Consort of A Thousand Faces
Chapter 111 : Semua Mati
Su Xi-er menatap ke arah alis dan matanya. Ia tampak semakin familier semakin lama ia memandanginya, mendorongnya untuk bertanya, "Siapa namamu?"
"Nona, apakah kau menyukai orang rendahan ini?
Sayang sekali karena aku sudah memiliki seorang gadis yang kusukai, jadi
ketulusanmu akan sia-sia saja." Pria berbaju biru pun tersenyum dan
mendadak bercanda.
Su Xi-er tidak menanggapi dan terus saja menatap lurus ke
matanya sebelum ia mendadak tertawa. "Aku tidak menyukaimu, tetapi tingkahmu
mencurigakan ...."
Tanpa kata lainnya, Su Xi-er mengangkat tangan kanannya
dan menggeser cadarnya.
Pria berbaju biru mundur dan mengelak, menghindari
tangannya dengan berputar. Tangan Su Xi-er menyerang lagi sebelum ia sempat
pulih, tetapi pria itu tetap berhasil menghindar.
Pertandingan di antara keduanya terus berlanjut dengan Su
Xi-er dalam posisi menyerang sementara si pria berbaju biru dalam posisi
bertahan. Setelah beberapa babak, cadarnya tetap berada di tempatnya.
Su Xi-er berhenti dan pelan-pelan berkomentar,
"Keterampilan hebat, kau tidak tampak seperti seorang tabib yang hanya
bisa menyembuhkan penyakit dan mengobati pasien."
Pria berbaju biru menepuk keliman bajunya dan menjawab
sambil lalu, "Aku pun bisa mengatakan hal yang sama terhadapmu, Nona. Kau
sendiri tidak tampak seperti wanita lemah."
"Oh? Benarkah begitu?" Su Xi-er tersenyum
sebelum menambahkan, "Mungkin aku keliru, selamat tinggal dan hati-hati di
jalan." Ia berbalik sewaktu selesai berbicara.
Su Xi-er baru mengambil beberapa langkah sebelum
instingnya mulai menjerit padanya, mengatakan ia dalam bahaya. Tubuhnya
bersandar ke belakang, dan pinggangnya berotasi 360 derajat.
Saat ia berdiri, ia menemukan satu jarum perak yang
tergeletak di tanah.
Su Xi-er membungkuk dan memungut jarumnya sebelum
berbalik menatap pria berbaju biru, melafalkan tiap kata seraya berucap,
"Tidak baik melancarkan serangan diam-diam pada seseorang. Bagaimana bisa
seorang tabib sepertimu malah melukai orang, bukannya menyelamatkan
mereka?"
Namun, reaksi si pria berbaju biru tak terduga. Matanya
mendadak kosong, dan alisnya berkerut menyatu. Bola matanya bergetar selagi
memandangi Su Xi-er lekat.
Perlahan-lahan ia mendekatinya, berhenti ketika
menyisakan jarak satu meter. Ia mengangkat tangan dan pelan-pelan mengikuti guratan
di wajahnya di udara.
Selagi Su Xi-er jadi kian keheranan, pria berbaju biru
tiba-tiba saja tertawa. "Tidak mungkin." Kemudian, ia cepat-cepat
berbalik dan menghilang ke dalam gang.
Su Xi-er memandangi arah kemana ia lenyap. Pria
ini aneh sekali. Apakah aku mirip dengan seseorang yang dikenalnya?
Tetapi, ia mendadak muncul di lantai kedua kedai teh,
jejaknya merupakan misteri. Ditambah lagi, ia juga hadir saat para penjaja
mendadak berhenti berbicara.
Lupakan saja, aku tidak akan memikirkan hal ini lagi. Aku
sudah berhasil menyelesaikan tujuanku untuk mencari dan menghukum siapa pun
yang memulai rumornya. Kedua nona dari keluarga Wei hanya ingin menggunakan
kekuasaan Ning An Lian untuk menghukumku; mereka tidak punya tujuan lain.
Terlebih lagi, aku juga sudah menghukum kedua Nona dari
keluarga Wei.
***
Malam kian larut, membuat Su Xi-er segera menuju ke arah
rumah pos. Namun, setelah ia sampai di jalanan utama, ia melihat sebaris
petugas kehakiman tergesa-gesa menuju ke arah kedai teh.
Banyak rakyat jelata berjalan keluar dari rumah mereka
dan menonton para petugas kehakiman yang berwajah serius. Orang-orang yang
berdiri di jalanan juga kebingungan sewaktu mereka mendiskusikan apa yang
sebenarnya terjadi.
Su Xi-er melambatkan langkahnya dan melihat sebuah kereta
kuda dengan kata 'Wei' terukir di atasnya, berlalu dengan cepat. Sebuah
kereta kuda milik keluarga Wei dan petugas kehakiman yang lewat barusan ....
Apakah sesuatu terjadi pada para Nona dari Keluarga Wei?
Aku hanya mengikat mereka bersamaan.
Seorang pria paruh baya mendadak bergegas keluar sebelum
berbicara. "Ayo pergi ke kedai teh dan melihat keadaan. Aku dengar kalau
kedua Nona dari Keluarga Wei sudah dibunuh!"
Kerumunan meledak akan ilham ini, dengan begitu banyak
dari mereka yang berlarian menuju kedai tehnya.
Su Xi-er menatap sekelompok orang yang berlari maju itu.
Beberapa waktu setelahnya, jalanan tempatnya berdiri benar-benar jadi
senyap. Nona dari Keluarga Wei mati. Apakah ada orang lain yang masuk
ke dalam kamar setelah aku mengikat mereka?
Su Xi-er kebingungan. Ini terjadi terlalu
mendadak, aku juga tidak bisa 'lolos dari tanggung jawab' akan masalah ini.
Pelayannya melihatku, tetapi aku tidak membunuh Nona dari Keluarga Wei.
Siapa sebenarnya pelakunya? Mendadak,
Su Xi-er teringat akan sosok berbaju biru di lantai dua kedai teh. Mungkinkah
dia? Kenapa ia ingin membunuh para Nona dari Keluarga Wei?
Selagi ia melamun, satu kereta kuda datang, dengan
pengawal dari Kediaman Pangeran Hao sebagai kusirnya. Saat si pengawal melihat
Su Xi-er, matanya berbinar penuh harap dan langsung menjerit, "Kau
benar-benar menyelinap keluar! Cepat pulang bersamaku!"
Suaranya kencang, dan langsung menarik Su Xi-er keluar
dari lamunannya. Pernyataannya membuatnya sadar bahwa Pei Qian Hao telah menyadari
kepergiannya.
Aku tidak menyangka kalau ia akan pulang ke rumah pos
secepat ini.
Su Xi-er mengangguk pada si pengawal dan dengan cekatan
naik ke atas kereta kuda.
Pengawal itu menggelengkan kepalanya. "Kau
benar-benar melakukannya kali ini. Kau bisa saja meminta pada Pangeran Hao jika
kau ingin keluar, dan tidak akan terjadi apa-apa. Sebaliknya, kau menghilang
saat Pangeran Hao pulang setelah minum anggur dan memintamu melayaninya.
Pokoknya, lain kali kau harus lebih hati-hati."
Si pengawal mengangkat cambuk kudanya setelah selesai,
mendesak kereta melaju di sepanjang jalan yang kini kosong dari para pejalan
kaki. Tak lama sebelum mereka tiba di rumah pos.
Saat pengawal yang bertugas melihat Su Xi-er, mereka pun
mengembuskan napas lega. Salah satu dari mereka memerhatikan bajunya dengan saksama
dan langsung mengerti.
Ternyata ia mengenakan baju kasar Juru Masak dan
menyelinap keluar. Salahku karena tidak memeriksanya dengan hati-hati.
Su Xi-er berjalan masuk ke rumah pos dan menerima tatapan
tertekan dari banyak pengawal Pangeran Hao. Semakin mendekati aula, semakin
serius pula ekspresi mereka. Ia sudah bisa merasakan hawa dingin di depannya
sebelum ia melangkah masuk.
"Hamba memberi hormat kepada Pangeran Hao."
Dengan hormat ia membungkuk memberi salam.
Duduk di kursi utama, Pei Qian Hao perlahan-lahan
memutar-mutar dua mutiara kecil berkilauan di tangannya, mengabaikan Su Xi-er.
Setelah beberapa waktu, akhirnya ia melihat ke arahnya.
"Kabur kemana kau?" Suaranya rendah dan dalam, memberi aura
berbahaya.
Su Xi-er menjawab, "Aku hanya berjalan-jalan sambil
lalu saja di luar."
"Apakah kau sudah selesai membelah semua kayu
bakarnya?"
Su Xi-er mengangguk dan tidak berbicara.
Pei Qian Hao tertawa. "Kau jago sekali membelah kayu
bakarnya. Semuanya dalam ukuran berbeda dan berceceran kemana-mana."
"Terima kasih banyak atas pujian Anda, Pangeran
Hao."
Pei Qian Hao berhenti memainkan mutiara di tangannya dan
berjalan mendekatinya. "Angkat kepalamu dan tatap Pangeran ini."
Menurut, Su Xi-er mengangkat kepala, menatapnya.
"Kau mengenakan baju si juru masak wanita dan memoleskan
abu di wajahmu; sudah jelas kau berusaha keras demi menyelinap keluar."
Pei Qian Hao berujar perlahan sementara mengangkat tangannya guna mengusap abu
untuk Su Xi-er.
"Berjalan-jalan sambil lalu, kemana kau
berjalan-jalan?" Suara Pei Qian Hao tenang sewaktu ia terus membantunya
mengelap sisa abu dari ujung hidungnya ke samping pipinya.
"Tempat yang ramai," jawab Su Xi-er samar.
"Apa kau membawa uang?" Tangan Pei Qian Hao
berhenti bergerak, tatapannya tertuju sambil lalu ke baju kasarnya.
Su Xi-er menggelengkan kepalanya. "Aku tidak membawa
satu perak pun bersamaku karena aku hanya berjalan-jalan."
"Kau tidak membawa uang sama sekali?" Nada
bicara Pei Qian Hao meninggi. Kemudian, ia mendadak menundukkan kepalanya dan
bergeser mendekatinya.
Ini terlalu dekat. Su Xi-er
bisa menghidu aroma kuat alkohol. Mengandung aroma harum embun nektar,
yang artinya itu adalah anggur nasional Nan Zhao. Kecuali ada peristiwa besar,
anggur itu tidak akan pernah dikeluarkan.
Perjamuan kerajaan Nan Zhao bukan diadakan malam ini,
tetapi ia masih bisa meminumnya.
"Kau berani juga pergi keluar tanpa membawa sepeser pun
uang. Apakah kau tidak takut akan diculik dan dijual?" Pei Qian Hao
berbicara dengan suara rendah sebelum mengambil beberapa langkah mundur, lanjut
memainkan mutiara di tangannya.
0 comments:
Posting Komentar