Consort of A Thousand Faces
Chapter 114 : Aura yang Kuat
Kepala petugas kehakiman memasang ekspresi khidmat, tangan kanannya bergerak ke arah pedangnya sendiri, bersiap menariknya.
Pengawal kekaisaran dari Kediaman Pangeran Hao melihat
sekilas ke arah si petugas kehakiman dan dengan tenang mengumumkan,
"Pangeran Hao dari Bei Min sedang ada di sini. Kau tidak boleh masuk,
meskipun untuk menangani kasus."
"Apa?!" Petugas kehakiman itu terkejut. Pangeran
Hao dari Bei Min ada di kedai teh ini? Kapan ia sampai?
"Apabila kau harus menangani satu kasus, entah itu
menunggu Pangeran Hao pergi, atau meminta Pangeran Yun kemari." Si
pengawal dari Kediaman Pangeran Hao menggenggam pedangnya stabil, sosok tegap
dan tegasnya memancarkan aura mengintimidasi yang tak akan mampu ditandingi
oleh petugas kehakiman biasa.
Si petugas kehakiman menenangkan diri, tetapi tertekan
oleh amarah. Walaupun Pangeran Hao adalah orang paling berkuasa di
dunia, ia harus menekan kearoganannya ketika berada di Nan Zhao. Melihat ini
adalah kasus pembunuhan, setidaknya ia harus mementingkan bekerja sama dengan
kami. Kenapa ia menghambat kami?
Pengawal dari Kediaman Pangeran Hao mengarahkan ujung
pedangnya ke dada si petugas kehakiman. "Enyah, jika kau mengecewakan
Pangeran Hao, aku tak akan mengampunimu."
Kepala petugas kehakiman tak tahu apa yang mesti
diucapkan. Aku hanya petugas kehakiman rendahan, bagaimana mungkin aku
menang melawan Pangeran Hao? Tetapi, aku sedang mengerjakan sebuah kasus
sekarang ini.
Tepat saat mereka berada di jalan buntu, suara dalam dan
kuat dari seorang pria bisa terdengar. "Biarkan ia masuk."
Si pengawal langsung mengembalikan pedang ke dalam
sarungnya dan berdiri tegak, meninggalkan si petugas kehakiman jadi kaku saat
mendengarkan suara itu.
Setelah beberapa waktu, ia menoleh ke arah petugas kehakiman
lain di belakangnya. "Aku akan masuk, tunggu di sini."
Petugas kehakiman lainnya gemetar ketakutan; mereka
mengangguk, tetapi tak sanggup mengutarakan sepatah kata pun.
Kepala petugas kehakiman berjalan masuk perlahan. Pelayan
yang terkejut memandangi Su Xi-er menundukkan kepalanya lagi dan terus
bertanya-tanya. Baju yang dipakainya cukup familier, tetapi wajahnya
halus dan cantik; sungguh seorang wanita yang cantik. Bagaimana mungkin ia
adalah wanita dengan wajah penuh kotoran dan terlihat suram itu?
"Memberi hormat kepada Pangeran Hao. Ada sebuah
kasus pembunuhan di kedai teh ini malam ini, dan petugas koroner sedang
melakukan autopsi. Semua pelayan dari kedai teh ini harus dibawa ke Kantor
Pemerintahan Provinsi untuk audiensi."
Pei Qian Hao memutar cangkir anggur di tangannya, tetapi
tatapannya berada di cangkir anggur yang diberikannya kepada Su Xi-er; yang
masih belum diminumnya.
Mengamati Pei Qian Hao tidak mengucapkan apa-apa, si
petugas kehakiman pun meragu. Ia ingin bicara lagi, tetapi tidak berani melakukannya.
Tak lama setelahnya, Pei Qian Hao berucap perlahan.
"Pangeran ini tidak akan ikut campur dalam kasusnya, tetapi aku ingin
semua makanannya disajikan. Setelahnya, kau boleh membawa semua orang dan
pergi."
Si petugas kehakiman pun kaget sejenak. Butuh
berapa lama itu? Tetapi ... aku tidak bisa membantahnya. Oleh
karenanya, ia membungkukkan kepalanya dan menjawab dengan hormat, "Kami
akan melakukan sesuai yang Anda katakan, Pangeran Hao."
Setelah itu, ia berdiri di satu sisi dan menunggu dalam
diam.
Pei Qian Hao memandangi si pelayan yang nyaris mengenali
Su Xi-er. "Apa yang baru saja ingin kau katakan? Jangan bilang kalau kau
mengenal dayang Pangeran ini?"
Dayang Pangeran ini .... Mata
si pelayan pun terbelalak. Aku terlalu gegabah sebelumnya. Mana mungkin
dayang Pangeran Hao adalah wanita itu?
Si pelayan gemetaran. "Tidak."
"Apabila kau tidak mengenalnya, mengapa kau
bertingkah sangat terkejut barusan ini?" Pei Qian Hao mengocok anggur yang
ada dalam cangkirnya selagi melayangkan tatapan pada Su Xi-er.
Su Xi-er bisa menduga dari ekspresinya bahwa pria ini
tampaknya sudah bisa menebak segalanya. Aku pernah ke kedai teh ini,
dan aku juga sudah bertemu dengan Nona dari Keluarga Wei.
Ia memiliki sepasang mata yang cerdas yang mampu melihat,
menembus semuanya, tetapi ia bisa menyimpan pemikirannya tetap tersembunyi.
Bahkan saat ia berhadapan dengan masalah rumit, ia bisa memecahkan mereka
dengan mudah.
Si pelayan berlutut. Tepat saat ia akan bicara, dua
pelayan lainnya masuk, membawa nampan-nampan berisi makanan. "Pangeran
Hao, semua hidangan Anda ada di sini."
Ketika si petugas kehakiman mendengar kata 'semuanya di
sini', ia segera bertanya, "Pangeran Hao, hidangan Anda sudah disajikan
seluruhnya. Bolehkah aku membawa semua pelayannya pergi?"
Pei Qian Hao mengangguk. "Ya, boleh."
Si petugas kehakiman langsung melambai ke arah yang
lainnya yang tengah menunggu di luar kedai teh, memberi isyarat pada mereka
untuk masuk. Semua pelayan berbaris, dengan si pengurus di paling depan.
Tepat saat mereka sedang keluar, suara tenang dan dalam
seorang pria menghentikan semua orang di jalan mereka.
"Tinggalkan si pengurus dan pelayan yang
mengantarkan anggurnya. Bagaimana bisa Pangeran ini makan seorang diri tanpa
ada siapa pun yang melayaniku di sini?"
Si petugas kehakiman mulai ragu lagi sebelum akhirnya ia
mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya, "Pangeran Hao, bukankah ada
dayang yang melayani Anda di sini?"
Pei Qian Hao terkekeh. "Malam ini, ia di sini untuk
minum anggur dengan Pangeran ini, bukan untuk melayaniku."
Walaupun ia tertawa, suara tawanya cukup membuat bulu
kuduk orang meremang.
Si kepala petugas kehakiman menyatukan alisnya, tidak
tahu bagaimana harus menjawabnya. Jika si dayang itu minum-minum dengan
Pangeran Hao malam ini, maka satu pelayan dan si pengurus harus ditinggalkan
dulu.
Su Xi-er, yang diam sepanjang waktu ini, mendadak
berucap, "Pangeran Hao sudah memberikan instruksinya. Ikuti saja
perintahnya. Kalau kau meragu lagi, kau tidak akan bisa membawa satu orang pun
pergi dari sini."
Suaranya tajam dan jernih, tetapi membawa sekelebat nada
bicara Pangeran Hao. Memang dayangnya. Melayaninya sekian lama, bahkan
nada bicara dan gayanya pun mirip dengannya.
Si petugas kehakiman tidak punya pilihan selain mundur.
Ia menginggalkan si pelayan dan pengurus dan kembali ke Kantor Pemerintahan
Provinsi bersama yang lainnya.
Setelah kelompok itu pergi, hanya suara Pangeran Hao
menuangkan anggur saja yang terdengar.
Sementara untuk si pengurus dan pelayan, mereka dibiarkan
berdiri tak bergerak di samping selagi memandang kosong ke tanah.
"Ruang pribadi mana di kedai teh ini, tempat kedua
Nona dari Keluarga Wei meninggal?" Pei Qian Hao menurunkan cangkir anggur
di tangannya dan bertanya lambat.
Si pengurus menunjuk satu ruangan di ujung lantai dua.
"Yang itu."
"Apakah ada yang masuk ke dalam kamar itu sebelum
mereka mati?" Pei Qian Hao terus bertanya sementara tatapannya bergerak
maju-mundur di antara si pelayan dan Su Xi-er.
Si pelayan gemetaran. Tidak mungkin kalau ia
mencurigai akulah pembunuhnya, kan? Ia jadi semakin gugup saat
memikirkan ini. "Orang rendahan ini menyiapkan beberapa hidangan untuk ke
lantai dua, tetapi dihentikan oleh seorang wanita di tengah jalanku. Ia
mengatakan, ia adalah gadis pelayan dari kedua Nona Keluarga Wei. Orang
rendahan ini mempercayainya, dan malah membiarkannya membawakan hidangannya ke
ruangan itu."
Kaki si pengurus melemah saat ia mendengarkan ini, hampir
menjatuhkan diri ke tanah. Mungkin saja wanita itu adalah pembunuhnya!
"Apa yang dikenakan wanita itu, dan seperti apakah
rupanya? Beritahukan aku semua yang kau ketahui." Pei Qian Hao memindahkan
pandangannya dari Su Xi-er selagi terus menanyai si pelayan.
Pelayannya begitu ketakutan akan aura dingin di
sekeliling Pei Qian Hao dan mengungkapkan segalanya. "Wanita itu
mengenakan baju kasar dan rambutnya disanggul bundar di belakang kepalanya.
Wajahnya penuh dengan kotoran dan tampak suram, juga tampaknya ia merupakan
pekerja kasar. Tetapi, matanya sangat cantik. Saat ia tersenyum, lengkungan
mata dan alisnya juga cantik."
Walaupun Pei Qian Hao tidak berbicara, ia sudah punya
jawaban yang diinginkannya. Melambaikan tangannya, ia meneruskan, "Jangan
beritahu siapa pun apa yang baru saja kau katakan padaku, kalau tidak, Pangeran
ini akan memerintahkan seseorang untuk mencabut lidahmu sekarang juga."
Si pelayan jatuh ke tanah dan terus-menerus menyembah di
lantai. "Orang rendahan ini akan menyimpan rahasia ini. Pangeran Hao,
mohon ampuni aku dan jangan cabut lidah orang rendahan ini."
"Kalian berdua, mundur dan jangan ganggu kami."
Mendengarkan ini, si pengurus cepat-cepat membungkuk
sebelum menyeret si pelayan bangkit dan langsung menuju ke arah belakang.
Satu-satunya orang tersisa di lantai pertama kedai teh
itu adalah Pei Qian Hao dan Su Xi-er.
Pei Qian Hao mengambil cangkir berisi anggur lain dan
menyerahkannya lagi pada Su Xi-er. "Habiskan ini."
Kali ini, Su Xi-er tidak mencoba menghindar dari minum
anggurnya. Ia menerima cangkir anggur itu dan menghabiskannya dalam satu
tegukan. Aroma kuat dari anggur membanjir dari bibirnya; terlalu pedas dan
tajam. Ia tak mampu menahannya, dan mulai batuk-batuk ke arah Pei Qian Hao.
0 comments:
Posting Komentar