Jumat, 20 Agustus 2021

CTF - Chapter 122

Consort of A Thousand Faces

Chapter 122 : Banyak Poin yang Meragukan

Ning Ru Lan selalu menjadi orang yang membawakan tarian di perjamuan kerajaan sebelumnya. Akan tetapi, tahun ini, giliran Ning An Lian melakukannya sebagai Putri Pertama Kekaisaran.

Dengan begitu pula, status barunya sudah mengurangi jumlah waktu yang dihabiskannya bersama Yun Ruo Feng. Ia merasa dirinya jadi kian sulit memahami Yun Ruo Feng; atau mungkin ia tidak pernah memahaminya sedari awal.

Ning An Lian memeluk Yun Ruo Feng erat-erat, seolah ia akan lenyap di saat berikutnya.

Tampak seperti pemandangan yang intim dan hangat, tetapi masing-masing dari mereka memendam tujuannya sendiri.

Ning An Lian merasa gundah dalam hatinya, tetapi memilih untuk tidak menyuarakannya. Ia tahu, ia hanya akan semakin menjauh jika ia mengutarakannya.

Sepertinya juga, Yun Ruo Feng tidak merasakan apa-apa. Ia tetap elegan dan tenang, ekspresi di wajahnya, tidak pernah berubah sekali pun semenjak Ning An Lian tiba.

***

Sementara itu, kasus Nona Keluarga Wei sudah menyebabkan kegemparan di ibu kota.

Penjelasan yang diberikan oleh otoritas lokal adalah: Pengurus Rumah Aprikot Keberuntungan menginginkan perak dan bekerja sama dengan satu pelayan untuk membunuh kedua Nona Wei.

Tetapi, akankah pengurus dari kedai teh nomor satu berkonspirasi dengan seorang pelayan untuk membunuh kedua Nona Wei hanya demi sejumlah kecil uang?

Bahkan, rakyat jelata saja tahu kalau ada yang mencurigakan tentang itu, dan mulai mendiskusikannya dengan semangat. Namun, otoritas lokal menghentikan mereka dengan kasar. Tak ada satu orang pun yang berani mengungkit masalah ini secara terbuka lagi, terlebih setelah dua orang dihukum.

Otoritas lokal menegaskan, mengklaim bahwa kedua Nona Wei membawa sesuatu yang sangat berharga bersama mereka. Menurut mereka, pengurus Rumah Aprikot Keberuntungan adalah seseorang yang sangat matrealistis, yang tidak mampu menahan godaan, mendorongnya hingga membunuh kedua Nona Wei itu dengan brutal.

Itulah penjelasan yang diterima oleh orang banyak. Hanya kekayaan materi biasa tidak cukup untuk menggugah si pengurus; akan tetapi suatu benda yang luar biasa berharga, itu dapat menarik matanya.

Namun, tak dipungkiri, akan ada mereka yang menolak menerima penjelasan ini. Sebagai contohnya, ayah dari kedua Nona Wei, Tuan Tanah Wei, Wei Guang.

***

Rasa panik dan ketakutan menyebar di seluruh Kediaman Wei.

Prang! Itu adalah suara porselen yang hancur lagi.

Si gadis pelayan yang ada di pintu depan pun berjalan masuk untuk membereskan kekacauannya, gemetaran seolah ia takut kalau dirinya akan memprovokasi majikannya.

"Mana mungkin?! Pengurus Rumah Aprikot Keberuntungan yang bersalah?! Apakah mereka sungguh menganggapku, Wei Guang, sebagai orang yang mudah ditindas?!" Orang tua kurus dan sengit itu memaki dengan suara kencang, jelas memperlihatkan suasana hatinya sekarang.

Orang ini tepatnya adalah Wei Guang, yang usianya telah melebihi seratus tahun. Di usia tuanya ini, putrinya telah menjadi hartanya yang paling berharga. Walau begini, mereka berdua mendadak terbunuh tanpa alasan! Mana mungkin hatinya tidak merasa pedih?

Mengetahui bahwa otoritas lokal mendorong semua tanggung jawabnya pada pengurus dan si pelayan yang sudah mati benar-benar membuatnya geram.

Ia marah akan hal itu. Sangat jelas akan tipe orang macam apakah si pengurus itu, Wei Guang yakin sekali kalau orang itu tidak mungkin membunuh hanya dengan melihat sedikit kekayaan. Meskipun demikian, Wei Guang pun tak berdaya walau ia tahu kalau si pengurus hanyalah kambing hitam. Apakah putri-putriku mati sia-sia?

Wei Guang memikirkan Wei Mo Hai di saat kesusahannya. Bagaimana bisa aku melupakan tentangnya?

"Seseorang, kemari dan siapkan kereta kuda untuk perjalanan menuju ke area panahan ibu kota!"

Kemudian, Wei Guang pun meninggalkan ruangan, membuat si gadis pelayan di dalam ruangan mengembuskan napas lega. Sudah cukup banyak gadis pelayan yang mati akibat pukulan papan beberapa hari ini, dan ia tidak tertarik untuk bergabung bersama mereka.

Alasan Wei Guang memikirkan Wei Mo Hai tentunya karena orang itu masih kerabatnya, sekalipun kerabat jauh.

Tentu saja, ini bukanlah satu-satunya alasan mengapa ia mencari Wei Mo Hai. Faktor terpentingnya adalah karena Wei Mo Hai merupakan tangan kanan Pangeran Yun.

Selama Wei Mo Hai bersedia membantu, aku pasti bisa menemukan kebenarannya! Setelah memikirkan ini, Wei Guang tidak bisa menunggu lagi, mendesak pelayannya supaya bertindak lebih cepat.

***

Tempat latihan panahan ibu kota merupakan yang terbesar di Nan Zhao. Sorak-sorai pun membahana di udara ketika Wei Guang tiba, membuatnya seperti pemandangan yang agung untuk dilihat.

"Apakah kau tidak melihat tanda yang ada di samping itu? Cepat pergi!"

Dua prajurit menghadang Wei Guang tak sabaran dengan senjata mereka di luar area panahannya. Mereka menunjuk ke tanda yang menyatakan 'bunuh semua penyusup tanpa ampun'.

Kalau bukan karena fakta bahwa Wei Guang adalah orang tua, mereka pasti sudah langsung menyerangnya.

Dengan cemas, Wei Guang langsung menuju ke arah area panahan segera setelah ia turun dari kereta kuda, hingga tidak menyadari para prajurit yang berjaga di pintu masuknya.

Dengan peringatan dari prajurit, Wei Guang memalingkan kepalanya, melirik ke tanda tersebut, tetapi tidak kembali. Sebaliknya, ia menyodorkan sekantung perak ke dalam tangan salah satu prajuritnya, tersenyum seraya bertanya, "Tuan-Tuan Prajurit, aku datang untuk mencari seseorang. Bolehkah aku bertanya, apakah Komandan Wei, Wei Mo Hai, ada di sini?"

Walaupun ia sedang gelisah, ia tahu kalau area panahan ini punya peraturan yang ketat. Aku tidak akan bisa menanggung akibatnya jika aku tetap bersikeras untuk menerobos masuk.

Di bawah keadaan semacam ini, aku harus melancarkan taktik halus. Lagipula, tidak ada seorang pun di dunia ini yang akan menolak perak.

Seperti dugaannya, orang yang menerima perak pun merenung sejenak sebelum diam-diam menerimanya. Hanya setelah itulah, ia memperlakukan Wei Guang dengan serius. "Komandan Wei tidak ada di sini. Ia meninggalkan area panahan pagi-pagi sekali tadi."

Wei Mo Hai tidak berada di area panahan! Kelopak mata Wei Guang pun tanpa sadar berkedut.

"Tuan-Tuan Prajurit, apakah kalian tahu kemana perginya Komandan Wei?"

Pertanyaan ini ditakdirkan tidak punya jawabannya. Apakah seorang atasan harus melaporkan pada bawahannya tentang keberadaannya?

Menyadari apa yang ditanyakannya, Wei Guang pun tersadar. Ia meminta maaf sembari tersenyum, mengerti betapa bodohnya pertanyaannya itu.

"Tuan-Tuan Prajurit, aku adalah kerabat Komandan Wei, dan aku punya beberapa urusan yang memerlukan perhatiannya. Bisakah kalian membiarkanku masuk?"

"Walaupun kau adalah kerabatnya, Komandan Wei sedang tidak ada di sini sekarang, jadi kami tidak bisa mengizinkanmu masuk ke dalam!" Si tentara dengan tegas menolak Wei Guang.

Menjawab pertanyaan Wei Guang tidak bertentangan dengan peraturan militer, dan ia bahkan mendapatkan perak! Mengapa si prajurit tidak mau menjawab Wei Guang?

Namun, membiarkan seseorang masuk secara diam-diam merupakan pelanggaran terhadap peraturan militer, dan merupakan kejahatan besar yang bisa dijatuhi hukuman pemenggalan kepala. Uang itu penting, tetapi nyawa lebih penting lagi. Mereka masih bisa membedakannya dengan jelas.

Wei Guang tidak berkecil hati, mencoba meyakinkan si prajurit beberapa kali lagi, tetapi pada akhirnya gagal. Tepat saat ia merasa patah semangat dan bersiap untuk pergi, aura tak terjelaskan menyerangnya dari belakang.

Wei Guang tidak tahan dengan tekanan itu dan jatuh ke tanah.

Dalam sekejap, ia melihat keliman dari jubah perak mewah. Sekali lihat sudah cukup untuk mengetahui ia adalah seorang tokoh penting yang tak boleh disinggungnya. Terlebih lagi, auranya sangat menakutkan hingga memaksa Wei Guang menundukkan kepalanya.

"Memberi hormat kepada Pangeran Hao." Para prajurit pun buru-buru membungkuk.

Jantung Wei Guang berdebar-debar selagi suara itu mengalir masuk ke dalam telinganya. Jadi, ia adalah Pangeran Hao dari Bei Min!

Auranya saja sudah begitu kuat. Ia memang sesuai dengan reputasinya.

Pei Qian Hao tampaknya masuk ke area panahan untuk melatih kemampuan memanahnya, tetapi sebenarnya ia berencana untuk mengamati kekuatan pasukan Nan Zhao.

Selagi Pei Qian Hao melewati Wei Guang, ia juga mengucapkan salam, "Memberi hormat pada Pangeran Hao." Pei Qian Hao hanya memandanginya sekilas sebelum menganggukkan kepala dan berjalan ke depan.

Setelah Pei Qian Hao maju beberapa langkah, ia mendengar suara Wei Guang.

"Aku hanya punya dua orang putri, tetapi mereka terbunuh secara misterius tanpa alasan jelas. Masalah ini sudah jelas tidak sesederhana itu. Aku juga pernah berinteraksi dengan pengurus Rumah Aprikot Keberuntungan sebelumnya, dan ia adalah orang yang sederhana juga terus terang. Mana mungkin ia membunuh kedua putriku karena uang?"

Wei Guang berdiri, bergumam pada dirinya sendiri. Walaupun suaranya sangat kecil, ia yakin kalau Pei Qian Hao pasti bisa mendengarkannya.

Wei Guang pun menaruh semua telurnya dalam satu keranjang. Pangeran Hao tentunya punya pengaruh yang siginifikan. Barangkali, ia akan menolongku setelah ia mendengarkan keadaan sulitku?

Harapannya langsung pupus selagi ia memerhatikan Pei Qian Hao berjalan lurus memasuki area panahan, tampaknya tidak mendengarkan apa-apa.

Apakah aku, Pei Qian Hao, tampak seperti orang yang suka ikut campur urusan orang lain? Terlebih lagi .... Akan tetapi, orang ini, Wei Guang, termasuk berpikiran cermat bagi orang yang tampak seperti tuan tanah biasa.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar