Consort of A Thousand Faces
Chapter 126 : Salah Ambil
Si pengurus mengambil pemerah pipinya, meletakkannya di atas rak, dan tersenyum. "Nona, takutnya, ini adalah toko pemerah pipi, bukannya toko rempah. Aku minta maaf, tetapi, jika kau keluar dan berbelok ke kiri, akan ada satu toko rempah berjarak satu jalan dari sini."
"Tidak, kau punya itu di sini." Suara Piao Xu
jadi semakin pelan selagi tubuhnya condong ke depan; ia menggulung lengan
bajunya bersamaan dengan kilat halus yang berkedip di matanya.
Su Xi-er tidak tahu apa yang dilihat si pengurus, tetapi
senyumnya mendadak berubah sebelum ia mulai bertingkah misterius. Namun,
setelah beberapa waktu, satu-satunya perbedaan yang bisa dilihat dari pengamat
adalah, ia jadi bertingkah lebih sopan terhadap Piao Xu.
"Nona, kenapa kau tidak bilang kalau kau
menginginkan jenis pemerah pipi yang itu sebelumnya? Itu eksklusif; ikutlah ke
halaman belakang bersamaku." Si pengurus membawa Piao Xu menuju halaman
belakang.
Saat mereka hampir masuk ke pintu bertirai, si pengurus
melihat Su Xi-er dan segera menginstruksikan seorang wanita muda. "Pergi
dan lihat apa yang dibutuhkan Nona itu."
Si pengurus sudah menjalankan bisnis dalam waktu yang
lama, dan akrab dengan berbagai macam pemerah pipi berbeda, alas bedak, dan
baju wanita. Ia bisa tahu dengan sekali lihat kalau gaun merah muda panjang
yang dikenakan Su Xi-er terbuat dari bahan yang bagus, pertanda kalau mereka
harus memperlakukannya dengan baik.
Mengikuti tatapan si pengurus, Piao Xu melirik beberapa
kali ke arah Su Xi-er saat ia menyadari kalau orang itu sangat cantik.
"Nona, silakan, sebelah sini." Pengurus itu
mengangkat tirainya dan membentangkan tangannya untuk mengundang Piao Xu masuk.
Piao Xu cepat-cepat mengembalikan perhatiannya pada si
pengurus dan mengangguk sebelum mengikutinya masuk ke dalam.
Kembali ke ruang depan tokonya, si penjaga toko,
tersenyum sumringah dan sangat ramah. "Nona, apakah ini pertama kalinya
kau kemari? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Jenis alas bedak apa yang
kau butuhkan?"
Su Xi-er sengaja menggelengkan kepalanya. "Tidak,
aku sudah pernah kemari beberapa kali, juga sudah pernah membeli beberapa
barang." Ucapannya separuhnya benar. Aku pernah kemari sebagai
Ning Ru Lan, tetapi tidak pernah sebagai Su Xi-er.
Si penjaga toko tampak terkejut. "Mana mungkin? Kau
begitu cantik sampai aku bisa mengingatmu dengan sekali lihat saja. Kalau kau
sudah pernah kemari beberapa kali, kenapa kau tampak asing bagiku?"
"Barangkali, kau sedang tidak ada di toko saat aku
kemari. Omong-omong, aku hanya membutuhkan bubuk pemerah pipi berwarna gelap
hari ini."
Si penjaga toko jadi kian terkejut saat ia mendengar ini.
"Warna gelap? Kau muda dan cantik, kenapa menggunakan warna yang
ketinggalan zaman? Warna gelap untuk wanita yang berusia empat puluhan. Mereka
tidak cocok untukmu."
"Bawakan saja mereka kemari." Nada suara Su
Xi-er yakin, menghentikan semua pertanyaan si penjaga toko.
Aku tidak punya pilihan jika ia begitu bersikeras ingin
warna gelap, walaupun mereka tidak cocok untuknya.
"Nona, toko kami hanya punya satu jenis pemerah pipi
berwarna gelap. Coba lihat dan cium aromanya untuk memeriksa apakah ini
bagus?" Si penjaga toko berujar seraya mengeluarkan satu kotak kecil.
Su Xi-er mengambilnya, membukanya. Ada sedikit
wangi bunga persik yang tak akan kau sadari jika tidak kau cium dengan saksama.
Warnanya juga sesuai untuk tujuanku. "Aku akan mengambil kotak
ini. Berapa harganya?"
Si penjaga toko tersenyum. "Satu tael perak
murni."
Di toko nomor satu Nan Zhao, pemerah pipi paling biasa
dan alas bedaknya bisa berharga satu tael perak. Namun, toko pemerah pipi
semuanya punya ciri khas masing-masing—mereka akan menambahkan bunga-bunga
khusus di setiap pemerah pipi dan alas bedaknya, bahkan termasuk bunga Ungu
Harum dari Kerajaan Xi Liu.
Oleh karena itu, toko pemerah pipi biasanya hanya punya
pelanggan orang-orang kaya. Bagi keluarga biasa, mereka hanya akan menggunakan
hadiah lamaran dari pengantin pria untuk membelikan pemerah pipi apabila putri
mereka akan menikah.
Su Xi-er mengeluarkan satu tael perak dari dompetnya dan
menyerahkannya pada si penjaga toko, yang kemudian tersenyum dan menerimanya
sebelum menyerahkannya kotak yang telah dibungkus.
"Apakah kau butuh yang lainya?"
Su Xi-er sengaja bertingkah kebingungan dan berkata,
"Aku akan pergi membeli sekotak pemerah pipi dan setelahnya menuju ke toko
rempah-rempah. Barusan ini, aku dengar si pengurus bilang kalau ada rempah di
sini. Kenapa aku tidak sekalian saja membelinya di sini?"
"Nona, itu bukan rempah, melainkan sebuah pemerah
pipi beraroma spesial. Namun, jenis pemerah pipi semacam itu hanya dibuat untuk
putri-putri dari keluarga bangsawan. Bolehkah aku bertanya, apakah kau adalah
..." Si penjaga toko berbaik hati menjelaskan dengan nada ragu. Hanya
jika ia mengumumkan dari keluarga manakah ia berasal, baru ia bisa membeli
jenis pemerah pipi spesial ini.
"Aku bukanlah putri dari keluarga bangsawan;
keluargaku hanya kaya. Aku ingin tahu apakah tipe pemerah pipi khusus itu bisa
membuatku wangi dari dalam keluar?"
Si penjaga toko mengangguk. "Benar, kombinasi dari
berbagai macam aroma bunga berbeda membuatnya lain dari pemerah pipi biasanya.
Sayang sekali Nona, kalau kau bukan putri dari keluarga bangsawan, kami tidak
bisa menjual jenis pemerah pipi itu padamu. Maafkan aku."
Su Xi-er berpura-pura tidak peduli. "Tidak apa-apa,
lagipula, kami juga tidak akan sanggup membelinya; aku hanya asal bertanya
saja. Silakan teruskan pekerjaanmu. Aku hanya akan melihat-lihat di sekitar,
kalau-kalau ada sesuatu yang cocok untuk beberapa saudariku. Kalau aku
menemukan apa pun yang cocok untuk mereka, aku akan menyuruh mereka datang
kemari dan membelinya di lain hari."
"Baiklah, silakan melihat-lihat. Apa pun yang
diletakkan di ruang depan bisa dibeli selama kau punya perak."
Su Xi-er mengiyakan dan mulai melihat sekeliling.
Sebenarnya, ia menggunakan ini sebagai alasan untuk menunggu Piao Xu. Kalau
ia berada di dalam sana terlalu lama, pasti ada yang mencurigakan tentang
pemerah pipi yang dibelinya.
Melihat kalau Piao Xu tidak kunjung keluar setelah sekian
lama, kecurigaan Su Xi-er pun meningkat, meski ekspresinya tetap netral.
Tetapi, demi menghindari kecurigaan orang-orang di toko
pemerah pipi padaku, aku tidak bisa tinggal di sini lagi.
Su Xi-er menyimpan pemerah pipinya dan pergi keluar. Ia
masuk ke dalam satu ruangan pribadi di sebuah restoran dan memesan makanan,
makan sampai kenyang sebelum membuka pemerah pipi dan membuat bintik-bintik di
wajahnya.
Warna gelapnya mirip dengan warna tahi lalat. Ia mencolek
sedikit dengan satu jari, menepukkannya dalam bentuk lingkaran ringan, dan satu
tahi lalat pun muncul. Su Xi-er melanjutkan hingga terdapat lima 'tahi lalat'
gelap di tiap sisi wajahnya.
Su Xi-er menutup kotaknya puas sebelum berjalan keluar
dari restoran. Benar-benar kebetulan, ia melihat Piao Xu berjalan kemari dari
seberang jalannya.
Piao Xu terburu-buru dengan kepala yang tertunduk, dan
tidak melihat kalau ada orang di depannya.
Keduanya bertabrakan, menyebabkan dua kotak serupa jatuh
dari lengan baju Su Xi-er dan Piao Xu. Piao Xu mengutuk, "Apa kau
buta?!" Setelahnya, ia cepat-cepat memungut kotak kecil terdekat dengannya
dan pergi tergesa.
Su Xi-er memerhatikan sosok Piao Xu yang menjauh dengan hawa
dingin di matanya sebelum ia membungkuk untuk memungut kotak yang tersisa.
Ketika tangannya menyentuh kotaknya, ia tahu ada yang
tidak benar. Kotak ini bukan punyaku. Piao Xu terburu-buru dan salah
mengambil kotaknya.
Kotakku hanyalah pemerah pipi biasa, tetapi kotak ini ... Su
Xi-er langsung memasukkan pemerah pipi tersebut ke dalam lengan bajunya dan
mulai berjalan keluar dari restoran.
***
Di dalam restoran, ada satu wanita mengenakan gaun kuning
terang sedang duduk di bangku utama di ruangan pribadi kelas satu, pelan-pelan
menggoyangkan cangkir anggur di tangannya.
Tak lama setelahnya, suara orang mengetuk pintu pun
terdengar.
Wanita itu menurunkan cangkir anggurnya dan menyuruh
orang itu masuk.
Pintunya langsung terbuka, memperlihatkan Piao Xu, yang
cepat-cepat masuk dan menutup pintu di belakangnya.
"Putri Pertama Kekaisaran, pelayan ini telah
membawakan apa yang Anda inginkan." Piao Xu mengeluarkan kotak tersebut
dari dalam lengan bajunya dan menyerahkannya pada Ning An Lian.
Ning An Lian mengambil kotaknya dan menyentuh permukaan
tutupnya perlahan. "Kau tidak ketahuan di tengah perjalanan, kan?"
Sudut mulut Ning An Lian naik, membentuk senyum yang nyaris tak terlihat ketika
ia berbicara.
Piao Xu langsung menggelengkan kepalanya. "Jangan
cemas, Putri Pertama Kekaisaran, tidak ada seorang pun yang mengetahui hal ini.
Pelayan ini menyimpannya di lengan bajuku sepanjang waktu."
0 comments:
Posting Komentar