Sabtu, 07 Agustus 2021

CTF - Chapter 111

Consort of A Thousand Faces

Chapter 111 : Semua Mati

Su Xi-er menatap ke arah alis dan matanya. Ia tampak semakin familier semakin lama ia memandanginya, mendorongnya untuk bertanya, "Siapa namamu?"

"Nona, apakah kau menyukai orang rendahan ini? Sayang sekali karena aku sudah memiliki seorang gadis yang kusukai, jadi ketulusanmu akan sia-sia saja." Pria berbaju biru pun tersenyum dan mendadak bercanda.

Su Xi-er tidak menanggapi dan terus saja menatap lurus ke matanya sebelum ia mendadak tertawa. "Aku tidak menyukaimu, tetapi tingkahmu mencurigakan ...."

Tanpa kata lainnya, Su Xi-er mengangkat tangan kanannya dan menggeser cadarnya.

Pria berbaju biru mundur dan mengelak, menghindari tangannya dengan berputar. Tangan Su Xi-er menyerang lagi sebelum ia sempat pulih, tetapi pria itu tetap berhasil menghindar.

Pertandingan di antara keduanya terus berlanjut dengan Su Xi-er dalam posisi menyerang sementara si pria berbaju biru dalam posisi bertahan. Setelah beberapa babak, cadarnya tetap berada di tempatnya.

Su Xi-er berhenti dan pelan-pelan berkomentar, "Keterampilan hebat, kau tidak tampak seperti seorang tabib yang hanya bisa menyembuhkan penyakit dan mengobati pasien."

Pria berbaju biru menepuk keliman bajunya dan menjawab sambil lalu, "Aku pun bisa mengatakan hal yang sama terhadapmu, Nona. Kau sendiri tidak tampak seperti wanita lemah."

"Oh? Benarkah begitu?" Su Xi-er tersenyum sebelum menambahkan, "Mungkin aku keliru, selamat tinggal dan hati-hati di jalan." Ia berbalik sewaktu selesai berbicara.

Su Xi-er baru mengambil beberapa langkah sebelum instingnya mulai menjerit padanya, mengatakan ia dalam bahaya. Tubuhnya bersandar ke belakang, dan pinggangnya berotasi 360 derajat.

Saat ia berdiri, ia menemukan satu jarum perak yang tergeletak di tanah.

Su Xi-er membungkuk dan memungut jarumnya sebelum berbalik menatap pria berbaju biru, melafalkan tiap kata seraya berucap, "Tidak baik melancarkan serangan diam-diam pada seseorang. Bagaimana bisa seorang tabib sepertimu malah melukai orang, bukannya menyelamatkan mereka?"

Namun, reaksi si pria berbaju biru tak terduga. Matanya mendadak kosong, dan alisnya berkerut menyatu. Bola matanya bergetar selagi memandangi Su Xi-er lekat.

Perlahan-lahan ia mendekatinya, berhenti ketika menyisakan jarak satu meter. Ia mengangkat tangan dan pelan-pelan mengikuti guratan di wajahnya di udara.

Selagi Su Xi-er jadi kian keheranan, pria berbaju biru tiba-tiba saja tertawa. "Tidak mungkin." Kemudian, ia cepat-cepat berbalik dan menghilang ke dalam gang.

Su Xi-er memandangi arah kemana ia lenyap. Pria ini aneh sekali. Apakah aku mirip dengan seseorang yang dikenalnya?

Tetapi, ia mendadak muncul di lantai kedua kedai teh, jejaknya merupakan misteri. Ditambah lagi, ia juga hadir saat para penjaja mendadak berhenti berbicara.

Lupakan saja, aku tidak akan memikirkan hal ini lagi. Aku sudah berhasil menyelesaikan tujuanku untuk mencari dan menghukum siapa pun yang memulai rumornya. Kedua nona dari keluarga Wei hanya ingin menggunakan kekuasaan Ning An Lian untuk menghukumku; mereka tidak punya tujuan lain.

Terlebih lagi, aku juga sudah menghukum kedua Nona dari keluarga Wei.

***

Malam kian larut, membuat Su Xi-er segera menuju ke arah rumah pos. Namun, setelah ia sampai di jalanan utama, ia melihat sebaris petugas kehakiman tergesa-gesa menuju ke arah kedai teh.

Banyak rakyat jelata berjalan keluar dari rumah mereka dan menonton para petugas kehakiman yang berwajah serius. Orang-orang yang berdiri di jalanan juga kebingungan sewaktu mereka mendiskusikan apa yang sebenarnya terjadi.

Su Xi-er melambatkan langkahnya dan melihat sebuah kereta kuda dengan kata 'Wei' terukir di atasnya, berlalu dengan cepat. Sebuah kereta kuda milik keluarga Wei dan petugas kehakiman yang lewat barusan ....

Apakah sesuatu terjadi pada para Nona dari Keluarga Wei? Aku hanya mengikat mereka bersamaan.

Seorang pria paruh baya mendadak bergegas keluar sebelum berbicara. "Ayo pergi ke kedai teh dan melihat keadaan. Aku dengar kalau kedua Nona dari Keluarga Wei sudah dibunuh!"

Kerumunan meledak akan ilham ini, dengan begitu banyak dari mereka yang berlarian menuju kedai tehnya.

Su Xi-er menatap sekelompok orang yang berlari maju itu. Beberapa waktu setelahnya, jalanan tempatnya berdiri benar-benar jadi senyap. Nona dari Keluarga Wei mati. Apakah ada orang lain yang masuk ke dalam kamar setelah aku mengikat mereka?

Su Xi-er kebingungan. Ini terjadi terlalu mendadak, aku juga tidak bisa 'lolos dari tanggung jawab' akan masalah ini. Pelayannya melihatku, tetapi aku tidak membunuh Nona dari Keluarga Wei.

Siapa sebenarnya pelakunya? Mendadak, Su Xi-er teringat akan sosok berbaju biru di lantai dua kedai teh. Mungkinkah dia? Kenapa ia ingin membunuh para Nona dari Keluarga Wei?

Selagi ia melamun, satu kereta kuda datang, dengan pengawal dari Kediaman Pangeran Hao sebagai kusirnya. Saat si pengawal melihat Su Xi-er, matanya berbinar penuh harap dan langsung menjerit, "Kau benar-benar menyelinap keluar! Cepat pulang bersamaku!"

Suaranya kencang, dan langsung menarik Su Xi-er keluar dari lamunannya. Pernyataannya membuatnya sadar bahwa Pei Qian Hao telah menyadari kepergiannya.

Aku tidak menyangka kalau ia akan pulang ke rumah pos secepat ini.

Su Xi-er mengangguk pada si pengawal dan dengan cekatan naik ke atas kereta kuda.

Pengawal itu menggelengkan kepalanya. "Kau benar-benar melakukannya kali ini. Kau bisa saja meminta pada Pangeran Hao jika kau ingin keluar, dan tidak akan terjadi apa-apa. Sebaliknya, kau menghilang saat Pangeran Hao pulang setelah minum anggur dan memintamu melayaninya. Pokoknya, lain kali kau harus lebih hati-hati."

Si pengawal mengangkat cambuk kudanya setelah selesai, mendesak kereta melaju di sepanjang jalan yang kini kosong dari para pejalan kaki. Tak lama sebelum mereka tiba di rumah pos.

Saat pengawal yang bertugas melihat Su Xi-er, mereka pun mengembuskan napas lega. Salah satu dari mereka memerhatikan bajunya dengan saksama dan langsung mengerti.

Ternyata ia mengenakan baju kasar Juru Masak dan menyelinap keluar. Salahku karena tidak memeriksanya dengan hati-hati.

Su Xi-er berjalan masuk ke rumah pos dan menerima tatapan tertekan dari banyak pengawal Pangeran Hao. Semakin mendekati aula, semakin serius pula ekspresi mereka. Ia sudah bisa merasakan hawa dingin di depannya sebelum ia melangkah masuk.

"Hamba memberi hormat kepada Pangeran Hao." Dengan hormat ia membungkuk memberi salam.

Duduk di kursi utama, Pei Qian Hao perlahan-lahan memutar-mutar dua mutiara kecil berkilauan di tangannya, mengabaikan Su Xi-er.

Setelah beberapa waktu, akhirnya ia melihat ke arahnya. "Kabur kemana kau?" Suaranya rendah dan dalam, memberi aura berbahaya.

Su Xi-er menjawab, "Aku hanya berjalan-jalan sambil lalu saja di luar."

"Apakah kau sudah selesai membelah semua kayu bakarnya?"

Su Xi-er mengangguk dan tidak berbicara.

Pei Qian Hao tertawa. "Kau jago sekali membelah kayu bakarnya. Semuanya dalam ukuran berbeda dan berceceran kemana-mana."

"Terima kasih banyak atas pujian Anda, Pangeran Hao."

Pei Qian Hao berhenti memainkan mutiara di tangannya dan berjalan mendekatinya. "Angkat kepalamu dan tatap Pangeran ini."

Menurut, Su Xi-er mengangkat kepala, menatapnya.

"Kau mengenakan baju si juru masak wanita dan memoleskan abu di wajahmu; sudah jelas kau berusaha keras demi menyelinap keluar." Pei Qian Hao berujar perlahan sementara mengangkat tangannya guna mengusap abu untuk Su Xi-er.

"Berjalan-jalan sambil lalu, kemana kau berjalan-jalan?" Suara Pei Qian Hao tenang sewaktu ia terus membantunya mengelap sisa abu dari ujung hidungnya ke samping pipinya.

"Tempat yang ramai," jawab Su Xi-er samar.

"Apa kau membawa uang?" Tangan Pei Qian Hao berhenti bergerak, tatapannya tertuju sambil lalu ke baju kasarnya.

Su Xi-er menggelengkan kepalanya. "Aku tidak membawa satu perak pun bersamaku karena aku hanya berjalan-jalan."

"Kau tidak membawa uang sama sekali?" Nada bicara Pei Qian Hao meninggi. Kemudian, ia mendadak menundukkan kepalanya dan bergeser mendekatinya.

Ini terlalu dekat. Su Xi-er bisa menghidu aroma kuat alkohol. Mengandung aroma harum embun nektar, yang artinya itu adalah anggur nasional Nan Zhao. Kecuali ada peristiwa besar, anggur itu tidak akan pernah dikeluarkan.

Perjamuan kerajaan Nan Zhao bukan diadakan malam ini, tetapi ia masih bisa meminumnya.

"Kau berani juga pergi keluar tanpa membawa sepeser pun uang. Apakah kau tidak takut akan diculik dan dijual?" Pei Qian Hao berbicara dengan suara rendah sebelum mengambil beberapa langkah mundur, lanjut memainkan mutiara di tangannya.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar