Ning Ru Lan selalu menjadi orang yang membawakan tarian
di perjamuan kerajaan sebelumnya. Akan tetapi, tahun ini, giliran Ning An Lian
melakukannya sebagai Putri Pertama Kekaisaran.
Dengan begitu pula, status barunya sudah mengurangi
jumlah waktu yang dihabiskannya bersama Yun Ruo Feng. Ia merasa dirinya jadi
kian sulit memahami Yun Ruo Feng; atau mungkin ia tidak pernah memahaminya
sedari awal.
Ning An Lian memeluk Yun Ruo Feng erat-erat, seolah ia
akan lenyap di saat berikutnya.
Tampak seperti pemandangan yang intim dan hangat, tetapi
masing-masing dari mereka memendam tujuannya sendiri.
Ning An Lian merasa gundah dalam hatinya, tetapi memilih
untuk tidak menyuarakannya. Ia tahu, ia hanya akan semakin menjauh jika ia
mengutarakannya.
Sepertinya juga, Yun Ruo Feng tidak merasakan apa-apa. Ia
tetap elegan dan tenang, ekspresi di wajahnya, tidak pernah berubah sekali pun
semenjak Ning An Lian tiba.
***
Sementara itu, kasus Nona Keluarga Wei sudah menyebabkan
kegemparan di ibu kota.
Penjelasan yang diberikan oleh otoritas lokal adalah:
Pengurus Rumah Aprikot Keberuntungan menginginkan perak dan bekerja sama dengan
satu pelayan untuk membunuh kedua Nona Wei.
Tetapi, akankah pengurus dari kedai teh nomor satu
berkonspirasi dengan seorang pelayan untuk membunuh kedua Nona Wei hanya demi
sejumlah kecil uang?
Bahkan, rakyat jelata saja tahu kalau ada yang
mencurigakan tentang itu, dan mulai mendiskusikannya dengan semangat. Namun,
otoritas lokal menghentikan mereka dengan kasar. Tak ada satu orang pun yang
berani mengungkit masalah ini secara terbuka lagi, terlebih setelah dua orang
dihukum.
Otoritas lokal menegaskan, mengklaim bahwa kedua Nona Wei
membawa sesuatu yang sangat berharga bersama mereka. Menurut mereka, pengurus
Rumah Aprikot Keberuntungan adalah seseorang yang sangat matrealistis, yang
tidak mampu menahan godaan, mendorongnya hingga membunuh kedua Nona Wei itu
dengan brutal.
Itulah penjelasan yang diterima oleh orang banyak. Hanya
kekayaan materi biasa tidak cukup untuk menggugah si pengurus; akan tetapi
suatu benda yang luar biasa berharga, itu dapat menarik matanya.
Namun, tak dipungkiri, akan ada mereka yang menolak
menerima penjelasan ini. Sebagai contohnya, ayah dari kedua Nona Wei, Tuan
Tanah Wei, Wei Guang.
***
Rasa panik dan ketakutan menyebar di seluruh Kediaman
Wei.
Prang! Itu adalah suara porselen yang hancur lagi.
Si gadis pelayan yang ada di pintu depan pun berjalan
masuk untuk membereskan kekacauannya, gemetaran seolah ia takut kalau dirinya
akan memprovokasi majikannya.
"Mana mungkin?! Pengurus Rumah Aprikot Keberuntungan
yang bersalah?! Apakah mereka sungguh menganggapku, Wei Guang, sebagai orang
yang mudah ditindas?!" Orang tua kurus dan sengit itu memaki dengan suara
kencang, jelas memperlihatkan suasana hatinya sekarang.
Orang ini tepatnya adalah Wei Guang, yang usianya telah melebihi
seratus tahun. Di usia tuanya ini, putrinya telah menjadi hartanya yang paling
berharga. Walau begini, mereka berdua mendadak terbunuh tanpa alasan! Mana
mungkin hatinya tidak merasa pedih?
Mengetahui bahwa otoritas lokal mendorong semua tanggung
jawabnya pada pengurus dan si pelayan yang sudah mati benar-benar membuatnya
geram.
Ia marah akan hal itu. Sangat jelas akan tipe orang macam
apakah si pengurus itu, Wei Guang yakin sekali kalau orang itu tidak mungkin
membunuh hanya dengan melihat sedikit kekayaan. Meskipun demikian, Wei Guang
pun tak berdaya walau ia tahu kalau si pengurus hanyalah kambing hitam. Apakah
putri-putriku mati sia-sia?
Wei Guang memikirkan Wei Mo Hai di saat
kesusahannya. Bagaimana bisa aku melupakan tentangnya?
"Seseorang, kemari dan siapkan kereta kuda untuk
perjalanan menuju ke area panahan ibu kota!"
Kemudian, Wei Guang pun meninggalkan ruangan, membuat si
gadis pelayan di dalam ruangan mengembuskan napas lega. Sudah cukup banyak
gadis pelayan yang mati akibat pukulan papan beberapa hari ini, dan ia tidak
tertarik untuk bergabung bersama mereka.
Alasan Wei Guang memikirkan Wei Mo Hai tentunya karena
orang itu masih kerabatnya, sekalipun kerabat jauh.
Tentu saja, ini bukanlah satu-satunya alasan mengapa ia
mencari Wei Mo Hai. Faktor terpentingnya adalah karena Wei Mo Hai merupakan
tangan kanan Pangeran Yun.
Selama Wei Mo Hai bersedia membantu, aku pasti bisa
menemukan kebenarannya! Setelah memikirkan ini, Wei Guang tidak bisa menunggu
lagi, mendesak pelayannya supaya bertindak lebih cepat.
***
Tempat latihan panahan ibu kota merupakan yang terbesar
di Nan Zhao. Sorak-sorai pun membahana di udara ketika Wei Guang tiba,
membuatnya seperti pemandangan yang agung untuk dilihat.
"Apakah kau tidak melihat tanda yang ada di samping
itu? Cepat pergi!"
Dua prajurit menghadang Wei Guang tak sabaran dengan
senjata mereka di luar area panahannya. Mereka menunjuk ke tanda yang
menyatakan 'bunuh semua penyusup tanpa ampun'.
Kalau bukan karena fakta bahwa Wei Guang adalah orang
tua, mereka pasti sudah langsung menyerangnya.
Dengan cemas, Wei Guang langsung menuju ke arah area
panahan segera setelah ia turun dari kereta kuda, hingga tidak menyadari para prajurit
yang berjaga di pintu masuknya.
Dengan peringatan dari prajurit, Wei Guang memalingkan
kepalanya, melirik ke tanda tersebut, tetapi tidak kembali. Sebaliknya, ia
menyodorkan sekantung perak ke dalam tangan salah satu prajuritnya, tersenyum
seraya bertanya, "Tuan-Tuan Prajurit, aku datang untuk mencari seseorang.
Bolehkah aku bertanya, apakah Komandan Wei, Wei Mo Hai, ada di sini?"
Walaupun ia sedang gelisah, ia tahu kalau area panahan
ini punya peraturan yang ketat. Aku tidak akan bisa menanggung
akibatnya jika aku tetap bersikeras untuk menerobos masuk.
Di bawah keadaan semacam ini, aku harus melancarkan
taktik halus. Lagipula, tidak ada seorang pun di dunia ini yang akan menolak
perak.
Seperti dugaannya, orang yang menerima perak pun merenung
sejenak sebelum diam-diam menerimanya. Hanya setelah itulah, ia memperlakukan
Wei Guang dengan serius. "Komandan Wei tidak ada di sini. Ia meninggalkan
area panahan pagi-pagi sekali tadi."
Wei Mo Hai tidak berada di area panahan! Kelopak
mata Wei Guang pun tanpa sadar berkedut.
"Tuan-Tuan Prajurit, apakah kalian tahu kemana
perginya Komandan Wei?"
Pertanyaan ini ditakdirkan tidak punya jawabannya. Apakah
seorang atasan harus melaporkan pada bawahannya tentang keberadaannya?
Menyadari apa yang ditanyakannya, Wei Guang pun tersadar.
Ia meminta maaf sembari tersenyum, mengerti betapa bodohnya pertanyaannya itu.
"Tuan-Tuan Prajurit, aku adalah kerabat Komandan
Wei, dan aku punya beberapa urusan yang memerlukan perhatiannya. Bisakah kalian
membiarkanku masuk?"
"Walaupun kau adalah kerabatnya, Komandan Wei sedang
tidak ada di sini sekarang, jadi kami tidak bisa mengizinkanmu masuk ke
dalam!" Si tentara dengan tegas menolak Wei Guang.
Menjawab pertanyaan Wei Guang tidak bertentangan dengan
peraturan militer, dan ia bahkan mendapatkan perak! Mengapa si prajurit tidak
mau menjawab Wei Guang?
Namun, membiarkan seseorang masuk secara diam-diam
merupakan pelanggaran terhadap peraturan militer, dan merupakan kejahatan besar
yang bisa dijatuhi hukuman pemenggalan kepala. Uang itu penting, tetapi
nyawa lebih penting lagi. Mereka masih bisa membedakannya dengan
jelas.
Wei Guang tidak berkecil hati, mencoba meyakinkan si prajurit
beberapa kali lagi, tetapi pada akhirnya gagal. Tepat saat ia merasa patah
semangat dan bersiap untuk pergi, aura tak terjelaskan menyerangnya dari
belakang.
Wei Guang tidak tahan dengan tekanan itu dan jatuh ke
tanah.
Dalam sekejap, ia melihat keliman dari jubah perak mewah.
Sekali lihat sudah cukup untuk mengetahui ia adalah seorang tokoh penting yang
tak boleh disinggungnya. Terlebih lagi, auranya sangat menakutkan hingga
memaksa Wei Guang menundukkan kepalanya.
"Memberi hormat kepada Pangeran Hao." Para prajurit
pun buru-buru membungkuk.
Jantung Wei Guang berdebar-debar selagi suara itu
mengalir masuk ke dalam telinganya. Jadi, ia adalah Pangeran Hao dari
Bei Min!
Auranya saja sudah begitu kuat. Ia memang sesuai dengan
reputasinya.
Pei Qian Hao tampaknya masuk ke area panahan untuk
melatih kemampuan memanahnya, tetapi sebenarnya ia berencana untuk mengamati
kekuatan pasukan Nan Zhao.
Selagi Pei Qian Hao melewati Wei Guang, ia juga mengucapkan
salam, "Memberi hormat pada Pangeran Hao." Pei Qian Hao hanya
memandanginya sekilas sebelum menganggukkan kepala dan berjalan ke depan.
Setelah Pei Qian Hao maju beberapa langkah, ia mendengar
suara Wei Guang.
"Aku hanya punya dua orang putri, tetapi mereka
terbunuh secara misterius tanpa alasan jelas. Masalah ini sudah jelas tidak
sesederhana itu. Aku juga pernah berinteraksi dengan pengurus Rumah Aprikot
Keberuntungan sebelumnya, dan ia adalah orang yang sederhana juga terus terang.
Mana mungkin ia membunuh kedua putriku karena uang?"
Wei Guang berdiri, bergumam pada dirinya sendiri.
Walaupun suaranya sangat kecil, ia yakin kalau Pei Qian Hao pasti bisa
mendengarkannya.
Wei Guang pun menaruh semua telurnya dalam satu
keranjang. Pangeran Hao tentunya punya pengaruh yang siginifikan.
Barangkali, ia akan menolongku setelah ia mendengarkan keadaan sulitku?
Harapannya langsung pupus selagi ia memerhatikan Pei Qian
Hao berjalan lurus memasuki area panahan, tampaknya tidak mendengarkan apa-apa.
Apakah aku, Pei Qian Hao, tampak seperti orang yang suka
ikut campur urusan orang lain? Terlebih lagi .... Akan tetapi, orang ini, Wei
Guang, termasuk berpikiran cermat bagi orang yang tampak seperti tuan tanah
biasa.
0 comments:
Posting Komentar