Sabtu, 07 Agustus 2021

CTF - Chapter 116

Consort of A Thousand Faces

Chapter 116 : Menegak Habis


Su Xi-er mengerutkan alis rampingnya dan sedikit mengatupkan bibirnya, mengangkat kakinya dan dengan tegas menginjak punggung kaki pria itu.

Pei Qian Hao merasakan sakit dan mau tak mau mengurangi cengkeramannya, membiarkan Su Xi-er lolos. Ia membuka guci anggur itu. "Pangeran Hao, bukankah Anda meminta hamba minum dengan Anda? Hamba akan meminumnya sekarang."

Su Xi-er menyentuh botol anggur itu dengan mulutnya, tenggorokannya terus bergerak sewaktu ia minum, dan baru menurunkan gucinya setelah kosong.

Pei Qian Hao bertepuk tangan. "Kau kuat minum banyak."

Sisa anggur sejernih kristal mengalir menuruni dagu Su Xi-er. Pei Qian Hao berjalan mendekatinya dan mengangkat tangan guna mengusapnya. "Anggur bagus harus dinikmati; walaupun kau kuat minum, akan sia-sia kalau minum terlalu cepat."

Su Xi-er mengangkat kepala menatapnya. "Yang penting adalah sudah habis. Anda tidak menginstruksikan hamba untuk menikmatinya pelan-pelan, Pangeran Hao."

"Pandai bicara." Pei Qian Hao melepaskannya dan berjalan keluar dari kedai teh.

Melihat ke arah setumpuk makanan lezat di atas meja, Su Xi-er berpikir kalau Pei Qian Hao-lah orang yang menyia-nyiakan makanan.

"Su Xi-er, cepat naik ke atas kereta. Jangan membuat Pangeran Hao menunggu terlalu lama." Pengawal kekaisaran berteriak dari depan pintu kedai teh.

"Aku segera ke sana," jawab Su Xi-er dan berjalan menuju pintu masuk kedai teh.

Cepat-cepat menaiki kereta kuda, Su Xi-er melihat Pei Qian Hao bersandar di dinding kereta dengan mata terpejam.

"Kemari, pijati bahu Pangeran ini," Pei Qian Hao berbicara, masih dengan matanya yang terpejam, berputar ke satu sisi, membiarkan Su Xi-er memijati bahunya.

Su Xi-er berjalan mendekat dan meletakkan kedua tangan di atas bahu Pei Qian Hao sebelum mulai memijatinya perlahan.

Pengawal kekaisaran yang mengemudikan kereta kudanya mengangkat cemetinya, dan mulai menggerakkan keretanya maju lagi.

"Ke kiri. Gunakan lebih banyak tenaga," Pei Qian Hao menginstruksikan dengan suara pelan.

Su Xi-er mengerahkan lebih banyak tenaga di tangan kirinya, menyebabkan alis dan mata Pei Qian Hao rileks dengan nyaman. Akan tetapi, rasa nyaman itu tidak bertahan lama sebelum cengkeramannya melemah lagi, tenaga di jarinya selembut kapas.

"Kerahkan lebih banyak tenaga di kedua sisinya." Pei Qian Hao menyuruh lagi, tetapi tiba-tiba saja pijatannya berhenti, dan tangan lembut Su Xi-er merosot di bahunya.

Mendadak, Pei Qian Hao merasakan beban berat di punggungnya. Su Xi-er mabuk setelah menegak anggur kuat dan pedas itu, jatuh tertidur di punggung Pei Qian Hao.

Setelah Su Xi-er tertidur, tubuhnya bergetar tak keruan selama sedetik sebelum terdiam. Setelah beberapa waktu, lengan langsingnya tiba-tiba saja terangkat dan memeluk kepala Pei Qian Hao kencang, kepala Su Xi-er bergesekan dengan bagian belakang lehernya.

Dua sensasi pertama yang dirasakan oleh Pei Qian Hao adalah hangat dan geli, membuatnya merasa aneh dan tidak nyaman.

Pei Qian Hao menggenggam lengan Su Xi-er dan mencoba menariknya menjauh. Saat ia mulai mengerahkan tenaga, Su Xi-er memeluknya lebih erat lagi. Oleh karena itu, tubuh lembut seorang wanita pun menekan punggung lebarnya.

"Jangan bergerak, aku ingin memeluk sebentar lagi," Su Xi-er menggumam tidak senang. Ia bahkan mengangkat tangannya, memukuli Pei Qian Hao, sebelum memeluknya lebih erat lagi.

Pei Qian Hao tidak tahu apa yang harus diperbuat padanya, dan berpikir sendiri. Kenapa ia begitu merepotkan? Aku menyuruhnya memijat bahuku, tetapi ia malah berakhir tidur dan menggunakanku sebagai bantalnya.

Kereta kudanya tiba di rumah pos, tetapi Su Xi-er tidak terbangun, masih memeluk Pei Qian Hao dengan erat.

"Pangeran Hao, kita sudah sampai di rumah pos. Silakan turun dari kereta kudanya." Suara penuh hormat dari si pengawal datang dari luar kereta.

Setelah dijawab dengan keheningan, si pengawal tidak berani bicara, dan berdiri diam di samping. Namun, setelah sekian lama, tetap tak ada pergerakan dari dalam kereta.

Si pengawal pun meneguk ludahnya gugup. Tepat saat ia baru saja akan berbicara, akhirnya ia mendengar pergerakan dari dalam kereta.

Ketika tirai keretanya terangkat, pengawal itu langsung membungkuk hormat. "Pangeran Hao ...."

Sebelum ia bisa menyelesaikannya, ia melihat Pangeran Hao meletakkan jarinya di tengah bibirnya, mengisyaratkan agar ia diam.

Segera setelahnya, si pengawal melihat Pei Qian Hao tengah menggendong Su Xi-er masuk ke dalam rumah pos. Berbaring di bahu kuatnya, Su Xi-er tidur dengan bahagia dengan tangannya melingkar erat di sekeliling Pei Qian Hao.

Mata si pengawal pun melebar selagi tubuhnya gemetaran, bukan karena ketakutan, melainkan terkejut!

Aku tidak tahu kalau Pangeran Hao begitu perhatian terhadap wanita. Ia bahkan menggendong Su Xi-er sementara tak ingin agar ia sampai terbangun.

Semua pengawal di sepanjang jalan pun ketakutan akan pemandangan yang sama. Wanita ini, walaupun ia tertidur, ia tidak diam saja. Ia bahkan mengangkat tangannya untuk memukuli Pangeran dari waktu ke waktu. Tetapi, Pangeran Hao tetap tanpa ekspresi.

***

Setelah berjalan melewati aula utama dan melalui lorong, Pei Qian Hao membawa Su Xi-er langsung ke kamarnya, membaringkannya di ranjang.

Ketika ia bangun, ingin pergi, tiba-tiba saja ia merasakan tangan gadis itu menarik tangannya, senyum menghantui sudut bibirnya. Rona kemerahan yang mewarnai wajahnya hanya menambahkan wajahnya yang tampak kian malu-malu.

Menatap ke arah baju kasarnya, Pei Qian Hao mengernyitkan alisnya.

"Apakah ada masalah dengan otaknya Pangeran Hao? Semenit ini, berikutnya itu ...." Su Xi-er mengerucutkan bibirnya saat ia selesai mengigau, melepaskan Pei Qian Hao dan berbalik menghadap ke tembok sebelum ia tidur lagi.

Wajah Pei Qian Hao menggelap. Aku adalah bantalan manusianya di sepanjang jalan pulang. Aku bahkan menggendongnya ke ranjang agar ia bisa beristirahat dengan nyaman.

Tetapi apa balasan yang kuterima adalah kalimat ini—"Apakah ada masalah dengan otaknya Pangeran Hao?"

'Apakah ada masalah dengan otaknya?' Kilatan jahat terpancar di mata Pei Qian Hao sebelum ia merobek sehelai kain yang menutupi meja terdekat menjadi kain memanjang. Kemudian, ia berhenti di depan Su Xi-er yang masih tidur, sedikit mendorongnya.

Masih dengan mata terpejam, Su Xi-er mengangkat tangannya, ingin memukulinya karena mengganggunya saat ia tidur.

Akan tetapi, sewaktu tangannya terangkat, dengan mudahnya tertangkap oleh Pei Qian Hao. Menggunakan tangan lainnya untuk memegangi kain panjang itu, dengan cekatan ia mengikat Su Xi-er ke tiang ranjang dengan beberapa gerakan cepat.

Mabuk dan tak sadarkan diri, Su Xi-er tak tahu apa yang sedang terjadi. Ia hanya tahu kalau mendadak ia merasa tidak nyaman, seolah ia tersangkut sesuatu.

Tangannya terus memukul-mukul dan bajunya pun bergeser selagi ia memutar-mutar tubuhnya tak nyaman, akhirnya kain kasar bajunya malah terbuka semua.

Mata Pei Qian Hao menjadi dalam. Ia kira gadis ini sudah sembuh dari flunya, tetapi setelah mengamatinya dengan hati-hati, ia menyadari kalau bibir Su Xi-er masih agak pucat.

Ia segera berjalan keluar kamar dan menginstruksikan orang agar menyiapkan obat untuknya. Saat si juru masak wanita mendengar ini, ia segera mulai mempersiapkannya. "Jangan cemas Pangeran Hao, obatnya akan direbus dengan hati-hati selama enam jam sebelum diantarkan ke kamar Su Xi-er."

"Antarakan ke kamar Pangeran ini." Pei Qian Hao berujar ketus sebelum berjalan pergi.

Si juru masak wanita memandangi Pei Qian Hao kosong. Mengantarkannya ke kamar Pangeran Hao? Bukankah Su Xi-er hanyalah seorang dayang? Mengapa ia berada di dalam kamar Pangeran Hao? Mungkinkah ia adalah seorang Dayang Selir Kamar?

Juru masak wanita itu memikirkannya saksama. Pertama kalinya aku melihat Su Xi-er, aku sudah merasa kalau ia terlalu cantik sebagai manusia. Bagaimana bisa jantung pria mana pun tak berdebar karenanya? Pantas saja jika ia adalah Dayang Selir Kamar Pangeran Hao.

Sebelum Pei Qian Hao masuk ke dalam kamarnya, ia bisa mendengar suara deritan ranjang. Mempercepat langkahnya, lagi-lagi ia dibuat tertegun oleh pemandangan yang menyambutnya.

Merasa tidak nyaman, Su Xi-er berputar liar hingga ia terlepas dari kain yang mengikatnya di ranjang. Harga dari tindakan ini adalah, bajunya yang sepenuhnya terbuka, dan korset Cina abu-abunya terbuka.

Belahan dada Su Xi-er sepenuhnya terekspos. Ini kian diperburuk karena faktanya, ia merentangkan tangannya setelah terbebas.

Tiba-tiba saja, Pei Qian Hao terserang sakit kepala sewaktu ia memijat keningnya perlahan dan mendekati ranjangnya. 

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar