibu
kota.
Aku terlalu memanjakan kedua putriku, menyebabkan mereka
jadi tak terkendali dan keras kepala, tetapi mereka tidak pernah berbuat apa pun
yang menyebabkan kerusakan. Kenapa Langit membawa pergi kedua putriku? Siapa
yang membunuh putri-putriku?!
"Tuan Tanah Wei, sayang sekali karena kedua nona itu
meninggal dunia. Turut berduka cita, tetapi kami pasti akan mengusut jelas
masalah ini."
Wei Guang menatap si petugas kehakiman yang berbicara,
air matanya mengering, hanya menyisakan jejak di wajahnya. "Aku hanya
punya dua putri dan tidak ada putra. Rasa sakit dari orang tua yang harus
menyaksikan kematian yang muda. Aku harus membalaskan dendam mereka! Temukan
pembunuhnya untukku! Ia akan mati dengan mengerikan!"
Wei Guang menggertakkan giginya, mengepalkan tinjuannya
kencang selagi mengutarakan kalimat terakhirnya.
"Kedua Nona Wei sudah dibawa menuju Kantor
Pemerintahan Provinsi agar tim koroner bisa memeriksa tubuh mereka. Setelah
kami selesai menentukan penyebab kematiannya, kau bisa melanjutkannya prosesi
pemakaman mereka."
0 comments:
Posting Komentar