Sabtu, 07 Agustus 2021

CTF - Chapter 114

Consort of A Thousand Faces

Chapter 114 : Aura yang Kuat


Kepala petugas kehakiman memasang ekspresi khidmat, tangan kanannya bergerak ke arah pedangnya sendiri, bersiap menariknya.

Pengawal kekaisaran dari Kediaman Pangeran Hao melihat sekilas ke arah si petugas kehakiman dan dengan tenang mengumumkan, "Pangeran Hao dari Bei Min sedang ada di sini. Kau tidak boleh masuk, meskipun untuk menangani kasus."

"Apa?!" Petugas kehakiman itu terkejut. Pangeran Hao dari Bei Min ada di kedai teh ini? Kapan ia sampai?

"Apabila kau harus menangani satu kasus, entah itu menunggu Pangeran Hao pergi, atau meminta Pangeran Yun kemari." Si pengawal dari Kediaman Pangeran Hao menggenggam pedangnya stabil, sosok tegap dan tegasnya memancarkan aura mengintimidasi yang tak akan mampu ditandingi oleh petugas kehakiman biasa.

Si petugas kehakiman menenangkan diri, tetapi tertekan oleh amarah. Walaupun Pangeran Hao adalah orang paling berkuasa di dunia, ia harus menekan kearoganannya ketika berada di Nan Zhao. Melihat ini adalah kasus pembunuhan, setidaknya ia harus mementingkan bekerja sama dengan kami. Kenapa ia menghambat kami?

Pengawal dari Kediaman Pangeran Hao mengarahkan ujung pedangnya ke dada si petugas kehakiman. "Enyah, jika kau mengecewakan Pangeran Hao, aku tak akan mengampunimu."

Kepala petugas kehakiman tak tahu apa yang mesti diucapkan. Aku hanya petugas kehakiman rendahan, bagaimana mungkin aku menang melawan Pangeran Hao? Tetapi, aku sedang mengerjakan sebuah kasus sekarang ini.

Tepat saat mereka berada di jalan buntu, suara dalam dan kuat dari seorang pria bisa terdengar. "Biarkan ia masuk."

Si pengawal langsung mengembalikan pedang ke dalam sarungnya dan berdiri tegak, meninggalkan si petugas kehakiman jadi kaku saat mendengarkan suara itu.

Setelah beberapa waktu, ia menoleh ke arah petugas kehakiman lain di belakangnya. "Aku akan masuk, tunggu di sini."

Petugas kehakiman lainnya gemetar ketakutan; mereka mengangguk, tetapi tak sanggup mengutarakan sepatah kata pun.

Kepala petugas kehakiman berjalan masuk perlahan. Pelayan yang terkejut memandangi Su Xi-er menundukkan kepalanya lagi dan terus bertanya-tanya. Baju yang dipakainya cukup familier, tetapi wajahnya halus dan cantik; sungguh seorang wanita yang cantik. Bagaimana mungkin ia adalah wanita dengan wajah penuh kotoran dan terlihat suram itu?

"Memberi hormat kepada Pangeran Hao. Ada sebuah kasus pembunuhan di kedai teh ini malam ini, dan petugas koroner sedang melakukan autopsi. Semua pelayan dari kedai teh ini harus dibawa ke Kantor Pemerintahan Provinsi untuk audiensi."

Pei Qian Hao memutar cangkir anggur di tangannya, tetapi tatapannya berada di cangkir anggur yang diberikannya kepada Su Xi-er; yang masih belum diminumnya.

Mengamati Pei Qian Hao tidak mengucapkan apa-apa, si petugas kehakiman pun meragu. Ia ingin bicara lagi, tetapi tidak berani melakukannya.

Tak lama setelahnya, Pei Qian Hao berucap perlahan. "Pangeran ini tidak akan ikut campur dalam kasusnya, tetapi aku ingin semua makanannya disajikan. Setelahnya, kau boleh membawa semua orang dan pergi."

Si petugas kehakiman pun kaget sejenak. Butuh berapa lama itu? Tetapi ... aku tidak bisa membantahnya. Oleh karenanya, ia membungkukkan kepalanya dan menjawab dengan hormat, "Kami akan melakukan sesuai yang Anda katakan, Pangeran Hao."

Setelah itu, ia berdiri di satu sisi dan menunggu dalam diam.

Pei Qian Hao memandangi si pelayan yang nyaris mengenali Su Xi-er. "Apa yang baru saja ingin kau katakan? Jangan bilang kalau kau mengenal dayang Pangeran ini?"

Dayang Pangeran ini .... Mata si pelayan pun terbelalak. Aku terlalu gegabah sebelumnya. Mana mungkin dayang Pangeran Hao adalah wanita itu?

Si pelayan gemetaran. "Tidak."

"Apabila kau tidak mengenalnya, mengapa kau bertingkah sangat terkejut barusan ini?" Pei Qian Hao mengocok anggur yang ada dalam cangkirnya selagi melayangkan tatapan pada Su Xi-er.

Su Xi-er bisa menduga dari ekspresinya bahwa pria ini tampaknya sudah bisa menebak segalanya. Aku pernah ke kedai teh ini, dan aku juga sudah bertemu dengan Nona dari Keluarga Wei.

Ia memiliki sepasang mata yang cerdas yang mampu melihat, menembus semuanya, tetapi ia bisa menyimpan pemikirannya tetap tersembunyi. Bahkan saat ia berhadapan dengan masalah rumit, ia bisa memecahkan mereka dengan mudah.

Si pelayan berlutut. Tepat saat ia akan bicara, dua pelayan lainnya masuk, membawa nampan-nampan berisi makanan. "Pangeran Hao, semua hidangan Anda ada di sini."

Ketika si petugas kehakiman mendengar kata 'semuanya di sini', ia segera bertanya, "Pangeran Hao, hidangan Anda sudah disajikan seluruhnya. Bolehkah aku membawa semua pelayannya pergi?"

Pei Qian Hao mengangguk. "Ya, boleh."

Si petugas kehakiman langsung melambai ke arah yang lainnya yang tengah menunggu di luar kedai teh, memberi isyarat pada mereka untuk masuk. Semua pelayan berbaris, dengan si pengurus di paling depan.

Tepat saat mereka sedang keluar, suara tenang dan dalam seorang pria menghentikan semua orang di jalan mereka.

"Tinggalkan si pengurus dan pelayan yang mengantarkan anggurnya. Bagaimana bisa Pangeran ini makan seorang diri tanpa ada siapa pun yang melayaniku di sini?"

Si petugas kehakiman mulai ragu lagi sebelum akhirnya ia mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya, "Pangeran Hao, bukankah ada dayang yang melayani Anda di sini?"

Pei Qian Hao terkekeh. "Malam ini, ia di sini untuk minum anggur dengan Pangeran ini, bukan untuk melayaniku."

Walaupun ia tertawa, suara tawanya cukup membuat bulu kuduk orang meremang.

Si kepala petugas kehakiman menyatukan alisnya, tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Jika si dayang itu minum-minum dengan Pangeran Hao malam ini, maka satu pelayan dan si pengurus harus ditinggalkan dulu.

Su Xi-er, yang diam sepanjang waktu ini, mendadak berucap, "Pangeran Hao sudah memberikan instruksinya. Ikuti saja perintahnya. Kalau kau meragu lagi, kau tidak akan bisa membawa satu orang pun pergi dari sini."

Suaranya tajam dan jernih, tetapi membawa sekelebat nada bicara Pangeran Hao. Memang dayangnya. Melayaninya sekian lama, bahkan nada bicara dan gayanya pun mirip dengannya.

Si petugas kehakiman tidak punya pilihan selain mundur. Ia menginggalkan si pelayan dan pengurus dan kembali ke Kantor Pemerintahan Provinsi bersama yang lainnya.

Setelah kelompok itu pergi, hanya suara Pangeran Hao menuangkan anggur saja yang terdengar.

Sementara untuk si pengurus dan pelayan, mereka dibiarkan berdiri tak bergerak di samping selagi memandang kosong ke tanah.

"Ruang pribadi mana di kedai teh ini, tempat kedua Nona dari Keluarga Wei meninggal?" Pei Qian Hao menurunkan cangkir anggur di tangannya dan bertanya lambat.

Si pengurus menunjuk satu ruangan di ujung lantai dua. "Yang itu."

"Apakah ada yang masuk ke dalam kamar itu sebelum mereka mati?" Pei Qian Hao terus bertanya sementara tatapannya bergerak maju-mundur di antara si pelayan dan Su Xi-er.

Si pelayan gemetaran. Tidak mungkin kalau ia mencurigai akulah pembunuhnya, kan? Ia jadi semakin gugup saat memikirkan ini. "Orang rendahan ini menyiapkan beberapa hidangan untuk ke lantai dua, tetapi dihentikan oleh seorang wanita di tengah jalanku. Ia mengatakan, ia adalah gadis pelayan dari kedua Nona Keluarga Wei. Orang rendahan ini mempercayainya, dan malah membiarkannya membawakan hidangannya ke ruangan itu."

Kaki si pengurus melemah saat ia mendengarkan ini, hampir menjatuhkan diri ke tanah. Mungkin saja wanita itu adalah pembunuhnya!

"Apa yang dikenakan wanita itu, dan seperti apakah rupanya? Beritahukan aku semua yang kau ketahui." Pei Qian Hao memindahkan pandangannya dari Su Xi-er selagi terus menanyai si pelayan.

Pelayannya begitu ketakutan akan aura dingin di sekeliling Pei Qian Hao dan mengungkapkan segalanya. "Wanita itu mengenakan baju kasar dan rambutnya disanggul bundar di belakang kepalanya. Wajahnya penuh dengan kotoran dan tampak suram, juga tampaknya ia merupakan pekerja kasar. Tetapi, matanya sangat cantik. Saat ia tersenyum, lengkungan mata dan alisnya juga cantik."

Walaupun Pei Qian Hao tidak berbicara, ia sudah punya jawaban yang diinginkannya. Melambaikan tangannya, ia meneruskan, "Jangan beritahu siapa pun apa yang baru saja kau katakan padaku, kalau tidak, Pangeran ini akan memerintahkan seseorang untuk mencabut lidahmu sekarang juga."

Si pelayan jatuh ke tanah dan terus-menerus menyembah di lantai. "Orang rendahan ini akan menyimpan rahasia ini. Pangeran Hao, mohon ampuni aku dan jangan cabut lidah orang rendahan ini."

"Kalian berdua, mundur dan jangan ganggu kami."

Mendengarkan ini, si pengurus cepat-cepat membungkuk sebelum menyeret si pelayan bangkit dan langsung menuju ke arah belakang.

Satu-satunya orang tersisa di lantai pertama kedai teh itu adalah Pei Qian Hao dan Su Xi-er.

Pei Qian Hao mengambil cangkir berisi anggur lain dan menyerahkannya lagi pada Su Xi-er. "Habiskan ini."

Kali ini, Su Xi-er tidak mencoba menghindar dari minum anggurnya. Ia menerima cangkir anggur itu dan menghabiskannya dalam satu tegukan. Aroma kuat dari anggur membanjir dari bibirnya; terlalu pedas dan tajam. Ia tak mampu menahannya, dan mulai batuk-batuk ke arah Pei Qian Hao.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar